Dasbor "Rahasia Illahi 1"
AKHIR HAYAT ORANG ANTI
YASIN &
TAHLIL
“Dulu, dia sering mengatakan dan
berjanji kepada saya agar tidak dibacakan Yasin dan Tahlil kalau meninggal
dunia.. “.
Kisah nyata bisa jadi hanya kebetulan.
Namun, dari kisah ini, kita bisa mendapat pelajaran yang banyak bahwa janganlah
kita menyalahi pendapat mayoritas. Kemudian, janganlah kita berjanji buruk pada
Allah swt atas sesuatu yang sebenarnya baik untuk dikerjakan.
Kisah ini diceritakan oleh seorang ustadz saat ia mengisi
sebuah ceramah Maulid Nabi Muhammad saw di sebuah masjid disalah satu perumahan
Bogor. Sebut saja namanya ustadz Ahmad (nama samara) dia adalah saksi sejarah
atas kisah ini. Sebab, ia sendiri adalah tetangga dari sang tokoh dalam kisah
ini. Sebut saja namanya Abduh.
Diceritakan oleh ustadz, Abduh adalah seorang guru
berusia 45-an. Sebagai pribadi, sesungguhnya ia adalah orang yang cukup baik.
Sebagai kepala rumah tangga dia juga sosok yang bertanggungjawabterhadap istri
dan anak-anaknya.
Suatu hari Abduh diserang penyakit jantung. Sebenarnya,
keluarga tidak punya riwayat penyakit jantung. Karena itu, istri dan
keluarganya pun terkejut dengan penyakitnya itu.
Berbagai pengobatan sudah dilakukannya, Namun juga tak
kunjung sembuh juga. Yang ada, uangnya semakin habis untuk biaya pengobatan.
Kita tahu sendiri betapa mahalnya biaya berobat, apalagi sekelas penyakit
jantung yang katanya penyakit khas untuk orang-orang berduit. Sedangkan Abduh
hanyalah orang biasa.
Penghasilannya dari seorang guru bisa kita tebak sendiri
berapa besarnya. Bisa untuk makan sehari-hari saja sudah Alhamdulillah. Meski
nasib guru zaman sekarang jauh lebih baik, sejak gaji guru dinaikkan dan dapat
tunjangan sani-sini.
Setelah berbulan-bulan bergelut dengan rasa sakitnya,
Abduh pun tampak tak kuat lagi. Sepertinya dia sudah berada diambang kematian.
Hal ini bisa dilihat dari wajahnya yang mulai tampak membiru dan pucat pasi.
Nafasnya pun terengeh-engeh naik turun. Matanya melotot
sepertinya ia ingin mengucapkan sesuatu, tapi tak bisa dilakukannya”, ujar sang
ustad sebelum tempil ceramah.
Oleh ustadz, istrinya pun ditanya. Sudah berama lama
bapak sakit bu..?.
“Parah sudag tiga bulan yang lalu ustadz”, jawab sang
istri.
Namun, lelaki itu sudah sering sakit tapi sembuh lagi.
Kali ini tampaknya yang paling parah.
“Maaf kalau boleh saya tahu, Sebelumnya bapak pernah
melakukan apa saja..?. Bisa jadi, itu yang menyebabkan bapak dalam kondisi
seperti ini..?”, tanya ustadz lebih lanjut.
Sang istrikemudian mengingat-ingat. Akhirnya ia ingat
sesuatu yang sering dikatakan oleh suaminya saat hidup dan sehatnya dulu, “Dulu
ustadz, dia sering mengatakan sesuatu ..?”, ujar sang istri.
Tiba-tiba ucapan sang istri tersekat.
“Ayo katakana saja..!, kata ustadz memintanya untuk
berterus terang.
“Dulu, dia sering mangatakan dan berjanji kepada saya
agar tidak dibacakan Yasin dan Tahlil kalau meninggal dunia!”, terang istri.
Ustadz itupun memehaminya masalahnya. “Emang mengapa dia
mengatakan seperti itu..?”, tanya ustadz lagi.
“Katanya Bid’ah. Dan orang dan orang yang mengatakan
bid’ah akan masuk neraka”, jelas sang istri.
“Terus dengan ibu sendiri bagaimana…?, tanya ustadz.
“Saya sendiri kurang sependapat dengan suami saya. Saya
sering diajarkan oleh orang tua dari kecil untuk selalu baca Yasin dan Tahlil”,
ujar sang istri jujur.
Apakah ibu pernah menasehati sang suami soal itu..?,
tanyaustadz.
