Blog Konten Islam

Thursday, 12 July 2018

PERJALANAN AKHIR PEMUDA BERTATO

PERJALANAN AKHIR  PEMUDA BERTATO

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


PERJALANAN AKHIR
PEMUDA BERTATO

Sabda Rasulullah  saw :
“ Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiaporang (akan dibalas) berdasarkan apa yang yang diniatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya (ingin mendapatkan keridhaan) Allah swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari dab Muslim).

Di hari yang terik, seorang pemuda datang tergopoh-gopoh mendekati mushalla. Dengan satu keyakinan yang kuat, ia melangkahkan kakinya menuju mushalla itu. Sang pemuda hanya mengenakan kaos oblong. Tato menghiasi sekujur tubuh dan lengannya. Ia mengenakan celana Jeans yang sudah robek di lututnya.

Setibanya di pintu mushalla, ia tatapi dinding-dinding atap luar bangunan mushalla. Seperti orang yang sedang mencari sesuatu. Kosong tanpa pandangan yang jelas. Ia lihat beberapa orang sedang sholat dzuhur berjamaah . Astagfirullah, sudah lama aku meninggalkan itu (sholat)”, gumamnya, pelan.

Baca Juga "Bau Anyir Dari Kuburan Si Rentenir"
Baca JUga "Ketika Makam Sang Pendosa di Gali"

Perlahan-lahan ia memasuki mushalla kecil itu. Dan, “Bruk..!”, tiba-tiba saja ia terjatuh dan tersungkur di lantai Mushalla. Tidak ada orang yang menghiraukan. Sebab orang-orang sedang tengah sholat berjamaah. Untuk beberapa menit lamanya. Pemuda itu tidak dihiraukan. Tidak ada yang memperhatikan.

Setelah sholat berjamaah usai, salah satu diantara jamaah menghampiri tubuh yang tersungkur. “Bangun..! Ayo bangun..! teriak”, teriak sambilmenepak-nepakkan tangannya ke wajah pemuda itu.

“Mabuk kali”, sahut jamaah yang lain.
“Iya, dia biasanya mabuk”, sambung yang lainnya.
“Wah, kalau begitu, angkat dan keluarkan dia dari mushalla ini. Orang mabuk jangan masuk di Mushalla”.

Kemudian dua orang mencoba membangunkan pemuda itu, bahkan ada yang menarik kakinya keluar. Tapi, karena tubuh pemuda itu besar, dua orang itu tidak sanggup menariknya.
“Ya sudah, biarkan saja kalau susah ditarik. Kita tunggu sadarnya saja”, kata satu diantara mereka.

Cukup lama pemuda itu dibiarkan tidak sadarkan diri. Beberapa jamaah pun pulang. Namun, diantara mereka ada yang tetap menunggu sambil mengobrol di mushalla. Setelah 30 menit tidak sadarkan diri , salah seorang jamaah berinisiatif untuk membangunkannya kembali. Namun tiba-tiba ia sangat kaget. Pemuda itu ternyata masih warganya dan nampak seperti orang yang sudah meninggal dunia.

“Kok, aneh tidak ada nafasnya. Denyut nadinya juga berhenti”. Kontan saja mereka merubungi pemuda itu dan memastkan apakah pemuda itu sudah tidak bernyawa atau masih hidup. Tanpa pikir panjang tubuh pemuda itu diangkat secara bersama-sama keluar, warga hendak membawanya kerumah sakit untuk memastikan apa yang telah terjadi dan menimpa pemuda itu.

Setelah diperiksa pegawai medis, diketahui pemuda itu sudah tidak bernyawa lagi. Dia sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir, bersamaan ia jatuh dan tersungkur dilantai mushalla itu. Dokter menyebutkan bahwa laki-laki itu terkena serangan jantung mendadak. Penyakit yang diderita pemuda itu mungkin sudah lama, tapi jarang atau bahkan tidak pernah diperiksakan ke dokter. Pihak keluarga juga mengiyakan bahwa pemuda itu memang belakangan mengaku sering mengalami rasa sakit disekitar dadanya.  
   
MABUK & JUDI..?
Pemuda itu adalah warga dikampung Waras [bukan nama sebenarnya]. Letaknya tak jauh dari ibukota. Pemuda itu sendiri bernama Rohyan [bukan nama sebenarnya]. Panggilannya Yan. Usianya sekitar 30 tahun. Meski sudah kepala tiga usianya pemuda itu, tetapi pemuda itu belum menikah. Dan ia anak ketiga dari pasangan Pak Hamdan dan Ibu Rohimah, kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang toko sembako di pasar.

Sehari-hari, Rohayan beraktivitas sebagai tukang bengkel. Bengkelnya tidak jauh dari pasar. Ia punya satu anak buah biasanya ia bergantian menjaga bengkelnya dengan anak buahnya itu.

Yan dikenal warga sebagai pemuda yang urakan. Suka minum-minuman beralkohol, berjudi, bertato dan sering balapan motor liar. Orang tuanya sudah membebaskannya. Mereka sudah tidak sanggup lagi mengingatkannya dan menasehatinya. Yan pun bebas melakukan apapun saja karena hal itu adalah  kehidupannya.

Yan pernah masuk sel selama sebulan, Lantaran terlibat balapan liar. Dia juga pernah terlibat tawuran dengan pemuda lain kampung hanya karena rebutan wanita. Ia sampai masuk rumah sakit karena mengalami luka-luka yang sangat serius.

Meski tergolong pemuda urakan, solidaritas Yan cukup tinggi dan sangat menghargai kawan-kawannya. Pernah suatu hari kawannya bertaubat dan tidak mau minum-minuman keras. Keputusan kawannya itu ia dukung meski ia sendiri belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Sebagai bentuk dukungan keputusan kawannya itu, ia marah jika ada kawan lain yang tetap mengajaknya minum-minuman. Menurutnya orang yang sudah bertobat hendaknya tetap didukung.

