Blog Konten Islam

Monday, 23 July 2018

AL-JALIL MAKNA SANG MAHA LUHUR

AL-JALIL  MAKNA SANG MAHA LUHUR

Dasbor " Asmaul Husna"


AL-JALIL MAKNA SANG MAHA LUHUR

“ Sanggupkah kita mengarahkan diri untuk selalu ada dalam cinta-Nya perhatian-Nya, pertolongan-Nya, dan perlindungan-Nya “.. 

Rasulullah saw pernah bersabda dalam sebuah hadits Qudsi: “Kalau aku sudah mencintaimu, maka ketika kamu melihat sesungguhnya kamu melihat dengan pengelihatn-Ku, ketika kamu mendengar , kamu mendengar dengan pengelihatan-Ku. Kalau kamu minta pertolongan , akan Aku kutolong segera dan jika kamu meminta perlindungan, kamu akan Aku lindungi “ (HR. Bukhari).

Masalahnya sanggupkah kita mengarahkan diri untuk selalu ada dalam cinta-Nya, perhatian-Nya, pertolongan-Nya, perlindungan-Nya ?. Untuk dicintai-Nya kita harus mencintai-Nya, agar selalu ditolong, diperhatikan, dan dilindungi terlebih dahulu kita harus berbakti dengan sepenuh hati kepada-Nya dan juga makhluk-Nya. Perilaku luhur seperti ini merupakan refleksi keimanan seorang hamba dan bukti bahwa sifat Ke-Maha Luhuran Allah itu diteladani.


Ke-Maha Luhuran Allah itu tidak hanya bergelantungan di angkasa , seperti tegaknya langit tanpa tiang , berotasinya triliunan benda angkasa, tetapi sifat Al-Jalil (Maha Luhur) itu melingkupi Dia Yang Maha Kaya,, Mha Kuasa, Maha Suci, Maha Mengetahui, dan Maha Menentuka.


Jadi Al-Jalil adalah sifat Zat yang sempurna Kebesaran-Nya dari paripurna Keagungan-Nya. Tidak ada apa dan siapapun yang menandingi Zat, sifat dan perbuatan-Nya. Ia bukan berbentuk fisik, tidak butuh sesuatu, tidak lemah dan menafikkan diri-Nya dari segala sesuatu yang tidak wajar bagi-Nya.

Kendati tidak ditemukan kata “Jalil” dalam Al-Quran, tetapi dalam Al-Quran surat Ar-Rahman /55:27 dan 78 Allah menggambarkan diri –Nya sebagai pemilik Jalal(keluhuran) “Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai keluhuran dan kemuliaan. Maha Agung Nama Tuhanmu yang mempunyai Keluhuran dan Karunia”, Bagi Prof. Quraish Shihab, pemilik Al-Jalal  tak lain adalah Allah Al-jalil. Pun kemuliaan yang disandang Allah terhimpun didalam sifat itu.


Mengenai sifat ini Al-Ustadz Mahmud Samiy dalam Mukhtashar fi Ma’ani Asma’Allah Al-Husna mendeskripsikan bahwa Al-Jalil adalah Zat yang mengumpulkan sifat-sifat Allah secara mutlak. Sebab semua keelokkan , kesempurnaan , dan kebaikan yang ada dialam ini semua berasal dari cahaya Zat-Nya dan bekas-bekas sifat-Nya. Karena itu mereka mengenal_nya dan yang memandang keelokkan-Nya merasa senang, lezat, nikmat, gembira dan bahagia. Jadilah Allah Zat yang Jalil sekaligus Jamil vis-avis semua makhluk. Dengan demikian , Allah adalah Zat Yang Luhur dan dicintai dan dirindukan.


Hanya saja, mereka yang rindu kepad_Nya dan beroleh keindahan saat memandang-Nya berselubung rahasia. Karena orang yang buta tidak bisa mengenali apa-apa didepan matanya kendati keindahan itu bisa membuatnya pingsan atau bahkan kehilangan nyawa. Bagi mereka yang terbuka mata hatinya menjadi nyat bahwa keluhuran dan keindahan sifat Allah itu melampaui segala sesuatu yang dikenalinya atau tidak pernah melayang dalam memorinya. Sayang kini banyak diantara kita, yang tetap berbahagia menjadi “Orang-orang buta” dengan menganggap bahwa dirinya mengetahui apa saja dengan mata kepala.


Dalam lensa sejarah, kita diperkenalkan dengan sosok Nabi Musa yang memaksa ingin melihat Tuhan nya dengan mata kepala. Padahal salah satu dari makna Al-Jalil adalah Dia yang menempatkan diri dihdapan makhluk-Nya namun mereka tidak kuasa melihat-Nya dengan perspektif visual yang dangkal. Segala makhluk tak mampu menyaksikan keindahan kesempurnaan cahaya –Nya. Mata raga tak kuasa menerima kiriman cahaya dari Keluhuran Zat yang dilihatnya.


Inilah kisah Nabi Musa itu, Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa : “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”.


