Dasbor "Rahasia Illahi 2"
MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI
“
Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahim “. (HR. Bukhari)
Setelah merasakan
perawatan dua hari dirumah sakit, KH Haji Abdullah (74 thn) , meminta kepada
keluarganya agar membawanya pulang kerumah, karena selalu teringat masjid.
Penyakit darah tinggi dan penyakit lain yang menghigapi tubuhnya belum hilang.
Namun secara fisik, KH. Abdullah terlihat sehat. Keluarga memenuhi permintaan
ayah dari delapan orang anak ini. Praktis beliau mendapatkan perawatan
dirumahnya sendiri yang letaknya sangat dekat dengan masjid.
Kini KH. Abdullah terbaring diatas ranjang Beliau tidak lagi menjadi imam
di masjid. Lelaki berperawakan subur ini hanya bisa mengintip jamaah masjid
dibalik tirai jendela. Beliau masih bisa berkomunikasi. Anak-anaknya terus
memantau perkembangan kesehatan ayahnya. Beberapa kerabat dan santri KH.
Abdullah mengaji disampingnya tanpa henti mereka berdoa agar mama (panggilan
khas orang sunda untuk orang yang dihormati khusunya Kyai,-red) agar diberikan
kesehatan.
Meskipun sedang diterpa cobaan, KH. Abdullah tidak lupa menmenjalankan
tugasnya sebagai hamba Allah swt untuk melaksankan sholat lima waktu, Beliau
hanya mampu melakukan dengan berbaring. Meskipun demikian, beliau tidak pernah
membuang hadats kecil maupun hadats besar diranjang yang ditempatinya.
Otomatis, tempatnya bersih dari najis atau kotoran lain.
Hari-hari terus dilaluinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tanpa disadari,
beliau ingin bertemu kawan-kawan lamanya yang sudah sukses yang letak jauh dari
kota Majalaya , Bandung, salah satu anak beliau dan menantunya dengan tanggap
mewujudkan keinginan ayah tercintanya. Mereka menjemput orang-orang yang
dikehendaki ayahnya. Betap gembiranya KH. Abdullah saat berjumpa dengan sahabat
karibnya.
Setelah
Sujud Dua Kali
Kondis Kh. Abdullah tidak ada perbahan ,ia masih terbaring lunglai. Sama
seperti hari-hari kemarin. Selepas sholat Ashar, tepatnya hari sabtu,
keluarganya masih tetap berada disekelilingnya beliau. Beliau menanyakan anak
dan menantunya yang tidak ada, sebabmasih dalam perjalanan setelah itu beliau
meminta maaf kepada istri, anak, menantu, sahabat dan semua orang yang pernah
mengenal dirinya.
Tiba-tiba ia bangun dari tempatnya. Keluarga yang masih setia disamping
beliau mengira beliau sembuh atau mau kekamar kecil atau kamar mandi. Mereka
tidak tahu apa yang mau dilakukan lelaki bertubuh tinggi tersebut. Mereka
bertanya dengan penuh hati-hati, tapi Kh. Abdullah tidak menjawabnya dengan
sepatah katapun.
Kemudian beliau berdiri diatas sajadah yang sudah menghadap kiblat dan
langsung melakukan sujud dua kali disertai salam kekanan dan kekiri.Persis
seperti orang yang sedang mengakhiri sholat. Setelah itu beliau berbaring
diatas sajadah itu. Matanya terpejam. Tenang. Tidak ada tanda-tanda yang
mengisyaratkan sesuatu. Keluarga menganggap beliau sedang tidur.
Salah seorang anak tertuanya memastikan kondisi ayahnya dari dekat.
Tangannya memegang dada kemudian meletakkannya dibawah kekedua buah hidung
ayahnya. Tidak ada detak jantung. Tidak ada udara atau hembusan nafas dari sang
ayah. Seluruh anggota badannya berhenti bergerak. Tubuh KH. Abdullah lemah.
Ternyata beliau teah meninggal dunia dalam keadaan Hunul Khatimah. subhanallah.
“Abah (bapak) wafat kira-kira pukul 04.00 sore. Meninggalnya hari sabtu
sama seperti ketika beliau dilahirkan di dunia ini”, tutur Enen Rohainah salah
seorang anak perempuannya kepada Hidayah, yang menemuinya di Bandung Jawa Barat
beberapa waktu lalu.
Keluarga bersedih karena merasa kehilangan dengan sosok bapak yang selama
ini telah menjadi panutan. Demikian pula dengan sahabat , kerabat, masyarakat
dan para santri yang sering mangaji kepada almarhum KH. Abdullah memang menjadi
salah satu tokoh masyarakat yang dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitar
karena keshalehannya sekaligus sebagai sesepuh masyarakat setempat.
Anggota masyarakat yang mendengar kematian KH. Abdullah menyiapkan
berbagai keperluan yang berhubungan dengan almarhum . Almarhum langsung
dimandikan dan sholatkan di masjid yang selama ini adimaminya. Mengingat sudah
sore dan letak pemakaman yang lumayan jauh dari tempat tinggal almarhum, maka
keluarga memutuskan untuk melaksanakan penguburan pada esok hari.
