Blog Konten Islam

Monday 21 May 2018

KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as

KETIKA   UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as


Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


KETIKA UJIAN MENIMPA

NABI  IBRAHIM  as


“ Ibrahim berkata, “Hai anaku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !” Ia (Ismail) menjawab : “Hai Bapakku , laksanakan lah apa yang diperintahkan kepadamu ; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk para penyabar”. (QS. Ash-Shaff [37] : 102)  .

Tak ada ujian berat bagi seseorang, terlebih jika telah dipilih Allah sebagai nabi , kecuali datang perintah Allah untuk melepaskan apa yang dicintai. Tapi jika dia ringan tangan tak dibelit keraguan  merelakan apa yan dicintai itu dan melepas hanya semata-mata demi meraih ridha Allah, maka tak ada balasan dari Allah kecuali sesuatu yang lebih dari yang dicintai itu, kemuliaan dunia dan jaminan di akhirat kelak.
Ujian berat itulah yang dialami Nabi Ibrahim , ketika perintah Allah datang untuk mengorbankan Nabi Ismail. Padahal, Nabi Ismail adalah anak dari nabi Ibrahim as. Yang teramat dicintai setelah seratus tahun dilanda kesepian dan nyaris tidak memiliki harapan untuk bisa memiliki anak.

Disinilah keimanan Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, setelah Allah memberi “kabar gembira” dengan kehadiran seorang anak yang lama ditunggu dan dinantikan tetapi justru kemudian jadi batuan ujian berat Nabi Ibrahim as.

KELAHIRAN NABI ISMAIL as
Tahun-tahun perjuangan Nabi Ibrahim as telah berlalu. Sudah seabad, di aberjuang menumbangkan kejahiliyahan nenek moyang , fanatisme kaumnya (yang menyembah berhala) , melawan kekuasaan sang penindas Nambrud yang angkuh dan kahirnya dia diselamatkan Allah dari panasnya kobaran api yang membakarnya

Misi agung Nabi Ibrahim nyaris telah tertunaikan. Dia telah menyerukan risalah tauhid (monoteisme) di tengah system sosial yang dzalim dengan gemilang.Tetapi diujung usia Ibrahim yang sudah mulai menua itu, ternyata belum diberi anugerah keturunan.

Maka, did dihinggapi rasa gelisah. Padahal misi agung kenabian perlu penerus dan harapan itu nyaris jauh dari harapan dan kenyataan, karena istrinya (SARAH) mandul (tak subur) dan Ibrahim sudah udzur. SementaraNabi Ibtahim tak menemukan seorang pun yang dapat di banggakan sebagai penerus kecuali Nabi Luth. Karena, Nabi Ibrahim gelisah. Cemas dan resah.

Tak bisa diingkari, sebagai manusia dia ingin memiliki anak untuk membuatnya bahagia. Maka, diapun berharap bisa mendapatkan keturunan dan hanya pada Allah dia berharap besar dan tak sedkitpun diliputi putus asa. Maka, ia dengan khusyuk berdoa agar diberi anak “Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang termasuk orang-orang yang shaleh” (QS. Ash-Shaafat : 100).

Allah Maha mendengar dan mendengar doa Nabi Ibrahim. Allah memberi “Ganjaran” pada orang tua tersebut untuk waktu yang telah ia gunakan dan juga penderitaan yang telah dia alami selama bertahun-tahun dalam menyampaikan pesan Allah, dengan sebuah janaji, “Maka Kami memberinya kabar gembira dengan seorang anak yang amat penyantun (QS. Ash-Shaafat :101).

Baca Juga "Lubang Kubur Kekurangan Tanah"

Janji Allah menjadi kenyataan. Tidak lama kemudian, Ibrahim mendapatkan keturunan, karena lahir seorang anak laki-laki dari Hajar, hamba sahaya perempuannya, seorang perempuan kulit hitam yang tidak cukup terhormat untuk menimbulkan rasa cemburu di hati Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Jelas, kelahiran Nabi Ismail itu membuat Nabi Ibrahim gembira. Karena ismail tidak sekedar anak melainkan juga buah hati yang menghibur penderitaan Nabi Ibrahim selama seratus tahun berjuang melawan kemungkaran.

Ismail itu lambing kemenangan (imbalan) bagi kehidupan Nabi Ibrahim yang penuh perjuangan. Karena itu, Nabi Ibrahim sangat mencintai Ismail. Apalagi dia adalah anak laki-laki yang sudah bertahun-tahun didambakan kehadirannya oleh nabi Ibrahim.
Seiring dengan perjalanan waktu, Ismail pun tumbuh menjadi seorang remaja yang santun. Maka nabi Ibrahim semakin sayang dan bahkan cinta setengah mati kepada Ismail. Nabi Ibrahim mencurahkan segenap jiwa dalam merawat Ismail karena dia anak yang dirindukan dan kelahirannya itu nyaris tidak diduga. Dia juga sebuah harapan bagi Nabi Ibrahim untuk, “meneruskan” risalah “Tauhid”, sebongkah cinta dan juga tumpuan akan kelanjutan bagi masa depan kehidupan anak turun Nabi Ibrahim as.

MIMPI UNTUK MENYEMBELIH NABI ISMAIL as
Tetapi ditengah kebahagiaan yang lagi melingkupi Nabi Ibrahim bersama buah hatinya Ismailyang seiring waktu tumbuh dewasa, tiba-tiba turun wahyu yang dijumpai oleh Nabi Ibrahim dalam sebuah mimpi yang nyaris membuatnya terguncang, “Wahai Ibrahim , taruhlah sebilah pisau dileher anakmu dan sembelihlah dia dengan tanganmu sendiri”.

Saat bagun dari tidur , Ibrahim , hamba Allah yang paling setia itu mulai goyah. Seakan hendak roboh. Tokoh besar yang tak terkalahkan dalam sejarah itupun serasa pecah berkeping-keping. Setelah seratus tahun diangkat menjadi Nabi , hidup sebagai pemimpin , berjuang melawan kaumnya yang fanatic menyembah berhala ( jahiliya ), melawan penindas dan penguasa lalim mampu meraih kemenangan dan juga berhasil melakukan segala tanggungjawab , tetapi kini justru dilanda ragu. Apakah dia harus mengikuti jeritan hati dan menyelamatkan Ismail atau mengikuti perintah Allah dan harus mengorbankan Ismail.

Dua pilihan itu (antara cinta terhadap anak yang sudah lama dirindukan dan kebenaran disisi Allah swt) berkecamuk dalam dada Nabi Ibrahim. Seandainya, Allah memintanya untuk mengorbankan dirinya sendiri , bukan Ismail, tentu akan sangat mudah menentukan sebuah piliha. Tetapi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail, bukan dirinya sendiri. Itu yang membuat Nabi Ibrahim dilingkupi perasaan berat dalam menentukan pilihan.

