Blog Konten Islam: PERJALANAN HAJI TERAKHIR RASULULLAH SAW

Friday 25 May 2018

PERJALANAN HAJI TERAKHIR RASULULLAH SAW

PERJALANAN   HAJI TERAKHIR RASULULLAH SAW

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"
PERJALANAN HAJI TERAKIR
RASULULLAH  sawSA


“ Pada hari init telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu “ (QS. Al-Ma-idah :3) .

Setelah kota Mekkah berhasil ditakhlukkan  Rasulullah saw. Dan kaum muslimin , tanah Arab laksana tanah subur yang cepat menumbuhkan benih. Keelapan yang berabad-abad membutakan mata orang-orang kafir, secepat kilat berubah menjadi terang sejak matahari kebenaran Islam merekah dalam hidup mereka.

Org-orang miskin dan budak belia pun memandang kedatangan islam sebagai juru selamat yang isa mengentaskan mereka dari jurang penderitaan. Tak salah, jika orang kemudian berbondong-bondong memeluk islam.

Peristiwa ini kian mengharukan ajaran islam dimata orang-orang Arab. Bahkan orang-orang di Jazirah Arab menyaksikan sendiri bagaimana Raslullah hanya dengan pertolongan dan kekuatan Allah berhasil mengembangkan pengaruh Islam ke Seantero wilayah Timur Tengah. Kebenaran yang diajarkan Rasulullah saw itu memang benar, bukan dusta. Maka, pada tahun 9 Hijriyah pengaruh islam telah meluas dan pada tahun 10 Hijriyah pun, hampir seluruh tanah Arab penduduknya memeluk Islamdan hanya tinggal sedikit suku-suku bangsa Arab yang masih menyembah berhala.

Jelas, kenyataan ini berbeda jauh jika dibandingkan dengan awal kelahiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw yang dipandang dengan sebelah mata. Ketika itu jumlah orang kuat yang memeluk islam bisa dihitung dengan jari. Awal diutusnya Rasulullah sa dimana ajaran Islam hanya diikuti keluarga terekat beliau lalu disusul oleh Abu Bakar, Utsman, Hamzah, Umar bin Khatab, dan Abu Ubaidah Amir bin Al-Jarrah.

Selama 13 tahun Nabi berdakwah di Mekkah, Nabi pun kerap kali mengalami cobaan berat berupa, penghinaan , penganiayaan, cercaaan, cemoohan, dan bahkan upaya pembunuhan. Saat Allah menurunkan firman-Nya yang menceritakan tentang pengalaman dakwah Nabi Nuh as, “Dar kaumu tidak aka nada yang mau beriman , kecuali yang sudah beriman saja “. (QS. Hud :36)., nabi sangat bersedih.

Maka dimusim haji tahun itu , ketika Nabi Muhammad saw mengajak orang-orang Mekkah memeluk Islam dan menerima kenabiannya, beliau tak mendapat tanggapan dan bahkan ia diacuhkan. Lebih tragis lagi ada yang menuduh Nabi sebagai orang gila.

Tapi, setelah Mekkah ditakhlukkan keadaan bangsa Arab berubah total pada tahun 10 Hijriyah, orang-orang seluruh tanah Arab pun menanggapi dengan lain. Makannya, tatkala kaum muslimin di tanah Arab mendengar rasulullah saw hendak menunaikan ibadah haji pada tahun 10 Hijriyah itu, dari berbagai pelosok Arab datang berbondong-bondong datang ke Madinah untuk menyertai beliau pergi ke tanah suci Mekkah guna menunaikan ibadah haji.

Tidak tanggung-tanggung, jumlah orangyang hendak mengikuti kepergian nabi Muhammad saw ke Baitullah itu sangat banyak. Menurut sebagian penulis sejarah Islam, jumlah kaum muslimin yang menyertai ibadah haji tahun itu termasuk mereka yang berangkat ke Mekkah langsung dari daerah-daerah mencapai 114.000 orang. Bahkan ada pula yang mengatakan berjumlah 120.000 orang.

Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa Dibuktikan"

Tentu jumlah yang besar itu mencengangkan apalgi mereka itu semua berangkat dari berbagai peloso jazirah Arab yang kemudian turut bersama rasulullah saw untuk menunaikan ibadah haji dengan kalbu diliputi keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Padahal, mereka semua dahulu ingkar atas kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah saw dan bahkan ada yang menghina dan melecehkan beliau.

Tetapi, kini semua orang yang turut dalam perjalanan haji menaati perintah Nabi. Dengan penuh hikmah, Nabi memberi petunjuk tentang manasik haji (cara-cara menunaikan ibadah haji). Ada kalanya Nabipun menjelaskan dengan lisan tetapi ada kalanya pula memberikan contoh dengan amal perbuatan.

