Blog Konten Islam

Sunday, 15 July 2018

DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH

DHUHA TERAKHIR  LELAKI SHALEH


Dasbor "Rahasia Illahi 2"


DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH
“ Ia merasa kehilangan begitu dalam. Tapi, ia merasa bangga. Begitu indah detik-detik terakhir yang dialami suaminya. Lelaki sederhana yang shaleh itu masih merasakan shalat Dhuha terakhirnya “.

Menjelang subuh, lelaki biasa disapa Pak Solihin itu sudah bersiap diri ke Masjid. Ia memang selalu datang awal dari jamaah lainnya. Biasanya suaranya yang agak serak itu melantunkan shalawat dengan sempurna dan irama yang naik turun di speaker masjid , sebuah bukti bahwa kecintaannya kepada manusia yang paling mulia dan sempurna di banding yang lainnya di jagad ini yaitu, Nabi Muhammad saw.

Sehari-hari Pak Solihin bersifat sederhana dan suka tolong menolong pertanda bahwa ia juga sangat mencintai hubungan antar manusia, selain hablum minallah (hubungan kepada Allah) yang menjadi pokok utama.

Baca Juga "Meretas Peradaban Muslim Di China"
Baca Juga "Islam Brunai Darussalam"

Apa yang di lakukan Pak Solihin itu menjadi satu kebanggaan bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga para tetangga dan jamaah masjid. Tentu saja, sikap dermawan Pak Solihin menjadi kegembiraan bagi orang-orang yang erap mendapatkan bantuan, meski tidak seberapa. Namun, mereka merasa sedikit diberikan Pak Solihin itu begitu berarti dan berkah.

Pak Surit misalnya, merasakan kedermawanan Pak Solihin tidak hanya sekali. Terakhir ketika dirinya mendapatkan peringatan terakhir dari petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar segera melunasi tagihan listriknya, Pak Solihin juga yang membantu.

“JikaPak Surit tidak dapat melunasinya sampai siang ini maka besok pagi aliran listrik kerumah bapak akan diputus”, begitu petugas PLN memperingatkan pada Pak Surit dengan tegas sebab sebelumnya petugas itu sudah memperingati melalui surat yang diberikan secara langsung pada Pak surit.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Pak Surit. Dia hanya memperlihatkan wajah kebingungan sampai petugas PLN meninggalkannya dan berganti dengan kehadiran Pak Solihin yang bertanya dengan suara ramah.

Jangan terlalu bingung Pak Surit. Insya Allah saya dapat membantu kesulitan bapak..”.
Ucap Pak Solihin begitu menyejukkan. Kata-kata itu tak ubahnya sperti segelas air yang diberikan kepada orang yang tengah kehausan. Saat air itu terteguk bukan hanya tenggorokkan saja terasa sejuk, tapi juga terasa damai dan lapang dadanya.

“Benarkah Pak Solihin..?. Pak Surit menyesal telah melontarkan pertanyaan itu. Ia tersadar , sebenarnya ia cukup tahu kalau Pak Solihin itu orang yang amanah dengan perkataannya. Jadi tak ada alasan untuk meragukan ucapan lelaki sederhana itu.

Pak Solihin menanggapi pertanyaan Pak Surit dengan sesungging senyum.”Maaf kalau boleh tahu, berap besar tagihan yang harus bapak lunasi..?.”
Pak Surit menyebutkan angka tagihan rekening listriknya.
“Alhamdulillah, sepertinya uang yang ada dirumah cukup untuk menutup tagihan itu”, Pak Surit mau ikut kerumah atau saya antar kesini uangnya..?.
Pak Surit merasa tak enak mendengar pertanyaan itu. Dia yang membutuhkan, kenapa Pak Solihin yang harus mengantar..?”. Tidak Pak biar saya saja yang ikut kerumah Bapak “, ucap Pak Surit akhirnya..  

KABAR WAFATNYA PAK SOLIHIN
Kabar wafatnya Pak Solihin seperti bunyi petir ditengah hari. Semua terkejut. Semua nyaris tidak percaya dan semua merasa kehilangan jika kabar itu benar adanya.

“Ayo kita kerumah Pak Solihin sekarang juga”, ajak salah satu jamaah masjid yang sangat mengenal Pak Solihin. “Ayo sambut jamaah yang lain.”Semoga kabar itu hanya isapan jempol saja”, tambahnya.

“Iya, subuh tadi Pak Solihin masih menggemakan adzan dengan baik. Dia juga terlihat sehat-sehat saja”, timpal yang lain. Setelah itu. Beberapa jamaah tanpa bercakap lagi langsung bergerak menuju rumah Pak Solihin. Sungguh mereka hampir tidakpercaya karena selembar bendera kuning yang berkibar ditiang jemuran rumah Pak Solihin menjawah kabar duka itu.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…”, ucapan itu berbunyi secara serempak tampak wajah sedih dari orang-orang yang menyayangi Pak solihin. Mereka sangat merasa kehilangan dan tak akan pernah lagi mendengar suara serak Pak Solihin saat melantunkan Adzan.

SUJUD TERAKHI
Alkisah selepas subuh itu sepulang sholat berjamaah di masjid, tiba-tiba Pak Solihin minta dibuatkan pisang goring, dan secangkir pahit kepada istrinya.
“Sudah lama juga saya tidak mencicipi pisang goring dan kopi pahit”, ujarnya. Padahal sebelum-belumnya dia selalu membuat sendiri minuman untuknya. Ia tidak ingin merepotkan istrinya. Jika masih bisa melakukan pekerjaan sendiri, dia tidak akan meminta bantuan istrinya, apalagi orang lain.