Tuhan berfirman : “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu , maka jika ia tetap ditempatnya (sebagai sedia kala) niscahya kamu dapat melihat-Ku”, tatkala tuhan itu melihatkan pada gunung itudijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jath pingsan. Maka setelah Musa sadadr kembali dia berkata : “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada engaku dan aku orang yang pertama-tama beriman” (QS.AlA’raf/7:143).


Sebagai Al-Jalil, Dia membagi-bagikan sepercik kekayaan kepada siapa yang dihendaki-Nya. Makhluk yang diberikan kekayaan akan merasakan kebahagiaan kelebihan materi, dan bisa mendayagunakan semua potensinya untuk menancapkan eksistensinya dimuka bumi. Bedanya kalau kekayaan makhluk bisa berkurang atau bertambah ketika diberikan bagi sesamanya, kekayaan Al-Jalil tidak bisa dipengaruhi aoleh apa dan siapapun. Ia Maha Kaya Karena diri-Nya. Manusialah yang membutuhkanya.


Allah menegaskan :”Ketahulah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”, (QS. Al-Baqarah /2:267). “Tuhanmu Maha Kaya lagi Maha Memiliki Rahmat” (QS. Al-An’am/6:133) “Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta (QS.Al-Ankabut/29:6). “Allah Yang Maha Kaya sedangkan kamulah yang butuh kepad-Nya”, (QS. Muhammad/47:38).


Sebagai Al-Jalil Dia mendelegasikan keberadaan-Nya kepada sekalian makhluk di muka bumi. Dalam bahasa manusia, mereka yang berkuasa itu disebut raja, kaisar, presiden, kanselir, yang dipertuan agung, pemimpin tertinggi, mullah, Amir, ayatollah, perdana menteri atau maha patih. Tidak seperti manusia, Al-Jalil tidak butuh protokoler pasukan segelar sepapan, pengawal dan asisten. Ia pun tidak lalu luntur kekuasaan-Nya ketika turun untuk menolong mereka yang miskin, terpinggir dihinakan, atau manusia dengan basis kontituen politik yang lemah.


Semua kekuasaan yang saat ini dipegang manusia dijagat ini pada hakikatnya adalah milik Allah Al-Jalil. Allah berfiman :”Allah yang meanugerahkan kerajaan-Nya (di dunia ini) kepada siapa yang dia kehendaki dan Dia Maha luas Anugerah-Nya lagi Maha Mengetahui (QS.Al-Baqarah/2:247). Wahai Tuhan yang memiliki kerajaan , Engkau beri kerajaan kepada orang yang Engkau kehendakai dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki” (QS. Al- Imran/3:26).


Sebagai Al-Jalil, Allah lah yang membuat makhluk-Nya dimuliakan oleh sesamanya. Ia pemilik kemuliaan. Dengan sifat-Nya diangkatlah derajat manusia yang tadinya hina dina. Seperti membalik telapak tangan , manusia yang tidak pernah diperhitungkan , serta merta memperoleh pengikut , dukungan dan dieluk-elukkan karena dimuliakan Allah.Al-Jalil bahkan mengajarkan bahwa bersentuhan dengan masyarakat pada tingkat akal rumput tidak akan membuat hilang kemuliaan. Karena selama ini, Al-Jalil lah yang telah memberi pengemis tempat di kolong jembatan, melindunginya ketika tidur, memeprtemukan dengan sebungkus nasi bekas.


Sebaliknya, manusia merasa malu dengan baju kemuliaan dan kebesarannya manakal berurusan dengan orang-orang miskin, penduduk kampung kumuh, kaum terlantar dan anak-anak jalanan. Padahal jika Allah menhendaki disanlah seseorang bisa jadi akan mendapatkan keluhuran , kekuasaan, dan kemuliaan dari Allah Pemilik Kemuliaan.


Allah memberi kita pedoman :”Barang siapa bersyukur maka sesungguhnya dia bersykur untu (kebaikkan) dirinya, dan barang siapa ingkar , maka sesungguhnya TuhankuMaha Kaya lagi Maha Mulia” (QS. AN-Nahl /16:40). “Sesunggunya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka didaratan dan dilautan” (QS. Al-Israa/17:70).


Semoga kita bersama-sama dalam prosesi menjadi hamba yang luhur , mulia, diberi kuasa, mampu mengintip keindahan-Nya. Inilah pribadi Abdul Jalil. Yakni, seperti kaya Syekh AL-Jerrahi, hamba yang memiliki sifat sempurna. Perasaanya, pikiranya, dan perbuatannya berusaha meneladani Rasulullah saw dengan menyesuikan diri dengan citra Tuhannya.


Karena itulah Abdul Jalil dianugerahkan kebesaran dan keluhuran oleh Allah swt sebagai Al-Jalil. Semoga kita yang saat ini berhimpun dalam tenda agama-Nya, termasuk diantaranya. Semoga, Aamiin.***
   
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 24 Juli 2018

Sunday, 22 July 2018

AL-BA’ITS MAKNA SANG MAHA MEMBANGKITKAN

AL-BA’ITS   MAKNA SANG MAHA MEMBANGKITKAN

Dasbor " Asmaul Husna"



AL-BA’ITS  MAKNA SANG MAHA MEMBANGKITKAN

“ Barang siapa yang masuk kubur tanpa bekal seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa kapal”, (Abu Bakar ra) “.. 