Tetapi, keraguan di dada yang tak lain akibat godaan setan atau iblis itu akhirnya mampu dilampaui oleh Nabi Ibrahim as . Ia tidak ragu bahwa mimpi itu perintah dari Allah yang bertujuan untuk mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa kecintaan terhadap seorang anak tak ada artinya disisi Allah. Dengan perintah itu, dia harus melepas segala kepentingan yang menguasai pikiran dalam berkomunikasi dengan Allah swt.

Dengan ujian besar Allah memerintahan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail agar dia bisa berserah total terhadap apa yang diperintahkan Allah. Dalam Al-Quran Allah swt berfirman, “Dan ketahuilah bahwa hartamu, dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan (QS. Al-Anfal :28).

DIALOG ANTARA BAPAK DAN ANAK
Setelah merenung bahwa mimpi itu adalah perintah Allah, maka Nabi Ibrahim pun pasrah kepada Allah. Dengan kepasrahan itu, ia akhirnya mengambil keputusan dilandasi kemerdekaan yang mutlak dengan mentaati perintah Allah  dan sudah bulat tekad untuk memberitahukan perintah tersebut kepada Ismail.

Hari yang mendebarkan itupun tiba. Di sebuah sudut Mina yang sepi, Ibrahim akhirnya angkat bicara. Sang ayah yang memiliki rambut dan janggut sudah memutih dan sudah menjalani hidup Selma seabad  sedang Ismail seorang anak yang baru saja tumbuh remaja (sementara ulama’ memperkirakan usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Langit Semenanjung Arabia seakan berselimut dengan kabut pilu. Ibrahim merasa berat untuk menyampaikan pesan Allah tersebut kepada anaknya yang disayanginya itu.

Tapi akhirnya Nabi Ibrahim memasrahkan diri kepada Allah , alau berkata , “Ismail, anaku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”.

Seketika sepi, Ibrahim diam, diliputi perasaan takut. Wajahnya pucat tak kuasa menatap mata Ismail anak kesayangannya. Sementara Ismail menyadari apa yang berkecamuk dalam hati bapaknya. Ia coba menenangkan hati bapaknya. Nabi Ibrahim. Kemudian berkata, “Bapaku, patuhilah dan jangan ragu-ragu untuk memenuhi perintah Allah Yang Maha Kuasa. Engkau akan mendapatiku sebagai orang yang patuh dan dengan pertolongan Allah akau dapat menanggungnya” (QS.Ash-Shaafat :102).

Ibrahim sudah memutuskan untuk memasrahkan diri kepada Allah  tetapi rasa takut masih juga berkecamuk didalam hati. Kendati demikian, ia sudah memasrahkan segalanya hanya kepada Allah semata. Setelah itu Nabi Ibrahim mengambilpisau dan mengasahnya dengan sebilah batu hingga tajam kemudian membawa Ismail ketempat pengorbanan dan menyuruhnya berbaring di tanah, tentu sebelum memegangi kakinya, menggenggam rambutnya dan mendongakan kepalanya ke belakang supaya dapat melihat urat lehernya.

Detik-detik yang mendebarkan itu pun akhirnya tiba. Nabi Ibrahim berserah diri. Dengan menyebut nama Allah kemudian menempelkan pisau kearah leher Ismail , berusaha memotongnya dengan cepat. Orang tua itupun berusaha menyelesaikan prosesi penyembelihan dalam sekejap. Tapi, ternyat pisau itu tidak sanggup melukai leher Ismail, “Pisau itu menyakitiku, karena aku merasa tersiksa”. Erang Ismail.

Dengan diliputi amarah Nabi Ibrahim akhirnya melemparkan pisau itu dengan penuh rasa takut, ia bertanya, “Apakah aku bukan bapakanya..?”.

Ibrahim berdiri, mengambil pisau dan kemudian mencoba melakukan perintah Allah untuk menyembelih Ismail lagi tidak diliputi rasa takut tetap bersikap tenang, dan sebelum Ibrahim menyentuhnya, tiba-tiba datang seekor domba. Rupa-rupanya Allah telah mengganti korban yang akan dilaksanakan Nabi Ibrahim itu dengan seekor domba Allah tak menghendaki Ismail dikorbankan. Ibrahim pun tidak lagi perlu menyembelih Ismail karena Allah tidak membutuhan apa-apa!.

Akhirnya yang dikorbankan waktu itu adalah domba, bukan manusia, bukan Ismail. Awalnya memang Allah memerintahkan Ibrahim mengorbankan Ismail, tetapi sebelum selesai penyembelihan , perintah itu dibatalkan oleh Allah. Dengan pembatalan itu ada bentuk peyangkalan berupa larangan untuk mengorbankan manusia kepada Tuhan. Karena pada waktu itu hampir di seluruh dunia telah dikenal adanya  “Ritual suci” keagamaan untuk mengorbankan manusia sebagai sesaji kepada Tuhan yang disembah.

Di Mesir misalnya, ada ritual persembahan seorang gadis cantikkepada dewa sungai Nil Beda tempat, berbeda lagi sesembahanyang dikorbankan. Di Kan’an Irak, bukan gadis cantik yang dikorbankan melainkan bayi untuk dipersembahkan kepada dewa ba’al, yang berbeda dengan suku Astec-di Meksiko – yang mempersembahkan kepada dewa Matahari, berupa jantung dan darah manusia.

Sementara di Eropa Timur, orang-orang Viking yang menyembah dewa perang (Odion) justru mepersembahkan pemuka agama mereka. Jadi, pembatalan Ismail untuk dikorbankan lalu diganti Allah dengan “Domba” itu adalah sebuah simbul bahwa manusia memang tidak layak untuk dikorbankan karena manusia terlalu mahal untuk tindakan yang sepele itu.


(Di sarikan dari buku, Makna Haji, Ali Syariati Penerbit Zahra, Jakarta [cetakan 8], 2007).

Wallahu a’lam bis-shawab     


Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 22 Mei 2018

Sunday 20 May 2018

PERDEBATAN IHWAL 'ARSY ALLAH

PERDEBATAN   IHWAL 'ARSY ALLAH

Dasbor "CERITA GHAIB"


PERDEBATAN  IHWAL  ARSY  ALLAH
 “ Allah berada dimana ? Jika kita bertanya kepada seorang anak kecil, ia akan menjawab, “Sambil menunjukkan telunjuknya keatas”. Menurut Mayoritas ulama’ jawaban seorang anak kecil ini bisa jadi benar. Allah memang ada diatas (langit) yaitu di ‘Arsy – hal ini selaigus membantah pendapat yang mengatakan Allah ada dimana-mana”.

Tuhan berada di atas, diluar lingkaran langit yang kita kenal yaitu langit pertama sampai langit ketujuh. Sebab , ‘Arsy merupakan makhluk Allah yang paling besar (QS. An-Nahl :26) dan paling tinggi , melampaui surga Firdaus dan Sidratul Muntaha yang pernah di lewati Nabi Muhammad saw saat Isra Mi’raj.