“Tidak biasanya minta dibuatkan kopi dan pisang goreng”, ujar istri berseloroh.
“Iya. Setelah ini say berencan pergi jauh”, jawab Pak Solihin
“Kemana..?”  tanya istrinya sedikit keheranan
Pak Solihin tertawa.Kemudian bangkit dari duduknya. Saya akan sholat Dhuha dulu yah. Kopi dan pisang gorengnya taruh saja diatas meja”.

Meski keheranan. Istri Pak Solihin tidak mengorek lebih jauh ucapan suaminya yang dianggap aneh. Ia yang sangat mengerti suaminya itu langsung saja masuk dapur, membuat kopi dan pisang goreng. Sementara Pak Solihin langsung masuk kedalam kamar melaksanakan sholat dhuha. Pak Solihin tak perlu lagi masuk kekamar kecil untuk mengambil wudhu, sebab ia selalu menjaga wudhunya dari satu waktu kewaktu lainnya.

Pagi perlahan beranjak siang. Matahari terus bergerak menuju titik di atas kepala. Kegiatan dihari itu berjalan tanpa ada kabar yang membingungkan. Istri Pak Solihin juga melakukan aktivitas tanpa ada firasat buruk. Namun perasaan tidak enak tiba-tiba mengusik hatinya. Hal itu dirasakan ketika suaminya tak kunjung keluar kamar. Padahal seperti kebiasaannya, setelah sholat Dhuha, Pak Solihin keluar kamar dan duduk-duduk diberanda sebentar sambil berdzikir, seharusnya pergi kesawah.

Tapi hari itu, istrinya merasa hatinya agak gundah saat suami tak kunjung keluar kamar. Ada keinginan untuk masuk namun khawatir mengganggu ibadah suaminya. Namun setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia memberanikan diri masuk kekamar. Ketika masuk sang istri melihat Pak Solihin terbaring masih mengenakan pakaian sholat. Wajah Pak Solihin kelihatan sumringah tampak membiasakan senyum.

“Rupanya kamu tertidur Pak”, begitu kata hati istrinya. Karena kebiasaan Pak Solihin pergi kesawah setelah sholat Dhuha , maka istrinyapun membangunkannya dengan panggilan lembut. Tiga kali panggilan tidak mendapatkan respon. Kemudian mencoba membangunkannya dengan menyentuh bahunya perlahan-lahan tapi juga tetap tidak ada reaksi.

Istri Pak Solihin pun mulai merasakan ketakutan yang menyeruak. Kemudian dia mendekatkan dua jari tangannya kelubang hidung Pak Solihin dan tak diraskan hembusan udara dari situ.

Istri Pak Solihin semakin khawatir. Ia kembali memeriksa denyut nadi dipergelangan tangan suaminya. Ia juga menemu tidak ada tanda kehidupan.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…” ucapnya, pelan dan merintih. Ia merasa kehilangan begitu dalam tapi ia merasa bangga begitu indah detik-detik akhirnya yang dialami suaminya.

Yah, lelaki sederhana yang shaleh itu masih dapat merasakan sholat Dhuha terakhir sebelum ajal menjemput. Mungkin ini bisa kita jadikan ikhtibar bahwa sesuatu kebaikan atau kebiasaan baik yang selalu istiqamah kita lakukan Insya Allah akan membawa akhir yang baik pada diri pelakunya. Semoga kita dapat menemui ajal dalam keadaan Husnul Qatimah seperti Pak Solihin. Aamiin

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 15 Juli 2018

Saturday, 14 July 2018

KUCING-KUCING MENGANTAR JENAZAH SANG NENEK

KUCING-KUCING MENGANTAR   JENAZAH SANG NENEK

Dasbor " Rahasia Illahi 2"



KUCING-KUCING MENGANTAR
JENZAH SANG NENEK

 “ Anehnya, saat jenazah sang nenek di antar kekuburan, kucing-kucing itu terus mengikutinya. Orang-orang pun dibuatnya heran, bahkan hingga proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba “.

Perempuan dengan rambut putih itu duduk seorang diri di sebuah gubuk. Tidak ada seorangpun yang menemaninya. Tidak ada suami. Tak ada pula sanak saudara. Sehari semalam, ia hanya bertemankan kucing yang sangat disayangi.

Miris sekali nasibnya..!. Dusia yang sudah renta , seharusnya ia hidup bahagia bersama anak cucunya. Tapi, semua itu tak ada disisinya. Kemana anak-anaknya..?. Kemana pula cucu-cucunya..?. Dimana juga suaminya..?.

Baca Juga "Hakekat Pasangan Hidup Sejati"
Baca Juga "21 Alasan Jamaah Di Masjid"

Setiap hari, nenek itu menghabiskan waktunya digubuk itu. Tidak makan sehari sudah biasa baginya. Kini baginya, makanan apapun sangat nikmat baginya yang penting bisa untuk mengganjal perut yang kosong. Tidak perlu makan dengan telur dadar atau ayam goring apalagi seafood. Makan dengan oreg (tempe) dan ikan asin pun sudah cukup baginya dan sudah terasa lezat dan nikmat dimakannya.

Cukup satu kata menggambarkan nenek itu diusia senjanya sebatang kara. Tidak ada pekerjaan yang ia kais untuk mendapatkan rejeki, kecuali hanya mengumpulkan sampah-sampah yang ditemuinya yang tak jauh dari gubuknya.Tenaganya sudah tak kuat lagi untuk jalan jauh. Sampah-sampah itu dikumpulkan dan dijualnya hingga mendapatkan uang yang hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi.

