HAKEKAT
PASANGAN HIDUP SEJATI..?
“Engkau mengira mereka sudah menyatu
padu, padahal hati mereka tercerai berai “. (QS. Al-Hasyr 59 :14).
Banyak motif yang ingin dicapai orang dengan pernikahan. Selalu aja ada harapan yang
tersimpan terhadap pasangan, bahkan dibalik sikap diam sekalipun. Ada yang
mengejar harta, rupa yang jelita, popularitas, kehormatan, kedudukan dan
lain-lain. Alasan-alasan demikian banyak kita temukan pada kebanyakan manusia.
Tapi Mukmin sejati jelas berbeda, sama
sekali beda. Sebab bagi orang yang beriman, itu semua hanyalah pernak-pernik
duniawi yang kecil harganya. Sifatnyafana ; lekas diperoleh, cepat pula
hilangnya. Orang-orang yang dadanya sudah dipenuhi dengan Iman tak bisa digoda
oleh dunia yang tiada berharga.
Walaupun Indonesia Negara miskin, tapi
masih banyak orang-orang berharta yang bisa digaet. Namun siap yang bisa
menjamin, harta bisa membahagiakan, siapa pula yang menjamin bahwa kekayaan itu
abadi. Berapa banyak hartawan tapi menderita, bahkan banyak pula yang jatuh
melarat dalam sekejap mata bahakn melebihi orang yang sebelumnya melarat.
Betapa gampang mendapatkan wanita canti
jelita atau gagah, tapi kelebihan itu pula yang sering mendatangkan malapetaka.
Buankah banyak orang yang rupawan tapi hidupnya merana saat kebanggaannya
hilang dimakan usia atau hancur dimakan musibah.Menggaet orang yang prestisius,
ngotop atau terhormat dimata manusia juga mudah. Tapi ini Negara kejam, betapa
banyak orang-orang terkenal, hebat dan terhormat jatuh hina dina. Yang dahulu
pusat perhatian sekarang tiada lagi yang memandang.
Ternyata apa yang didamba orang
kebanyakkan belum jaminan kokohnya mahligai rumah tangga. Sekali lagi, hal yang
demikian bagi hamba yang beriman fana belaka. Andai Allah menakdirkan seorang
mukmin menjadi laki-laki sempurna, maka dia tak akan sudi menerima perempuan
yang mengejar kelebihannya saja. Dia tentu menolak dinikahi gara-gara
embel-embel duniawi, bukan harapan keindahan kepribadiannya.
Kalaupun ada perempuan sempurna yang
punya kelebihan diatas laki-laki mukmin tak akan menharapkannya. Perjuangan
akan kurang maknanya untuk perempuan yang demikian hebat. Masih banyak muslimah
lain yang lebih berhak diperjuangka.
Manusia memang tidak pantas
mengharapkan kesempurnaan, sebab yang demikian itu mustahil ada di dunia ini.
Namun kita berhak meminta hati yang utuh dan tulus dari pasangan sah. Kalau
bisa diibaratkan , hati yanh utuh bagaikan lingkaran yang bulat penuh itu tidak
sumbang sedikitpun.Jangan separoh hati, tergorespun sedikit dia tidak sempurna.
Pernikahan merupakan rute hidupyang
banyak masalah, silih berganti dan tiada pernah usai. Bagaimana mungkin
menghadapinya kalau hati suami istri tidak menyatu atau tidak kompak. Gara-gara
ia berbagi dengan yang lain , walau Cuma secuil. Mungkin permintaan beginirada-rada
aneh, tapi itulah yang hakiki segaian pondasi utama dalam membina rumah tangga
sakinah. Menikah sesungguhnya menyatukan dua hati, bukan dua tubuh, Kalau
menyatukan du fisik saja , apa bedanya dengan hewan..?. Padahal kita manusia
yang dilebihkan akal budi.Mengapaharus merendahkan diri dengan sesuatu yang
tiada bernilai dihadapan Allah.
Perkara hati adalah misteri yang paling
rumit ; hanya yang bersangkutan dan Allah saja yang tahu. Oleh karena itu,
saatnya jujur pada suara nurani ; sanggupkah memberikan hati yang sempurna bagi
pasangan yang sah..?.
Sungguh malang jika suami atau istri
hanya mendapatkan hati compang-camping. Andai dapat hati yang sumbing atau
separuh, maka bersiap-siaplah memasuki takdir yang pahit dikemudian hari.
Inilah musibah terbesar bagi masa depan cinta. Kemalangan terperih yang akan
ditangisi sampai akhir hayat. Sekaligus titik lemah paling berbahaya bagi
mahligai rumah tangga.
Mengapa ngotot mempertanyakan..?.
secara kejiwaan hati manusia tidak bisa berbagi. Sekalimenerima seseorang
dihatinya , dia tak akan lupa sampai mati. Meski sudah punya pasangan yang
mencintai atau keluarga yang bahagia ; dia tetap tak akan melupakan. Begitulah
ajaibnya hati.