Pada suatu hari, teman itu itu kita sebut saja namanya Ahmad – berkunjung kerumahnya. Tujuannya tak lain adalah untuk mengajaknya bertobat dan meninggalkan kebiasaan minum-minuman dan berjudi. Apa kata Rohayan kala itu ; “Kalau kamu sudah menemukan jalan hidup yang benar, jalanai saja, saya belum bisa mengikuti jejakmu. Aku hanya kan bertobat bila aku menemukan sesuatu yang luar biasa dalam hidupku”,

“Apa yang luar biasa itu Yan..?.
“Aku anggap sesutau yang luar biasa itu , bila aku merasa nyaman dan tenag melangkahkan kaiku menuju tempat ibadah. Bila aku sudah menemukan itu, Aku rela mati”, tutur Yan kepada rekannya itu. Perkataan itulah yang kemudian Ahmad ingat tatkala ia mendengar berita Rohayan sudah meniggal dunia.Ia mencoba mengait-ngaitkan ia alami dengan kabar meninggalnya Yan di dalam mushalla dalam keadaan tidak untuk sholat.

BERAWAL DARI NIAT
Meninggalkan Yan didalam mushalla membuat spekulasi dan multitafsir banyakorang. Ada yang menganggap bahwa Yan meninggal karena kebetulan saja, Bisa saja ingin buang air kecil di mushalla saja. Karena tidak mungkin ia mau sholat sedangkan dia mengenakan kaos oblong dan celana Jeans robek-robrk.

Ada pula yang menilai bahwa Yan meninggal tidak secara wajar atau kebetulan, tapi karena ia disitimewakan oleh Allah. Ia hendak bertobat sehingga masuk kedalam Mushalla.

Pada kedua penilaian dan asumsi ini Ahmad sendiri mempunyai pandangan lain . Ia menilai Yan memang disitimewakan oleh Allah. Keistimewaan itu tentu saja tidak datang secara tiba-tiba. Kedatangannya ke mushalla dan hendak bertobat adalah perjalanan panjang batinnya.

Pertama, menurut Ahmad, meskipun Yan masih tetap suka mabuk dan judi, dia sangat mendukung upaya taubat yang dia jalani. Yan berharap bahwa dirinya dapat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Kedua, Yan pernah bercerita bahwa dia akan bertobat bila sudah menemukan ketenangan dan kesejukan hati saat menuju tempat ibadah. Nah bisa jadi, Yan merasakan kondisi itu pada saat dia masuk mushalla.

Ketiaga, apa yang dialami Yan ini hampir mirip dengan kisa dalam kitab Nashai Al-Ibad , seorang pemuda yang berjalan menuju pintu taubat , namun ia meninggal dunia saat berada dalam perjalanan .Pada saat itu malaikat bingung untuk menentukan apaka laki-laki itu layak untuk dimasukkan kedalam surge atau neraka.

Karena sepanjang hayatnya selalu bermaksiat kepada Allah swt. Namun demikian , di akhir hayatnya pemuda itu meninggal dalam perjalanan menuju taubat kepada Alah swt. Artinya niat taubatnya itu dihitung sebagai kebaikkan yang luar biasa. Allah kemudian menyuruh malaikat untuk memasukkan laki-laki itu kedalam surge ,karena laki-lakiitu sudah berniat dengan tulus untuk bertaubat dan jarak perjalanan menuju pintu taubat lebih dekat dengan jarak dia biasa bermaksiat.

Dari tiga hal yang dikemukakan Ahmad tersebut semoga saja salah satunya adalah benar-benar dilakukan Rohayan. Jika memang ia sudah punya niatan untuk bertaubat dari dulu maka secara hati dia sudah punya I’tikad baik.Oleh karenanya , Allah swt kemudian membukakan pintu taubatnya dengan cara menggerakkan hati Rohayan untuk mendatangi mushalla , tempat ibadah ; symbol bangunan ketaatan kepada Allah swt.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 13 Juli 2018 -

Wednesday, 11 July 2018

UJIAN SI PUTRI & SEDEKAH SANG AYAH

UJIAN SI PUTRI &   SEDEKAH SANG AYAH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



UJIAN SI PUTRI &
SEDEKAH SANG AYAH

“ Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug Harus putar otak, apa yang dapat dijadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti  “.

Mas Nug, begitu lelaki itu bisa disapa oleh tetangga dirumah atau teman-teman kerjanya. Karakternya yang tenang dan tutur katanya yang lembut membuat ia disenangi tetangga dan teman-temannya.

Pernah Mas Nug berkata seperti ini, “Apabila kita ingin bersedekah , tapi kita tidak punya sesuatu yang berbentuk benda apalagi harta, ya bersedakah saja lakukanlah, jangan pernah ada keraguan untuk bersedekah.”.

Orang yang mendengar perkataan Mas Nug tentu saja bingung tidak punya benda juga tidak berhartatapi dipersilahkan bersedekah tanpa keraguan.. Bagaimana ini…?.
“Sampeyan bingung ya..?. Tanya Mas Nug, saat melihat lawan bicaranya hanya bengong.
“Ya..ya..ya.. saya bingung Mas Nug”, ucaplawan bicaranya jujur
“Kamu bisa tersenyum..?. Tanya Mas Nug kemudian.
Si lawan bicara mengangguk dan dengan polos tersenyum. Mas Nug Jadi ikut serta tersenyum.
“Kamu kamu bisa bertutur kata yang lembut dan mengandung nilai kebaikkan..?”, Tanya mas Nug Lagi.
Si lawan bicara kembali mengangguk tapi tak memperagakan apa yang ditanyakan Mas Nug.
“Boleh saya dengar tutur kata lembutmu yang mengandung kebaikkan..?. pinta Mas Nug kemudian.

