Blog Konten Islam

Sunday, 15 July 2018

MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

MENINGGAL   SETELAH SUJUD DUA KALI

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

“ Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahim “. (HR. Bukhari)

Setelah merasakan perawatan dua hari dirumah sakit, KH Haji Abdullah (74 thn) , meminta kepada keluarganya agar membawanya pulang kerumah, karena selalu teringat masjid. Penyakit darah tinggi dan penyakit lain yang menghigapi tubuhnya belum hilang. Namun secara fisik, KH. Abdullah terlihat sehat. Keluarga memenuhi permintaan ayah dari delapan orang anak ini. Praktis beliau mendapatkan perawatan dirumahnya sendiri yang letaknya sangat dekat dengan masjid.

Kini KH. Abdullah terbaring diatas ranjang Beliau tidak lagi menjadi imam di masjid. Lelaki berperawakan subur ini hanya bisa mengintip jamaah masjid dibalik tirai jendela. Beliau masih bisa berkomunikasi. Anak-anaknya terus memantau perkembangan kesehatan ayahnya. Beberapa kerabat dan santri KH. Abdullah mengaji disampingnya tanpa henti mereka berdoa agar mama (panggilan khas orang sunda untuk orang yang dihormati khusunya Kyai,-red) agar diberikan kesehatan.


Meskipun sedang diterpa cobaan, KH. Abdullah tidak lupa menmenjalankan tugasnya sebagai hamba Allah swt untuk melaksankan sholat lima waktu, Beliau hanya mampu melakukan dengan berbaring. Meskipun demikian, beliau tidak pernah membuang hadats kecil maupun hadats besar diranjang yang ditempatinya. Otomatis, tempatnya bersih dari najis atau kotoran lain.

Hari-hari terus dilaluinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tanpa disadari, beliau ingin bertemu kawan-kawan lamanya yang sudah sukses yang letak jauh dari kota Majalaya , Bandung, salah satu anak beliau dan menantunya dengan tanggap mewujudkan keinginan ayah tercintanya. Mereka menjemput orang-orang yang dikehendaki ayahnya. Betap gembiranya KH. Abdullah saat berjumpa dengan sahabat karibnya.


Setelah Sujud Dua Kali
Kondis Kh. Abdullah tidak ada perbahan ,ia masih terbaring lunglai. Sama seperti hari-hari kemarin. Selepas sholat Ashar, tepatnya hari sabtu, keluarganya masih tetap berada disekelilingnya beliau. Beliau menanyakan anak dan menantunya yang tidak ada, sebabmasih dalam perjalanan setelah itu beliau meminta maaf kepada istri, anak, menantu, sahabat dan semua orang yang pernah mengenal dirinya.

Tiba-tiba ia bangun dari tempatnya. Keluarga yang masih setia disamping beliau mengira beliau sembuh atau mau kekamar kecil atau kamar mandi. Mereka tidak tahu apa yang mau dilakukan lelaki bertubuh tinggi tersebut. Mereka bertanya dengan penuh hati-hati, tapi Kh. Abdullah tidak menjawabnya dengan sepatah katapun.

Kemudian beliau berdiri diatas sajadah yang sudah menghadap kiblat dan langsung melakukan sujud dua kali disertai salam kekanan dan kekiri.Persis seperti orang yang sedang mengakhiri sholat. Setelah itu beliau berbaring diatas sajadah itu. Matanya terpejam. Tenang. Tidak ada tanda-tanda yang mengisyaratkan sesuatu. Keluarga menganggap beliau sedang tidur.

Salah seorang anak tertuanya memastikan kondisi ayahnya dari dekat. Tangannya memegang dada kemudian meletakkannya dibawah kekedua buah hidung ayahnya. Tidak ada detak jantung. Tidak ada udara atau hembusan nafas dari sang ayah. Seluruh anggota badannya berhenti bergerak. Tubuh KH. Abdullah lemah. Ternyata beliau teah meninggal dunia dalam keadaan Hunul Khatimah. subhanallah.

“Abah (bapak) wafat kira-kira pukul 04.00 sore. Meninggalnya hari sabtu sama seperti ketika beliau dilahirkan di dunia ini”, tutur Enen Rohainah salah seorang anak perempuannya kepada Hidayah, yang menemuinya di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Keluarga bersedih karena merasa kehilangan dengan sosok bapak yang selama ini telah menjadi panutan. Demikian pula dengan sahabat , kerabat, masyarakat dan para santri yang sering mangaji kepada almarhum KH. Abdullah memang menjadi salah satu tokoh masyarakat yang dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitar karena keshalehannya sekaligus sebagai sesepuh masyarakat setempat.

Anggota masyarakat yang mendengar kematian KH. Abdullah menyiapkan berbagai keperluan yang berhubungan dengan almarhum . Almarhum langsung dimandikan dan sholatkan di masjid yang selama ini adimaminya. Mengingat sudah sore dan letak pemakaman yang lumayan jauh dari tempat tinggal almarhum, maka keluarga memutuskan untuk melaksanakan penguburan pada esok hari.

Selain itu, banyak sahabat lama dan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, menjadi penyebab ditundanya proses pemakaman almarhum. Jenazah KH. Abdullah disemayamkan didalam masjid menunggu hingga mentari  bersinar di pagi hari. Banyak kerabat dan para santri yang menunggunya. Tidak ada kejadian aneh. Keadaan aman.

JENAZAH RINGAN
Ketika burung-burung berkicau diatas dahan dan udara dingin menyelimuti kota Majalaya , kerabat, para santri dan masyarakat siap melepaskan almarhum ditempat peristirahatan menghadap Ilahi Rabbi. Rencananya almarhum akan dikebumikan dipemakaman keluarga bersama kerabat yang telah mendahului diatas bukit. Jalan yang harus dilalui para pelayat mendaki naik keatas.