Nabi saw bersabda,”Kalau kau meminta surga kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena sesungguhnya dia adalah surga yang paling tinggi dan paling tengah, dan atapnya adalah ‘Arsy Allah Yang Rahman”. (HR. Bukhari).

Menurut Ibnu Ma’sud, “Antara langit yang paling bawah dan langit berikutnya jaraknya 500 tahun, dan diantara setiap langit jaraknya 500 tahu ; antara langit yang ketujuh dengan kursi jaraknya 500 tahun ; dan antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun ; sedang ‘Arsy berada diatas samudra air itu  ; dan Allah berada diatas ‘Arsy tersebut, tidak tersembunyi bagi Allah sesuatu apapun dari perbuatan kamu sekalian”.

Ini menunjukkan betapa besar dan tingginya ‘Arsy itu. Dari ‘Arsy inilah Allah mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya,”Kemudian Dia bersemayan diatas ‘Arsy (singgahsana) untuk mengatur segala urusan”. (QS. Yunus [10];3). Tetapi, kenapa Allah harus butuh tempay..?. Bukankah Allah itu zat yang tak teraba, sedangkan tempat berarti sesuatu yang fisikal 9terlihat)..?. Begitu istimewanya ‘Arsy , sehingga Allah harus berada disana untuk mengatur seluruh roda kehidupan makhluk-Nya?.

Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa Dibuktikan..?"

“Arsy adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘arasya –ya’risyu – arsyan, yang berarti “bangunan” , “Singgahsana”, “Istana” atau “Tahta”. Di dalam Al-Quran kata ‘Arsy dengan kata yang seasal dengan itu disebut 33 kali.

Ulama’ berbeda pendapat tentang hakekat ‘Arsy. Rasyid Ridha dalam tafsir menjelaskan bahwa ‘arsy merupakan “Pusat pusat pengendalian segala persoalam makhluk – Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Ridha itu antara lain, didasarkan pada (QS. Yunus (10) ; 3 ) “Kemudian Dia bersemayan diatas ‘Arsy (singgahsana) untuk mengatur segala urusan”.

Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsirbi al-Ma’tsur) menjelaskan, berasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab Ibnu Munabbih bahwa Allah swt. Menciptakan’Arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya ‘Arsy itu melekat pada ‘kursi. Para malaikat berada ditengah-tengah kursi tersebut.

“Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai yaitu ; 1. Sungai yang berisi cahaya yang berkilauan 2. Sungai yang bermuatan salju putih berkilauan 3. Sugai yang penuh dengan air, dan  4. Sungai yang berisi api yang menyala kemerah-merahan. Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah swt. Di ‘Arsy juga terdapat lisan (bahasa) sebanyak bahasa makhluk didalam alam semesta. Setiap lisan bertasbih kepada Allah swt berdasarkan bahasa masing-masing.

Sedangkan Abu Asy-Syaikh berpendapat bahwa ‘Arsy itu diciptakan dari permata zamrud hijau,sedangkan tiang-tiang penopangnya dibuat dari permata merah. Di ‘Arsy terdapat ribuan lisan bahasa , sementara dibumi Allah menciptakan ribuan umat. Setiapumat bertasbih kepada Allah swt dengan bahasa ‘Arsy. Pendapat iniberdasarkan hadits Rasulullah saw . yang diterima Abu Asy-Syaikh dari Hammad.

Lebih lanjut tentang asal-asul penciptaan ‘Arsy Abu Asy Syaikh juga meriwayatkan hadits dari Asy –Sya’bi yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “’Arsy itu terbuat dari batu permata Yakut Merah. Kemudian satu malaikat memandang kepada ‘Arsy dengan segala keagungan yang dimilikinya”. Lalu, Allah swt berfirman kepada malaikat tersebut, ;

 “Sesungguhnya aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat. Malaiat itu dianugerahi 70.000 sayap. Kemudian, Allah swt menyuruh malaikat itu terbang. Malikat itu terbang dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah swt kearah mana saja yang dikehendaki Allah swt. Sesudah itu  malaikat tersebt berhenti dan memandang kearah ‘Arsy. Akan tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah itu”.

Gambaran fisik ‘Arsy merupakan hal yang ghaib , yang tak seorangpun mampu mengetahuinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas didalam didalam riwayat IbnuAbi Hatim. Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada orang yang mampu mengetahui berapa besar ukuran ‘Arsy , kecuali pencipta-Nya semata-mata. Langit yang luas ini jika dibandingkan dengan luas ‘Arsy sama dengan perbandingan diantara luas sebuah kubah dan luas padang sahara”.

Meski ‘Arsy tidak bisa diukur  tetapi ia tetap terbatas dan ada garis akhirnya. Sebab ia juga merupakan makhluk Allah. Bagaimana kalau kita bisa tahu kalau bumi ini berbatas dan ada garis akhirnya.?. Karena kita bisa melihatnya dari luas bumi yaitu ketika kita berada di langit. Begitupun , kita akan bisa mengukur batas akhir langit jika kita bisa keluar dari lingkaran langit. Tapi , kita pasti tidak akan mampu melakukannya. Karena Nabi saw sendiri saat Isra’ Mi’raj masih berada dalam lingkaran langit. Apalagi , untuk mengetahui ukuran ‘Arsy. Tapi , kita yakin bahwa ‘Arsy pun terbatas seperti halnya bumi dan langit.

Baca Juga "Adakah Jin Islam"

Di dalam perbincangan ulama’ kalam (teolog islam) persoalan ‘Arsy yang controversial. Para ulama’ tersebut memperdebatkan apakah ‘Arsy itu sesungguhnya bersifat non fisik atau fisik. Dalam hal ini terdapat tiga pendapat ;
Pertama, Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa ‘Arsy didalam Al-Quran harus dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy , maka arti ‘Arsy disini adalah kemahakuasaan Tuhan. Tuhan merupakan zat yang non fisik, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat fisik.

Kedua, Golongan ujasimah atau golongan yang berpaham antropomorfisme. Pendapat golongan ini bertolak belakang dengan golongan pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang bersifat fisik atau material.

Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgahsana harus diyakini keberadaan, karena Al-Quran sendiri menartikan demikian. Akan tetapi, bagaimana wujud tahta atau singgahsana Allah itu hanya Dia sendiri yang tahu. Akal manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahuinya. Pendapat ini diyakini oleh golongan Asy’ariyah.

Terlepasa dari berbagai pendapat mengenai hakekat ‘Arsy, yang jelas , makhluk Allah yang satu ini merupakan tempat Allah mengatur segala kehidupan yang ada di bumi dan di langit. Allah mengontrol segala hajat kehidupan manusia di bumi dan dilangit dari ‘Arsy ini. Allah memerintahkan malaikat untuk menemui Muhammad dan sebagainya dari ‘Arsy ini. Sebab ‘Arsy merupakan tempat Allah. Allah adalah raja dari segala Raja. Seperti halnya raja , maka istana kerajaan Allah adalah ‘Arsy itu. Pantas saja, jika ‘Arsy itu begitu istimewa.