Si lawan bicara terdiam sesaat. Kemudian ;”Asslamu’alaikum , sahabatku”, ucap ucap silawan bicaradengan intonasi rendah sambil membungkukkan sedikit kepalanya. Mas Nug tersenyum. “dengan perbuatan barusan ,kamu sudah bisa bersedekah”, ujar Mas Nug.

Sekarang si lawan bicara baru mengerti. Senyumbisa bernilai sedekah, tutur kata yang lembut dan bermakna juga bernilai sedekah. Kalau begitu ayo, kita bersedekah jangan ragu-ragu.

Baca Juga "Nabi Daud Mengalahkan Jalud"

SENANG BERSEDEKAH
Mas Nug banyak mendengar kisah-kisah yang dialami para dermawan ,para donator dan para muzzaki. Hikmah dibalik sedekah-sedekah yang mereka lakukan sungguh luar biasa.

Kali ini, dalam kebingungannya, Mas Nug meyakini bahwa sedekah akan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang sekarang sedang dihadapinya.

“Yah, aku tidak boleh ikut ujian “, begitu lapor putri tunggalnya, anak tertua Mas Nug.
“Kenapa..?. tanya Mas Nug lembut
“ayah lupa ya..?. aku kan belum melunasi uang semesteran dan juga uang ujian”, sang anak memberitahukan kepada MasNug. Mas Nug termenung, tapi dengan kearifannya berusaha membujuk anaknya untuk tenang.”Kamu belajar saja yang benar ya, soal uang semesteran dan uang ujian nanti ayah yang urus. Ayah akan datang kesekolahan hari ini”.

Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug harus putar otak , apa yang diajadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti..?.

“Bismillah..!” Tanpa keraguan mas Nug keluar rumah menuju sekolah anaknya. Uang sepuluh ribuan dikantongnya masih dapat digunakan untuk ongkos, tetapi ditengah jalan ia bertemu dengan seorang bapak yang menyodorkan tangan meminta sedekah. Mas Nug tak bisa menolak. Setelah duit ongkos disedekahkan, Mas Nug memilih berjalan kaki ke sekolah anaknya.

Ketika Mas Nug berhadapan dengan petugas sekolah, petugas itu dengan ramah berkata. “Seharusnya seluruh urusan pembayaran lunas saat pengambilan kartu ujian, tapi saya maklum, saya akan memberi waktu satuminggu untuk bapak dapat melunasinya.”

Mas Nug bersyukur. Tambahan waktu satau minggu yang diberikan petugas sekolah merupakan jalan keluar yang melegakan. Cukup banyak waktu bagi Mas Nug untuk melunasai uang pembayaran untuk ujian anaknya tersebut.

HONOR YANG TAK PERNAH TURUN
Dua hari sudah berlalu dari waktu yang sudah diberikan petugas sekolah. Pada saat yang bersamaam SMS masuk ketelepon seluler yang baru terlepasa dari charger. “Mas hubungi nomor ini ya. Ada honormu yang sudah berbulan-bulan tidak juga diambil. Nilainya lumayan juga. Sayang kalau tidak diambil, begitu SMS yang terbaca.

Honor..?. Honor yang mana..? di media mana..?.
Mas Nug membatin sendirian. HP ditangan diputar-putar , tetapi hanya sesaat, sebab Mas Nug langsung ngesave nomor yang  tertulis dalam SMSitu, kemudian menghubungnya.

Bebeberapa detik kemudian terdengar sahutan. Lelaki diseberang sana bilang kalau dia kehilangan nomor Mas Nug sehingga tak bisa menghubunginya. Untung masih dipertemukan oleh teman Mas Nug yang untungnya juga masih menyimpan nomor Mas Nug.

“Nilainya hampir empat juta Mas Nug Aku transfer sekarang ya, kamu SMS rekeningnya aku tunggu”.
Klik pembicaraan terputus. Kini Mas nUg sibuk mencari nomor rekening Banknya yang selalu disiapkan dalam dompet. Saat ketemu, Mas Nug langsung menuliskannya dan mengirim kepada sang pemberi honor.

Beberapa kemudian dering balasan terdengar. Mas Nug segera membuka, “sudah saya kirim silahkan ambil”. Mas Nug bersyukur. Mungkin inilah hikmah yang lainnya itu.

Maka segeralah Mas Nug mencari ATM terdekat untuk mencairkan rejeki yang cair hari ini dan setelah itu, Mas Nug bersegera mendatangi sekolah sang putri untuk melunasi uang semesteran dan ujian anaknya. Alhamdulillah.
Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

SEDEKAH BERBALAS PANEN

SEDEKAH  BERBALAS PANEN

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



SEDEKAH    BERBALAS
PANEN
“ Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebagai bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang –orang yang terkena musibah  “.

Lelaki Ugan suatu kali, bercerita kepada penulis ihwa pengalaman bersedekah sebuah sedekah yang patut jadi renungan kita. Ugan adalah lelaki kelahiran kampung yang terbilang sukses pada zamannya. Terutaama dibadningkan dengan orang-orang yang seusianya dikampung yang banyak jadi pengangguran selepasa sekolah atau ada yang bekerja namun pekerjaannya tidak banyak menjajikan masa depan, sebab rata-rata pekerjaan mereka hanya sebagai kuli sawah atau pekerja borongan saat musim menanam padi atau panen raya tiba.