“Menurut pengakuan para santri dan masyarakat yang mengangkat keranda jenazah Abah, rasanya tubuh almarhum sangat enteng(ringan). Padahal kalau kita jalan sendiri aja sudah berat atuh…Lumayan susah”, ungkap ibu Enen dengan logat sunda yang sangat kental.

Setelah sampai ditempat tujuan, tubuh almarhum diangkat dari keranda dan memasuki liang lahat. Tiba-tiba, kawan karib almarhum yang baru datang dari daerah lain meminta waktu sebentar untuk mensholatinya.

“Waktu waktu itu yang mengantarkan Abah memang tidak sedikit. Masih ada sahabat Abah yang belum sempat menyolati almarhum. Alhamdulillah…proses penguburan berjalan lancar”, ucap ibu dua anak inimenlanjutkan ceritanya.

Belum lama ini, tepatnya saat Majalah Hidayah mengunjungi kota kembangitu, keluarga KH. Abdullah baru saja melangsungkan acara pengajian (haul) untuk mengenang delapan tahun wafatnya almarhum. Apa yang membuat almarhum meninggal dalam keadaan mulia dan diberi kemudahan oleh Allah swt..?.

Suka Silaturahmi
Almarhum KH. Abdullah lahir dari keluarga yang memegang teguh agama. Beliau pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ayahnya seorang ulama dikampungnya. Kehidupannya sangat sederhana. Dalam mendidik anak-anaknya, almarhum selalu mengingatkannya agar  jangan samapai meningalkan sholat lima waktu serta berpesan dalam mencari rezeki dengan cara yang halal.

Dalam kesehariannya, beliau menjadi imam sholat lima waktu di masjid yang letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal keluarganya. Pagi hari beliau pergi kesawah untuk mengurus tanamannya. Selepas sholat ashar. Beliau mengajar ngaji para santri hingga Magrib menjelang dan menerima kehadiran masyarakat yang membutuhkannya. Kerapkali pada malam hari almarhum mengajak istrinya ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Selain itu, beliau sering diundang dalam pengajian atau menghadiri acara-acara yang diselenggarakan masyarakat.

Sebagai sesepuh masyarakat, beliau sangat akarab dengan siapa saja dan mampu merangkul orang yang bersebrangan dengannya, termasuk orang non muslim. Beliau memang senang bersilaturahim atau bergaul. Hidupnya membaur dengan masyarakat. Tak salah apabila beliau sering diminta wejangan atau nasehat. Perilakunya yang baik seperti nuansa masjid,membuat orang lain simpatik.

“Almarhum selalu menekankan kepada keluarga agar bersosialisasi dimanapun berada. Bagi Abah, berkenalan dan berteman dengan siapapun lebih berharga dari segalanya”, ujar anak ketujuhnya mengingat pesan ayahnya.

Hampir setiap tamu yang sholat dan singgah dimasjid selalu diajak beiau untuk makan dirumahnya. Kebiasaan. Kebiasaan lain yang kadang dilakukannya adalah mengajak jamaah masjid untuk menikmati hidangan dirumahnya setelah sholat jum’at.

Pada hari-hari besar islam, seperti muludan (memperingati Maulud Nabi Muhammad saw) dan Rajaban (Bulan Rajab) KH. Abdullah meminta kepada keluarganya untuk menyiapkan makanan bagi masyarakat yang memenuhi dan menghadiri acara di masjid. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.

Sebagai orang yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama, almarhum menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memilikiproblem. Beliau menerimanya dengan lapang dada. Tulus. Orang – orang yang kaya mengunjungi rumahnya selalu diingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang tidak mampu. Sebab harta yang dimiliki oleh mereka orang berada, terdapat hak anak yatim,orang miskin, janda-janda tua dan pihak lain yang telah digariskan oleh agama.

Kehidupan kita didunia ini tidak lah abadi. Semuanya pasti akan berakhir. Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu juga dengan almarhum KH. Abdullah. Namun, semua ini bukan berarti kita hendak mengungkit kebaikan dan menutupi kekurangan almarhum. “Tidak ada gading yang tak retak”. Demikian pribahasa yang akrab ditelinga masyarakat. Satu hal yang mungkin perlu kita sadadri inilah pelajaran berharga yang patut kita teladani dari almarhum.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 16 Juli 2018

DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH

DHUHA TERAKHIR  LELAKI SHALEH


Dasbor "Rahasia Illahi 2"


DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH
“ Ia merasa kehilangan begitu dalam. Tapi, ia merasa bangga. Begitu indah detik-detik terakhir yang dialami suaminya. Lelaki sederhana yang shaleh itu masih merasakan shalat Dhuha terakhirnya “.

Menjelang subuh, lelaki biasa disapa Pak Solihin itu sudah bersiap diri ke Masjid. Ia memang selalu datang awal dari jamaah lainnya. Biasanya suaranya yang agak serak itu melantunkan shalawat dengan sempurna dan irama yang naik turun di speaker masjid , sebuah bukti bahwa kecintaannya kepada manusia yang paling mulia dan sempurna di banding yang lainnya di jagad ini yaitu, Nabi Muhammad saw.

Sehari-hari Pak Solihin bersifat sederhana dan suka tolong menolong pertanda bahwa ia juga sangat mencintai hubungan antar manusia, selain hablum minallah (hubungan kepada Allah) yang menjadi pokok utama.

Baca Juga "Meretas Peradaban Muslim Di China"
Baca Juga "Islam Brunai Darussalam"

Apa yang di lakukan Pak Solihin itu menjadi satu kebanggaan bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga para tetangga dan jamaah masjid. Tentu saja, sikap dermawan Pak Solihin menjadi kegembiraan bagi orang-orang yang erap mendapatkan bantuan, meski tidak seberapa. Namun, mereka merasa sedikit diberikan Pak Solihin itu begitu berarti dan berkah.

