Blog Konten Islam: JALAN PERTOBATAN SANG GERMO

Tuesday 15 May 2018

JALAN PERTOBATAN SANG GERMO

JALAN  PERTOBATAN SANG GERMO


JALAN  PERTOBATAN  SANG GERMO

“ Bertahun-tahun Sukardi (40 tahun) berprofesi sebagai Germo. Ia hidup berkecukupan dari bisnis haram ini.Namun suatu ketika ia menyadari jika pekerjaannya menyimpang dari agama .“
DASBOR"RAHASIA ILLAHI 2"
Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa dibuktikan..?"
Dulu, Sukama adalah orang yang buta agama.Hidup tidak berpijak pada pondasi agama yang dipeluknya. Dimatanya tak ada yang batil, semua pekerjaan adalah halal asalkan tak merugikan orang lain.

Karena kebiasaan nongkrong ditempat-tempat hiburan dan tempat remang-remang, ia mengenal betul seluk beluk dunia malam yang identik dengan dunia yang penuh kemaksiatan. Sukardi acuh dengan norma-norma agama yang mengikatnya.

Hingga suatu ketika, datanglah seorang lelaki setengah baya , bertampang BOS. Lelaki ini menghampiri Sukardi yang sedang duduk-dududk sambil mengamati tingkah laku para pengunjung dari pojok café.

“Selamat malam, saya Dandy ‘, lelaki itu memperkenalkan dirinya.
“Malam, Sukardi” lelaki itu menyapa Sukardi, “Malam” jawab Sukardi
“Saya perhatikan anda sering datang ketempat ini, dan saya sedikit tahu tentang siapa Anda”,

“Darimana Anda tahu tentang saya”..?.
“Sudahlah tak perlu darimana saya tahu . Maukah Anda berbisnis dengan saya..?. kata lelaki itu.
Bisnis apa ya yang bapak tawarkan…?.
Sukardi sepertinya kepincut dengan bisnis yang ditawarkan lelaki yang belum lama dikenalnya itu.
“Mudah sekali”, Anda cari saja gadis cantik yang mau kerja dengan ku. Aku butuh mereka yang berpenampilan menari. Jika berhasil, Anda akan mendapat fee yang lumayan. Itu saja tugas Anda. Soal-gadis-gadis itu, biar saya saja yang mengurus. Pekerjaan ini tak akan mengganggu pekerjaan Anda saaat ini.
Bagaimana..?’, kata Dandy menegaskan.

Sukardi tak segera menjawab. Pikiran melayang jauh. Memang sekarang ia masih bekerja di instansi dimana setiap minggunya, ia tetap mendapatkan gaji. Ia membayangkan setumpuk uang yang bakal diterimanya jika berhasil memenuhi tawaran itu.

Agaknya setelah sejenak memutar-mutar  otaknya Sukardi seolah sudah mengantongi jawabannya. Ditenggaknya sesloki bir yang ada didepan mejanya. Dipandangi lelaki yang ada didepannya dengan penuh penasaran dan keinginan bisnis dengannya.

“Bagaimana sudah ada jawaban…?”.
“Baiklah, Nanti saya kabari jika ada info’, ucap Sukam sedikit menjanjikan kepada lelaki itu.
“Bagus Hubungi saja saya, sambil menyodorkan secarik kertas kecil berisi nomor HP.
Inilah awal Sikam terjerumus kedalam kubang dosa yang dalam dan bergelut dalam dunia hitam pelacuran. Iming-iming uang yang besarlah yang membuat Sukardi mata hatinya buta, nuraninga tak lagi bisa lagi membedakan mana benar dan mana yang salah.

Baginya, apapun yang bisa mendatangkan uang dan penghasilan untuk mempertebal pundi-pundi uangnya akan dilahapnya. Toh tak ada orang yang dirugikan dan juga mengganggu orang lain yang penting  sama-sama menguntungkan.
Tersesat Dalam Dunia Hitam
Mulailah petualangan Sukardi memburu mangsanya, mendekati gadis-gadis cantik sambil meniming-imingi penghasilan besar yang bakal diterima jika mau bekerjasama dengannya.Tentu tidak asal sembarangan ia menggaet gadis-gadis cantik yang mau diajaknya bekerja. Ia sengaja mencari gadis-gadis yang mabuk akan kenikmatan dunia. Mereka yang tercepit oleh tekanan ekonomi dan membutuhkan banyak rupiah, bukan saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari namun juga menghiasi dirinya dengan penampilan yang mempesona.

Perkaraseperti itu tak sulit bagi Sukardi, karena telah lama ia akrab dengan dunia malam. Pergaulannya juga cukup luas sehingga memungkinkan bagi dirinya untuk menemukan sasaran-sasarannya. Setiap ia mendapatkannya, ia langsung menghubungi Dandy sang BOS yang dikenalnya di café saat itu, Transaksi disepakati dan rupiah pun dibayar kepada Sukardi.