Orang-orang yang ikut berpergian itu dengan khidmah mematuhi perintah Nabi. Setelah Rasulullah memberi petunjuk mengenai manasik haji, kemudian beliau berkhutbah : “Wahai manusia sekalian, dengarkanlah baik-baik apa yang kukatakan. Aku tak tahu, mungkin aku tidak akan bertemu dengan kalian sesudah tahun ini dan di tempat ini.

“Hai manusia sekalian .., (ketahuilah) bahwa darah (jiwa) dan harta benda (milik) kalian adalah suci bagi kalian (yakni tak boleh diperkosa oleh orang lain), seperti hari dan bulan suci (sekarang) ini, (yakni bulan dzulhijjah) hingga saat kalian menghadap Allah swt. Dan kalian pasti akan menghadap Allah sawt, Tuhan kalian. Pada saat itu kalian dituntut bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah kalian lakukan. Itu telah kusampaikan. Barang siapa diserahi amanat itu ditunaikan kepada yang berhak menerimanya”…

(Ketahuilah) bahwa semua riba tidak boleh berlaku lagi. Akan tetapi kalian berhak menerima kembali uang pokok (modal)-nya. (dengan demikian) kalian tidak berbuat dzalim dan tidak diperlakukan secar dzalim. Allah telah menetapkan tak boleh ada riba lagi. Riba Al-Abbas bin Abdul Muththalib (pun) semuanya tidak berlaku (tak boleh ditagih …

“(Ketahuilah) bahwa tuntutan darah (balas dendam atas pembunuhan) semasa jahiliyah tidak berlaku lagi , dan tuntunan darah pertama yang menghapuskan ialah darah Rabia’ah bin Al-Harits bin Abdul Muththalib…..

“Kemudian, hai manusia sekalian, hari ini dan untuk selama-lamanya setan sudah tak punya harapan untuk disembah-sembah dinegeri ini. Akan tetapi jika kalian menuruti , meski dalam hal yang remeh dab yang akan memerosokkan amal perbuatan kalia, dia pasti akan puas (senang). Karena itu, jagalah baik-baik agama kalian.

“Wahai manusia sekalian, menangguhkan berlakunya larangan – larangan dalam bulan suci berarti menambah kekufuran dan dengan itu orang-orang kafir tersesat. Mereka menghalalkan larangan-larangan itu pada tahun yang satu dan menghalalkan pada tahun yang lain agar mereka bisa menyelesaikan bilangan 9jumlah bulan) yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Lalu mereka menghalalkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh – Nya…

“Zaman berputar (silih berganti) sebagaimana keadaan sewaktu Allah menciptakan langit dan bumi. Jumlah bulan menurut (bilangan) Allah adalah 12, Empat diantaranya adalh bulan-bulan suci (yaitu) tiga bulan berturut-turut dan bulan Rajab, antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban.

“Kemudian wahai manusia sekalian…. Sebagaimana kalian mempunyai hak atas istri-istri kalian, merekapun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas mereka adalah melarang mereka mengizinkan orang yang tidak kalian sukai menginjakkan kaki diatas lantai kalian (yakni memasuki rumah) kalian. Dan merakpun jelas diwajibkan menjaga diri dari perbuatan tidak senonoh. Apabila mereka melakukan hal itu Allah mengizinkan kalian berpisah tempat tidur dengan mereka dan kalian diizinkan memukul mereka dengan pukulan yang tak mengganggu (kesehatan badan).

Bila mereka sudah tak lagi melakukan hal itu maka kalian wajib memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik-baik. Hendaklah kalian berlaku baik terhadap istri-istri kalian , mereka itu adalah mitra yang membantu kalian. Mereka tidak memiliki sesuatu untuk diri mereka sendiri. Kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian berdasarkan ketentuan Allah.

“Wahai manusia sekalian, perhtikan kata-kataku yang telah kusampaikan (kepada kalian). Aku tinggalkan ditengah kalian suatu masalah yang jelas, jika kalian berpegang teguh pada-nya , kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Baca Juga "Memilih Pemimpin Merujuk Al-Quran"

“Wahai manusia sekalian, dengarkanlah kata-kataku dan pahamilah baik-baik. Kalian mengerti bahwa setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya dan semua kaum muslimin adalah bersaudara. Namun seseorang tidak dihalalkan (mengambil sesuatu) dari (milik) saudara kecuali yang diberikan dengan senang hati kepadanya. Janganlah sekali-kalikalian berlaku dzalim terhadap diri kalian sendiri. Ya Allah bukankah (semua) telah kusampaikan..?

Khutbah yang disampikan Rasulullah saw dihadapan sekitar 114.000 orang itu sungguh menyentuh kalbu dan hati. Jamaah pun tertunduk khidmat. Khotbah yang menerangkan tentag prinsip-prinsip Islam itu tak lain adalah Risalah yang akan menyelamatkan manusia dari kesesatan pikiran dan kegelapan. Karena sejatinya prinsip-prinsip itu tidak berubah, prinsip-prinsip moral Islam yang Universal.