Tetapi bersemayamnya Allahdi atas ‘Arsy janganlah disamakan dengan bersemayamnya manusia. Inilah persoalan pelik tentang Allah bersemayam diatas ‘Arsy yang tdak diketahui oleh manusia. Yang jelas, menurut Syeikh  Muhammad Sholi Al-Munajid  “Wajib diketahui bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha Tinggi dengan kesempurnaan keagungan-Nya tidak memungkinkan untuk di sesuatu pun dari makhluk-Nya. Maka tidak boleh dikatakan bahwa Allah berada di surga, tetapi Dia diatas ‘Arsy yang merupakan atap Firdaus, sedangkan Firdaus surga yang paling tinggi’.

Menurut Ustadz Abu Bar Anas Burhanuddin, “Allah berada di ‘Arsy tidak berarti bahwa Allah membutuhkannya, tapi justru ‘Arsy yang membutuhkan Allah seperti makhluk- makhluk yang lain. Dengan hikmah-Nya , Allah menciptakan ‘Arsy untuk bersemayam diatasnya. Allah Maha Kuasa , yang tidak membutuhkan apapun”.
Maha Suci Allah dengan segala Firman-Nya.

{ Berbagai Sumber / Foto : Sekedar Ilustrasi).


Wallahu a’lam bis-shawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 21 Mei 2018

Saturday 19 May 2018

WASIAT TERAKHIR NABI YA'QUB as

WASIAT   TERAKHIR NABI YA'QUB as




WASIAT  TERAKHIR

NABI  YA’QUB  as


“ Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda maut), ketika ia berkata kepada anak-anaknya : “Apa yang kamu sembah sepeninggalku..?”. Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahin , Ismail, dan Ishaq (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami akan tunduk patuh kepada-Nya “. (QS. Al-Baqarah :133)  .

Setelah Nabi Ya’qub berpisah cukup lama dengan anaknya , Nabi Yusuf , akhirnya Allah mempertemukan kembali ayah dan anak itu dalam keadaan tak terduga. Waktu itu , Nabi Yusufsudah melewati penderitaan panjang dan menjadi bendaharawan Mesir. Sedang negeri tempat Nabi Yaqub dan sudara-saudara Nabi Yusuf tinggal dilanda pacelik. Kebutuhan kleuarga Nabi Yusuf untuk mendapatkan makanan ke Mesir itulah yang membuat Nabi Yusuf menyusun siasat untuk menjebak Benyamin, saudara kandung sendiri agar ditahan.

Tentu, penahanan Benyamin itu semakin menambah penderitaan Nabi Ya’qub. Tetapi tidak lama kemudian, sudara-saudar Nabi Yusuf ke Mesir kembali dan diminta untuk membawa baju Nabi Yusuf agar diberikan kepada Nabi Ya’qub, peristiwa itu akhirnya membuat saudara-saudara nabi Yusuf sadar dan tahu jika Yusuf ternyata masih hidup.
Dengan diliputi rasa bersalah , saudara yusuf pulang ke Palestina menemui ayah mereka. Anehnya kabar itu sudah bisa dicium, Nabi Ya’qub sebelum saudara Yusuf tiba dirumah. Tatkala saudara Yusuf baru melewati perbatasan (baru memasuki Palestina), nabi Ya’qub mencium bau Nabi Yusuf , “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf , sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)”.

Setelah saudara Yusuf tiba dirumah, kejadian yang menakjubkan pun terjadi. Wajah nabi Ya;qub diliputi cahaya dan bisa melihat kembali setelah sekian tahun hanya diliputi gelap. “Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian bahwa aku mengetahui dari Allah swt apa yang tidak kalian ketahui..?”.

Saudar Nabi Yusf merasa bersalah , lantaran dulu telah membuang Nabi Yusuf. Maka, saudara Nabi Yusuf memohon ampunan. “Wahai Ayah kami , mohonkanlah ampunan bagi kami terhadap dosa-dosa kami , sesungguhnya kami orang-orang yang bersalah )berdosa) “. (QS. Yusuf [12]  :94-97)

Nabi Ya;qub kemudian memohon ampunan kepada mereka, dan setelah itu Nabi Ya’qub mendapatkan kekuatan sehingga berangkat ke Mesir. Maka, nabi Yusuf dapat bertemu kembali dengan ayahnya setelah 30 tahaun berpisah dan ia tak lupa dengan mimpinya sewaktu kecil, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikan suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dial ah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “. (QS. Yusuf [12] :100)


KISAH NABI YA’QUB as  
Nabi Ya’qub as adalah putra Nabi Ishaq bin Ibrahim. Nabi Ya’qub punya saudara bernama Ishu (dalam riwayat lain disebutkan bernama ‘Aish). Keduanya itu tergolong saudara kembar. Tetapi antara Nabi Ya’qub dan Ushu ternyata disekat jarak. Meskipun keduanya saudara, ternyata tak bisa hidup damai dan rukun. Ishu didera perasaan dengki , iri dan benci terhadap Nabi Ya’qub as , lanataran ia melihat Ya’qub disayangi ibunya. Dendam Ishu semain mendarah daging ketika Ishu suatu hari melihat Ya’qub memperoleh berkah dan doa ayahnya Nabi Ishaq.

Selain disayang ibunya dan diberkahi doa ayahnya, Nabi Ya’qub juga termasuk manusia pilihan. Dalam Al-Quran , Allah berfirman, “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub , sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-peminpin yang member petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan keapada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah “. (QS. Al-Anbiyaa [21] : 72-73).
Dendan dan kedengkian Ishu itu akhirnya , membuat Ya’qub merasa tidak enak. Maka suatu hari, ia menemui ayahnya, meminta pendapat. “Wahai ayahku! Tolonglah beri jalan keluar untuk kasusku ini. Bagaimana aku harus menghadapi saudaraku, Ishu membenciku iri dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan di hatiku, sehingga akan menjadi hubungan persaudaraan kami berdua renggang dan tegang.

Tiak ada saling cinta dan mencintai, saling sayang menyayangi. Dia marah karena ayah memeberkahi dan mendoakan aku agar aku memperoleh keturunan shaleh , rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan. Dia menyombonbongkan diri dengan kedua orang istrinya dari suku Kan’aan danbahkan mengancam anak-anaknya dari kedua istrinya itu kelak akan jadi saingan berat bagi anak-anaku. Juga ancaman lain yang mencemaskan dan menyesakkan ahtiku. Tolonglah ayah, beri aku masukkan; bagaimana aku harus mengatasi maslah ini; mengatasi dengan cara kekeluargaan “.

Sesaat Nabi Ishaq iam. Ia memang sudah tahu keretakkan hubungan dua anak itu , ia berusaha berpikir dengan jernih untuk mencari jalan tengah yang arif dan bijak. Akhirnya, Nabi Ishaq menemukan jalan tengah dan angkat bicara.