Saat musim tanam datang tenaga merek asangat dibutuhkan untuk membajak sawah dan menanamkan benih-benih padi ke atas tanah yang sudah dibajak dan tatakala panen raya datang tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk memetik padi dan ngprik (atau memisahkan buah padi dari tangkainya). Sebuah pekerjaan yang terbilang tidak ringan dengan gaji yang terbilang tidak besar. Hampir rata-rata anak muda dikampung Ugan bekerja seperti itu. Ironis, setelah musim tanam dan panen raya mereka kembali menganggur.

Baca Juga "Lima Kali Berhaji Tidak Bisa Melihat Ka'bah"
Baca Juga "Seorang Ateis Hafizh Quran"

Ugan hijrah kekota dan menetap dirumah saudaranya. Sebuah keberuntungan pula, sebab Ugan tidak memiliki bakat menjadi lelaki pemalas. Selagi menumpang nginap dirumah saudaranya, Ugan menjadi lelaki yang ringan tangan. Pekerjaan apa saja yang dapat dikerjakan untuk rumah tangga saudaranya di kota, Ugan mengerjakannya dengan ikhlas. Termasuk ketika ia harus mencuci piring , menyapu halaman atau membuang sampah. Ugan melakukan dengan ikhlas. Dia menganggap apa yang dilakukannya itu sebentuk sedekah, seperti halnya sedekah yang telah diterima dari saudaranya yang telah memberinya tumpangan tempat tinggal.

Keikhlasa Ugan membantu pekerjaan rumah tangga sudaranya di kota berbuah pada sebuah tawaran pekerjaan. Sungguh senang hati Ugan ketika dirinya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang cukup besar. Perusahaan perhotelan itu membutuhkan beberapa tenaga muda yang siap didik untuk ditempatkan diberbagai kota besar, bahkan diluar negeri.

Rasa senang Ugan semakin berlipat saat interview ia dinyatakan lulus dan bisa mulai bekerja pada awal bulan depan . Keluarga Ugan dikampung ikut senang , begitu juga dengan keluarga dan saudaranya yang telah memberinya tumpangan. Mereka senang karena Ugan sudah mendapat pekerjaan.

Pada tahun – tahun pertama Ugan bekerja, dia ditempatkan dikota dimana ia tinggal. Jadi Ugan tidak perlu mencari rumah kontrakkan atau rumah kos. Ugan memilih tinggal dirumah saudaranya. Ugan beralasan dengan tinggal dirumah saudaranya rezeki yang ia dapat dari pekerjaannya disebuah hotel dapat dinikmati bersama. Setiap gajian, Ugan bukan hanya mengirim uang untuk keluarga dikampung, tetapi juga membeli segala keperluan keluarga dirumah yang ia tumpangi. Kebiasaan Ugan itu membuat saudaranya senang.

Ikhlasnya Ugan memberi ternyata berbuah juga pada perkembangan kariernya di perusahaan. Ia yang hanya tadinya bertugas di negerinya sendiri, kini dapat promosi untuk bekerja di luar negeri. Sebuah promosi yang menggiurkan dan Ugan pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka itu..  
  
ARAB SAUDI
Sebuah negeri yang asing bagi Ugan kini menjadi tempat tinggalnya. Tapi lagi-lagi dengan segenap keikhlasannya ia menerima. Baginya dimanapun ia tinggal , dirinya akan menyesuaikan diri dengan baik. Tata karma sebagai orang timur tetap dijunjung tinggi. Dan yang paling penting juga, Ugan tak akan melupakan keluarga di tanah air. Ugan akan menyisihkan penghasilannya untuk mereka.

Itulah Ugan. Ketika masih  bekerja dengan enak, ia tetap tidak mementingkan dirinya sendiri. Keluarga dikampung maupun keluarga dikota yang selama bertahun-tahun ditumpangi menginap tetap jadi prioritas untuk dikirimi uang atau oleh-oleh.

Sekarang, Ugan sudah berusia lanjut. Ia ia sudah tidak lagi bekerja diluar negeri. Hasil kerjanya selama ini memang diperuntukkan untuk kebutuhan diusia tua, sebab samapai sekarang ini Ugan belum diperkenankan untuk berkeluarga alias masih lajang. Namun hal itu tidak membuat Ugan bersedih, ia tetap menjalani kehidupan ini dengan rasa syukur tiada berkurang.

KOTA YANG BANJIR
Puuhan tahun lamanya menetap dikota , baru tahun ini , Ugan merasakan sesuatu yang membuat hatinya penuh merintih. Sebab wilayah tempatnya tinggal kini tengah tertimpa musibah berkepanjangan. Pada saat bersamaan, Ugan sedang berada dalam kesulitan financial.Persediaannya telah terkuras, karena dirinya pernah mengaami sakit yang membuat tabungannya terkuras.

Kini, saat musibah berkepanjangan itu datang, Ugan tak memiliki sepeser uang pun. Kisah meilukan Ugan itu terjadi karena wilayah tempat tinggalnya tertimpa banjir yang cukup besar.

Suatu ketika, semua warga sudah memperkirakan bahwa banjir besar akan datang, termasuk juga ugan. Perkiraan mereka berdasarkan hujan yang turun terus menerus dengan volume air yang cukup besar. Sementara, pengumuman air dari pintu Katulampa tertulis di pos pengumuman mencatat sebuah ketinggian diatas wajar.

“Ini banjir terbesar”, begitu batin Ugan dan ia merasa harus mempersiapkan sesuatu. Ia harus keluar dari wilayahnya dan mencari tempat pengungsian yang aman. Apakah Ugan harus mencari rumah kontrakkan atau rumah kos,..?.

Saat mencoba uang disaku celanannya Ugan hanya mendapatkan beberapa lembar sepuluh ribuan. Menurut Ugan uang sebanyak itu hanya cukup untuk tiga atau empat hari seanjutnya..?.