MMasalah kebangkitan manusia setelah mati, dalam hirarki doktrin eskatologi islam, dipercaya terjadi setelah kehancuran kosmos, tetapi setelah kiamat usai. Sejak masa jahiliyah hingga era modern, kaum seuler sulit menerima doktrin ini. Mereka terjebak kebanggaan akan daya akal yang dangkal yang mengungkungi pengetahuan mereka.


Pertanyaan mereka adalh, “Mungkinkah setelah mati manusia bisa bangkit kembali..?”. Lalu disusul pertanyaan yang mengundang polemik, “Apakah yang dibangkitkan hanya jiwa atau raga atau keduanya. ..?. Dalam perspektif pemikiran islam , dikenal Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd yang mempercayai hanya jiwa manusia yang kelak dibangkitkan Tuhan. Sedangan ulama lain seperti Al-Ghazali meyakini keduanya, yakni jiwa dan raga.

Baca Juga "Pintar didunia Pintar Di Akhirat"
Baca Juga "Membedah Kejiwaan Seorang Munafik"

Argumen Al-Ghazali yang bersifat fisikal ini didasari oleh kenyaan bahwa Allah dengan begitu mudah menciptakan jiwa dan raga. Bagi Al-Ghazali, bukan hal yang sulit bagi Allah, setelah kiamat nanti, membangkitkan manusia baik secara fisikal (materi) maupun secara ruhaniah (jiwa/imateri). Bukankah dengan mudahnya pula Allah mengatakan; “Segala sesuatu akan hancur kecuali Dia sendiri” (QS.Al-Qashashas 28:20).


Begitu pula dengan surat Al-An’am [6], ayat 94 ; “Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana Kami ciptakan pada mulanya”, Inilah paham otodoksi Al-Ghazali tentang doktrin skatologi yang merambah dunia islam yang nyaris berlaku secara baku, standard an final.


Ulama lain, yakni Ib nu Sina dan Ibnu Rusyd berpendapat yang dibangkitkan kelak oleh Allah nanti hanya jiwa atau bersifat spiritual. Bagi mereka, penggambaran Al-Quran tentang surge dan neraka yang sangat bersifat fisikal hanya sekedar ilustrasi bagi orang awam. Tepatnya agar dapat dimengerti secara rasional-argumentatif. Buktinya, Nabi saw pernah berpesan : “Surga tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbersit dihati manusia”.


Hanya saja tesis seperti diatas, secara praktis, dalam dunia islam tidak mampu menjadi arus utama. Alasannya secara psiko-teologis yang selalu mendambakan kebahagiaan dunia dan akhirat,lahir dan batin , fisikal dan spiritual , ternyata pendapat Al-Ghazali lebih mendominasi.


Lepas dari perbedaan pendapat diatas yang pasti Allah swt yang akan membangkitkan manusia untuk menapaki kehidupan ekatologi yang abadi. Dia-lah Allah Al-Ba’its atau Yang Maha Membangkitkan. Secara lebih pasti apakah manusia dibangkitkan secara ruhani atau jasmani atau bahkan keduanya adalah hak prerogative Allah semata.


Lebih jauh, kita hanya bisa membaca dari firman-Nya dan tuntunan Nabi saw mengenal hal ini. Karena itu mari kita eksplorasi dan pelajari makna Allah sebagai Al-Ba’its.


Menurut sebagian ulama makna AL-Ba’its itu dapat dikaitkan pada dua hal. Pertama Allah adalah zat yang membangkitkan apa saja dari kegelapan ketiadaan dari cahaya keberadaan Kedua Allah sebagai Al-Ba’its adalah zat yang menghidupkan semua makhluk pada hari kebangkitan. Allah menyatakan ; “Allah membangkitkan semua orang yang didalam kubur” (QS. Al-Hajj [22] :7).


Sementara itu, ada yang berbpendapat pada saat itu ketika Allah akan membangkitkan manusia dari dalam kubur, Allah juga menampakkan semua tindakan pikiran perasaan yang dijalani manusia selama hidupnya. Manusia akan mati sesuai cara hidup mereka.


Bersumber dari Abu Hurairah ra, ia meriwaytakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “wahai Abu Hurairah maukah engkau akau tunjukkan tentang dunia ini ..?. Abu Hurairah ra menjawab mau wahai Rasulullah. Selanjutnya Nabi saw memegang tanganku dan pergi mengajakku. Tepat beliau berhenti disuatu tempat yang penuh dengan kotoran. Bukan hanya itu, tengkorak manusia dan tulang belulang berserakkan disitu. Bahkan ada kain-kain berlumuran dengan kotoran.


Lalu Nabi saw bersabda, “kepadaku “wahai Abu Hurairah seperti engaku lihat sendiri tengkorak manusia ini sama seperti kepala – kepala kalian. Kepala kepala kalian ini dipenuhi nafsu dan angan-angan untuk mengumpulkan dunia dan menguasai seluruh isinya.