Lama-kelamaan Sukardi mulai berpikir, senadainya ia sendiri yang menyediakan para gadis cantik dan berhubungan langsung dengan peminat ( para lelaki hidung belang) tentu hasilnya lebih menggiurkan. Karena ia bisa medapatkan langsung dari pelanggan tanpa dipotong oleh orang lain. Dan ia sendirilah yang akan memberi bayaran kepada para gadis binaannya.

Mengingat Sukardi sudah paham betul dengan liku-liku bisnis hitam ini, maka ia berupaya menjaga betul agar gadis binaanya bisa betah bekerjasama dengannya. Ia memberikan penghasilan yang lumayan yang telah dijanjikan lebih dulu agar kedua belah pihak yang berkepentingan tidak ada yang saling menjegal dan tidak ada yang dirugikan.

Disamping itu dia juga merasa nyaman dan merasa di-orangkan , tidak merasa dieksploitasi. Semula ada 4-5 orang perempuan yang setia dengan Sukardi, tapi karena perlakuan baik sang majikan, membuat gadis-gadis lain tertarik bekerjasama dengannya hingga kemudian ada sekitar belasan para gadis cantik yang bernaung dibawahnya.

Profesi ini dilakoni Sukardi selama beberapa tahun. Segalanya telah didapatkan. Surga dunia sepertinya telah berhasil direngkuhnya. Kemana, ia pergi dan apapun yang ia inginkan seakan dapat dipenuhi dengan penghasilan yang ia dapat dari lembah hitam ini.

Ia tak perlu mondar-mandir lagi, cukup duduk manis dirumah sambil ongkang-ongkang kaki menikmati segelas kopi manis sama membaca Koran pagi. Tatkala ada lient yang menggunakan jasanya, cukup, komunikasi via HP, transaksi besaran tariff dan modal yang diinginkan aka disepakati setelah menyesuaikan waktunya, rupiahpun datang dengan sendirinya.

Biasanya transaksi ini dilakaukan disuatu tempat yang telah disepakati bersama.Bisnis haram yang dijalankan Sukardi berjalan mulus tanpa ada hambatan yang berarti. Kalaupun ada mungkin hanya sekedar selisih pendapat atau masalah-masalah kecil diantara binaannya, semuanya bisa diselesaikannya dengan baik.

Lima tahun Sukardi menjadi Germo. Selama itu pula, ia sudah bisa membahagiakan banyak orang dengan mepekerjakan mereka dengan penghasilan yang memadai. Pintu hatinya seolah tertutup dengan gelimang harta dan dosanya. Semakin lama ia menggeluti bisnis haram ini, semakin bertumpuk pula harta serta dosa-dosa yang dipikulnya. Akal sehat dan nalarnya benar-benar seakan telah tertutup.

Sang istripun enjoy-enjoy saja dengan pekerjaan yang dilakoni suaminya itu.tak protes lantaran backgroundnya tak jauh beda. Sama-sama dari lembah hitam, jadi keimanansang istri pun juga tak kokoh. Andaikat pemahaman agama mereka juga telah terpatri dalam hati kuat-kuat, tentu setidaknya ada rasa malu dan sesal terjun di bisnis haram itu.

Namun ketenangan yang dirsakana Sukardi dalam menjalankan roda bisnisnya mulai terusik. Sang germo mulai uring-uringan karena sang istri yang biasanya adem ayem saja mendadak protes terus menerus padahal nafkah yang diberikan kepadanya sudah lebih dari cukup. Pun para wanita pendulang rupiah baginya juga mulai menuntut aneh-aneh. Dan masalah-maslah lain mulai bermunculan.

Sukardi pusing tujuh keliling. Rasanya tekanan-tekanan yang menderanya sulit dicarikan pemecahannya. Pikirannya sungguh kalang kabut. Maklumlah sebelum tidak pernah mengalami kendala dan masalah yang cukup berat seperti sekarang ini.

Biasanya problem bisa diatasi dan diselesaikan dengan segera. Kemana harus mengadu, ia tak tahu. Ke teman-teman, ia malu karena bila ia tahu pekerjaannya bukan solusi yang didapat melainkan celaan. Kepada, Tuhan selama ini ia jauh dari agama malahan bergumul dengan lingkaran syetan. Ia frustasi kemana harus meminta pertolongan.

Baca Juga "ADAKAH JIN ISLAM...?"