Satu kilo sampah yang senilai tak lebih dari 10 ribu rupiah. Bayangkan nenek itu harus mengumpulkan plastic bekas minuman mineral ringan, kaleng kardus dan apa saja yang bisa dikumpulkan dan dijual kembali. Dengan tubuh nenek yang ringkih dan tak bertenaga lagi berapa hari ia harus mengumpulkan sampah sekilo. Tidak lagi hitungan hari, bahkan sebulanpun kadang tak bisa ia lakukan. Lalu bagaimana ia bisa makan dan minum untuk bertahan hidup.

Belas kasihan orang lain. Ya, nenek itu hanya bisa berharap belas kasihan tetangganya yang punya hati nurani. Kok bisa..?. Sebab banyak pula tetangganya yang berduit tapi tak punya hati nurani. HIdupnya hanya untuk keluarganya sendiri dan kepentingan sendiri. Ada seorang nenek yang sangat membutuhkan tak jauh darinya yang tak pernah dihiraukannya. Demikian kebanyakan orang hidup didaerah perkotaan yang cenderung individulis.

Jika tak ada tetangga yang memberinya makan dan minum., otomatis iapun tidak makan. Bayangkan saja sudah, ringkih, kurus, dan lemah, tak makan lagi. Apa yang akan terjadi..?. Pasti sakit. Ya tentu saja. Nenek itu sering sakit dan sembuh juga dengan sendirinya, tanpa diobati. Dalam sebulan, pasti pasti saja nenekitu pernah sakit.

Terkadang, yang jadi pertanyaan ; kenapa tidak ada seseorang pun yang berusaha k menariknya kedalam rumah dan menjadikan sebagai bagian dari keluarganya..?. Dengan begitu ia bisa makan dan minum sehari-hari dan tidak repot lagi mengais – ngais sampah untuk mendapat kepingan-kepingan receh.

Ah, zaman sekarang sulit sekali mencari orang yang benar-benar berempati terhadap orang lain , apalagi terhadap nenek-nenek. Yang dipikirkan mereka selalu uang dan uang. Mengurus nenek-nenek yang bukan keluarganya hanya akan merugikan diri mereka sendiri. Uang keluar dan waktu yang kesita banyak untuk memperhatikannya. Dengan kata lain ia akan berkata , “Seharusnya Negara dong yang mengurus nenek itu, bukan saya”.

Betul, jika Negara tidak mau mengambil alih, kenapa bukan kita. Bukankah membantu nenek yang hidupnya sebatang kara adalah sedekah. Dan sedekah, kata agama pahalanya sangat besar dan tidak akan pernah rugi bagi yang melakukannya. Uang yang kita sumbangkan atau salurkan untuk membantu orang lain tampaknya akan mengurangi tabungan kita, tapi kenyataan tidaklah seperti itu akan diganti oleh Allah swt dalam keadaan jauh lebih banyak.

Faktanya tidaklah seperti itu. Banyak orang yang mengabaikan kebenaran agama ini. Dan nenek yang diketahui bernama Kasyem itu menjadi salah satu korbannya. Sebuah korban dari arogansi seseorang yang berduit dan mampu, tapitak punya empati. Jika punya kekuatan untuk berteriak, sudah lama nenek itu ingin berteriak memperjuangkan keadilan dirinya. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Kalaupun ia bisa melakukannya, percuma juga. Pasti tak ada orang yang meperhatikannya.

Nenek itu memang terkadang masih bisa makan. Tapi sekali lagi itupun hanya berharap pada bantuan orang lain atau tetangganya. Dan kita tahu sendiri, kalau membantu sifatnya tidaklah permanen. Terkadang ia membantu dan terkadang tidak, jadi tidak setiap hari. Sedangkan untuk makan dan minum harus setiap hari, dan tak cukup sekali saja. Idealnya dalam sehari seseorang harus makan 3 kali ; pagi, siang, dan sore/malam.

Orang yang tidak makan dalam sehari pasti akan terkena penyakit dan itulah yang dialami oleh sang nenek. Hebatnya ditengah kelaparan yang melandanya nenek itu masih punya jiwa welas asih kepada kucing-kucing yang hidup bersamanya.

Saat iamendapatkan makanan dari orang lain, ia tak sungkan-sungkan berbagi kepada kepada kucing-kucing yang jumlahnya sekitar lima ekor itu. Bayangkan, nasi sebungkus dibagi antara dirinyadan lima ekor kucing. Beberapa sendok makan jatah untuk dirinya sendiri. Dalam sebungkus nasi tak lebih ia bisa menikmati 7-8 sendok makan. Sedikit sekali..! Itupun tak rutin ia lakukan. Ah sungguh sedih sekali mendengarnya.

MENINGGAL DIKELILINGI KUCING
Suatu ketika seorang tetangga menghampiri rumahnya, hendak memberi makan dan minum. Diketuk pintu gubuk rumahnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali diketuksambil dipanggil-panggil namanya, “Nek…nek…!!. Tapi nenek itu tidak menjawab. Merasa curiga, tetangga itupun memaksa masuk. Sampai didalam ia sangat terkejut melihat beberapa ekor kucing berdiri mengelilingi nenek yang terbujur kaku di tempat pembaringan yang sangat sederhana.

Ia pun mengahmpiri nenek itu dan mengoyang-goyangkan. Nek…! Nek,,,..!. Tetangga it uterus memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan tubunya. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Tubuhnya tidak bergerakApakah ia telah meninggal dunia..? batinya. Seketika tetangga itu berteriak , “Tolong…tolong…!!!”.