Ugan tidak mau memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Yang terpenting baginya ia harus mengungsi dulu meski berbekal beberapa lemabr uang sepuluh ribuan.

Saat Ugan sudah berada ditempat pengungsian,banjir besar benar-benar terjadi. Kampung itu seperti tenggela. Rumah – rumah yang terlihat hanya atapnya saja. Dan Ugan menyikapi hal itu tanpa menggerutu apalagi menghujat.

Ugan hanya bisapasrah. Di tengah keramaian para pengungsi, Ugan merogoh saku celananya, ia meraih tiga lembar uang sepuluh ribuan yang tersisa. “Apakah uang ini cukup untuk persediaan selama banjir ..?.

Ugan tak peduli dengan suara batinya. Selembar uang sepuluh ribuan tetap di sedekahkannya untuk anak-anak yang juga menjadi korban banjir. Uang itu dibagikan untuk membeli kua.

Pada hari berikutnya, saat banjir masih meluap tinggi. Ugan uang disakunya habis, sementara perut sudah minta dan waktunya diisi. Darimana ia bisa memenuhi kebutuhan untuk hari ini dan juga hariselanjutnya.

Beruntung bagi Ugan, ia bertemu dengan seorang saudara dan ia memberanikan diri untuk meminta uang kepadanya Ugan berharap, ia akan mendapatkan uang untuk bekal beberapa hari, namun ketika saudaranya itu memberi uang, Ugan nyaris menerima uang dengan nelangsa. Sebab uang yang diterimanya untuk hari ini pun tidak cukup.

Ugan kembali galau. Ia memandang Handphone merah yang ada dalam genggamannya. Apakah ini benda ini harus kujual..?. Ditengah kegalauannya itu Handphone ditangan Ugan berbunyi. Ugan segera menyambut dan saat itu juga wajah Ugan berubah berseri.

“Kang Ugan kenapa tidak ke Kampung..?. Kapan uang panennya mau diambil ..?.
Pertanyaan itu seolah air hujan yang membasahi kemarau berkepanjangan dijiwanya. Ia benar-benar terkejut dan bahagia. Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebaga bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang-orang yang terkena usibah banjir. Ugan sungguh bersyukur, sedikit sedekahnya untuk anak-anak korban banjir telah mendatangkan hasil panen untuknya.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

Tuesday, 10 July 2018

KOMA 3 HARI, JAMAAH HAJI DAPAT HIDAYAH

KOMA 3 HARI,   JAMAAH HAJI DAPAT HIDAYAH

Dasbor " Rahasia Illahi 2"



KOMA 3 HARI,
JAMAAH HAJI DAPAT HIDAYAH

“ Saya merasa, saya sedang disiksa di  neraka. Rambut saya ditarik-tarik. Sakitnya luar biasa, Pak Ustadz. Bukan itu saja, buah dada saya juga dijepit dengan penjepit yang terbuat dari bara api… “.

Usianya tak lebih dari 0 tahun, masih muda memang. Tapi tekadnya untuk pergi haji ternyata besar juga. Kesuksesannya sebagai wanita muslimah membuatnya diberikan kesempatan oleh Allah untuk bisa pergi keTanah Suci.

Tapi sayangnya seribu sayang. Niatnya untuk menjalani ibadah haji dengan baik dan benar terhalang oleh satu kejadian diluar kendalinya. Sebuah peristiwa yang membuat seorang ustadz yang membimbingnya kerepotan dan teman-teman lainnya kewalahan.

Sa’adah begitu namanya. Dia seketika pingsan dan baru saja menjejakkan kakinya di kota Madinah. Tepatnya saat ia baru keluar dari bus rombongan yang membawanya dari Bandara King Abdul Aziz Jeddah. Ketika teman-teman yang lain tidak terjadi apa-apa, ia justru langsung tidak sadarkan dirisaat hendak turun dari bus.

Ini aneh. Ini ganjil. Apa yang terjadi padanya..?. Apakah ia tidak makan..?. Apakah ia sakit…?. Jawabannya tidak. Ia tidak sedang sakait dan juga tidak lapar sehingga kepingsanannya membuat orang-orang disekitarnya bertanya-tanya.
Oleh Pak Ustadz, Sa’adah kemudian dibawa kerumah sakitterdekat di kota Madinah. “Saat saya sentuh tubuhnya sangat panas ujar ustadz. Di rumah sakit, Sa’adah mendapatkan perawatan yang optimal. Namun sa’adah belum siuman juga, padahal berbagai cara telah dilakukan dokter untuk menyadarkannya.

Kondisi ini membuat ustadz dan teman-temannya semakin bingung saja. Terutama sang ustadz, ia menjadi terkuras energinya. Disatu sisi ia harus mengurus jamaah lainnya yang berada dibawah bimbingannya, disisi lain ia juga harus focus pada Sa’adah yang kini masih pingsan dirumah sakit.

Namun, kedua tugas ini berhasil dilakukan Pak Ustadz . “Saya harus gentian bolak-balik kerumah sakit dan menemui jamaah saya”, ujarnya. Dan melihat kondisi Sa’adah beum siuman juga akhirnya ia dirujuk kerumah sakit King Abdul Aziz Jeddah. “Sebab peralatan disana lebih lengkap dibandingkan dengan di Madinah.”, ujar Pak Ustadz.

Setelah dirawat dirumah sakit di Jeddah Sa’adah akhirnya siuman. Dia membuka matanya. Betapa bahagianya Pak Ustad saat menyadari sa’adah sudah siuman. Sa’adah lalu menatap Pak Ustadz dan berusaha merangkulnya sambil menangis tersedu-sedu. Melihat kenyataan ini Pak Ustadz pun bingung. Apa yang terjadi padanya..?. Kenapa ia menangis setelah pingsan selama 3 hari..?.