“wahai anaku…karena usiaku yang sudah lanjut, aku aku tidak dapat menengahi kalian berdua. Uban sudah menutupi seluruh kepalaku , badanku sudah membongkok , raut mukaku sudah kisut, berkerut dan aku sudah berada diambang pintu perpisahan dari kalian, meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah meniggal , gangguan saudaramu , Ishu , kepadamu akan semakin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu berusaha mencari kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu itu akan mendapatkan  sokongan dan pertolongan dari saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa , “ucap Nabi Ishaq.

Sementara , Nabi Ya’qub diam, mendengar khusyuk kata-kata yang diucapkan ayahnya. “Maka jalan terbaik bagimu, menurutku , kau harus pergi meninggalkan negeri ini. Berhijrah ke Fadan A’raam di daerah Irak. Disana itu, bermukim bapak sudaramu, saudara ibumu, Laban bin Batu’il.  Engkau bisa berharap dinikahkan dengan seorang putrinya. Dengan demikian , akan menjadi kuat kedudukan sosialmu , disegani dan dihormati, orang karena kedudukan mertuamu itu. Untuk itu, jangan tunggu waktu lagi !. Cepat pergi kesana 1. Dengan iringan doa , aku berharap semoga Allah memberkahi perjalananmu dan member rezeki yang murah dan mudah , kehidupan yang tenang dan tentram”, lanjut Nabi Ishaq.

Anjuran dan saran Nabi Ishaq itu dipandang Nabi Ya’qub sebagai jalan terbaik yang harus dilakukan dan dijalankan. Tak salah , jika nasehat itu masuk kedalam sanubari Nabi Ya’qub lantaran ia melihat anjuran ayahnya itu merupakan jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan antara dia dan Ishu. Apalagi dibalik saran itu, dia nantinya akan dapat bertemu dengan bapak sudaranya dan anggota-anggota keluarga dari pihak ibunya. Juga, harapan bisa mendapat jodoh. Tidak menunggu waktu lama lagi, Nabi Ya’qub pun menyiapkan perbekalan. Ia berkemas  mempersiapkan segala kebutuhan, barang – barang yang diperlukan dalam perjalanan. Dengan berat hati lantaran ditikam sedih berpisah, sebelum meninggalkan rumah, nabi Ya’qub meminta restu kepada ayah dan ibunya.

Nabi Ya’qub Hijrah ke Irak
Dengan hati yang kuat dan niat yang tulus berhijrah demi Allah, untuk menghindari bahaya permusuhan dengan saudaranya, Nabi Ya’qub melakukan perjalanan jauh. Ia lewati sahara,padang pasir serta tanah yang tandus. Juga, diwabah sengatan terik mentari yang panas.

Dalam perjalanan itu, dia sesekali istirahat jika dilanda letih dan capek. Suatu hari, sewaktu ia sedang istirahat disuatu tempat dan tertidur, tiba-tiba dia bermimpi. Dalam tidur yang nyenyak itu ia bermimpi dikaruniai rezeki yang luas , kehidupan yang aman, sentosa dan damai. Juga, keluarga dan anak cucu shaleh dan berbakti serta kerajaan yang besar dan makmur.

Setelah bangun Nabi Ya’qub terpana. Karena hanya melihat dirinya senidirian,sedang istirahat disebuah tempat. Ia menoleh kekanan dan kekiri, tidak menjumpai satu orang pun. Maka, ia sadar bahwa yang ia rasakan barusan adalah mimpi.Tetapi, dia percaya bahwa mimpinya itu kelak dikemudian hari kan menjadi kenyataan , sebagaimana yang didengar dari doa ayahnya.

Rupanya, mimpi itu membuat Nabi Ya’qub tidak lagi merasakan rasa letih yang sebelumnya hinggap ditubuh. Ada semacam tenaga baru yang masuk ke tubuh Nabi Ya’qub sehingga ia bisa melanjutka perjalanan kembali ke fadan A’raam

Setelah berhari-harimenpuh perjalanan , akhirnya Nabi Ya’qub tiba dipintu gerbang Fadan A’Raam. Saat itu, Nai Ya’qub melihat kehidupan baru. Maka, dengan mantap Nabi Ya’qub melanjutkan perjalanan melangkahkan kakinya kerumah Laban, bapak saudaranya. Sesampai di rumah Laban itu, Nabi Ya’qub bercerita bahwa dirinya anak Nabi Ishaq.Maka, keduanya kemudian berpelukkan karena dapat bertemu dengan pertemuan yang tak disangka dan laban tidak berat hati menerima kehadiran Nabi Ya’qub.

Selang beberpa hari setelah Nabi Ya’qub tinggal dirumah Laban, Nabi Ya’qub menyampaikan pesan Nabi Ishaq pada Laban agar mereka berdua berbesan, Yakni Nabi Ishaq menhendaki agar Laban menikahkan Nabi Ya’qub dengan salah seorang dari putrinya. Pesan tersebut diterima Laban setuju dengan rencana pernikahan Nabi Ya’qub dengan salah seorang putrinya. Tapi, Laban megajukan syarat untuk dijadikan sebagaimas kawin , yaitu Nabi Ya’qub harus memberikan tenaganya untuk bekerja dipeternakan selam 7 tahun. Nabi Ya’qub tidak keberatan , dan menyetujui syarat-syarat yang diajukan oleh bapak saudaranya itu.

Hari-hari bekerja yang harus dijalani Nabi Ya’qub itu pun berlalu. Tahun-ahun yang dilewati Nabi Ya’qub bekerja dieternakan Laban , akhirnya, tidak terasa sudah mencapai tujuh tahun. Maka, Nabi Ya’qub  memberanikan diri menagih janji yang dulu pernah disyaratkan Laban,bapak saudaranya itu untuk diambil sebagai menantu. Laban kemudian meminta kepada nabi Ya’qub untuk menyunting Laiya, putri sulung Laban. Padahal dalam hati , Nabi Ya’qub menhendaki agar menikah dengan Rahil, adik Laiya. Nabi Ya’qub kemudian mengutarakan isi hatinya, agar bisa dinikahkan dengan Rahil.

Tetapi, adat istiadat yang berlaku waktu itu tak mengisinkan seorang adik melangkahi kakaknya untuk menikah lebih dahulu. Karena itu, Laban mengambil jalan tengah supaya tidak mengecewakan nabi Ya’qub, dan tidak pula melanggar adat istiadat yang berlaku dengan menawarkan pada ya’qub untuk menikahi Laiya sebagai istri pertama dan menikahi Rahil sebagai istri yang kedua. Yang akan disunting kelak setelah Nabi Ya’qub menjalani masa kerja 7 tahun lagi di peternakan milik Laban. Nabi Ya’qub menerima lagi tawaran tersebut. Pernikahan Nabi Ya’qub dan Rahil , putri Laban dilaksanakan dan kontrak selama 7 keua lagi pun ditanda tangani.