Ia secepat kilat keluar dari gubuk itu dan memanggil-manggil orang , “Nenek meninggal dunia…Nenek meninggal dunia…!!!.
Tak beberapa lama kemudian wargapun berdatangan. Mereka terkejut melihat nenek sduah terbujur kaku dipembaringannya. Merekapun banyak yang bertanya , “Penyakit apa yang menimpa nenek itu sehingga membuatnya meninggal dunia..?”.

Tak ada yang tahu persis tentang penyebab kematiannya. Namun , menurut tetangga yang sering memberi makan, beberapa hari sebelumnya sang nenek memang mengeluh agak demam.Oleh tetangga itu nenek itu hanya diberi obat demam biasa, tidak dibawa kedokter. Setlah itu ia pun lepas control dari tetangganya. Wargapun berkesimpulan, bisa jadi penyakit demam itulah yang menyebabkan nenek meninggal dunia.

Jenazah nenekpun diurusnya mulai memandikan , dikafani hingga dikuburkan. Yang jelas tidak ada sanak kelurga, sudara yang datang menjenguknya. Hidupnya sangat menyedihkan dan sebatang kara. Pengurusan jenasahnya pun merupakan kolekkan (patungan) dari tetangga dan warga dekat yang menjenguknya.

Namun, yang menjadi pemandangan ganjil adalah sejak meninggal kucing-kucing itu milik nenek tak mau jauh pergi dari pemiliknya, kucing-kucing it uterus mengelilinginya. Ketika diusir pergi mereka datang lagi dan seterusnya hingga jenazah nenek diantar kekuburan seolah ikut berduka atas kematian sang nenek.

Tampaknya kucing-kucing itu merasakan duka yang mendalam dengan kepergian sang nenek. Jika ia bisa bicara mungkin akan mengatakan, “Nek setelah kamu pergi. Siapa lagi yang akan memberi kami makan. Kamu berhati mulia, Nek..! Meski kamu sendiri mendapatkan makanan dari bantuan orang lain, tapi kamu tidak lupa membagikan kepada kami. Semoga arwahmu tenang dialam sana Nek..!”.

Jenazah nenekpun akhirnya diantar ke kuburan. Anehnya, saat jenazah itu diantar ke kuburan, kucing-kucing it uterus mengikutinya Orang-orang itupun keheranan. Bahkan proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba.

Kucing-kucing itu baru bubar satu persatu. Entahlah setelah kepergian nenek bagaimana nasib kucing-kucing itu…?. Apakah ia tetap hidup di gubuk miliknya nenek dulu atau mencari majikan baru.

Tak ada yang tahu persis. Yang jelas kisah nenek dan kucing-kucing itu bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk selalu menyayangi binatang kapan saja. Kasih sayang kita yang tulus kepada binatang membuat merekapun akan merasa kehilangan ketika kita telah pergi. Jika manusia punya rasa, tampaknya binatang pun demikian.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 14 Juli 2018

Thursday, 12 July 2018

PERJALANAN AKHIR PEMUDA BERTATO

PERJALANAN AKHIR  PEMUDA BERTATO

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


PERJALANAN AKHIR
PEMUDA BERTATO

Sabda Rasulullah  saw :
“ Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiaporang (akan dibalas) berdasarkan apa yang yang diniatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya (ingin mendapatkan keridhaan) Allah swt dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Bukhari dab Muslim).

Di hari yang terik, seorang pemuda datang tergopoh-gopoh mendekati mushalla. Dengan satu keyakinan yang kuat, ia melangkahkan kakinya menuju mushalla itu. Sang pemuda hanya mengenakan kaos oblong. Tato menghiasi sekujur tubuh dan lengannya. Ia mengenakan celana Jeans yang sudah robek di lututnya.

Setibanya di pintu mushalla, ia tatapi dinding-dinding atap luar bangunan mushalla. Seperti orang yang sedang mencari sesuatu. Kosong tanpa pandangan yang jelas. Ia lihat beberapa orang sedang sholat dzuhur berjamaah . Astagfirullah, sudah lama aku meninggalkan itu (sholat)”, gumamnya, pelan.

Baca Juga "Bau Anyir Dari Kuburan Si Rentenir"
Baca JUga "Ketika Makam Sang Pendosa di Gali"

Perlahan-lahan ia memasuki mushalla kecil itu. Dan, “Bruk..!”, tiba-tiba saja ia terjatuh dan tersungkur di lantai Mushalla. Tidak ada orang yang menghiraukan. Sebab orang-orang sedang tengah sholat berjamaah. Untuk beberapa menit lamanya. Pemuda itu tidak dihiraukan. Tidak ada yang memperhatikan.

Setelah sholat berjamaah usai, salah satu diantara jamaah menghampiri tubuh yang tersungkur. “Bangun..! Ayo bangun..! teriak”, teriak sambilmenepak-nepakkan tangannya ke wajah pemuda itu.

“Mabuk kali”, sahut jamaah yang lain.
“Iya, dia biasanya mabuk”, sambung yang lainnya.
“Wah, kalau begitu, angkat dan keluarkan dia dari mushalla ini. Orang mabuk jangan masuk di Mushalla”.

Kemudian dua orang mencoba membangunkan pemuda itu, bahkan ada yang menarik kakinya keluar. Tapi, karena tubuh pemuda itu besar, dua orang itu tidak sanggup menariknya.
“Ya sudah, biarkan saja kalau susah ditarik. Kita tunggu sadarnya saja”, kata satu diantara mereka.

Cukup lama pemuda itu dibiarkan tidak sadarkan diri. Beberapa jamaah pun pulang. Namun, diantara mereka ada yang tetap menunggu sambil mengobrol di mushalla. Setelah 30 menit tidak sadarkan diri , salah seorang jamaah berinisiatif untuk membangunkannya kembali. Namun tiba-tiba ia sangat kaget. Pemuda itu ternyata masih warganya dan nampak seperti orang yang sudah meninggal dunia.