Tetapi kini, seperti engkau saksikan sendiri tulang-belulang mereka berserakkan pun jasad mereka hancur berantakkan. Dan kain-kain itu adalah pakaian yang mereka gunakan semasa didunia sebagai perhiasan dan kebanggaan. Namun sekarang , kain-kain itu telah dihembuskan angin dan berlumur kotoran ini.Tulang-tulang ini dahulu mereka gunakan dengan sesuka hati untuk mengelilingi dunia dan segala penjurunya.


Sedangkan tumpukkan kotoran ini adalah makanan lezat semasa didunia. Mereka mendapatkannya dengan beragam cara. Dengan cara tidak benar pun mereka lakukan yang penting terlaksana cita-cita. Sebagian mereka merebutnya dari sebagian yang lain, maka kini mereka dilemparkan kedalm kebusukkan yang luar biasa, sehingga tidak ada seorang pun yang mau berdekat-dekatan dengannya, karena baunya yang begitu menyengat dan membuat dada sesak”


Dalam Al-Quran , kata Al-Ba’its sama sekali tidak ditemukan baik yang merujuk sebagai sifat Allah maupun yang disandingkan untuk makhluk-Nya. Kendati demikian, para ulama sepakat, sifat ini termasuk salah satu dari Sembilan puluh Sembilan nama Allah. Tentang sifat ini Al-quran hanya menggunakan rangkaiankata kerja yang tersusun dari drivasi kata Al-Ba’its dimana Allah sebagai pelakunya.


Menurut Prof. quraish Shihab, bagi kita yang hendak meneladani sifat Allah ini, disampig dituntut meyakini keniscahyaan dari kebangkitan, kita harus dapat membangkitkan jiwa kita. Tujuannya agar kita senantiasa hidup dengan akidah yang benar, ilmu pengetahuan yang luas, serta berani memperjuangkan hidup kendati berat sekalipun. Sebab hidup yang tidak pernahdiperjuangkan tidak akan dimenangkan.


Disamping itu, dengan hidupnya jiwa dan raga, kita bisa membangkitkan semangat dan kehidupan orang lain dari yang semula bodoh menjadi rajin belajar.. Dari yang tidak kuat akidahnya menjadi semakin dekat kepada Allah dan dari negeri yang selalu terhina dimata dunia menjadi mulia . dari negeri seribu bencana menjadi negeri yang aman dan sentosa.


Saudaraku mari kita siapkan kematian sebelum hari berbangkit datang. Sebab Allah swt telah berfirman :”Dan tiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang dilangit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusan masing-masing)”. (QS. Al-Zumar ; 68).


Apalagi , kata Al-Ghazali dalam karyanya Kimia Al-Sa’adah, akhirat itu begitu mengerikan jika kita tidak mempersipkan bekal , maka kita akan mendapati kesulitan yang perih dan berkepanjangan.


Terakhir, benar kata Abu Baar Sidiq seperti dikutip Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Nashaaih : “Barang siapa yang masuk kubur tanpa bekal seakan-akan dia mengarungi lautan tanpa kapal.


Semoga tulisan diatas dapat menjadi Ibrah bagi kita semua sebelum kita dipanggil menghadap Allah swt kita paling tidak sudah memersiapkan diri jauh-jauh untuk kehidupan setelah kematian.


Yaitu dengan menjalankan perintah – Nya dan ajaran-Nya yang sudah diturunkan lewat Rasulullah saw. Semoga kita termasuk orang-orang yang mempersipakan bekal untuk kematian kita yang Insaya Allah pasti akan menyusul orang-orang yang sudah lebih dulu meninggalkan kita. Aamiin .  

   
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -22 Juli 2018

MENGENAL ALLAH MENGENAL DIRI KITA

MENGENAL ALLAH   MENGENAL DIRI KITA

DASBOR "ASMAUL HUSNA"

“ Semua kamu adalah sesat, kecuali orang yang kuberi petunjuk, maka, mintalah petunjuk kepada-Ku, aku akan memberi petunjuk kepadamu  ”.

Inilah yang paling sering kita sebut ,panggil, meminta pertolongan, memohon kasih sayang dan segalanya. Kepada Allah kita juga berharap agar senantiasa disucikan dan dibersihkan hati kita dari bercak salah dan dosa, karat nafsu dan dominsi setan dalam diri.


Kita dengan penuh iba minta kepada-Nya agar diberikan kesempatan untuk bertaubat, diringankan pada saat mengalami sakaratul maut, dan mohon dimatikan secara atau dalam keadaan khusnul khatimah.kitapu tersedu sambil bersimpuh dihadapan-Nya agar dibimbing untuk selalu mengingat-Nya. Lalu mensyukuri nikmatn-Nya yang tak kuasa kita menghitungnya.