TEMAN LAMA YANG PEDULI
Dalam keningungannya, untunglah Sukardi bertemu dengan sahabat karibnya yang selama bertahun-tahun tak pernah bertemu secara tidak sengaja tatkala jalan disebuah pertokoan. Padahal ia hampir lupa dengan temannya waktu perpisahannya setelah lulus SMA. Sebut saja namanya Rahman.

Hati Sukardi berbunga-bunga lantaran dengan temannya yang satu ini, ia biasa bicara blak-blakan tanpa tedeng aling-aling.Lantas ia mengajak untuk makan siang dan bincang-bincang. Sukardi merasabahwa inilah saatnya yang tepat untuk menumpahkan uneg-uneg nya selama ini kepada sahabatnya, sengan harapan sahabatnya bisa menolong dirinya dari maslah-masalah yang menghimpitnya selama ini.

Dengan agak malu-malu akhirnya Sukardi menceritakan tentang kisah hidupnya selama ini kepada teman lamanya yang baru dijumpainy. Sang sahabat mendengarkan dengan seksama penutura temannya yang kini ternyata menggeluti pekerjaan yang sungguh tak terduag dalam pikirannya.

Yakni sebagai Germo. Rahman tak ingin melukai temannya yang sudah bercerita dan berkata jujur padanya tentang jati dirinya yang sebenarnya saat inidengan jawaban yang menyakitkan. Lelaki yang seumur dengan Sukardi ini hanya mengelus dada, menyesalkan teman akrabnya ini hingga terjun kelembah dosa. Ia bisa menahan diri dan mencoba menenangkan diri.

“Astagfirullah hal adzim”. Sukardi, kita tentu ingat sewaktu kelas III SMA bahwa Engakau bercita-cita menjadi wiraswastawan yang sukses. Apkakah tak ada pekerjaan lain dari itu…?.tanya temannya

“Aku menikmati kok sebelum datang segudang masalah seperti sekarang ini “, jawab Sukardi enteng.
“Bagaimana dengan istri dan anakmu…?.
“No problem istri dan anakku tak mempermaslahkan sebelumnya. Anakk belum tahu apa-apa masih kecil”.

Sampai kapan kamu menekuni pekerjaan seperti ini..?”.
“Entahlah”,
Pertemuan dua sahabat sekitar satu setengaj jam itu jelas membekas dalam diri keduanya. Rahman cukup perihatin dengan keadaan Sukardi. Secara materi memang berkecukupan, tapi tentu hasil yang didapatkan tidak berkah, justru sebaliknya membuat hidup temannya itu menemukan ketidak tenangan dalam hidupnya.

Menurut Rahman sesuatu yang didapatkan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan agama pasti akan ada akibat dan konskwensinya. Pertama, menikmati uang haram adalah bagian dari dosa. Kedua, memanfaatkannya akan berpengaruh pada perilaku dan cara berpikir yang tidak baik lebih cendering ke hal negativenya daripada ke hal positivenya.

Sebagai teman Rahman tak ingin temannya semakin hancur dan berkubang dalam lembah dosa. Mungkin ini saat dan waktunya membantu Sukardi keluar dari maslah-maslah yang menderanya dan mengarahkannya ke jalan yang diridhai Allla swt. Hanya saja, Rahman tak ingin gegabah. Cara yang dilakukannya harus halus dan bicara dari hati ke hati. Maklumlah, mengajak dan mengarahkan orang yang terlalu jauh tersesat dari jalan-Nya tidak bisa ceroboh dan sembarangan. Buuh kesabaran dan ketelatenan.

Jika ada waktu, Rahman mengajak Sukardi untul sekedar makan bersama, kemudian mampir mengikuti pengajian di majelis dzikir yang sudah biasanya ia ikuti setiap seminggu sekali. Mudah-mudahan dengan cara ini temannya kembali sadar bahwa jalan yang ditempuhnya selama ini salah.

Alhamdulillah gayung bersambut. Sukardi mau menerima ajakkan baiknya Rahman, malahan Sukardi merasa senang teman lamanya begitu peduli pada dirinya dan peduli terhadap problem yang dihadapi. Soalnya sebelumnya ia tak tau harus kemana mengadukan masalahnya yang dihadapinya saat ini.

Butuh waktu lama, namun Sukardi merasa persoalan-persoalan yang dihadapinya dan yang menghantamnya beberapa waktu lalu berangsur-angsur merasa ringan dikepalanya.Ia sudah bisa mengendalikan diri , menahan amarahnya bila para binaan memprotesnya atau istrinya masih sering melontarkan grundelan-grundelan. Bahkan ketenangan mulai menjalar dalam dirinya.

Malahan tanpa diminta, Sukardi berinisiatip mengaak sahabatnya untuk bersilaturahmi kepada ustadz yang kerap mengisi acara dzikir mingguan untuk meminta petunjuknya. Sukardi kembali menuturkan perjalanan panjangnya yang penuh dengan aroma kemaksiatan.