Ketika Rasululah saw menyampaikan khutbah itu , suara Rasulullah saw mengalun dengan suara yang sedang, tidak cukup keras. Tetapi setiapkalimat yang beliau ucapkan menurut Ibnu Ishaq  diulang dengan suara yang keras oleh seorang sahabat yang bernama Rabi’ah bin Umayyah bin Khalaf supaya khutbah nabi itu bisa didengar oelh jamaah yang jumlahnya mencapai 114.000 orang.

Setelah Rasulullah berpesan agar kaum muslimin mengingat baik-baik akan pesan yang beliau sampaikan , lalu ia bertanya kepada jamaah , “ Tahukah kalian, hai apakah sekarang ini..?”.

Serentak menjawab, “Hari haji Akhbar”. Beliau lalu berkata lagi , “Jiwa dan harta kalian disucikan Allah swt seperti hari yang suci ini hingga tiba saatnya kalian menghadap Allah. Ya Allah …, sudah kusampaikan..?.

Jamaah menyahut “Ya..!”. rasulullah kemudian menengadah kelangit , dan berucap dengan penuh kekhusyukkan “Ya Allah, saksikanlah!”.

Usai menyampaikan khutbah Rasulullah kemudian turun dari untanya , Al-Qushwa dan tetap berada ditempat hingga tibalah waktu sholat dzuhur dan asar. Setelah itu, Rasulullah saw bersama jamaah berangkat menuju Shakarat (Arafah). Di Arafah itulah Rasulullah saw kemudian mendapat wahyu , “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamudan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku ,dan telah Ku-ridhai Islam itu sebagai agamamu”. (QS. Al-Ma’idah :3).

Saat mendengar firman Allah swt itu, Abu Bakar seketika menitikkan air mata.Abu Bakar seperti tidak kuasa untuk menahan air mata. Karena dalam hati , Abu bakar merasakan bahwa dari ayat tersebut , dia mengerti tugas risalah telah selesai dilaksanakan oleh Rasulullah saw dan dia menduga tak lama lagi beliau akan kembali ke hadapan Allah swt.

Sebagian besar ulama’ini turun pada hari Jum’at tanggal 9 Dzulhijjah ketika Nabi Sedang wuuf di Arafah. Seteah matahari tenggelam, beliau bersama semua jamaah meninggalkan Arafah, kemudian berangkat ke Muzdalifah dan bermalam disana. Pagi harinya beliau ke Masy’arul haram, kemudian pergi ke Mina.

Dalam perjalanan itu beliau melempar jumrah. Usai menunaikan manasik tersebt, beliau kembali ke kemah lalu menyembelih 63 ekor unta, tiap ekornya untuk masa satu tahun umur beliau. Selebihnya dari jumah 100 ekor yang beliau bawa dari Madinah yakni 37 ekor beliau menyerahkan penyembelihannya kepada Ali bin Abi Thalib. Usai melaksanakan semua itu, Rasulullah saw lantas mencukur rambut dan berakhir ibadah haji yang beliau tunaikan bersama dengan jamaah pada tahun 10 Hijriyah itu yang dalam sejarah islam dikenal dengan sebutan haji wada’.

Setelah haji wada’ ditunaikan degan tuntas , dan Nabi pun menerangkan kepada jamaah berbagai cara ibadah haji (manasik) , rombongan haji wada’ pun lalu beranjak meninggalkan Mekkah pulang menuju Madinah.

Itulah perjalanan haji terakhir Nabi Muhammad saw dan haji itu dikenal dalam sejarah Islam dengan nama haji wada’ (perpisahan). Dinamakan haji wada’ karena ibadah haji itu adalah ibadah haji perpisahan lantaran beberapa saat kemudian beliau pulang keharibaan Allah swtmeninggalkan kaum muslimin untuk selama-lamanya.

Tetapi, ada juga orang yang menyebut ibadah haji tersebut sebagai hijjatul balagh itu disebabkan dalam ibadah haji itu nabi telah menyampaikan khutbah , tentang tugas risalahnya dan menyampaikan semua yang diperintahkan oleh Allah swt kepada umat manusia. Karena haji tersebut ada juga sebagian ulama menyebut dengan ‘Hijjatul Balagh’ yang berarti “ibadah haji penyampaian”.
Selain itu, ada pula orang yang menyebut perjalanan haji Rasulullah saw tahun 10 Hijriyah itu dengan nama Hijjatul Islam. Dinamakan demikian, karena dalam ibadah haji tersebut Allah swt telah menyempurnakan agama Islam bagi seluruh umat manusia , sebagai agama satu-satunya yang agama yang diridhai-Nya. Tak salah pula, jika haji tersebut dinamakan Hijjatul Islam.

(disarikan dari Membangun Peradaban Sejarah Muhammad Sejak Sebelum Diutus Menjadi Nabi, H.M.H Al-Hamid Al-Husaini,penerbit Pustaka Hidayah, Jakarta, 2000).
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 26 Mei 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...