Hari-hari berlalu, dan tahun-tahun yang dilewati Nabi Ya’qub bekerja tidak terasa  terasa waktu 7 tahun sudah terlampaui. Mereka, setelaha selesai masa kontrak kerja selama 7 tahun yang harus dijalani Ya’qub , Laban akhirnya menikahkan Nabi Ya’qub dengan Rahil. Jadi Nabi Yaqub, beristerikan dua wanita bersaudara kakak beradik.

Pada waktu itu, belum ada syariat yang melarang seorang laki-laki menikahi dua wanita kakak beradik , akan tetapi setelah turun QS An-Nisa 2, Islam melarang seorang lelaki menikahi dua perempuan bersaudar (kakak-beradik).

Setelah menikahkan Nabi Ya’qub dengan dua putrinya , Laban member hadiah kepada dua putrinya itu, dua hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumah tangga mereka, yakni Zilfah dan Bahhih.Kedua hamba sahaya itu akhirnya diberikan kepada Ya’qub untuk diperistri , sehingga istri Nabi Ya’qub berjumlah empat orang.

Dari pernikahan Ya’qub dengan kedua istrinya dan dua hamba sahayanya itu, Ya’qub dikaruniai duabelas anak. Dari Laiya : Nabi Yakub dikaruniai anak :Ruhil, Yahuda, Syam’un, dan Lawi. Dari Rahil , Nabi Ya’qub diakruniai anak : Yusuf, dan Bunyamin. Sedang dari Zulfah dan Bahhih, Nabi Ya’qub diakruniai anak: Yasakha, Zabulan, Dana Naftah, Kal dan Ansyar.

Dari riwayat lain dari keempat istrinya itu , Nabi Ya’qub mempunyai dua belas orang anak. Dari Laiya Nabi Ya’qub dikarunia enam anak :Raubin, Syamun, Lewi (salah satu keturunannya adalah nabi Musa), Yahuda, Yasakir, dan Zabulon. Dari rahim Rahil Nabi Ya’qub dikaruniai dua orang anak, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Kemudian Zulfah melahirkan dua anak , yaitu Kan dan Asyar. Sedangkan Bahhih melahirkan dua orang anakyaitu : daan dan Baftali.

Tapi dari keduabelas bersaudara yang tak berasal dari satu ibu ternyata mengundang rasa iri dan dengki. Apalagi , ketika saudara-saudara Yusuf suatu hari menjumpai Yusuf lebig dicintai Nabi Ya’qub. Maka , mereka, saudara-saudara Yusuf itu kemudian harus mengalami kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Sebab cerita berikutnya setelah ia dibuang kedalam sumur , ada kafilah yang menyelamatannya.

Tapi, kafilah itu kemudian menjual Yusuf. Untung, Yusuf kecil justru diambil anak oleh seorang pejabat Msir. Tapi, lagi-lagi cobaanpun datang. Ia difitnah dan akhirnya dijebloskan kedalam penjara. Setelah lama mendekan dalam penjara , nabi yusuf bisa mentakwilkan mimpi raja. Berkat ilmu Nabi Yusuf yang bisa mentakwilkan mimpi itulah, ia kemudian diangkat menjadi bendaharawan di negeri Mesir dan kemudian bisa bertemu kembali dengan ayahnya, Nabi Yaqub as.

WASIAT TERAKHIR NABI YA’QUB as
Pertemuan antara Nabi Ya’qub dengan anaknya , Nabi yusuf, terjadi ketika usia Nabi Ya’qub diambang senja. Bahkan dari perpisahan yang lama (ada suatu riwayat yang menceritakan keduanya berpisah selam 17 tahun , lalu ada yang berpendapat 20 tahun , tapi ada juag yang berpendapat 30 tahun) itu, hidup Nabi Ya’qub sempat dilanda kesedihan dan tidak bisa meihat.

Tetapi satu hal yang tidak bisa diingkari, pertemuan kembali Nabi yusuf dengan Nabi Ya’qub dan saudara-saudaranya itu , ternyata membuat saudara-saudara Nabi Yusuf sadar dan Insyaf. Tak mustahil, ketika Nabi Ya’qub mendekati ajal , tidak ada wasiat atau warisan yang cukup berharga bahkan penting , kecuali memanggil anak-anaknya untuk diberi wejangan.

Tidak diragukan lagi bahwa dihati saudar-saudara Yusuf ternyata benar-benar tidak lagi berpaling dari ajaran Nabi Ibrahim , Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub as sebagaiman firman Allah dalam Al-Quran, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya :”Apa yang kamu sembah sepeninggalku..?. Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmudan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Iislmail, dan Ishaq, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah :133)

Dalam banyak riwayat disebutkan, Nabi Ya’qub as wafat pada usia 147 tahun dan dimakamkan di mesir karena ketika Nabi Ya’qub berusia tua , dia kemudian mengikuti putranya Nabi Yusuf yang menjadi pembesar (bendaharawan Mesir). Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Ya’qub dimakamkan di Hebron disisi makam ayahnya Nabi Ishaq. Sementara dalam Al-Quran , kisah Nabi Ya’qub disebutkan secara terpisah , bersamaan dengan kisah nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim , Nabi Ishaq dan Nabi Yusuf.


 (Berbagai Sumber)   

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 21 Mei 2018

PINTAR DI DUNIA PINTAR DI AKHIRAT

PINTAR   DI DUNIA PINTAR DI AKHIRAT

PINTAR DI DUNIA PINTAR  DI AKHIRAT  


“Apabila dikatakan kepada mereka : “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang telah beriman,”mereka menjawab : “Akankah kami beriman sebagaimana orang-orang itu beriman..?”. Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu “. (QS. Al-Baqarah :13).


Sebut namanya Rozak, pekerjaannya sehari – hari sebagai sopir taksi di Jakarta. Meskipun hanya seorang sopir taksi , tetapi wawasan keagamaan lelaki berusia 30 tahun itu lumayan luas. Maklum, ia jebolan sebuah pondok pesantren di Jawa Timur.

Bukan hanya wawasan keagamaannya saja yang luas , yang membuatnya berbeda dari rekan seprofesinya , tetapi ia terkenal sebagai lelaki yang shaleh yang pandai mengamalkan agama yang dimilikinya , terutama untuk urusan ibadah sholat.

Meskipun profesinya sebagai seorang sopir taksi mengharuskan dirinya untuk selalu mobile, tetapi jika waktu sholat tiba, ia selalu berusaha menunaikan tepat waktu. Bahkan jika bisa ia menyembpatkan sholat jamaah di masjid terekat yang dilaluinya. Kecuali jika ia terlanjur sedang membawa penumpang.

Kebiasaan yang selalu menyempatkan diri mampir di masjid begitu waktu sholat tiba ketika belum ada penumpang di taksinya membuat teman-teman seprofesinya geleng-geleng epala. Bahkan, Rudi , teman satu pullnya sering protes dan justru mengingatkan Rozak agar lebih mendahulukan mencari penumpang ketimbang buru-buru mencari masjid begitu waktu sholat tiba.