Baca Juga "Bagaimana Menjadi Guru Sejati"
Baca Juga "Rahasia Anggaran Keuangan Muslim"

Diujung sholat kita selalu memohon agar kita selalu bisa memperbaiki kualitas ibadah kepada-Nya. Kita ingin ibadah kita bertransformasi dalam kehidupan nyata dan memiliki hulu ledak sosial secara komunal modial. Kita selalu memanggil, “Allah” dengan aneka rupa asma-Nya untuk hajat kita semua.


Benar apa yang dikatakan oleh Muhammad Thahir Badrie ketika menulis Syarah Kitab Tauhid Bin Abdul Wahab, bahwa nama “Allah” merupakan jaminan keselamatan dan kebahagiaan manusia, bahwa semua makhluk. Tanpa, Dia segalanya tak akan terwujud, baik yang tercipta nyata di alam yang terlihat, maupun yang tersembunyi dalam jiwa.


Dalam genggaman tangan-Nya jualah ada atau tidak ada sesuatu. Kalau ia mau, sesuatu bisa ada seketika, dan jika mau Ia dapat meniadakan segalanya. Prif. Dr. H. Abdul Muin Salim, mengungkapkan bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai asal –lafadz “Allah” itu, apakah lafal itu musytaq (pecahan dari kata lain) ataukah izim’lam (nama diri) khusus bagi Tuhan.


Sebagian ulama berpendapat bahwa nama itu Musytaq. Meskipun begitu mereka tetap berbeda pendapat pada akar katanya. Sibawaihi meriwayatkan pendapat Al-Khalil bahwa akar kata itu adalaj ilahi yakni sewazan dengan pola fi’ali. Partikel alif lam dimasukkan mengganti huruf hamzah sehingga terbentuk lafal Allah.


Ulama ini berpendapat kata tersebut berasal dari kata laahu yang kemudian dimasuki partikel alif lam dengan makna ta’zim (mengagungkan nama Allahh). Terlepas dari perbedaan diatas yang terpenting dalam pandangan Bey Arifin harus dipahami dan diyakini bahwa Allahmempunyai arti yang meliputi seluruh pengertian yang terkandung dalam seluruh Nama-nama (Asmaul Husan). Yaitu Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia., dengan semua sifat-sifat – Nya yang terkandung di masing-masing Nama-Nya.


Tidak ada yang patut disembah, dipuji, ditaati selain hanya Dia. Tidak ada yang benar-benar kuasa, benar-benar tinggi, pengasih, pengyayang, pemurah, dan seterusnya selain Allah. Pengarang Kitab Fath al-Muin menegaskan Allah adalah nama yang Maha Agung . selain Dia tidak bisa dinamai “Allah” , kendati hanya sekedar sebagai penyangat pada nama sesuatu.


Al-Maraghi mengungkapkan dalam tafsirnya, bahwa pada zaman pra Islam , manakala bangsa Arab ditanya mengenai siapakah yang menciptakan bumi dan langit mereka menjawab, “Allah” Tetapi ketika ditanya apakah Tuhan Latta dan Uzza dapat menciptakan sesuatu seperti Allah, serentak mereka menjawab, “Tidaak”.


Hampir semua kaum sufi dan mereka yang arif sepakat bahwa pada hakikatnya tidak ada seorangpun yang bisa mengenal Allah. Kecuali dengan Allah juga demikian pandangan KH. Haderanie HN.


Menurutnya minimal ada tiga alam mengenai hal ini.Pertama pada awal kehadiran manusia dimuka bumi, Nabi Adam as membawa pengetahuan tentang Allah dan tentang segala sesuatu yang bersumber dari Allah sendiri.


Kedua, lahirnya seorang anak manusia dari rahim sang ibu sekali tidak dibekali ilmu pengetahuan apapun.Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia bersumber dari ilmu Allah. Ketiga manusia tidak akan mengenal Allah tanpa pernah sendiri, yang memberi tahu melalui kitab suci dan para Rasul-Nya.


Sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Uwanah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Dzarrin , penting disimak, “Semua kamu adalah sesat, kecuali orang yang kuberi petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku , Aku akan memberi petunjuk kepadamu. Hai hamba-Ku semua kamu lapar, dahaga, kecuali orang yang kuberi makan, maka mintalah makan kepada-Ku, Aku akan memberi makan kepada-mu.


Hai hamba-Ku, semua kamu dalam keadaan telanjang bulat, kecuali yang Ku-beri pakain, maka mintalah pakaian kepada-Ku , aku akan memberi pakaian itu kepadamu. Hai hambaku, kamu semua banyak berbuat salah sepanjang hari dan malam. Akulah yang memberi ampunan atsa dosa-dosa itu semua, kecuali, syirik, maka mintalah ampunan kepada-Ku, Aku akan ampuni kamu”.


Itulah Allah, karenanya kita harus terus berdzikir kepada-Nya dengan sebanyak-banyaknya baik pagi maupun petang , dalam keadaan berdiri , duduk,ataupun berbaring.


Bagi mereka yang berdizikir Allah persiapkan ampunan dosa dan pahala yang besar, selalu Allah anugerahi ketenangan dan kebahagiaan, musim yang teratur, rezeki yang banyak dan merata, dibukakkan pintu keberkahan dari langit dan dari bumi , dianugerahi anak-anak yang shaleh , dan disediakan taman-taman yang indah didunia dan akhirat.