Pak Surit misalnya, merasakan kedermawanan Pak Solihin tidak hanya sekali. Terakhir ketika dirinya mendapatkan peringatan terakhir dari petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar segera melunasi tagihan listriknya, Pak Solihin juga yang membantu.

“JikaPak Surit tidak dapat melunasinya sampai siang ini maka besok pagi aliran listrik kerumah bapak akan diputus”, begitu petugas PLN memperingatkan pada Pak Surit dengan tegas sebab sebelumnya petugas itu sudah memperingati melalui surat yang diberikan secara langsung pada Pak surit.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Pak Surit. Dia hanya memperlihatkan wajah kebingungan sampai petugas PLN meninggalkannya dan berganti dengan kehadiran Pak Solihin yang bertanya dengan suara ramah.

Jangan terlalu bingung Pak Surit. Insya Allah saya dapat membantu kesulitan bapak..”.
Ucap Pak Solihin begitu menyejukkan. Kata-kata itu tak ubahnya sperti segelas air yang diberikan kepada orang yang tengah kehausan. Saat air itu terteguk bukan hanya tenggorokkan saja terasa sejuk, tapi juga terasa damai dan lapang dadanya.

“Benarkah Pak Solihin..?. Pak Surit menyesal telah melontarkan pertanyaan itu. Ia tersadar , sebenarnya ia cukup tahu kalau Pak Solihin itu orang yang amanah dengan perkataannya. Jadi tak ada alasan untuk meragukan ucapan lelaki sederhana itu.

Pak Solihin menanggapi pertanyaan Pak Surit dengan sesungging senyum.”Maaf kalau boleh tahu, berap besar tagihan yang harus bapak lunasi..?.”
Pak Surit menyebutkan angka tagihan rekening listriknya.
“Alhamdulillah, sepertinya uang yang ada dirumah cukup untuk menutup tagihan itu”, Pak Surit mau ikut kerumah atau saya antar kesini uangnya..?.
Pak Surit merasa tak enak mendengar pertanyaan itu. Dia yang membutuhkan, kenapa Pak Solihin yang harus mengantar..?”. Tidak Pak biar saya saja yang ikut kerumah Bapak “, ucap Pak Surit akhirnya..  

KABAR WAFATNYA PAK SOLIHIN
Kabar wafatnya Pak Solihin seperti bunyi petir ditengah hari. Semua terkejut. Semua nyaris tidak percaya dan semua merasa kehilangan jika kabar itu benar adanya.

“Ayo kita kerumah Pak Solihin sekarang juga”, ajak salah satu jamaah masjid yang sangat mengenal Pak Solihin. “Ayo sambut jamaah yang lain.”Semoga kabar itu hanya isapan jempol saja”, tambahnya.

“Iya, subuh tadi Pak Solihin masih menggemakan adzan dengan baik. Dia juga terlihat sehat-sehat saja”, timpal yang lain. Setelah itu. Beberapa jamaah tanpa bercakap lagi langsung bergerak menuju rumah Pak Solihin. Sungguh mereka hampir tidakpercaya karena selembar bendera kuning yang berkibar ditiang jemuran rumah Pak Solihin menjawah kabar duka itu.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…”, ucapan itu berbunyi secara serempak tampak wajah sedih dari orang-orang yang menyayangi Pak solihin. Mereka sangat merasa kehilangan dan tak akan pernah lagi mendengar suara serak Pak Solihin saat melantunkan Adzan.

SUJUD TERAKHI
Alkisah selepas subuh itu sepulang sholat berjamaah di masjid, tiba-tiba Pak Solihin minta dibuatkan pisang goring, dan secangkir pahit kepada istrinya.
“Sudah lama juga saya tidak mencicipi pisang goring dan kopi pahit”, ujarnya. Padahal sebelum-belumnya dia selalu membuat sendiri minuman untuknya. Ia tidak ingin merepotkan istrinya. Jika masih bisa melakukan pekerjaan sendiri, dia tidak akan meminta bantuan istrinya, apalagi orang lain.

“Tidak biasanya minta dibuatkan kopi dan pisang goreng”, ujar istri berseloroh.
“Iya. Setelah ini say berencan pergi jauh”, jawab Pak Solihin
“Kemana..?”  tanya istrinya sedikit keheranan
Pak Solihin tertawa.Kemudian bangkit dari duduknya. Saya akan sholat Dhuha dulu yah. Kopi dan pisang gorengnya taruh saja diatas meja”.

Meski keheranan. Istri Pak Solihin tidak mengorek lebih jauh ucapan suaminya yang dianggap aneh. Ia yang sangat mengerti suaminya itu langsung saja masuk dapur, membuat kopi dan pisang goreng. Sementara Pak Solihin langsung masuk kedalam kamar melaksanakan sholat dhuha. Pak Solihin tak perlu lagi masuk kekamar kecil untuk mengambil wudhu, sebab ia selalu menjaga wudhunya dari satu waktu kewaktu lainnya.

Pagi perlahan beranjak siang. Matahari terus bergerak menuju titik di atas kepala. Kegiatan dihari itu berjalan tanpa ada kabar yang membingungkan. Istri Pak Solihin juga melakukan aktivitas tanpa ada firasat buruk. Namun perasaan tidak enak tiba-tiba mengusik hatinya. Hal itu dirasakan ketika suaminya tak kunjung keluar kamar. Padahal seperti kebiasaannya, setelah sholat Dhuha, Pak Solihin keluar kamar dan duduk-duduk diberanda sebentar sambil berdzikir, seharusnya pergi kesawah.