“Kayak gak ada waktu lain aja, Zak. Cari rezeki dulu yang banyak , baru ibadah Tuhan juga tahu kita sedang bekerja mencari nafkah. Kan ibadah juga, “Kata Rasulullah saw teman satu pullnya yang juga teman semasa di pondok dulu.

“Bukan begitu Rud,. Kalau memang belum ada penumpang , apa salahnya mampir dulu ke masjid , bukankah lebih utama sholat di awal waktu dengan berjamaah ..?. Toh rezeki sudah diatur Allah swt.Kalau kita ngoyo cari penumpang terus , aku khawatir justru kita gak sempat sholat , karena mengejar setoran terus, “ Begitu alasan Rozak.

“Kalau gak sempat ya maklum aja. Tuahn juga bisa memaklumi kesulitan kita.yang penting kita punya niat untuk sholat. Kalau memang waktunyamempet, buat apa dipaksa –paksain..?. Cari penumpang itu susah , zak, jadi kalau lagi dijalan, yaudah cari penumpang sebanyak-banyaknya. Nanti kalau sudah selesai baru mikir sholat “, timpal Rudi.

Pandangan kdua sahabat diatas sebenarnya pandangan yang umum dalam masyarakat. Rudi mewakili golongan yang lebih mementingkan dunia dan menyepelekan urusan akhirat. Sementara Rozak mencoba mengimbangi aktivitas duniawinya dengan menyempatkan diri menunaikan kewajiban yang beruhubungan dengan kehidupan akhirat.

Orang-orang seperti Rudi umumnya terbiasa mengolok-olok manusia seperto Rozak sebagai manusia malas , tak punya otak, gak pecus kerja atau sok suci.Padahal apa yang dilakukan oleh Rozak adalah bukti kecerdasan akalnya untuk menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.

Ayat diawal tulisan ini mengutarakan perihal oknum kaum munafik dan fasik terhadap kaum beriman. Munafik adalah orang yang bermuka dua. Perkataan dan perbuatan tak pernah sesuai. Sementara fasik adalah orang yang senang mencampur adukkan perkara haq (benar) dan bathil (jahat).

Di Zaman Nabi , ketika Nabi dan para sahabat tinggaldi Madinah , banya kaum munafik Madinah menyebut kelompok Islam sebagai orang bodoh. Ketika para sahabat mengajak kaum pribumi Madinah untuk meninggalkan agama terdahulu dan kemudian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka tak pernah menggubris. Bahkan, mereka menganggap bahwa ajakan itu adalah seruan kebodohan.

Jadi, Apabila dikatakan kepada mereka “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman “, maka mereka tetap saja tak beriman. Menurut mereka, Islam adalah agama baru yang tak diajarkan para pendahulu mereka. Bahkan, mereka justru menjawab, ajakan itu dengan olokan, “Akankah kami berima sebagaimana orang-orang (as sufaha’) itu beriman..?”.

Tetapi jawaban mereka itu dibalas oleh Allah secara tegas, “Ingatlah , sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu “. (QS. Al-Baqarah :13).
SIAPA YANG BODOH..?
Kata as-sufaha, yang berarti orang-orang bodoh dalam konteks QS. Al-Baqarah :13 ini adalah bentuk jamak dar kata tunggal safihum sama seperti kata ulama , yang berarti “orang-orang pintar” , yang merupakan bentuk jamak dari kata alimun.

Secara bahasa kata safihun (bodoh) berarto bodoh secara akal , lemah pikiran dan tidak banyak mengetahui mana yang berguna adan yang berbahaya. Adapun masuknya Alif , lam ta’arif (tanda ma’rifat) pada kata sufaha menunjukkan bahwa orang bodoh yang dimaksud tidak keseluruhan, melainkan hanya sebagian.

Kata as0sufaha juga disebutkan dalam Al-Quran pada surat An-Nisa : 5. Namun, di ayat ini, ulama tafsir sepakat bahwa kata as-sufaha ditujukan kepada kaum wanita dan anak-anak kecil , karena mereka lemah akal dan tak banyak tahu tentang baik dan buruk dalam mengelola harta kekayaan. Tapi, paa ayat yang dibahas ini sangat beda. Kata as-sufaha ditujukan pada para sahabat Nabi Muhammad saw, sebagai sindiran dan olok-olokan dari kaum munafik dan fasik di Madinah.

Pendapat ini diantaranya dikemukakan Iu Katsir. Ulam tafsir yang satu ini dalam kitab tafsirnya menyebutkan bahwa yang dimaksud orang-orang bodoh dalam QS.Al-Baqarah : 13 ditujukkan pada para sahabat Nabi. Mereka yang mengucapkan tuduhan itu adalah orang munafik yang tinggal di kota Madinah.

Bagi mereka, para sahabat Nabi dianggap membelot dari ajaran nenek moyang kaum Arab. Itulah sebabnya umat islam dianggap bodoh. Senada dengan pandangan ini adalah Ibnu Abi Hatim dalam Kitab Tafsirnya , As-Suyuthi alam Kitab Al-Durr Al – Mantsur, dan Asy-Syaukani dalam Kitab Fath Al-Qadir.

Pendapat tersebut bersumber dari beberapa riwayat hadits. Salah satunya adalah riwayat dikemukakan Ibnu Abbas. Kata Ibnu Abbas , yang dimaksud “Orang-orang bodoh” pada ayat tersebut adalah tuduhan orang munafik kepada para sahabat Nabi, lantaran mereka iri terhadap perkembangan umat islam yang begitu pesat di Madinah.

Salah satu orang yang menjuluki para sahabat Nabi dengan sebutan bodoh adalah Abdullah Ibnu Salam. Ia dan kawan-kawannya dalam komunitas rahib di Madinah menyebut kaum mukmin dengan sebutan orang bodoh. Mereka menilai bodoh dan dungu kaum Mujahirin karena dianggap terlalu sembrono memusuhi kaum dan keluarga di Mekkah , serta rela meninggalkan kampung halaman hanya untuk ikut Muhammad. Kaum Anshar juga dijuluki kaum bodoh dan dungu karena telah membagikan harta benda dan rumah mereka untuk menolong kaum Mujahirin.

Olokan dan cacian Abdullah Ibnu Salam ini sebenarnya sama dengan apa yang dilakukan kaum jahil Murakkab (sangat bodoh) di Kota Mekkah. Sebab, pikiran mereka sebenarnya tidak waras. Pikiran mereka membalikan pengertian sebenarnya. Akibatnya masalah yang baik dianggap buruk, dan maslah yang buruk dianggap baik. Padahal hakekatnya, mereka ini bodoh (safih), bukan orang yang mereka tuduhkan itu.