Tetapi bagi mereka yang berpaling dari berdizikir kepada Alah swt , maka Allah swt akan menjadikan untuk mereka kehidupan yang sempit dalam berbagai segi, baikekonomi, sosial, kesehatan, kehidupan rumah tangga, dan yang lainnya.  Nah kita sudah mengenal Allah, maka sepatutnya kita mengetahui ihwal diri kita.  

   
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -22 Juli 2018

AL-WAKIL BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

AL-WAKIL   BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

Dasbor " Asmaul Husna"



AL-WAKIL  BELAJAR MENJADI WAKIL SEJATI

“ Yang kita wakili harus mendapat ketenangan, keamanan, dan terpenuhi semua kepentingannya seperti hak-hak politik, ekonomi, sosial dan budaya “.. 

Bersumber dari Abu Dzar ra berkata, “Wahai Rasulullah kenapa Engaku tidak mengangkatku menjadi wakilmu..?”. Kemudian beliau menepuk-nepuk pundakku dengan kedua tangannya serya bersabda, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah, padahal kekuasaan itu adalah amanah. Kelak di hari kiamat kekuasaan itu akan menjadi kehinaan dan kesedihan , kecuali orang yang mengambilnya dengan kebenaran dan menunaikan segala kewajiban” (HR. Muslim).

Baca Juga "Memahami Kata Tadarus"
Baca Juga "Melindungi Anak Dari Bahaya Teknologi"


Bisa jadi yang dimaskud lemah pada diri Abu Dzar bukan lemah fisik. Tetapi lemah dalam arti yang luas yang diperlakukan bagi seorang yang menjadi wakil orang banyak. Apalagi menjadi wakil atau pimpinan itu harus mampu memberikan ketenangan, keamanan, kepercayaan bagi orang yang diwakilkan atau dipimpin. Rasulullah saw kembali menegaskan, “Sesungguhnya kita, demi Allah, tidak akan memberikan pekerjaan ini (kepemimpinan) kepada seorang yang memintanya dan tidak juga kepada orang yang sangat menginginkannya “, (HR. Bukhari-Muslim).


Sungguh, keadaan saat ini sidah jauh berubah. Manusia saling berebut untuk mewakili manusia yang lainnya. Dibidang kenegaraan banyak orang yang bersedia menjadi wakil sekian banyak orang. Segala hajat dan hak-hak sebagai warga Negara cukup diwakilkan oleh seorang saja yang duduk diparlemen. Untuk bisa menjadi wakil rakyat atau orang banyak harus berjuang dan berkorban. Bukan berjuang agar bisa menjadi wakil yang baik dan memenuhi harapan khalayak kelak. Tetapi bagaimana menarik keuntungan atas kebaikan manusia. Pun amal-ibadah sekian miliar hamba dalam sehari tidak menambah eksistensi – Nya sebagai Tuhan di mata sekian miliar makhluk ciptaa-Nya.


Di dalam Al-Quran, kata Al-Wakil antara lain, “dan Allah pemelihara segala sesuatu” QS. Hud/11:12); “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (QS. AL-Zumar/39:62). “Cukuplah Allah menjadi pelindung” (QS. An-Nisa/4:81). “Janganlah kamu mencari penolong selain Aku” (QS. Al-Israa/17:2).


Menurut Mahmud Samiy, Al-Wakil adalah zat yang mengurus segala urusan hamba_Nya dan memudahkan segala yang dibutuhkan oleh mereka. Atau Al-Wakil adalah zat yang segala perkara diwailkan kepad-Nya. Jadi Allah adalah mutlak, yang segala urusan diserkan kepad-Nya , dan Dia selalu sesuai untuk melaksanakan dan menyempurnakannya.


Berdasarkan paparan diatas bagi semua makhluk tidak punya pilihan selain harus menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Karena Dia-lah sebaik-baiknya wakil yang paling pantas diserahi urusan. Di mampumemberi rasa tenang bagi seklaian hamba yang menyerahkan hidup matinya kepada Allah, Dia tidak merasa berat dan terbebani. Tetapi Dia tidak memiliki kewajiban untuk itu semua. Manusia tidak boleh beranggapan bahwa Allah berkewajiban memenuhi semua harapan manusia.


Selama ini manusia seperti kata Syekh Al-Jerrahi, mengira bahwa mereka mampu berbuat, tetapi sejatinya Allah yang melakukan segalanya. Untuk semua itu, Allah tidak memerlukan pihak lain sebab Dia bisa menggantikan segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu , apapun namanya, tidak bisa menggantikan peran-Nya untuk menolong, memelihara, melindungi segala makhluk.


Hanya saja tidak harus memaknai bahwa kita tidak perlu lagi berusaha, termasuk meminta kepada-Nya. Ini namanya salah kaprah. Dalam sejarah, seorang sahabat menemui Nabi Muhammad saw di masjid tanpa menambatkan untanya. Rasulullah saw bersabda : “Ikatlah untamu. Kemudian bertaqwalah kepada Allah swt “, Rasulullah berkata demikian karena sahabat itu ketika ditanya tentang untanya ia berkata , “Aku telah bertawakal kepada Allah”.