Tapi hari itu, istrinya merasa hatinya agak gundah saat suami tak kunjung keluar kamar. Ada keinginan untuk masuk namun khawatir mengganggu ibadah suaminya. Namun setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia memberanikan diri masuk kekamar. Ketika masuk sang istri melihat Pak Solihin terbaring masih mengenakan pakaian sholat. Wajah Pak Solihin kelihatan sumringah tampak membiasakan senyum.

“Rupanya kamu tertidur Pak”, begitu kata hati istrinya. Karena kebiasaan Pak Solihin pergi kesawah setelah sholat Dhuha , maka istrinyapun membangunkannya dengan panggilan lembut. Tiga kali panggilan tidak mendapatkan respon. Kemudian mencoba membangunkannya dengan menyentuh bahunya perlahan-lahan tapi juga tetap tidak ada reaksi.

Istri Pak Solihin pun mulai merasakan ketakutan yang menyeruak. Kemudian dia mendekatkan dua jari tangannya kelubang hidung Pak Solihin dan tak diraskan hembusan udara dari situ.

Istri Pak Solihin semakin khawatir. Ia kembali memeriksa denyut nadi dipergelangan tangan suaminya. Ia juga menemu tidak ada tanda kehidupan.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…” ucapnya, pelan dan merintih. Ia merasa kehilangan begitu dalam tapi ia merasa bangga begitu indah detik-detik akhirnya yang dialami suaminya.

Yah, lelaki sederhana yang shaleh itu masih dapat merasakan sholat Dhuha terakhir sebelum ajal menjemput. Mungkin ini bisa kita jadikan ikhtibar bahwa sesuatu kebaikan atau kebiasaan baik yang selalu istiqamah kita lakukan Insya Allah akan membawa akhir yang baik pada diri pelakunya. Semoga kita dapat menemui ajal dalam keadaan Husnul Qatimah seperti Pak Solihin. Aamiin

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 15 Juli 2018

Saturday, 14 July 2018

KUCING-KUCING MENGANTAR JENAZAH SANG NENEK

KUCING-KUCING MENGANTAR   JENAZAH SANG NENEK

Dasbor " Rahasia Illahi 2"



KUCING-KUCING MENGANTAR
JENZAH SANG NENEK

 “ Anehnya, saat jenazah sang nenek di antar kekuburan, kucing-kucing itu terus mengikutinya. Orang-orang pun dibuatnya heran, bahkan hingga proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba “.

Perempuan dengan rambut putih itu duduk seorang diri di sebuah gubuk. Tidak ada seorangpun yang menemaninya. Tidak ada suami. Tak ada pula sanak saudara. Sehari semalam, ia hanya bertemankan kucing yang sangat disayangi.

Miris sekali nasibnya..!. Dusia yang sudah renta , seharusnya ia hidup bahagia bersama anak cucunya. Tapi, semua itu tak ada disisinya. Kemana anak-anaknya..?. Kemana pula cucu-cucunya..?. Dimana juga suaminya..?.

Baca Juga "Hakekat Pasangan Hidup Sejati"
Baca Juga "21 Alasan Jamaah Di Masjid"

Setiap hari, nenek itu menghabiskan waktunya digubuk itu. Tidak makan sehari sudah biasa baginya. Kini baginya, makanan apapun sangat nikmat baginya yang penting bisa untuk mengganjal perut yang kosong. Tidak perlu makan dengan telur dadar atau ayam goring apalagi seafood. Makan dengan oreg (tempe) dan ikan asin pun sudah cukup baginya dan sudah terasa lezat dan nikmat dimakannya.

Cukup satu kata menggambarkan nenek itu diusia senjanya sebatang kara. Tidak ada pekerjaan yang ia kais untuk mendapatkan rejeki, kecuali hanya mengumpulkan sampah-sampah yang ditemuinya yang tak jauh dari gubuknya.Tenaganya sudah tak kuat lagi untuk jalan jauh. Sampah-sampah itu dikumpulkan dan dijualnya hingga mendapatkan uang yang hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi.

Satu kilo sampah yang senilai tak lebih dari 10 ribu rupiah. Bayangkan nenek itu harus mengumpulkan plastic bekas minuman mineral ringan, kaleng kardus dan apa saja yang bisa dikumpulkan dan dijual kembali. Dengan tubuh nenek yang ringkih dan tak bertenaga lagi berapa hari ia harus mengumpulkan sampah sekilo. Tidak lagi hitungan hari, bahkan sebulanpun kadang tak bisa ia lakukan. Lalu bagaimana ia bisa makan dan minum untuk bertahan hidup.

Belas kasihan orang lain. Ya, nenek itu hanya bisa berharap belas kasihan tetangganya yang punya hati nurani. Kok bisa..?. Sebab banyak pula tetangganya yang berduit tapi tak punya hati nurani. HIdupnya hanya untuk keluarganya sendiri dan kepentingan sendiri. Ada seorang nenek yang sangat membutuhkan tak jauh darinya yang tak pernah dihiraukannya. Demikian kebanyakan orang hidup didaerah perkotaan yang cenderung individulis.

Jika tak ada tetangga yang memberinya makan dan minum., otomatis iapun tidak makan. Bayangkan saja sudah, ringkih, kurus, dan lemah, tak makan lagi. Apa yang akan terjadi..?. Pasti sakit. Ya tentu saja. Nenek itu sering sakit dan sembuh juga dengan sendirinya, tanpa diobati. Dalam sebulan, pasti pasti saja nenekitu pernah sakit.

Terkadang, yang jadi pertanyaan ; kenapa tidak ada seseorang pun yang berusaha k menariknya kedalam rumah dan menjadikan sebagai bagian dari keluarganya..?. Dengan begitu ia bisa makan dan minum sehari-hari dan tidak repot lagi mengais – ngais sampah untuk mendapat kepingan-kepingan receh.