“Kok, aneh tidak ada nafasnya. Denyut nadinya juga berhenti”. Kontan saja mereka merubungi pemuda itu dan memastkan apakah pemuda itu sudah tidak bernyawa atau masih hidup. Tanpa pikir panjang tubuh pemuda itu diangkat secara bersama-sama keluar, warga hendak membawanya kerumah sakit untuk memastikan apa yang telah terjadi dan menimpa pemuda itu.

Setelah diperiksa pegawai medis, diketahui pemuda itu sudah tidak bernyawa lagi. Dia sudah menghembuskan nafasnya yang terakhir, bersamaan ia jatuh dan tersungkur dilantai mushalla itu. Dokter menyebutkan bahwa laki-laki itu terkena serangan jantung mendadak. Penyakit yang diderita pemuda itu mungkin sudah lama, tapi jarang atau bahkan tidak pernah diperiksakan ke dokter. Pihak keluarga juga mengiyakan bahwa pemuda itu memang belakangan mengaku sering mengalami rasa sakit disekitar dadanya.  
   
MABUK & JUDI..?
Pemuda itu adalah warga dikampung Waras [bukan nama sebenarnya]. Letaknya tak jauh dari ibukota. Pemuda itu sendiri bernama Rohyan [bukan nama sebenarnya]. Panggilannya Yan. Usianya sekitar 30 tahun. Meski sudah kepala tiga usianya pemuda itu, tetapi pemuda itu belum menikah. Dan ia anak ketiga dari pasangan Pak Hamdan dan Ibu Rohimah, kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang toko sembako di pasar.

Sehari-hari, Rohayan beraktivitas sebagai tukang bengkel. Bengkelnya tidak jauh dari pasar. Ia punya satu anak buah biasanya ia bergantian menjaga bengkelnya dengan anak buahnya itu.

Yan dikenal warga sebagai pemuda yang urakan. Suka minum-minuman beralkohol, berjudi, bertato dan sering balapan motor liar. Orang tuanya sudah membebaskannya. Mereka sudah tidak sanggup lagi mengingatkannya dan menasehatinya. Yan pun bebas melakukan apapun saja karena hal itu adalah  kehidupannya.

Yan pernah masuk sel selama sebulan, Lantaran terlibat balapan liar. Dia juga pernah terlibat tawuran dengan pemuda lain kampung hanya karena rebutan wanita. Ia sampai masuk rumah sakit karena mengalami luka-luka yang sangat serius.

Meski tergolong pemuda urakan, solidaritas Yan cukup tinggi dan sangat menghargai kawan-kawannya. Pernah suatu hari kawannya bertaubat dan tidak mau minum-minuman keras. Keputusan kawannya itu ia dukung meski ia sendiri belum bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Sebagai bentuk dukungan keputusan kawannya itu, ia marah jika ada kawan lain yang tetap mengajaknya minum-minuman. Menurutnya orang yang sudah bertobat hendaknya tetap didukung.

Pada suatu hari, teman itu itu kita sebut saja namanya Ahmad – berkunjung kerumahnya. Tujuannya tak lain adalah untuk mengajaknya bertobat dan meninggalkan kebiasaan minum-minuman dan berjudi. Apa kata Rohayan kala itu ; “Kalau kamu sudah menemukan jalan hidup yang benar, jalanai saja, saya belum bisa mengikuti jejakmu. Aku hanya kan bertobat bila aku menemukan sesuatu yang luar biasa dalam hidupku”,

“Apa yang luar biasa itu Yan..?.
“Aku anggap sesutau yang luar biasa itu , bila aku merasa nyaman dan tenag melangkahkan kaiku menuju tempat ibadah. Bila aku sudah menemukan itu, Aku rela mati”, tutur Yan kepada rekannya itu. Perkataan itulah yang kemudian Ahmad ingat tatkala ia mendengar berita Rohayan sudah meniggal dunia.Ia mencoba mengait-ngaitkan ia alami dengan kabar meninggalnya Yan di dalam mushalla dalam keadaan tidak untuk sholat.

BERAWAL DARI NIAT
Meninggalkan Yan didalam mushalla membuat spekulasi dan multitafsir banyakorang. Ada yang menganggap bahwa Yan meninggal karena kebetulan saja, Bisa saja ingin buang air kecil di mushalla saja. Karena tidak mungkin ia mau sholat sedangkan dia mengenakan kaos oblong dan celana Jeans robek-robrk.

Ada pula yang menilai bahwa Yan meninggal tidak secara wajar atau kebetulan, tapi karena ia disitimewakan oleh Allah. Ia hendak bertobat sehingga masuk kedalam Mushalla.

Pada kedua penilaian dan asumsi ini Ahmad sendiri mempunyai pandangan lain . Ia menilai Yan memang disitimewakan oleh Allah. Keistimewaan itu tentu saja tidak datang secara tiba-tiba. Kedatangannya ke mushalla dan hendak bertobat adalah perjalanan panjang batinnya.

Pertama, menurut Ahmad, meskipun Yan masih tetap suka mabuk dan judi, dia sangat mendukung upaya taubat yang dia jalani. Yan berharap bahwa dirinya dapat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Kedua, Yan pernah bercerita bahwa dia akan bertobat bila sudah menemukan ketenangan dan kesejukan hati saat menuju tempat ibadah. Nah bisa jadi, Yan merasakan kondisi itu pada saat dia masuk mushalla.

