Dasbor "RahasiaIllahi 2"
SETELAH
IJAB QABUL
“
Aku terpaku seketika, Hanya waktu beberapa menit, sedekah yang kami berikan
berbalas nilai yang jauh lebih besar “.
Aku harus percaya
bahwa jodoh itu sudah ditentukan Tuhan, hanya saja kita khususnya aku tak
pernah mengetahui siapa jodoh yang kelak disandingkan di sebelahku. Rahasia
besar itu hanya hak Zat Yang Maha Besar. Sang Pencipta Kehidupan dunia ini.
Namun sebgao hamba_Nya aku terus berikhtiar akan mencari sebeah tulang
rusukku. Ditengah kesibukkanku menempuh pendidikan , aku bertemu dengan seorang
wanita yang usianya berada diatasku. Seorang wanita yang sudah mapan dalam
penghasilan. Bahwa wanita itu juga menjanjikan akan memperkerjakan akau di
kantor tempat pamannya bekerja jika aku sudah menjadi suaminya.
Seperti hal nya keyakinanku akan jodoh yang sudah ditentukan.
Barangkali, wanita yang berusia diatasku itu bagian dari tulang rusukku.
Terbukti, aku dan dia tak berhasil mewujudkan mahligai pernikahan, kami tak
bisa membina hubungan lebih jauh dia bukan jodohku.
Baca Juga "Mengamalkan Doa Ibrahim Jenazah Tidak Tersentuh Api"
Baca Juga"Taubatnya Sang Waria Meniti Jalan Illahi"
Baca Juga "Mengamalkan Doa Ibrahim Jenazah Tidak Tersentuh Api"
Baca Juga"Taubatnya Sang Waria Meniti Jalan Illahi"
JODOH
ITU REJEKI.
Setiap insane pasti mendambakan jodoh yang datang secepatnya, tak
kecuali aku. Sebagai lelaki, barang kali aku lebih leluasa dari wanita.
Istilahnya, laki-laki adalah pemburu , sementara wanita adalah sesuatu yang
diburu. Jadi lelaki lebih punya banyak kesempatan untuk mendapatkan jodoh lebih
cepat. Inilah mungkin yang boleh disebut sebgai ikhtiar. Ya……ya, aku terus
berikhtiar lewat usaha langsung maupun kirim sinyal melalui teman, saudara
ataupun siapa saja yang berpotensi kumintai bantuan dalam hal jodoh.
Jodoh itu rejeki, itu pendapat yang tersemat dalam pikiranku. Alhasil,
jika ingin mendapatkan rjeki selain aku harus bekerja aku juga harus punya kail
untuk memancing rejeki itu datang.
Berbicara soal rejeki, aku jadi ingat tausiah yang disampaikan seorang
ustadz di masjid tempat tinggalku. “Hendaklah kita rajin bersedekah , sebab
bersedekah itu dapat meringankan yang berat, dapat menghindari kita dari
musibah dan dapat mendatangkan rejeki”.
Hati ini sangat terkesan dengan tausiah yang disampaikan itu, hingga
timbuldalam pikiranku untuk memancing rejeki itu dengan memperbanyak sedekah.
Akupun mulai melakukannya, meski sedekah yang saya lakukan hanya sebatas,
kemampuanku. Aku tidak ingin memaskakan diri bersedekah di luar apa yang
kumiliki.
Suatu hari, seorang kenalan lama mempertemukan aku dengan seorang
perempuan bernama Intan Ageng Permata Sari. Cerita pertemuanku dengan jodohku
itu terkesan sangat lucu. Wanita itu sedang bertamu dirumah tetangga kenalan
lamaku, sebutlah dia bernama Mas Bud. Saat kami sama-sama berada diluar rumah.
Tiba-tiba Mas Bud berseloroh ; “Insya Allah wanita itu jodohmu”. Sebuah ucapan
yang jelas-jelas tertuju untukku.
Aku memandang Mas Bud dengan bola mata tak percaya. “Mas ini ngomong
apa..?”, timpalku kemudian.
Mendengar ucapan Mas Bud yang yakin tiba-tiba aku memandang kearah
wanita yang kata Mas Bud Jodohku, “Masa Iya” aku masih kurang yakin.
Mas Bud menepuk bahuku. “Ikhtiarlah, kamu harus berkenalan dengannya”,
pinta Mas Bud
Aku merasa kikuk. Berkenalan..?. Apa yang harus kulakukan..?.
“Ayolah…” desak Mas Bud.
Kembali aku memandang Mas Bud…
“Benar dia jodohku Mas..?”, aku masih minta dukungan.
Mas Bud mengangguk sambil tersenyum.
“Kalau wanita itu benar jodohku. Aku akan bersedekah setelah ijab
Qabulkuucakan”, begitu janji kepada mas Bud.