Skardi menangis tersedu-sedu, tapi terus bercerita hingga tuntas meski tersendat-sendat. Kini, ia sadar betul bahwa dirinya adalah orang yang hina dengan pekerjaan yang sehari-harinya penuh dengan lumuran dosa. Biarlah kalau sang ustadz memarahinya sejadi-jadinya saat mendengar kisahnya, yang penting hatinya plong. Syukur-syukur ada solusi yang ditawarkan sang ustaz. Anehnya sang ustadz tidak marah tatkala mendengar penuturannya. Sang ustadz malah tersenyum.

“Orang yang menyadari dirinya telah khilaf dan punya keingina kuat untuk kembali memperbaiki dirinya itu jauh lebih baik ketimabng orang yang merasa dirinya benar padahal sesungguhnya ada tumpukkan dosa yang selalu melekat pada dirinya.

Sukardi semakin simpatik dengan metode dakwah sang ustadz yang santai dan tidak terkesan mengguruiUstadz tersebut tidak lah seperti ustadz-ustadz lain atau kyai-kyai pada umumnya yang lebih mudah mengeluarkan doktrin haram atau halal, meskipun sang ustadz tahu betul bahwa pekerjaan germo jauh menyimpang dari ajaran agama. Namun yang menggembirakan hatinya , Sang Ustadz menjawab dengan halus, penuh kasih sayang.

“Bagaimana dengan nasib keluarga dan para binaanmu..?”.
“Itulah yang saya pikirkan, Ustadz. Tapi Rahman mau membantu untuk mencarikan jalan terbaik”,  jawab Sukardi.
“Mudah-mudahan niat mulia ini mendapatkan ridha Allah swt sesekali tidak ada salahnya kalau kau ajak istrimu dan para binaanmu untuk ikut mengaji di temapat ini”.

“Tapi saya kan seorang germo yang kotor, Ustadz..?. Mereka juga kotor penuh dengan lumuran dosa, Ustadz.
Kenapa tidak..?. Tak jadi soal, apakah mereka berlatar belakang germo, pelacur, preman, pencuri, perampok sekalipun.Kami selalu terbuka menerima siapapun. Maksud baik , pasti kita sambut baik pula. Yang punya maksud jelek pun, kita doakan agar mendapat pencerahan. Justru bodoh orang yang membeda-bedakan hanya gara-gara punya masa lalu yang kelam. Inilah salah satu wujud dari amar makruf”.

Nasehat sang ustadz bener-benar menyentuh hati Sukardi.Semangatnya untukbelajar agama kini terpompa. Setiap pengajian mingguan yang diisi Sang Ustadz, selalu diikuti meski pekerjaan lamanya masih belum ditinggalkan. Ia mulai berpikir lebih tenang. Selanjutnya ia ajak pula anak dan istrinya ketempat pengajian pula agar mendapat pemahaman agama yang benar.

Ia juga berkeinginan untuk mengajak binaan-binaannya untuk mengikutipengajian yang sudah diikuti lebih dulu. Sekaligus ingin mengajak binaannya kembali ke jalan yang lurus. Menurutnya, mereka terjun kelembah hitam juga melalui perantara dirinya.Karena itu ia merasa sangat berdosa sekali jika dan tak bisa menghapus dosa-dosanya itu bila belum mengantarkan mereka untuk menggapai cahaya illahi.

“Pelan- pelan namun pasti. Niat baik Insya Allah akan berbuah baik pula “, kata sang Ustadz singkat. Waktu berjalan. Perubahanpun terjadi, Sukardi yang dulu menjadi germo dengan para binaannya, kini telah berubah.Sukardi sudah meninggalkan pekerjaan itudan ikut menyemangati mantan-mantan binaannya menjalani hidup dengan benar sehingga mendapat ridhan-NYa Sukardi tak putus-putus memperbaiki diri, menebus dosa masa lalunya dengan lembaran hidup yang lebih bersih.

Jadi cerita diatas dapat dijadikan I’tibar bawah seorang hamba yang sudah banyak berkubang dengan dosa tidak ada kata terlambat untuk bertaubat selagi nyawa masih dikandung badan dan insya Allah siapa yang bertaubat dengan taubatan Nasuha Allah akan menerima taubatnya itu. Dan barang siapa yang diberi kesempatan dan mau bertaubat itulah hakekatnya orang-orang yang sudah mendapat hidayah Alla SWT. Amiiin.
(nama dan tempat dalam cerita ini memang sengaja disamarkan)
Wallahu a’lam bis-shawab    

 [Dikutip dari Majalah Hidayah] Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 16 Mei 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...