Selain itu, banyak sahabat lama dan masyarakat yang ingin memberikan
penghormatan terakhir kepada almarhum, menjadi penyebab ditundanya proses
pemakaman almarhum. Jenazah KH. Abdullah disemayamkan didalam masjid menunggu
hingga mentari bersinar di pagi hari.
Banyak kerabat dan para santri yang menunggunya. Tidak ada kejadian aneh.
Keadaan aman.
JENAZAH
RINGAN
Ketika burung-burung berkicau diatas dahan dan udara dingin menyelimuti
kota Majalaya , kerabat, para santri dan masyarakat siap melepaskan almarhum
ditempat peristirahatan menghadap Ilahi Rabbi. Rencananya almarhum akan
dikebumikan dipemakaman keluarga bersama kerabat yang telah mendahului diatas
bukit. Jalan yang harus dilalui para pelayat mendaki naik keatas.
“Menurut pengakuan para santri dan masyarakat yang mengangkat keranda
jenazah Abah, rasanya tubuh almarhum sangat enteng(ringan). Padahal kalau kita
jalan sendiri aja sudah berat atuh…Lumayan susah”, ungkap ibu Enen dengan logat
sunda yang sangat kental.
Setelah sampai ditempat tujuan, tubuh almarhum diangkat dari keranda dan
memasuki liang lahat. Tiba-tiba, kawan karib almarhum yang baru datang dari
daerah lain meminta waktu sebentar untuk mensholatinya.
“Waktu waktu itu yang mengantarkan Abah memang tidak sedikit. Masih ada
sahabat Abah yang belum sempat menyolati almarhum. Alhamdulillah…proses
penguburan berjalan lancar”, ucap ibu dua anak inimenlanjutkan ceritanya.
Belum lama ini, tepatnya saat Majalah Hidayah mengunjungi kota
kembangitu, keluarga KH. Abdullah baru saja melangsungkan acara pengajian
(haul) untuk mengenang delapan tahun wafatnya almarhum. Apa yang membuat
almarhum meninggal dalam keadaan mulia dan diberi kemudahan oleh Allah swt..?.
Suka
Silaturahmi
Almarhum KH. Abdullah lahir dari keluarga yang memegang teguh agama.
Beliau pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ayahnya seorang ulama
dikampungnya. Kehidupannya sangat sederhana. Dalam mendidik anak-anaknya,
almarhum selalu mengingatkannya agar
jangan samapai meningalkan sholat lima waktu serta berpesan dalam
mencari rezeki dengan cara yang halal.
Dalam kesehariannya, beliau menjadi imam sholat lima waktu di masjid yang
letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal keluarganya. Pagi hari beliau pergi
kesawah untuk mengurus tanamannya. Selepas sholat ashar. Beliau mengajar ngaji
para santri hingga Magrib menjelang dan menerima kehadiran masyarakat yang
membutuhkannya. Kerapkali pada malam hari almarhum mengajak istrinya ke masjid
untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Selain itu, beliau sering diundang
dalam pengajian atau menghadiri acara-acara yang diselenggarakan masyarakat.
Sebagai sesepuh masyarakat, beliau sangat akarab dengan siapa saja dan
mampu merangkul orang yang bersebrangan dengannya, termasuk orang non muslim.
Beliau memang senang bersilaturahim atau bergaul. Hidupnya membaur dengan
masyarakat. Tak salah apabila beliau sering diminta wejangan atau nasehat.
Perilakunya yang baik seperti nuansa masjid,membuat orang lain simpatik.
“Almarhum selalu menekankan kepada keluarga agar bersosialisasi dimanapun
berada. Bagi Abah, berkenalan dan berteman dengan siapapun lebih berharga dari
segalanya”, ujar anak ketujuhnya mengingat pesan ayahnya.
Hampir setiap tamu yang sholat dan singgah dimasjid selalu diajak beiau
untuk makan dirumahnya. Kebiasaan. Kebiasaan lain yang kadang dilakukannya
adalah mengajak jamaah masjid untuk menikmati hidangan dirumahnya setelah
sholat jum’at.
Pada hari-hari besar islam, seperti muludan (memperingati Maulud Nabi
Muhammad saw) dan Rajaban (Bulan Rajab) KH. Abdullah meminta kepada keluarganya
untuk menyiapkan makanan bagi masyarakat yang memenuhi dan menghadiri acara di
masjid. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.
Sebagai orang yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama, almarhum
menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memilikiproblem. Beliau
menerimanya dengan lapang dada. Tulus. Orang – orang yang kaya mengunjungi
rumahnya selalu diingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang tidak mampu.
Sebab harta yang dimiliki oleh mereka orang berada, terdapat hak anak yatim,orang
miskin, janda-janda tua dan pihak lain yang telah digariskan oleh agama.
Kehidupan kita didunia ini tidak lah abadi. Semuanya pasti akan berakhir.
Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu juga dengan almarhum KH. Abdullah.
Namun, semua ini bukan berarti kita hendak mengungkit kebaikan dan menutupi
kekurangan almarhum. “Tidak ada gading
yang tak retak”. Demikian pribahasa yang akrab ditelinga masyarakat. Satu
hal yang mungkin perlu kita sadadri inilah pelajaran berharga yang patut kita
teladani dari almarhum.