Ah, zaman sekarang sulit sekali mencari orang yang benar-benar berempati terhadap orang lain , apalagi terhadap nenek-nenek. Yang dipikirkan mereka selalu uang dan uang. Mengurus nenek-nenek yang bukan keluarganya hanya akan merugikan diri mereka sendiri. Uang keluar dan waktu yang kesita banyak untuk memperhatikannya. Dengan kata lain ia akan berkata , “Seharusnya Negara dong yang mengurus nenek itu, bukan saya”.

Betul, jika Negara tidak mau mengambil alih, kenapa bukan kita. Bukankah membantu nenek yang hidupnya sebatang kara adalah sedekah. Dan sedekah, kata agama pahalanya sangat besar dan tidak akan pernah rugi bagi yang melakukannya. Uang yang kita sumbangkan atau salurkan untuk membantu orang lain tampaknya akan mengurangi tabungan kita, tapi kenyataan tidaklah seperti itu akan diganti oleh Allah swt dalam keadaan jauh lebih banyak.

Faktanya tidaklah seperti itu. Banyak orang yang mengabaikan kebenaran agama ini. Dan nenek yang diketahui bernama Kasyem itu menjadi salah satu korbannya. Sebuah korban dari arogansi seseorang yang berduit dan mampu, tapitak punya empati. Jika punya kekuatan untuk berteriak, sudah lama nenek itu ingin berteriak memperjuangkan keadilan dirinya. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Kalaupun ia bisa melakukannya, percuma juga. Pasti tak ada orang yang meperhatikannya.

Nenek itu memang terkadang masih bisa makan. Tapi sekali lagi itupun hanya berharap pada bantuan orang lain atau tetangganya. Dan kita tahu sendiri, kalau membantu sifatnya tidaklah permanen. Terkadang ia membantu dan terkadang tidak, jadi tidak setiap hari. Sedangkan untuk makan dan minum harus setiap hari, dan tak cukup sekali saja. Idealnya dalam sehari seseorang harus makan 3 kali ; pagi, siang, dan sore/malam.

Orang yang tidak makan dalam sehari pasti akan terkena penyakit dan itulah yang dialami oleh sang nenek. Hebatnya ditengah kelaparan yang melandanya nenek itu masih punya jiwa welas asih kepada kucing-kucing yang hidup bersamanya.

Saat iamendapatkan makanan dari orang lain, ia tak sungkan-sungkan berbagi kepada kepada kucing-kucing yang jumlahnya sekitar lima ekor itu. Bayangkan, nasi sebungkus dibagi antara dirinyadan lima ekor kucing. Beberapa sendok makan jatah untuk dirinya sendiri. Dalam sebungkus nasi tak lebih ia bisa menikmati 7-8 sendok makan. Sedikit sekali..! Itupun tak rutin ia lakukan. Ah sungguh sedih sekali mendengarnya.

MENINGGAL DIKELILINGI KUCING
Suatu ketika seorang tetangga menghampiri rumahnya, hendak memberi makan dan minum. Diketuk pintu gubuk rumahnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali diketuksambil dipanggil-panggil namanya, “Nek…nek…!!. Tapi nenek itu tidak menjawab. Merasa curiga, tetangga itupun memaksa masuk. Sampai didalam ia sangat terkejut melihat beberapa ekor kucing berdiri mengelilingi nenek yang terbujur kaku di tempat pembaringan yang sangat sederhana.

Ia pun mengahmpiri nenek itu dan mengoyang-goyangkan. Nek…! Nek,,,..!. Tetangga it uterus memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan tubunya. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Tubuhnya tidak bergerakApakah ia telah meninggal dunia..? batinya. Seketika tetangga itu berteriak , “Tolong…tolong…!!!”.

Ia secepat kilat keluar dari gubuk itu dan memanggil-manggil orang , “Nenek meninggal dunia…Nenek meninggal dunia…!!!.
Tak beberapa lama kemudian wargapun berdatangan. Mereka terkejut melihat nenek sduah terbujur kaku dipembaringannya. Merekapun banyak yang bertanya , “Penyakit apa yang menimpa nenek itu sehingga membuatnya meninggal dunia..?”.

Tak ada yang tahu persis tentang penyebab kematiannya. Namun , menurut tetangga yang sering memberi makan, beberapa hari sebelumnya sang nenek memang mengeluh agak demam.Oleh tetangga itu nenek itu hanya diberi obat demam biasa, tidak dibawa kedokter. Setlah itu ia pun lepas control dari tetangganya. Wargapun berkesimpulan, bisa jadi penyakit demam itulah yang menyebabkan nenek meninggal dunia.

Jenazah nenekpun diurusnya mulai memandikan , dikafani hingga dikuburkan. Yang jelas tidak ada sanak kelurga, sudara yang datang menjenguknya. Hidupnya sangat menyedihkan dan sebatang kara. Pengurusan jenasahnya pun merupakan kolekkan (patungan) dari tetangga dan warga dekat yang menjenguknya.

Namun, yang menjadi pemandangan ganjil adalah sejak meninggal kucing-kucing itu milik nenek tak mau jauh pergi dari pemiliknya, kucing-kucing it uterus mengelilinginya. Ketika diusir pergi mereka datang lagi dan seterusnya hingga jenazah nenek diantar kekuburan seolah ikut berduka atas kematian sang nenek.

Tampaknya kucing-kucing itu merasakan duka yang mendalam dengan kepergian sang nenek. Jika ia bisa bicara mungkin akan mengatakan, “Nek setelah kamu pergi. Siapa lagi yang akan memberi kami makan. Kamu berhati mulia, Nek..! Meski kamu sendiri mendapatkan makanan dari bantuan orang lain, tapi kamu tidak lupa membagikan kepada kami. Semoga arwahmu tenang dialam sana Nek..!”.