Aku mengangguk pasti. Mas Bud kembali menepuk pundakku
“Bagus, sekarang berusahalah untuk mendekatinya “, pinta mas Bud
kemudian. Lalu aku pun dengan dada berdebar-debar mendekati wanita yang
dibilang mas Bud jodohku. Aku berkenalan dengannya hingga berlanjut dengan
keberanianku, mengungkapkan apa yang aku inginkan.
Ternyata….Alhamdulillah.Harapanku tak bertepuk sebelah tangan. Bahkan
kemudian perkenalan singkat itu berkembang menjadi rencana pernikahan. Pada
saat rencana itu kami sepakati akupun memberitahukan janji yang pernah
kuucapkan pada Mas Bud .”Setelah Ijab Qabul Pernikahan kita aku berjanji untuk
langsung bersedekah”, katakau kepada calon istriku.
Dia belahan dari tulang rusukku menyambut dengan gembira janji yang
telah kuucapkan. “Berapa nominal sedekah yang akan kamu berikan mas..?”
tanyanya.
“Pada Mas Bud aku tak menyebutkan besarnya nilai sedekah itu, namun aku
ingin bersedekah senilai satu juta rupiah”, jelasnya. Nama istriku yang bernama
lengkap Intan Ageng Permata sari menyambut antusias nialai yang aku s ebutkan
itubahkan dia memberikan gagasan, nilai sedekah yang dijanjikan itu didukung
berdua. Jadi masing-masing kami mepersiapkan sebesar lima ratus ribu rupiah,
dimasukkan kedalam amplop dan diberikan kepada Penghulu setelah ijab Qabul
dianggap sah.
Aku setuju saja dengan gagasan calon istriku, bahkan aku menjadi sangat
gembira ternyata calon istriku seorang wanita yang juga mengerti arti sedekah.
BA”DA
IJAB QABUL.
Sebuah persiapan menuju sakaralnya acara pernikahan, kami lakukan dengan
segenap kegembiraan. Hari itu adalah hari yang paling bersejarah bagiku dan
juga istriku calon istriku. Dibenak kami terbayang kebahagiaan berumah tangga
yang akan kami rasakan.
Taka lama lagi, namun bayangan itu segera kutepis. Sebab, aku harus
menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang berat. Ya bagiku berhadapan dengan
penghulu itu cukup berat. Degup jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya dan
butir-butir keringat pun membanjiri sekujur tubuh.
“Apakah saudara sudah siap..?”
Pertanyaan yang diajukan Pak Penghulu semakain memacu andrenalinku. Aku
dengan segala keinginan dan kesungguhan yang bulat tentu saja mengiyakannya.
Maka, ketika penghulu menjabat tanganku aku menyambut apa yang diucapkannya ,
seketika itu juga lidahku berkata dengan begitu lancar
“Saya terima nikahnya dan kawinya Intan Agen Permata Sari binti Hendra
Ginanar Arwinto dengan mas kawin yang tersebut tunai….!!!”.
Koor puji syukur langsung terdengar dari mulut para hadirin.
“Alhamdulillah !”
Aku merasa senang . Dada ini terasa lapang karena berhasil melewati fase
yang aku khawatirkan. Rasa senang dan lega yang kualami membuatku teringat
janji yang harus kutunaikan. Aku harus menyerahkan sedekah ini kepada Pak
penghulu.
“Pak ini ada sedikit uang sedekah. Mohon Bantuan bapak untuk diserahkan
kepada yang lebih berhak”, begitu ucapku setelah Ijab Qabul selesai denagn
sempurna.
Pak Penghulu memandang kami dengan senang. Amanah ini akan segera saya
sampaikan “, begitu sahut Pak Penghulu. Apa yang terjadi setelah saya
menyerahkan sebuah amplop bernilai satu juta rupiah itu ketangan penghulu…?.
Sesuatu yang menakjubkan telah terjadi dan membuat hati ini benar-benar faham
akan hikmah sebuah sedekah.
Masih dalam hitungan menit setelah menyerahkan amplop ke tangan Pak
Penghulu, tiba-tiba seseorang yang hadir dalam acarapernikahan itu menyeruak
kedepan. Dia sambil mengucapkan selamat kepada kami menyerahkan amplop yang
cukup tebal dari amplop yang kuserahkan pada Pak Penghulu.
“Saya turut gembira “, begitu ucap si lelaki saat kami menerima amplop
tebalnya. Dan selepas acarapernikahan kami berdua yang penasaran dengan
tebalnya amlop dari tamu yang memang kami undang itu segera membukanya. Setelah
kami hitung….
“10 juta”,…
Aku terpaku seketika. Hanya dalam waktu beberapa menit sedekah akmi
berikan terbalas dengan nilai yang jauh lebih besar Allahu Akhbar..!.