Tiba-tiba Sa’adah berbicara , “saya bertaubat, Pak Ustadz , saya bertaubat..!
“Iya kenapa..?. tanya Pak Ustadz.
“saya sadar bahwa saya memang beragama islam, tapi itu hanya di KTP saja. Sehari-hari saya tidak sholat, puasa dan amalan-amalan anbi lainnya. Bersama suami yang orang bule saya lebih senang mabuk-mabukan. Dirumah banyak botol minuman keras. Saya bertaubat, Pak Ustadz “, ujar sa’adah.

Sa’adah pun berkisah ,”selama koma saya mendapat azab dari Allah swt yang sangat pedih atas segala dosa yang telah saya lakukan”.
“Betulkah”..
“Betul Pak Ustadz”…
“Saya merasa saya sedang disiksa di neraka. Rambut saya ditarik-tarik. Sakitnya luar biasa. Pak Ustadz bukan itu saja buah dada saya juga dijepit dengan penjepit yang terbuat dari bara api. Lalu ditarik-tarik dan akhirnya putus lalu jatuh kebara api. Saya menangis menjerit-jerit karena sakitnya yang luar biasa dan minta ampun kepada Allah swt lalu saya raih buah dada saya yang sudah hancur itu”.

Sa’adah kembali menangis tersedu-sedu mengingat betapa sakitnya apa yang dialaminya dalam komanya itu.Sedikpun ia tidak diberi peluang oleh Allah swt untuk beristirahat. Selama 24 jam setiap hari ia disiksa. Oleh Allah dengan siksaan yang amat pedih.

Sa’adah kemudian melanjutkan ceritanya, bahwa selama disiksa itu ia pernah di buah-buahan yang berduri tajam. “Tak ada isi pada buah itu melainkan duri-duri saja tapi saya harus makan buah-buahan itu karena saya memang sangat lapar”, ceritanya dengan pilu.

Sa’adah melanjutkan, “Ketika buah-buahan itu ditelan , duri-durinya menikan kerongkongan saya dan ketika sampai keperut menikam perut saya juga. Setelah habis buah itu saya makan saya diberi makan bara api . Ketika saya masukkan bara api itu kedalam mulut seluruh badan saya terasa seperti terbakar.

Setelah makan buah berduri dan bara api, Sa’adah minta minuman . “Tapi saya diberikan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya sangat busuk. Tapi terpaksa saya minum karena saya kehausan. Semua terpaksa saya lalui. Azabnya tidak pernah saya rasakan dan alami sepanjang saya hidup didunia ini”.

Tidak tahan dengan segala siksaan yang sangat pedih, Sa’adah memohon kepada Allah swt agar diberi nyawa sekali lagi, agar dikembalikan lagi kedunia. Ia tak berhenti-henti memohon. Dia berjanji kepada Allah swt untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya selama ini. Saya berjanji kalau saya dihidupkan kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu. Saya akan mengaji, dan sembahyang, akan puasa yang selama ini saya tinggalkan”, ujarnya.

Akhirnya, Allah swt mengabulkan permohonan sa’adah. Dia siuman dari masa komanya selam tiga hari. Diapun menangis tersedu-sedu dan bertaubat nasuhah. Oleh Pak Ustadz ia lalu dibawa ke Mekkah. Disana ia menjadi jamaah yang rajin ibadah. Kalau wanita itu pergi kemasjid padawaktu magrib, dia akan Cuma balik kekamarnya lagi setelah sembahyang subuh”, ujar Pak Ustadz.

Melihat perubahan radikal pada ibadahnya, Pak Ustadz pun sempat menasehatiagar ia tetap menjaga kesehatnnya , jangan sampai ibadah melupakan kesehatan, “Gak Apa-apa Pak Ustadz , saya sudah membawa buah kurma jadi bisa saya makan ketika saya merasa lapar”, jawabnya.

Menurut sa’adah, seperti yang ditutrkan Pak Ustadz sepnajang berada di masjidil haram dia mengqada mengganti semua sembahyang yang ditinggalkannya dahulu. Selain itu ia juga berdoa dengan sangat kyusu’ agar diampuni segala dosa-dosanya.

Kepada Pak Ustadz sa’adah juga meminta agar nanti berkenan mengajarkan suaminya bule untuk bisa sholat dan mengaji. “saya akan mengajak suami saya pergi haji. Sebagaimana saya, suami saya itu islam pada namanya saja. Tapi itu semua kesalahan saya. Say sudah berhasil membawanya masuk islam, tetapi saya tidak membimbing dia. Bukan itu saja sayapun malah yang jadi seperti orang yang bukan islam”, ujarnya penuh penyesalan.

Demikian sebuah kisah luar biasa tentang seorang jamaah haji yang mengalamai koma berhari-hari , namun Allah swt akhirnya memberikan Hidayah. Semoga kita bisa belajar dari kisah ini..! Aamiin.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 11 Juli 2018

MENINGGAL USAI SHOLAT SUBUH

MENINGGAL   USAI SHOLAT SUBUH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL USAI
SHOLAT  SUBUH

“ Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu, aku baru sadar bahwa itu sebagai tanda bahwa beliau mau pulang ke Ramatullah untuk selama-lamanya “.

Siang itu pagi cukup cerah. Hambali (45 Thn) mendatangi rumah haji Ahmad (55 Thn) dengan menggenggam setangkup harapan. Sepanjang perjalanan, hati Hambali berbinar. Dia membayangkan anaknya tersenyum karena dia pulang membawa sepatu. Beberapa hari yang lalu H. Ahmad berjanji akan membelikannya sepasang sepatu.