Jenazah nenekpun akhirnya diantar ke kuburan. Anehnya, saat jenazah itu diantar ke kuburan, kucing-kucing it uterus mengikutinya Orang-orang itupun keheranan. Bahkan proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba.

Kucing-kucing itu baru bubar satu persatu. Entahlah setelah kepergian nenek bagaimana nasib kucing-kucing itu…?. Apakah ia tetap hidup di gubuk miliknya nenek dulu atau mencari majikan baru.

Tak ada yang tahu persis. Yang jelas kisah nenek dan kucing-kucing itu bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk selalu menyayangi binatang kapan saja. Kasih sayang kita yang tulus kepada binatang membuat merekapun akan merasa kehilangan ketika kita telah pergi. Jika manusia punya rasa, tampaknya binatang pun demikian.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 14 Juli 2018

Thursday, 12 July 2018

PERJALANAN AKHIR PEMUDA BERTATO

PERJALANAN AKHIR  PEMUDA BERTATO

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


PERJALANAN AKHIR
PEMUDA BERTATO

Sabda Rasulullah  saw :
“ Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiaporang (akan dibalas) berdasarkan apa yang yang diniatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya (ingin mendapatkan keridhaan) Allah swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari dab Muslim).

Di hari yang terik, seorang pemuda datang tergopoh-gopoh mendekati mushalla. Dengan satu keyakinan yang kuat, ia melangkahkan kakinya menuju mushalla itu. Sang pemuda hanya mengenakan kaos oblong. Tato menghiasi sekujur tubuh dan lengannya. Ia mengenakan celana Jeans yang sudah robek di lututnya.

Setibanya di pintu mushalla, ia tatapi dinding-dinding atap luar bangunan mushalla. Seperti orang yang sedang mencari sesuatu. Kosong tanpa pandangan yang jelas. Ia lihat beberapa orang sedang sholat dzuhur berjamaah . Astagfirullah, sudah lama aku meninggalkan itu (sholat)”, gumamnya, pelan.

Baca Juga "Bau Anyir Dari Kuburan Si Rentenir"
Baca JUga "Ketika Makam Sang Pendosa di Gali"

Perlahan-lahan ia memasuki mushalla kecil itu. Dan, “Bruk..!”, tiba-tiba saja ia terjatuh dan tersungkur di lantai Mushalla. Tidak ada orang yang menghiraukan. Sebab orang-orang sedang tengah sholat berjamaah. Untuk beberapa menit lamanya. Pemuda itu tidak dihiraukan. Tidak ada yang memperhatikan.

Setelah sholat berjamaah usai, salah satu diantara jamaah menghampiri tubuh yang tersungkur. “Bangun..! Ayo bangun..! teriak”, teriak sambilmenepak-nepakkan tangannya ke wajah pemuda itu.

“Mabuk kali”, sahut jamaah yang lain.
“Iya, dia biasanya mabuk”, sambung yang lainnya.
“Wah, kalau begitu, angkat dan keluarkan dia dari mushalla ini. Orang mabuk jangan masuk di Mushalla”.

Kemudian dua orang mencoba membangunkan pemuda itu, bahkan ada yang menarik kakinya keluar. Tapi, karena tubuh pemuda itu besar, dua orang itu tidak sanggup menariknya.
“Ya sudah, biarkan saja kalau susah ditarik. Kita tunggu sadarnya saja”, kata satu diantara mereka.

Cukup lama pemuda itu dibiarkan tidak sadarkan diri. Beberapa jamaah pun pulang. Namun, diantara mereka ada yang tetap menunggu sambil mengobrol di mushalla. Setelah 30 menit tidak sadarkan diri , salah seorang jamaah berinisiatif untuk membangunkannya kembali. Namun tiba-tiba ia sangat kaget. Pemuda itu ternyata masih warganya dan nampak seperti orang yang sudah meninggal dunia.

“Kok, aneh tidak ada nafasnya. Denyut nadinya juga berhenti”. Kontan saja mereka merubungi pemuda itu dan memastkan apakah pemuda itu sudah tidak bernyawa atau masih hidup. Tanpa pikir panjang tubuh pemuda itu diangkat secara bersama-sama keluar, warga hendak membawanya kerumah sakit untuk memastikan apa yang telah terjadi dan menimpa pemuda itu.

Setelah diperiksa pegawai medis, diketahui pemuda itu sudah tidak bernyawa lagi. Dia sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir, bersamaan ia jatuh dan tersungkur dilantai mushalla itu. Dokter menyebutkan bahwa laki-laki itu terkena serangan jantung mendadak. Penyakit yang diderita pemuda itu mungkin sudah lama, tapi jarang atau bahkan tidak pernah diperiksakan ke dokter. Pihak keluarga juga mengiyakan bahwa pemuda itu memang belakangan mengaku sering mengalami rasa sakit disekitar dadanya.  
   
MABUK & JUDI..?
Pemuda itu adalah warga dikampung Waras [bukan nama sebenarnya]. Letaknya tak jauh dari ibukota. Pemuda itu sendiri bernama Rohyan [bukan nama sebenarnya]. Panggilannya Yan. Usianya sekitar 30 tahun. Meski sudah kepala tiga usianya pemuda itu, tetapi pemuda itu belum menikah. Dan ia anak ketiga dari pasangan Pak Hamdan dan Ibu Rohimah, kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang toko sembako di pasar.

Sehari-hari, Rohayan beraktivitas sebagai tukang bengkel. Bengkelnya tidak jauh dari pasar. Ia punya satu anak buah biasanya ia bergantian menjaga bengkelnya dengan anak buahnya itu.