“Pernah, tapi saya malah dimarahi. Akhirnya saya menurut
apa kata suami saja. Tapi terus terang dalam hati kecil sayasaya juga senang
kalau ada orang baca yasin dan Tahlil”, terang sang istri lebih lanjut.
Ustadz itupun mengernyitkan dahinya. Tampaknya tampaknya
ia dapat lampu hijau dari sang istrinya. Mungkin inilah pangkal persoalannya
rupanya. Sewaktu hidupnya ia sering kali pada Tuhan agar tidak dibacakan Yasin
dan Tahlil kalau meninggal dunia.
Rupanya ia termasuk pengikut islam aliran garis keras
yang gampang membidahkan persoalan-persoalan khilafiyah, yang oleh kebanyakkan
ulama diseluruh dunia justru dianggap sebagai masalah-masalah sunnah dan
dianjurkan.
“Gini saja bu, ujar ustadz mulai memberikan saran.
“Ada apa ustadz..?”, jawab istri.
“Kita bacakan Yasin dan Tahlil saja bersama-sama, ibu
juga boleh ikut membacanya”, terang ustadz.
“Tapi amanat suami saya dia tidak boleh dibacakan Tahlil
dan Yasin pak ustadz”, jawab sang istri.
“Amanat itu boleh kita langgar kalau memang tidak baik,
bukita serahkan saja pada Allah Insya Allah Dia akan memberikan jalannya “,
terang ustadz lagi. Perempuan itu mengangguk-anggukan tanda setuju.
Akhirnya, ia bersama keluarganya dan langsung dipimpin
oleh ustadz mulai membacakan Yasin dan Tahlil. Ketika dibacakan Yasin dan
Tahlil. Nafasnya tidak lagi berdegup kencang , sudah agak menurun. Rupanya itu
yang ingin diucapkan oleh Abduh saat sakaratul mautnya, yaitu dibacakan Yasin
dan Tahlil. Namun ia tidak bisa mengungkapkannya.
Ketika bacaan Yasin dan Tahlil selesai. Tak lama kemudian
Abduh pun meregang nyawa. Ia pergi meninggalkan istri dan anak-anaknya setelah
sekian lama bergelut dalam sakaratul maut yang menakutkan. Ia pun terbebas dari
siksa sakaratul maut.
Jenazah Abduh kemudian dikubur. Setelah itu tinggallah
kisah memilukan tentang Abduh sewaktu hidupnya. Rupanya sikap Abduh yang
membenci Yasin dan Tahlil telah menyadarkan sitrinya. Ia dan keluarganya pun
kembali pada tradisi kedua orang tuanya, yaitu sering baca Yasin dan Tahlil.
Sebuah tradisi yang bersumber dari sunnah Rasul dan
dipraktekkan oleh mayoritas umat islam seluruh dunia dahulu hingga sekarang.
Namun, kemudian segelintir orang yang datang mengaku-ngaku sebagai penegak
sunnah Rasul lantang berbicara dan membidahkan bacaan Yasin dan Tahlil. Sebuah
sikap yang menyalahkan pendapat mayoritas ulama.
Dari kisah ini juga bisa kita ambil pelajaran janganlah
kita bersumpah atas sesuatu yang sebenarnya diperbolehkan bahkan (Sunnah) untuk
melakukannya. Misalnya, bacaan Yasin dan Tahlil. Janganlah kita bersumpah untuk
tidak dibacakan Yasin dan Tahlil ketika meninggal dunia. Sebab selain sunnah,
bacaan Yasin dan Tahlil merupakan ayat Al-Quran juga. Dan Tahlil merupakan
untaian dzikir yang dianjurkan oleh Nabi untuk kita lakukan juga. Jadi, tidak
ada yang salah ketika seseorang mengamalkan Yasin dan Tahlil.
Kita tidak boleh melakukannya. Yang dilarang adalah
ketika kita mengatakan bahwa bacaan Yasin dan Tahlil adalah Bid’ah dan pelaku
bid’ah akan masuk neraka. Sebab yang tahu urusan seseorang masuk neraka atau
surganya Allah swt hanyalah Allah swt. Selama itu seperti yang dikatakan
diatas, bacaan Yasin dan Tahlil adalah tradisi yang memang telah dipraktekan para
ulama sejak dahulu. Dan para ulama itu tentulah bukan orang-orang yang bodoh.
Mereka adalah orang-orang yang ahli dibidang al-Quran dan hadits serta hukum
islam.
(Wallahu A’lam Bisshawab)