Ketiaga, apa yang dialami Yan ini hampir mirip dengan kisa dalam kitab Nashai Al-Ibad , seorang pemuda yang berjalan menuju pintu taubat , namun ia meninggal dunia saat berada dalam perjalanan .Pada saat itu malaikat bingung untuk menentukan apaka laki-laki itu layak untuk dimasukkan kedalam surge atau neraka.

Karena sepanjang hayatnya selalu bermaksiat kepada Allah swt. Namun demikian , di akhir hayatnya pemuda itu meninggal dalam perjalanan menuju taubat kepada Alah swt. Artinya niat taubatnya itu dihitung sebagai kebaikkan yang luar biasa. Allah kemudian menyuruh malaikat untuk memasukkan laki-laki itu kedalam surge ,karena laki-lakiitu sudah berniat dengan tulus untuk bertaubat dan jarak perjalanan menuju pintu taubat lebih dekat dengan jarak dia biasa bermaksiat.

Dari tiga hal yang dikemukakan Ahmad tersebut semoga saja salah satunya adalah benar-benar dilakukan Rohayan. Jika memang ia sudah punya niatan untuk bertaubat dari dulu maka secara hati dia sudah punya I’tikad baik.Oleh karenanya , Allah swt kemudian membukakan pintu taubatnya dengan cara menggerakkan hati Rohayan untuk mendatangi mushalla , tempat ibadah ; symbol bangunan ketaatan kepada Allah swt.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 13 Juli 2018 -

Wednesday, 11 July 2018

UJIAN SI PUTRI & SEDEKAH SANG AYAH

UJIAN SI PUTRI &   SEDEKAH SANG AYAH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



UJIAN SI PUTRI &
SEDEKAH SANG AYAH

“ Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug Harus putar otak, apa yang dapat dijadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti  “.

Mas Nug, begitu lelaki itu bisa disapa oleh tetangga dirumah atau teman-teman kerjanya. Karakternya yang tenang dan tutur katanya yang lembut membuat ia disenangi tetangga dan teman-temannya.

Pernah Mas Nug berkata seperti ini, “Apabila kita ingin bersedekah , tapi kita tidak punya sesuatu yang berbentuk benda apalagi harta, ya bersedakah saja lakukanlah, jangan pernah ada keraguan untuk bersedekah.”.

Orang yang mendengar perkataan Mas Nug tentu saja bingung tidak punya benda juga tidak berhartatapi dipersilahkan bersedekah tanpa keraguan.. Bagaimana ini…?.
“Sampeyan bingung ya..?. Tanya Mas Nug, saat melihat lawan bicaranya hanya bengong.
“Ya..ya..ya.. saya bingung Mas Nug”, ucaplawan bicaranya jujur
“Kamu bisa tersenyum..?. Tanya Mas Nug kemudian.
Si lawan bicara mengangguk dan dengan polos tersenyum. Mas Nug Jadi ikut serta tersenyum.
“Kamu kamu bisa bertutur kata yang lembut dan mengandung nilai kebaikkan..?”, Tanya mas Nug Lagi.
Si lawan bicara kembali mengangguk tapi tak memperagakan apa yang ditanyakan Mas Nug.
“Boleh saya dengar tutur kata lembutmu yang mengandung kebaikkan..?. pinta Mas Nug kemudian.

Si lawan bicara terdiam sesaat. Kemudian ;”Asslamu’alaikum , sahabatku”, ucap ucap silawan bicaradengan intonasi rendah sambil membungkukkan sedikit kepalanya. Mas Nug tersenyum. “dengan perbuatan barusan ,kamu sudah bisa bersedekah”, ujar Mas Nug.

Sekarang si lawan bicara baru mengerti. Senyumbisa bernilai sedekah, tutur kata yang lembut dan bermakna juga bernilai sedekah. Kalau begitu ayo, kita bersedekah jangan ragu-ragu.

Baca Juga "Nabi Daud Mengalahkan Jalud"

SENANG BERSEDEKAH
Mas Nug banyak mendengar kisah-kisah yang dialami para dermawan ,para donator dan para muzzaki. Hikmah dibalik sedekah-sedekah yang mereka lakukan sungguh luar biasa.

Kali ini, dalam kebingungannya, Mas Nug meyakini bahwa sedekah akan memberikan jalan keluar terhadap masalah yang sekarang sedang dihadapinya.

“Yah, aku tidak boleh ikut ujian “, begitu lapor putri tunggalnya, anak tertua Mas Nug.
“Kenapa..?. tanya Mas Nug lembut
“ayah lupa ya..?. aku kan belum melunasi uang semesteran dan juga uang ujian”, sang anak memberitahukan kepada MasNug. Mas Nug termenung, tapi dengan kearifannya berusaha membujuk anaknya untuk tenang.”Kamu belajar saja yang benar ya, soal uang semesteran dan uang ujian nanti ayah yang urus. Ayah akan datang kesekolahan hari ini”.

Sang putri tersenyum dan berlalu dari hadapan ayahnya. Tinggallah Mas Nug harus putar otak , apa yang diajadikan alasan jika ia bertemu dengan petugas sekolah nanti..?.

“Bismillah..!” Tanpa keraguan mas Nug keluar rumah menuju sekolah anaknya. Uang sepuluh ribuan dikantongnya masih dapat digunakan untuk ongkos, tetapi ditengah jalan ia bertemu dengan seorang bapak yang menyodorkan tangan meminta sedekah. Mas Nug tak bisa menolak. Setelah duit ongkos disedekahkan, Mas Nug memilih berjalan kaki ke sekolah anaknya.