Yan dikenal warga sebagai pemuda yang urakan. Suka minum-minuman beralkohol, berjudi, bertato dan sering balapan motor liar. Orang tuanya sudah membebaskannya. Mereka sudah tidak sanggup lagi mengingatkannya dan menasehatinya. Yan pun bebas melakukan apapun saja karena hal itu adalah  kehidupannya.

Yan pernah masuk sel selama sebulan, Lantaran terlibat balapan liar. Dia juga pernah terlibat tawuran dengan pemuda lain kampung hanya karena rebutan wanita. Ia sampai masuk rumah sakit karena mengalami luka-luka yang sangat serius.

Meski tergolong pemuda urakan, solidaritas Yan cukup tinggi dan sangat menghargai kawan-kawannya. Pernah suatu hari kawannya bertaubat dan tidak mau minum-minuman keras. Keputusan kawannya itu ia dukung meski ia sendiri belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Sebagai bentuk dukungan keputusan kawannya itu, ia marah jika ada kawan lain yang tetap mengajaknya minum-minuman. Menurutnya orang yang sudah bertobat hendaknya tetap didukung.

Pada suatu hari, teman itu itu kita sebut saja namanya Ahmad – berkunjung kerumahnya. Tujuannya tak lain adalah untuk mengajaknya bertobat dan meninggalkan kebiasaan minum-minuman dan berjudi. Apa kata Rohayan kala itu ; “Kalau kamu sudah menemukan jalan hidup yang benar, jalanai saja, saya belum bisa mengikuti jejakmu. Aku hanya kan bertobat bila aku menemukan sesuatu yang luar biasa dalam hidupku”,

“Apa yang luar biasa itu Yan..?.
“Aku anggap sesutau yang luar biasa itu , bila aku merasa nyaman dan tenag melangkahkan kaiku menuju tempat ibadah. Bila aku sudah menemukan itu, Aku rela mati”, tutur Yan kepada rekannya itu. Perkataan itulah yang kemudian Ahmad ingat tatkala ia mendengar berita Rohayan sudah meniggal dunia.Ia mencoba mengait-ngaitkan ia alami dengan kabar meninggalnya Yan di dalam mushalla dalam keadaan tidak untuk sholat.

BERAWAL DARI NIAT
Meninggalkan Yan didalam mushalla membuat spekulasi dan multitafsir banyakorang. Ada yang menganggap bahwa Yan meninggal karena kebetulan saja, Bisa saja ingin buang air kecil di mushalla saja. Karena tidak mungkin ia mau sholat sedangkan dia mengenakan kaos oblong dan celana Jeans robek-robrk.

Ada pula yang menilai bahwa Yan meninggal tidak secara wajar atau kebetulan, tapi karena ia disitimewakan oleh Allah. Ia hendak bertobat sehingga masuk kedalam Mushalla.

Pada kedua penilaian dan asumsi ini Ahmad sendiri mempunyai pandangan lain . Ia menilai Yan memang disitimewakan oleh Allah. Keistimewaan itu tentu saja tidak datang secara tiba-tiba. Kedatangannya ke mushalla dan hendak bertobat adalah perjalanan panjang batinnya.

Pertama, menurut Ahmad, meskipun Yan masih tetap suka mabuk dan judi, dia sangat mendukung upaya taubat yang dia jalani. Yan berharap bahwa dirinya dapat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Kedua, Yan pernah bercerita bahwa dia akan bertobat bila sudah menemukan ketenangan dan kesejukan hati saat menuju tempat ibadah. Nah bisa jadi, Yan merasakan kondisi itu pada saat dia masuk mushalla.

Ketiaga, apa yang dialami Yan ini hampir mirip dengan kisa dalam kitab Nashai Al-Ibad , seorang pemuda yang berjalan menuju pintu taubat , namun ia meninggal dunia saat berada dalam perjalanan .Pada saat itu malaikat bingung untuk menentukan apaka laki-laki itu layak untuk dimasukkan kedalam surge atau neraka.

Karena sepanjang hayatnya selalu bermaksiat kepada Allah swt. Namun demikian , di akhir hayatnya pemuda itu meninggal dalam perjalanan menuju taubat kepada Alah swt. Artinya niat taubatnya itu dihitung sebagai kebaikkan yang luar biasa. Allah kemudian menyuruh malaikat untuk memasukkan laki-laki itu kedalam surge ,karena laki-lakiitu sudah berniat dengan tulus untuk bertaubat dan jarak perjalanan menuju pintu taubat lebih dekat dengan jarak dia biasa bermaksiat.

Dari tiga hal yang dikemukakan Ahmad tersebut semoga saja salah satunya adalah benar-benar dilakukan Rohayan. Jika memang ia sudah punya niatan untuk bertaubat dari dulu maka secara hati dia sudah punya I’tikad baik.Oleh karenanya , Allah swt kemudian membukakan pintu taubatnya dengan cara menggerakkan hati Rohayan untuk mendatangi mushalla , tempat ibadah ; symbol bangunan ketaatan kepada Allah swt.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 13 Juli 2018 -

Wednesday, 11 July 2018

UJIAN SI PUTRI & SEDEKAH SANG AYAH

UJIAN SI PUTRI &   SEDEKAH SANG AYAH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



UJIAN SI PUTRI &
SEDEKAH SANG AYAH

“ Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug Harus putar otak, apa yang dapat dijadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti  “.

Mas Nug, begitu lelaki itu bisa disapa oleh tetangga dirumah atau teman-teman kerjanya. Karakternya yang tenang dan tutur katanya yang lembut membuat ia disenangi tetangga dan teman-temannya.