Tiba dirumah Haji Ahmad , Hambali tidak merasa ada firasat apapu. Dia memandang sekeliling. Sepi, dia mengetuk pintu; mengucapkan salam. Satu menit berlalu lima menit terlewati.

Hati hambali bimbang. Tak mungkin dia pulang tanpa membawa sepatu. Untung sepuluh menit kemudian dia mendengar suara salam dari dalam rumah, langkah seorang berjalan kearah pintu. Tapi Tapi saat pintu terbuka , Hambali sedikit terperanjat. Sebab yang membuka pintu kali ini Hj Aisyah (50 Thn) bukan Haji Ahmad.

Baca Juga "Wasiat Terakhir Nabi Yakub"
Baca Juga "Meniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"

“Haji Ahmad ada bu..?” tanya Hambali
Hj Aisyah mempersilahkan Hambali duduk diteras rumah Hj Aisyah tak menjawab sepatah kata pun.
Dalam hati Hambali bertanya-tanya kenapa Haji Ahmadtak menyambutnya. Padahal saat dikunjungi ke rumah Haji Ahmad selalu dia yang menyambutnya. Hambali merasa ada sesuatu yang ganjil. Dia kembali bertanya ,”Maaf Bu ….Haji Ahmad ada..?”
Dia kembali tak mendapat jawaban. Kali ini mlaj Hj Aisyah menitikkan air mata. Hambali kian bingung Air mata Hj Aisyah kian mengucur deras” Haji Ahmad telah tiada, Pak beliau telah dipanggil yang Maha Kuasa”.

Hambali termanggu. Satu minggu yang lalu, Hambali masih bertemu H. Ahmad. Tetapi lelaki itu telah tiada Hambali mengucapkan rasa bela sungkawa.

Sehari setelah berjanji akan membelikan sepatu  buat anak Hambali, H Ahmad sakit. Penyakit paru-paru H. Ahmad kambuh, Hj Aisyah membawanya kerumah sakit. Dokter memutuskan H. Ahmad menginap dirumah sakit. Sehari menginap kesehatan H. Ahmad membaik.

“Bu, aku mau pulang dari rumah sakit “, ujar . Ahmad membuka pembicaraan kepada Hj Aisyah saat fajar.
“Bapak kan masih sakit. Jadi perlu dirawat beberapa hari lagi”.
“Aku ada janji dengan baka Hambali aku telah berjanji akan membelikan sepatu baru buat anaknya”.
“Sudahlah Pak…! Pikirkan dulu kesehatan bapak. Bapak harus dirawat dulu beberapa hari lagi dirumah sakit. Soal janji itu biar nanti saya urus jika pulang kerumah”.

“Tapi aku mesti pulang..”
“Ya nanti saya konsultasikan dokter. Semoga dokter segera mengizinkan bapak pulang kerumah”, jawab Hj Aisyah memberikan harapan. Adzan subuh berkumandang. Adzan itu yang kemudian menhentikan pembicaraan sepasang suami istri tersebut.H. Ahmadi mengajak Hj Aisyah menunaikan sholat subuh berjamaah di mushlla rumah sakit. Hj aisyah membantu H. Ahmad berdiri lalu menggandeng tangan H. Ahmad kearah mushalla rumah sakit. Tapi saat tiba di mushalla tak ada satupun jamaah. Subuh itu mushalla sepi hanya ada H.Ahmad dan Hj Aisyah.
Setelah keduanya mengambil air wudhu, dank arena tidak ada satu jamaah pun H. Ahmad dan Hj Aisyah sholat jamaah tanpa jamaah lain. Takbiratul ikhram dimulai tanpa ada jamaah lain yang datang. Hingga akhir sholat subuh yang ditunaikan H. Ahmad dan Hj Aisyah rampung. Selesai sholat subuh , H.Ahmad rebahan. Hj Aisyah masih berdzikir kemudian memanjatkan doa.

Tapi saat Hj Aisayh selesai bedoa, lantas membangunkan suaminya H. Ahmad tak bergeming; terlihat nyenyak tidur dalam keadaan terlentang dengan tangan bersedekap, tangan kanan diatas tangan kiri persis seperti orang sholat.  Berkali-kali sang istri mengguncang tubuh H. Ahmad. Tapi tetap saja H. Ahmad tak membuka mata, apalagi bangun karena memang sudah dipanggil oleh sang Maha Pencipta. Hj Aisyah merasa ada sesuatu yang telah terjadi. Ia memeriksa pergelangan tangan dan nafas H. Ahmad.

Ia pun sadar, H. Ahmad telah tiada. Hj Aisyah berteriak minta tolong. Beberapa orang lalu berdatangan termasuk perawat yang bertugas jaga Hj. Aisyah terkulai lemas setelah mendapatkan kepastian bahwa H. Ahmad suaminya telah tiada. Lelaki baik dan penuh kesabaran yang telah menikahinya selama 30 tahun itu kini telah meninggal.

Dimata orang H. Ahmad sosok lelaki yang dikenal baik dan sabartaat dalam menjalankan agama. Begitu juga dimata Hambali. Dimatanya H. Ahmad adalah lelakikharismatik yang selalu ringan tangan membantu keperluan orang lain. Termasuk dirinya. Anak-anak bisa sekolah berkat bantuan H. Ahmad.

H. Ahmad dikenal sebagai guru Bahasa Inggris dislah satu sekolah Islam. Selain itu, H. Ahmad juga dikenal sebagai pencerah yang kharsimatik. Meski H. Ahmad memiliki postur tubuh yang kecil tetapi ramah dan gamapang bergaul dan cukup pintar, tidak memiliki ambisi jabatan. Itulah yang membuat orang menaruh hormat.