Pria sebenarnya juga membutuhkan
kekuatan hati wanita. Bahkan laki-lakipaling brutal dan ganaspun mengakuinya,
seperti Hitler ataupun Napoleon. Beberapa ulama’ terkemuka
memilih langkah ekstrim tidak menikah/tetap melajang (‘ulama’ al-uzzab)
daripada hancur ditangan wanita berhati lemah.
Nikah bukan bisnis yang mencari
keuntungandari pasangan. Nikah itu perjuangan yang dipertanggunggjawabkan dunia
akhirat. Hidup terlalu sederhana bila hanya untuk makan, minum, tidur, buang
air, nikah, cari uang, punya anak, tua, lantas mati. Banyak hal yang bisa kita
lakukan, yang bermanfaat bagi peradaban.
Bila tanpa keterpaduan hati secara
utuh, bagaimana mungkin kuat menghadapi masa depan.Bukankah tantangan hari esok
lebih berat dari sekarang ini..?. Makanya sangat penting kekuatan hati dalam
rangka menjinakkannya.
Kalau Azzam sudah tertanam tak ada yang
perlu ditakutka. Resiko tertinggi dalam hidup hanyalah kematian, lagi pula
setiap orang yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Kendati setiap orang
matinya berbeda-beda , tapi sifat wafat dalam nafas yang sama. Lebih baik mati
saat membela pasangan berhati mulia, daripada mati di istana tanpa berjuang apa- apa.
Sebab nikah sama artinya memilih jalan
panjang bertabur onak dan duri. Ketika dua kutub sudah menyatu ; banyak
perbedaan karakter , selera, cara pandang, sikap hidup sampai dengan hal yang
remeh-remeh. Semua perbedaan akan menjadi bom waktu jika tidak punya pondasi
yang kokoh. Oleh karenanya kekompakkan
hati mutlak dibutuhkan, jika tidak niscahya neraka dunia akan tercipta.
Cinta tidak runtuh begitu saja pada
malam pertama. Cinta itu akan datang setelah melalui proses dan penghayatan.
Modal utamanya, rasa percaya dan keyakinan. Tapi jika hati saja tidak utuh, apa
modal suami istri selainnya..?. Ketahuilah bahwa hati, yang utuh akan
melahirkan kekuatan dahsyat.
Karena kekuatan hati, seseorang
berjuang menjadi seuatu yang berharga dihati orang yang dipujanya. Dia ingin
mendapatkan kebanggaan dihadapan Allah karena membela pasangan cinta sejati.
Sehingga ia tak pernah berharap dengan puji sanjung atau tak peduli caci maki
manusia.
Dengan hati yang menyatu, langkah hidup
lebih bermakna, sebab hati akan letih dengan main-main. Suami istri bisa saling
mempersembahkan yang terbaik, diatas segala kelemahan dan kekurangan diri.
Mereka ingin merasakan ketenangan bersama tambatan hati, pautan cinta. Sesuatu
yang abadi, bukan basa-basi apalagi polesan luar belaka.
Wajarlah bila saling meminta itu satu
hal yang utama sebagai pondasi cinta. Lagi pula, yang dipinta itu hal yang
sederhana, bukankah semua orang punya hati..?. Salahkan mendambakan dari
pasangan sendiri..?. Bukankah itu kunci aman untuk mencegah
perselingkuan..?. Meski hanya perselingkuhan imajinasi dalam hati..?.
Banyak suami istri yang hanya menjadi
pasangan mesra saat pesta. Keharmonisan yang artifisal mereka sajikan didepan
umum. Suami yang begitu perhatian dan melindungi , juga istri yang sangat kasih
dan penyayang.kedekatan yang serba pura-pura sangat dipaksakan saat acara Show
time apalagi didepan kamera.
Kehangatan itu lenyap tanpa bekas saat
pulang kerumah, yang meletus berikutnya adalah api egoism pribadi , sebab
mereka lupa bahwa pernikahan yang langgeng bukanlah kemana-mana selalu berdua.
Kebersamaan fisikbelum jaminan menyatunya hati. Terbukti lagi bahwa niat
merupakan hal yang sangat penting sebagai landasan berumah tangga. Apapun yang
terjadi kita bisa kembali mempertanyakan niat semula.
Tidak pernah ada kata terlambat agar
kembali menata hati. Ibarat lingkaran, kita bisa kembali membuatnya bulat
sempurna tanpa sumbing. Seiring usaha gigih memberi pengertian pada diri,
dialah belahan jiwa yang harus diterima sepenuh hati, bukan separuh nafas
tetapi segenap jiwa raga.
Dengan mengurangi keinginan terhadap
pasangan, insya Allah kita akan bisa menerimanya secara utuh di hati. Saatnya
bersama mengokohkan kembali pondasi utama rumah tangga, yaitu keterpautan
hatiyang utuh.
Wallahu ‘alam Bhisawab
No comments:
Post a Comment