Jelas islam memegang teguh hubungan sebab akibat. Karena untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan , manusia harus mengusahakannya. Memang keberhasilan yang didapat diberikan oleh Allah swt. Tetapi Allah begitu mencintai hamba yang berdoa dan berusaha secara aktif. Allah berjanji bahwa Dia tidak menjadikan usaha para hamba sia-sia. Inilah makna tawakal dalam teologi kita.


Lebih jelas, Rasulullah saw pernah menyatakan, “Jika engkau benar-benar bertawakal kepada Allah swt, Dia akan memberimu makan seperti halnya Allah memberi makan burung-burung-Nya. Mengapa burung..?. Ya, karena burung hanya berusaha mencari makan. Tidak seperti manusia yang diberi akal untuk bertani dan berladang. Namun tidak pernah diberitakan ada burung mati kelaparan. Sedangkan manusia kerap ditengarai kurang gizi dan nutrisi. Manusia harus belajar bertawakal kepada makhluk seperti burung.


Saudaraku, kian gambling bahwa kita berpotensi untuk menjadi wakil bagi sesame. Syaratnya kita memegang teguh kewajiban itu. Yang kita wakili harus mendapatkan ketenangan, keamanan, dan terpenuhi seperti hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya.


Inilah sebenarnya makna tertinggi AL-Wakil bagi manusia. Manusia memang tidak bisa lari dari wakil bagi sesamanya. Allah memberi prosedur dan standart operasionalnya sehingga semua manusia menuai bahagia, bukan justru menjadi susah dan diliputi malapetaka seperti praktik di negeri kita ini.


Saatnya kita berlomba untuk menjadi wakil bagi semua penduduk di negeri ini. Semoga kita bisa menjadi seorang sosok atau figure Al-Wakil yang diaharpakan oleh Rasulullah yaitu sosok pemimpin yang adil, bijaksana, amanah dan dapat dipercaya serta adil dalam memutuskan setiap perkara yang dihadapi bagi orang yang diwakilinya. Semoga, Aamiin.  

    
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -23 Juli 2018

Saturday, 21 July 2018

BUAH SEDEKAH, MERCEDES

BUAH   SEDEKAH, MERCEDES


Dasbor "Rahasia Illahi 2"


BUAH SEDEKAH, MERCEDES

“ Orang lain snagat mengidamkan mempunyai mobil mewah, kamu malah sebaliknya. Sudah punya malah disumbangkan “.

Sebuah kendaraan mewah meluncur perlahan di atas aspal jalan alternative. Jalan yang lenggang, membuat si pengemudi yang belum satu bulan duduk di kursi belakang kemudi itu sangat nyaman.  Ditemani music religi dan AC ( air Condotioner) mobil yang sejuk , ia seolah berada dirumah. Sebab, mobil mewah yang terus melaju itu terasa tanpa ada guncangan.


Namun, tiba-tiba saja, si pengendara, Bang Haji [sebut saja begitu] menurunkan laju kendaraannya sampai level terendah, hingga kendaraan itu seperti berhenti saja. Sepasang mata Bang Haji memandangi sebuah bangunan ibadah yang cukup besar diseberang jalan. Masjid setengah jadi yang masih nampak berantakan disana – sini.

Baca Juga "Lubang Kubur Kekurangan Tanah"
Baca Juga "Tumbuh Bulu dan Ekor Saat Sakaratul Maut


“Jika sudah selesai dibangun, masjid itu pasti sangat indah dan banyak jamaah yang mengagungkan nama Allah disana (didalamnya). Posisinya sangat strategis”, ucap Bang Haji dalam hati.


Kendaraan menepi sesaat , Bang Haji keluar dari dalam mobil dan mendatangi masjid yang belum jadi itu, ia dengan seksama mendatangi baitullah itu.


“Kemana para pekerja bangunan itu..?. batin Bang Haji.
“Oh mungkin hari ini sedang cuti kerja sehingga tak ada kegiatan pemabangunan”, gumamnya kembali, didalam hati. Ia kemudian msauk kembali kedalam mobilnya dan melaju menuju ketempat tugasnya.


MASJID YANG TERBENGKALAI

Kini, hampir setiap hari Bang haji melewati jalan alternative itu, terhitung hampir sepuluh hari dan ia merasakan satu keanehan terhadap masjid setengah jadi itu. Selama sepuluh hari itulah. Bang Haji tak melihat adanya kegiatan pembangunan. Kalau petugasnya memang sedang cuti kerja, mengapa selama ini..?.


Rasa penasaran membuat Bang Haji bertanya kepada seseorang yang ia kira penduduk setempat dan jawaban orang itu cukup mengejutan.
“Mungkin sudah tiga bulan lebih pengerjaan pembanguna masjid itu terhenti”.
“Tiga bulan lebih..?. Bapak tahu kenapa..?.
Tanya Bang Haji lebih jauh.
“Setahu saya dananya tidak ada, Pak Haji. Soalnya pembangunan itu secara swadaya masyarakat saja. Tidak ada donatur juga bantuan pemerintah. Sekarang ini mungkin masyarakat setempat sedang mengumpulkan dana, nanti jika sudah terkumpul dan cukup, pembangunan pasti dilanjutkan”, jawab penduduk cukup panjang.