Haji Ahmad lahir ditengah keluarga terpandang dan memang kaya. Tetapi ia tetap menjalani hidup sederhana jika dibandingkan dengan saudara-saudara atau family H. Ahmad yang lain. Tak sedikt saudara-saudara family H. Ahmad yang hidup dilimpahi kekayaan memiliki mobil dan rumah mewah. Hai Ahmad memang tergolong diurutan yang bawah. Maklum sebagian saudara-saudara atau family haji Ahmad terjun disunia bisnis dan menjadi pengusaha.

Sekalipun berad diurutan bawah, Hai Ahmad tidak bisa dibilang kekurangan. Selain sebagai guru Bahasa Inggris , Haji Ahmad dikenal juga sebagai mubaligh Haji Ahmad sering diundang mengisi ceramah dibeberapakota hingga diundang ke manca Negara.

Sebenarnya, Haji Ahmad cukup mumpuni untuk menjadi seorang Kepala Sekolah. Tetapi dia tidak mau memanggu jabatan itu. Padahal, disekolah tempat Hai Ahmad mengajar itu adalah sekolah milik Yayasan keluarga Haji Ahmad. Tapi dia lebih memilih jadi pengajar dan guru bahasa Inggris. Pilihan itu karena Haji Ahmad merasa tak mudah untuk menjadi pemimpin seperti Kepala Sekolah .

Dia tak haus jabatan selain dikenal sebagai seorang  guru Bahasa Inggris dan juga penceramah Haji Ahmad dikenal pula sebagai seorang pembimbing. Wajar jika dia sering menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci karena dipercaya sebagai pembimbing Haji.

Jika menolong orang Haji Ahmad kerap tidak setengah hati. Dia tahu arti berbagi dan dengan cara itu dia merasa bahagia. Apalagi selama kurang lebih tiga puluh tahun dia menikah , Allah belum mengkaruniai seorang anak. Akhirnya Haji Ahmad pun suka menjadiorang tua asuh ; memberi bantuan biaya sekolah kepada beberapa orang tua yang tidak mampu dan salah satu dari mereka itu adalah Hambali.

Dedikasi itulahyang memutuskan yayasan kemudian mempercayakan santunan anak yatim dan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dipundak Haji Ahmad. Saat Haji Ahmad masih hidup, ada sekitar dua puluh anak Yatim dan kurang mampu yang mendapatkan uluran tangan yayasan yang diurus oleh haji Ahmad.

Kepergian Haji Ahmad yang tiba-tiba itu membuat Hambali termenung.Baru seminggu yang lalu bertemu kini sudah dipanggil Allah – pergi untuk sleamanya. Bayangan sepatu baru yang sempat dijanjikan Haji Ahmad pun buyar. Dalam pikiran Hambali apa yang nanti akan diceritakan kepada anaknya jika nanti ia pulang dengan tangan kosong – tak membawa sepatu baru ..?. Padahal, sebelum berangkat Hambali sudah berserita kepada anaknya nanti pulang dari rumah haji Ahmad dia membawa sepatu baru. Sepatu pemberian dari haji Ahmad.

Seteleah bercerita tentang kepergia Haji Ahmad yang tiba-tiba dan tidak terdugaitu, Hj Aisyah menghapus air mata yang tadi tumpah, menetes deras dan membasahi pipi. Seolah-olah setelah dia bercerita itu beban hidup Hj aisyah berkurang. “Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu aku baru sadar bahwa itu , sebagai tanda bahwa dim au pulang ke Rahmatullah untuk selama-lamanya. Waktu itu saya ternyata tidak tahu”, ujar Hj Aisyah.
Hambali mengangguk.

Tak enak lama-lama dirumah Haji Ahmad, padahal Hj Aisyah lagi berkabung, Hambali memutuskan segera pulang. Tapi belum sempat dia pamit Hj Aisyah bicara seraya menyerahkan bungkusan plastic yang didalamnya berisi kardus . “Ini ada amanat dari almarhum untuk bapak”.
“Amanat apa bu, Bu…? Tanya Hambali.
“Sebelum meninggal, Bapak berbpesan dan menitipkan amanat tolong anaknya Pak Hambali dibelikan sepatu.Dan ini adalah sepatu yang dititipkan oleh Pak Haji Ahmad kepada Bapak”.

Hambali menerima bingkisan plastik berisi sepatu yang diserahkan Hj Aisyah dengan tangan gemetar. Haji Ahmad yang sudah pergi ternyata masih meninggalkan rejeki dan kebahgian bagi orang yang masih hidup yaitu sepatu baru buat anak Hambali.

“Karena saya tidak tahu ukuran sepatu anak bapak, maka saya membeli sepatu dengan ukuran sembarangan. JIka nanti sepatu ini tidak cukup buat anak bapak dalam amplop ini ada uang yang bisa bapak belikan sepatu baru yang pas buat anak bapak lanjut Hj Aisyah.

Hambali takhenti-hentinya bersyukur. Dia bersyukur, pulang bisa membawa sepatubaru buat anaknya. Selain itu, dia bersyukur ternyata janji Haji Ahmad terbayar melalui tangan Hj Aisyah.
Ikhtibar diatas sosok figure seorang yang dermawan dan bersyukur kepada Allah meskipun dia tidak diberikan amanah oleh Allah swt seorang anak tetapi dia masih bisa berbuat baik selaykanya orang tua dengan membantu kebutuhan sekolah anak-anak yang kurang mampu. Sediktpun kebaikan yang pernah kita tanam jangan khawatir pasti Allah akan membalasnya dan bahkan akan menemui kebaikan-kebaikan yang baru di masa mendatang.

Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 11 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...