Pernah Mas Nug berkata seperti ini, “Apabila kita ingin bersedekah , tapi kita tidak punya sesuatu yang berbentuk benda apalagi harta, ya bersedakah saja lakukanlah, jangan pernah ada keraguan untuk bersedekah.”.

Orang yang mendengar perkataan Mas Nug tentu saja bingung tidak punya benda juga tidak berhartatapi dipersilahkan bersedekah tanpa keraguan.. Bagaimana ini…?.
“Sampeyan bingung ya..?. Tanya Mas Nug, saat melihat lawan bicaranya hanya bengong.
“Ya..ya..ya.. saya bingung Mas Nug”, ucaplawan bicaranya jujur
“Kamu bisa tersenyum..?. Tanya Mas Nug kemudian.
Si lawan bicara mengangguk dan dengan polos tersenyum. Mas Nug Jadi ikut serta tersenyum.
“Kamu kamu bisa bertutur kata yang lembut dan mengandung nilai kebaikkan..?”, Tanya mas Nug Lagi.
Si lawan bicara kembali mengangguk tapi tak memperagakan apa yang ditanyakan Mas Nug.
“Boleh saya dengar tutur kata lembutmu yang mengandung kebaikkan..?. pinta Mas Nug kemudian.

Si lawan bicara terdiam sesaat. Kemudian ;”Asslamu’alaikum , sahabatku”, ucap ucap silawan bicaradengan intonasi rendah sambil membungkukkan sedikit kepalanya. Mas Nug tersenyum. “dengan perbuatan barusan ,kamu sudah bisa bersedekah”, ujar Mas Nug.

Sekarang si lawan bicara baru mengerti. Senyumbisa bernilai sedekah, tutur kata yang lembut dan bermakna juga bernilai sedekah. Kalau begitu ayo, kita bersedekah jangan ragu-ragu.

Baca Juga "Nabi Daud Mengalahkan Jalud"

SENANG BERSEDEKAH
Mas Nug banyak mendengar kisah-kisah yang dialami para dermawan ,para donator dan para muzzaki. Hikmah dibalik sedekah-sedekah yang mereka lakukan sungguh luar biasa.

Kali ini, dalam kebingungannya, Mas Nug meyakini bahwa sedekah akan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang sekarang sedang dihadapinya.

“Yah, aku tidak boleh ikut ujian “, begitu lapor putri tunggalnya, anak tertua Mas Nug.
“Kenapa..?. tanya Mas Nug lembut
“ayah lupa ya..?. aku kan belum melunasi uang semesteran dan juga uang ujian”, sang anak memberitahukan kepada MasNug. Mas Nug termenung, tapi dengan kearifannya berusaha membujuk anaknya untuk tenang.”Kamu belajar saja yang benar ya, soal uang semesteran dan uang ujian nanti ayah yang urus. Ayah akan datang kesekolahan hari ini”.

Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug harus putar otak , apa yang diajadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti..?.

“Bismillah..!” Tanpa keraguan mas Nug keluar rumah menuju sekolah anaknya. Uang sepuluh ribuan dikantongnya masih dapat digunakan untuk ongkos, tetapi ditengah jalan ia bertemu dengan seorang bapak yang menyodorkan tangan meminta sedekah. Mas Nug tak bisa menolak. Setelah duit ongkos disedekahkan, Mas Nug memilih berjalan kaki ke sekolah anaknya.

Ketika Mas Nug berhadapan dengan petugas sekolah, petugas itu dengan ramah berkata. “Seharusnya seluruh urusan pembayaran lunas saat pengambilan kartu ujian, tapi saya maklum, saya akan memberi waktu satuminggu untuk bapak dapat melunasinya.”

Mas Nug bersyukur. Tambahan waktu satau minggu yang diberikan petugas sekolah merupakan jalan keluar yang melegakan. Cukup banyak waktu bagi Mas Nug untuk melunasai uang pembayaran untuk ujian anaknya tersebut.

HONOR YANG TAK PERNAH TURUN
Dua hari sudah berlalu dari waktu yang sudah diberikan petugas sekolah. Pada saat yang bersamaam SMS masuk ketelepon seluler yang baru terlepasa dari charger. “Mas hubungi nomor ini ya. Ada honormu yang sudah berbulan-bulan tidak juga diambil. Nilainya lumayan juga. Sayang kalau tidak diambil, begitu SMS yang terbaca.

Honor..?. Honor yang mana..? di media mana..?.
Mas Nug membatin sendirian. HP ditangan diputar-putar , tetapi hanya sesaat, sebab Mas Nug langsung ngesave nomor yang  tertulis dalam SMSitu, kemudian menghubungnya.

Bebeberapa detik kemudian terdengar sahutan. Lelaki diseberang sana bilang kalau dia kehilangan nomor Mas Nug sehingga tak bisa menghubunginya. Untung masih dipertemukan oleh teman Mas Nug yang untungnya juga masih menyimpan nomor Mas Nug.

“Nilainya hampir empat juta Mas Nug Aku transfer sekarang ya, kamu SMS rekeningnya aku tunggu”.
Klik pembicaraan terputus. Kini Mas nUg sibuk mencari nomor rekening Banknya yang selalu disiapkan dalam dompet. Saat ketemu, Mas Nug langsung menuliskannya dan mengirim kepada sang pemberi honor.

Beberapa kemudian dering balasan terdengar. Mas Nug segera membuka, “sudah saya kirim silahkan ambil”. Mas Nug bersyukur. Mungkin inilah hikmah yang lainnya itu.

Maka segeralah Mas Nug mencari ATM terdekat untuk mencairkan rejeki yang cair hari ini dan setelah itu, Mas Nug bersegera mendatangi sekolah sang putri untuk melunasi uang semesteran dan ujian anaknya. Alhamdulillah.
Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...