Bang Haji menganggukkan kepala. Setelah mengucapkan terima kasih ia melanjutkan perjalanan ketempat tugas. Namun Bang Haji sempat menyemyatkan niat bahwa sepulang kerja nanti ia akan mampir ke masjid dan menemui ta’mir masjid untuk mengetahui lebih lanjut tentang keadaan masjid yang bernama Al-Istiqamah itu. Bang Haji tidak mau Baitullah itu terbengkalai cukup lama.


Sore harinya setelah semua tugas selesai dengan baik Bang haji langsung meluncur dengan Mercedes barunya menemui ta’mir masjid Al-Istiqamah.
“Betul Pak haji, sudah lebih dari tiga bulan pembangun masjid ini terhenti. Kita panitia pembangunan sedang mengumpulkan dana untuk kembali melanjutkan pembangunan ini”, jelas salah satu pengurus masjid.


Bang Haji terdiam dengan sepasang mata mengelilingi ruang dalam masjid yang lumayan luas.
“Pak Haji berniat menjadi donatur pembangunan Masjid Al-Istiqamah ini..?.


Pertanyaan ta’mir masjid membuat Bang Haji memalingkan matanya dari memandang setiap sudut ruangan masjid lalu ia memberikan sulas senyum. “Insya Allah “, jawab Bang Haji . Setelah itu ia pamit dan berlalu dari muka masjid Al-Istiqamah.


BANG HAJI DAN ISTRI
Niat Bang Haji sudah bulat untuk tidak membiarkan baitullah itu terengkalai. Tertanam didalam hatinya bahwa ia akan bersungguh-sungguh membiayai masjid tersebut. Marcedes yang baru satu bulan lebih ia eli dijualnya kembali dan hasil penjualan mobil mewah itu diserahkan ke ta’mir masjid Al-Istiqamah.


Saat menyerahkan uang ke ta’mir masjid Bang Haji datang diantar oleh ojek. Sang ta’mir sempat terkejut saat melihat kedatangan Bang Haji tanpa mengendarai Mercedes mewahnya. Sehingga terceplos ucapan menanyakan mengapa Bang Haji tidak mengendarai mobil mewahnya..?.


Bang Haji tersenyum dan menjawab.
“Saya tingkatkan nilainya menjadi shodaqah”.
Saang ta’mir masjid mengerti  makan ucapan Bang Haji maka senyum kekaguman pun tersungging indah dari bibir lelaki separoh abad itu.


Namun, tersungging senyum indah dibibir sang ta’mir terbalik tigaratus enam puluh derajat dengan istri Bang Haji yang monyong 360 sentimeter dengan rasa yang kecut.


Sang istri marah dengan Bang Haji setelah mengetahui mobil mewah yang belum lama dibeli dijual dan uangnya disumbangkan untuk pembangunan masjid.


“Saya tidak melarang abang bersedekah itu bagus..! tapi dengan cara seperti ini ..! gerutu sang istri dengan bibir yang terus monyong-monyong. Bang Haji tidak meladeni. Dengan keikhlasan hati ia mendengarkan gerutuan sang istri yang dianggapnya sebagai sesuatu yang manusiawi. Istrinya kecewa , Bang Haji mahfum.


Istri mana yang tidak kecewa baru beberapa saat memiliki harta yang membanggakan ternyata harta itu raib disumbangkan.
“Orang lain sangat mengidamkan punya mobil mewah, kamu malah sebaliknya. Sudah punya malah disumbangkan..!”. itu gerutu terakhir sang istri, sebab setelah itu Bang Haji lebih banyak didiambakn istrinya.


BUAH DARI KEIKHLASAN

Bukanlkah Allahswt sudah menjanjikan balasan berkali lipat dengan seorang hamba yang ikhlas bersedekah ..?. Maka, balasan itu bukan janji-janji belaka melainkan sebuah kenyataan yang begitu banyak hamba-hamba Allah swt lebih menikmati buah keikhlasannya bersedekah.


Bang Hajipun demikian adanya. Tidak beberapa lama setelah Mercedes mewahnya berubah menjadi pasir , batu bata dan paku. Tak lama setelah itu usahanya berkembang cukup pesat. Bang Haji sebagai pengusaha garmen grosir kebanjiran order. Nyaris ia tidak memenuhi pesanan yang harus mengalir seperti banjir di kali ciliwung.


Jikalau Bang Haji mau menghitung, maka dari kebanjiran order yang ia terima, maka saat itu pula ia akan dapat mengembalikan Mercedes mewah yang telah ia sumangkan ke masjid dan akan memberikannya pada sang istri bahkan lebih dari itu dua Mercedes pun bisa ia persembahkan untuk sang istri. “Subhanallah”


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 22 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...