Ini disebabkan karena mereka tak tahu apa manfaatnya iman. Yang mereka lihat hanya apa yang tampak dimata. Ketika kaum Mujahirin rela meninggalkan kota Mekkah demi mengikuti jejak Muhammad untuk hijrah ke Madinah, maka itulah sikap bodoh menurut mereka. Begitu juga dengan apa yang dilakukan kaum Anshar yang rela berbagi kehidupan dengan kaum Mujahirin itupun dianggap tindakan bodoh.

Padahal itu salah besar. Ahmad Mustafa Al-Marghi dalam Kitab Tafsir Al-Maraghi justru menyebutkan bahwa kaum Mujahirin naupun Anshar adalah orang beriman yang sangat pandai. Mereka adalah orang yang mengikuti akal sehat , sebab telah mengambil jalan kebenaran hakiki. Orang seperti ini didadanya penuh dengan perasaan iman, yang menjadi tumpuan segala persbuatan. Mereka tergolong cerdas dan pintar karena memilih islam sebagai jalan hidup.

Menjawab Tuduhan Bodoh
Orang bodoh, menurut para sufi, ada dua macam. Pertama, orang yang menjual agama dengan dunia, dan menjual kekekalan kerusakkan karena kebodohan dan ketidak tahuan mereka. Kedua, orang-orang yang memperbodoh diri sendiri. Mereka tidak mengetahui kesiapan mereka untuk memperoleh derajat yang lebih tinggi disisi Allah. Mereka lebih menyukai kehidupan dunia, membenci orang-orang yang taqwa bermartabat dan menyukai orang yang melanggar larangan.

Dimata orang munafik dan fasik,orang beriman itu bodoh. Hal ini sebenarnya bisa dimengerti. Sebab, kebanyakkan kaum mukmin di zaman Nabi banyak berstatus ekonomi lemah atau miskin. Bahkan, ada berstatus masih hamba sahaya seperti Suhaib dan Bilal bin Rabah.

Hal ini dibenarkan oleh Muhammad Mutawalli Sya’rawi. Pengarang KItab tafsir Sya’rawi ini berpandangan bahwa tuduhan bodoh yang dilontarkan kaum munafik kepada kaum mukmin kala tu tidak serta merta meunjuk pada akal pikiran saja. Namun, hal itu merujuk pada kondisi umat islam kala itu Lebih jelasnya adalah bahwa umat islam kala itu tergolng miskin. Terutama pada masa-masa awal kedatangan Nabi di Kota Madinah.

Kenapa orang mukmin dianggap miskin..?. Pertama ,karena pengikut Nabi banyak berstatus lemah atau miskin. Hanya beberapa sahabat saja yang kaya. Sewaktu berdakwah di kota Mekkah, parapemimpin Quraisyyang kaya tak mauberiman.Akibatnya, yang mengikrarkan diri mengikuti Nabi berasal dari kalangan ekonomi bawah.Kedua, kaum Muhajirin meninggalkan begitu saja kekayaan mereka di kota Mekkah sewaktu hijrah dengan Nabi ke Kota Madinah.

Kondisi sosial seperti ini lalu menjadi olok-olokkan kaum munafik. Mereka menyebut umat Islam sebagai kelompok miskin. Namun begitu, ketika mereka mengecap orang mukmin bodoh , sebenarnya mereka mengecap diri mereka dengan sifat bodoh. Bahkan , mereka lebih pantas dicap orang bodoh.

Hal ini sangat logis, karena mereka ketika mencap umat mukmin dengan kebodohan dan kemiskinan , sebenarnya mereka telah mencap mereka sendiri. Ayat ini menunjukkan bahwa pada diri mereka terdapat banyak kontrasiksi (tanakudh), baik antara diri mereka dengan logika maupun diri mereka dengan jiwa. Hatimereka bertentangan dengan lidah. Perbuatan mereka juga bertentangan dengan akidah.

Sifat bodoh menunjuk arti lemah dan kurang akal, sehingga kelembutan kadang dipadu dengan kekerasan,perilaku baik dicampur dengan jahat, dan yang benar diaduk dengan yang salah. Inilah yang terjadi pada orang – orang munafik pada masa Nabi di kota Madinah. Lantas, bagaimana kalau ternyata orang munafik tersebut kemudian bertanya seperti ini;, “Kenapa kami harus beriman seperti orang bodoh itu..?”.

Nah, dalam konteksini, beberapa ulama’ tafsir menjawab dengan beragam pandangan. Pertama, sebenarnya orang yang mengucapkan perktaan itu tidak langsung dengan mulut ,melainkan dalam hati. Tetapi, Allah mengetahui hal itu lantaran, Allah membuka tirai mereka dan menampakkan rashasia mereka sebagai hukuman atas sikap permusuhan mereka dengan orang mukmindi Kota Madinah.

Kasus seperti ini terjadi seperti halnya Allah menampakkan apayang disembunyikan orang-orang ikhlas, yaitu berupaperkataanyang baik. Niat yang tersimpan dalam hati kemudian ditampakkan oleh Allah demi memuliakannya. Pandangan ini dikemukakan oleh Ismail Haqqi Al-Burusywa. Dalam Kitab ruhul Bayan. Tapi sebaliknya, jika hal tersebut terjadi pada orang munafik, maka tujuannya untuk merendahkan mereka.

Kedua, sesungguhnya kaum munafik melontarkan tuduhan itu dikalangan mereka sendiri, dan bukan pada kalangan mereka sendiri, dan bukan pada kalangan kaum mukmin. Kemudian Allah mengabarkan itu kepada Nabi dan kaum mukmin. Pendapat ini dikemukakan Al-Baghawi. Dalam Kitab Tafsirnya. Artinya, senidiran dan olokkan tersebut tak lain bersumber dari orang munafik senidir, dan hakikatnya ditujukan bagi komunitas mereka.

Ketiga, ini merupakan pendapat Abu Su’ud  dalam Kitab Al-Irsyad. Ia berkata, tuduhan itu terlontar dikalangan kaum mukmin yang memberikan nasehat kepada mereka. Artinya, perkataan itu menunjukkan sifat pembakangan mereka terhadap ajaran Nabi. Perkataan itu merupakan sejenis kekafirandan kemunafikan yang mungkar.

Lengkapnya seperti ini, “Apakah kami mesti beriman seperti imannya orang-orang bodo dan gila yang keimanannya tidak dianggap sah ..?. Kalau mereka sudah menyatakan beriman dan kami belum beriman seperti imannya orang-orang bodoh itu, tak sepatutnya kalian (kaum mukmin) menyuruh kami beriman!”.

Namun begitu, menanggapi kata seperti ini Allah swt tentu membela kaum mukmin. Allah member kecaman keras keapada yang menghina para pengikut Nabi.Firman Allah, “Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu (QS. Al-Baqarah :13). Artinya, kaum munafiklah yang bodoh , dan bukan orang beriman. Orang beriman adalah orang serba pintar, baik untuk urusan dunia, maupun urusan akhirat. Sebab, mereka tahu apa hakikat hidup di dunia dan apa hakikat hidup di akhirat.

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 20 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...