Ketika Mas Nug berhadapan dengan petugas sekolah, petugas itu dengan ramah berkata. “Seharusnya seluruh urusan pembayaran lunas saat pengambilan kartu ujian, tapi saya maklum, saya akan memberi waktu satuminggu untuk bapak dapat melunasinya.”

Mas Nug bersyukur. Tambahan waktu satau minggu yang diberikan petugas sekolah merupakan jalan keluar yang melegakan. Cukup banyak waktu bagi Mas Nug untuk melunasai uang pembayaran untuk ujian anaknya tersebut.

HONOR YANG TAK PERNAH TURUN
Dua hari sudah berlalu dari waktu yang sudah diberikan petugas sekolah. Pada saat yang bersamaam SMS masuk ketelepon seluler yang baru terlepasa dari charger. “Mas hubungi nomor ini ya. Ada honormu yang sudah berbulan-bulan tidak juga diambil. Nilainya lumayan juga. Sayang kalau tidak diambil, begitu SMS yang terbaca.

Honor..?. Honor yang mana..? di media mana..?.
Mas Nug membatin sendirian. HP ditangan diputar-putar , tetapi hanya sesaat, sebab Mas Nug langsung ngesave nomor yang  tertulis dalam SMSitu, kemudian menghubungnya.

Bebeberapa detik kemudian terdengar sahutan. Lelaki diseberang sana bilang kalau dia kehilangan nomor Mas Nug sehingga tak bisa menghubunginya. Untung masih dipertemukan oleh teman Mas Nug yang untungnya juga masih menyimpan nomor Mas Nug.

“Nilainya hampir empat juta Mas Nug Aku transfer sekarang ya, kamu SMS rekeningnya aku tunggu”.
Klik pembicaraan terputus. Kini Mas nUg sibuk mencari nomor rekening Banknya yang selalu disiapkan dalam dompet. Saat ketemu, Mas Nug langsung menuliskannya dan mengirim kepada sang pemberi honor.

Beberapa kemudian dering balasan terdengar. Mas Nug segera membuka, “sudah saya kirim silahkan ambil”. Mas Nug bersyukur. Mungkin inilah hikmah yang lainnya itu.

Maka segeralah Mas Nug mencari ATM terdekat untuk mencairkan rejeki yang cair hari ini dan setelah itu, Mas Nug bersegera mendatangi sekolah sang putri untuk melunasi uang semesteran dan ujian anaknya. Alhamdulillah.
Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

SEDEKAH BERBALAS PANEN

SEDEKAH  BERBALAS PANEN

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



SEDEKAH    BERBALAS
PANEN
“ Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebagai bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang –orang yang terkena musibah  “.

Lelaki Ugan suatu kali, bercerita kepada penulis ihwa pengalaman bersedekah sebuah sedekah yang patut jadi renungan kita. Ugan adalah lelaki kelahiran kampung yang terbilang sukses pada zamannya. Terutaama dibadningkan dengan orang-orang yang seusianya dikampung yang banyak jadi pengangguran selepasa sekolah atau ada yang bekerja namun pekerjaannya tidak banyak menjajikan masa depan, sebab rata-rata pekerjaan mereka hanya sebagai kuli sawah atau pekerja borongan saat musim menanam padi atau panen raya tiba.

Saat musim tanam datang tenaga merek asangat dibutuhkan untuk membajak sawah dan menanamkan benih-benih padi ke atas tanah yang sudah dibajak dan tatakala panen raya datang tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk memetik padi dan ngprik (atau memisahkan buah padi dari tangkainya). Sebuah pekerjaan yang terbilang tidak ringan dengan gaji yang terbilang tidak besar. Hampir rata-rata anak muda dikampung Ugan bekerja seperti itu. Ironis, setelah musim tanam dan panen raya mereka kembali menganggur.

Baca Juga "Lima Kali Berhaji Tidak Bisa Melihat Ka'bah"
Baca Juga "Seorang Ateis Hafizh Quran"

Ugan hijrah kekota dan menetap dirumah saudaranya. Sebuah keberuntungan pula, sebab Ugan tidak memiliki bakat menjadi lelaki pemalas. Selagi menumpang nginap dirumah saudaranya, Ugan menjadi lelaki yang ringan tangan. Pekerjaan apa saja yang dapat dikerjakan untuk rumah tangga saudaranya di kota, Ugan mengerjakannya dengan ikhlas. Termasuk ketika ia harus mencuci piring , menyapu halaman atau membuang sampah. Ugan melakukan dengan ikhlas. Dia menganggap apa yang dilakukannya itu sebentuk sedekah, seperti halnya sedekah yang telah diterima dari saudaranya yang telah memberinya tumpangan tempat tinggal.

Keikhlasa Ugan membantu pekerjaan rumah tangga sudaranya di kota berbuah pada sebuah tawaran pekerjaan. Sungguh senang hati Ugan ketika dirinya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang cukup besar. Perusahaan perhotelan itu membutuhkan beberapa tenaga muda yang siap didik untuk ditempatkan diberbagai kota besar, bahkan diluar negeri.

Rasa senang Ugan semakin berlipat saat interview ia dinyatakan lulus dan bisa mulai bekerja pada awal bulan depan . Keluarga Ugan dikampung ikut senang , begitu juga dengan keluarga dan saudaranya yang telah memberinya tumpangan. Mereka senang karena Ugan sudah mendapat pekerjaan.

Pada tahun – tahun pertama Ugan bekerja, dia ditempatkan dikota dimana ia tinggal. Jadi Ugan tidak perlu mencari rumah kontrakkan atau rumah kos. Ugan memilih tinggal dirumah saudaranya. Ugan beralasan dengan tinggal dirumah saudaranya rezeki yang ia dapat dari pekerjaannya disebuah hotel dapat dinikmati bersama. Setiap gajian, Ugan bukan hanya mengirim uang untuk keluarga dikampung, tetapi juga membeli segala keperluan keluarga dirumah yang ia tumpangi. Kebiasaan Ugan itu membuat saudaranya senang.

Ikhlasnya Ugan memberi ternyata berbuah juga pada perkembangan kariernya di perusahaan. Ia yang hanya tadinya bertugas di negerinya sendiri, kini dapat promosi untuk bekerja di luar negeri. Sebuah promosi yang menggiurkan dan Ugan pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka itu..  
  
ARAB SAUDI
Sebuah negeri yang asing bagi Ugan kini menjadi tempat tinggalnya. Tapi lagi-lagi dengan segenap keikhlasannya ia menerima. Baginya dimanapun ia tinggal , dirinya akan menyesuaikan diri dengan baik. Tata karma sebagai orang timur tetap dijunjung tinggi. Dan yang paling penting juga, Ugan tak akan melupakan keluarga di tanah air. Ugan akan menyisihkan penghasilannya untuk mereka.

Itulah Ugan. Ketika masih  bekerja dengan enak, ia tetap tidak mementingkan dirinya sendiri. Keluarga dikampung maupun keluarga dikota yang selama bertahun-tahun ditumpangi menginap tetap jadi prioritas untuk dikirimi uang atau oleh-oleh.

Sekarang, Ugan sudah berusia lanjut. Ia ia sudah tidak lagi bekerja diluar negeri. Hasil kerjanya selama ini memang diperuntukkan untuk kebutuhan diusia tua, sebab samapai sekarang ini Ugan belum diperkenankan untuk berkeluarga alias masih lajang. Namun hal itu tidak membuat Ugan bersedih, ia tetap menjalani kehidupan ini dengan rasa syukur tiada berkurang.

KOTA YANG BANJIR
Puuhan tahun lamanya menetap dikota , baru tahun ini , Ugan merasakan sesuatu yang membuat hatinya penuh merintih. Sebab wilayah tempatnya tinggal kini tengah tertimpa musibah berkepanjangan. Pada saat bersamaan, Ugan sedang berada dalam kesulitan financial.Persediaannya telah terkuras, karena dirinya pernah mengaami sakit yang membuat tabungannya terkuras.

Kini, saat musibah berkepanjangan itu datang, Ugan tak memiliki sepeser uang pun. Kisah meilukan Ugan itu terjadi karena wilayah tempat tinggalnya tertimpa banjir yang cukup besar.

Suatu ketika, semua warga sudah memperkirakan bahwa banjir besar akan datang, termasuk juga ugan. Perkiraan mereka berdasarkan hujan yang turun terus menerus dengan volume air yang cukup besar. Sementara, pengumuman air dari pintu Katulampa tertulis di pos pengumuman mencatat sebuah ketinggian diatas wajar.

“Ini banjir terbesar”, begitu batin Ugan dan ia merasa harus mempersiapkan sesuatu. Ia harus keluar dari wilayahnya dan mencari tempat pengungsian yang aman. Apakah Ugan harus mencari rumah kontrakkan atau rumah kos,..?.

Saat mencoba uang disaku celanannya Ugan hanya mendapatkan beberapa lembar sepuluh ribuan. Menurut Ugan uang sebanyak itu hanya cukup untuk tiga atau empat hari seanjutnya..?.

Ugan tidak mau memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Yang terpenting baginya ia harus mengungsi dulu meski berbekal beberapa lemabr uang sepuluh ribuan.

Saat Ugan sudah berada ditempat pengungsian,banjir besar benar-benar terjadi. Kampung itu seperti tenggela. Rumah – rumah yang terlihat hanya atapnya saja. Dan Ugan menyikapi hal itu tanpa menggerutu apalagi menghujat.

Ugan hanya bisapasrah. Di tengah keramaian para pengungsi, Ugan merogoh saku celananya, ia meraih tiga lembar uang sepuluh ribuan yang tersisa. “Apakah uang ini cukup untuk persediaan selama banjir ..?.

Ugan tak peduli dengan suara batinya. Selembar uang sepuluh ribuan tetap di sedekahkannya untuk anak-anak yang juga menjadi korban banjir. Uang itu dibagikan untuk membeli kua.

Pada hari berikutnya, saat banjir masih meluap tinggi. Ugan uang disakunya habis, sementara perut sudah minta dan waktunya diisi. Darimana ia bisa memenuhi kebutuhan untuk hari ini dan juga hariselanjutnya.

Beruntung bagi Ugan, ia bertemu dengan seorang saudara dan ia memberanikan diri untuk meminta uang kepadanya Ugan berharap, ia akan mendapatkan uang untuk bekal beberapa hari, namun ketika saudaranya itu memberi uang, Ugan nyaris menerima uang dengan nelangsa. Sebab uang yang diterimanya untuk hari ini pun tidak cukup.

Ugan kembali galau. Ia memandang Handphone merah yang ada dalam genggamannya. Apakah ini benda ini harus kujual..?. Ditengah kegalauannya itu Handphone ditangan Ugan berbunyi. Ugan segera menyambut dan saat itu juga wajah Ugan berubah berseri.

“Kang Ugan kenapa tidak ke Kampung..?. Kapan uang panennya mau diambil ..?.
Pertanyaan itu seolah air hujan yang membasahi kemarau berkepanjangan dijiwanya. Ia benar-benar terkejut dan bahagia. Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebaga bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang-orang yang terkena usibah banjir. Ugan sungguh bersyukur, sedikit sedekahnya untuk anak-anak korban banjir telah mendatangkan hasil panen untuknya.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...