"CERITA RELIGIUS , KISAH NYATA ISLAM "
Thursday 7 June 2018
Tuesday 5 June 2018
SAAT SAKARATUL MAUT TANYA NOMOR BUNTUT
Dasbor " Rahasia Illahi 1"
Dasbor " Rahasia Illahi 2"
“Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang
dzalim itu : “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal ; kamu tidak diberi balsan
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan “ (QS. Yunus : 52)
Suasana malam didusun Way Lalak masih
seperti biasa, lenggang dan gelap.Padahal jarum jam masih menunjuk pukul 20.10
WIB. Waktu tak terlalu malam untuk seseorang yang masih mau beraktivitas. Namun
angin malam yang menusuk tulang, agaknya membuat orang-orang lebih memilih berdiam
diri diatas kasur dan menarik selimut, ketimbang berkeliaran diluar. Lagi pula,
bukan hal lumrah jika ada orang yang keluyuran malam-malam kecuali, petugas
ronda yang berjaga-jaga.
Akan tetapi pada
malam dipenghujung Juni Tahun lalu itu, nampaknya rutinitas seperti diatas
tidak berlaku. Pemandangan yang terlihat adalah kerumunan orang. Mereka
berkumpul dirumah tetua adat bernama Lebai Amang (78 tahun). Sepertinya tengah
terjadi sesuatu yang penting dirumah berbentuk panggung itu.
Lantunan ayat-ayat
suci Al-Quran dan doa-doa terdengar dibacakan seiring dengan itu, terdengar
pula suara isak tangis dan ratapan yang menyayat hati. Gerangan apa yang tengah
terjadi disana..?.
Buah Zakar yang Hampir Lepas.
“Ashadu anlaa ilaa ha illa
Allah..” ucap wanita separuh baya. Wanita itu sedang menuntun seseorang agar
mengikuti apa yang sudah dilafalkannya. Namun yang dituntun tidak segera
berucap mengikuti. Hanya kata-kata “Khggghk….khhhggghhhk..” yang keluar dari
mulutnya.
Maklum saja, lelaki tua itu
kini tengah terbujur lemas diatas kasur, keadaannya amat memperihatinkan.
Tubunya ringkih kurus dan matanya nampak sangat cekung. Dari bagian zakar yang
ditutupi kain terlihat cairan nanah mengalir. Tidak deras, namun cairan itu
tidak henti-hentinya mengalir. Sesekali, bahkan terlihat belatung dari arah
zakar tersebut merayap ke bagian betis dan kakinya.
Tidak disangka, pemandangan
mengenaskan itu ternyata menimpa Lebai Amang. Orang yang disegani penduduk
Dusun Way Lalak. Ia terlihat sedang berjuang melawan maut. Namun raut wajah
yang sedang kesakitan itu tak tampak terlihat sedih ataupun muram. Justru,
orang-orang yang mengelilingi Lebai Amanglah yang kebingungan. Terutama ibu
Yusriah (63 tahun), istri Lebai Amang, wanita yang menuntun syahadat tadi.
Mereka seperti tak rela bila lelaki tua renta itu wafat dalam keadaan
mengenaskan.
Ketidak relaan ini terlihat
manakala beberapa orang anak dan cucunya ada yang pingsan. “Anak dan cucu Lebai
nggak tega melihat Lebai sekarat dan kesakitan”, jelas Taufik (44 tahun), yang
juga masih saudara dekat Labai. Taufik menambahkan, disaat – saat kondisi
seperti itu, Lebai Amang malah bersikap yang aneh-aneh. Mereka merasa bahwa
kematian Lebai seperti tidak wajar.
Karena itu, wajar pula bila
keluarga besar tersebut seperti terpukul. “Seperti penyakit ganjaran “, imbuh
Taufik, Pasalnya, mengapa penyakit itu harus singgah dialat kelamin..?. Apalagi
dengan keadaan yang sangat menjijikkan dipandang mata.
“Bahkan zakar Lebai Amang
hampir copot !” kata Anti (24 tahun), saudara Lebai Amang yang rumahnya
bersebelahan dengan rumah Lebai Amang. Hal tersebut diakui sang istri yang
biasa mengurus penyakit suaminya. Buah zakar Lebai Amang memang benar tak
berbentuk. Namun, keadaan tersebut tidak terjadi secara sekonyong-konyong.
Mulanya, sejak tiga bulan
terakhir ini alat kelamin Lebai Amang bengkak-bengkak. Berjalan susah, apalagi
jika ia ingin buang air kecil. Lama-kelamaan, seminggu menjelang Lebai sekarat,
buah zakarnya bertambah besar dan berwarna kemerah-merahan. Karena itu, istri
dan keluarganya berinisiatif membawa Lebai Amang ke rumah sakit.
Meski begitu, keadaan Lebai
Amang tak juga menunjukkan tanda-tanda sembuh. Kondisinya malah parah. Dengan
melihat kondisi Lebai yang hampir tak bisa ditangani dokter, maka pihak
keluarga akhirnya berinisiatif membawa Lebai Amang kembali pulang.
Hari ke hari kondisi Lebai
makin memperihatinkan. Terlebih disuatu hari, buah zakar yang bengkak tiba-tiba
pecah. Begitu diceritakan Bapak yadi (57 tahun) tetangga yang datang saat Lebai
Amang sekarat. Darah dan nanah keluar mengalir. Semakin hari semakin bertambah
banyak darah mengalir dari pangkal pahanya.
Sambil menahan isak, sang
istri mengaku, “Kadang-kadang kalau saya nggak langsung bersihkan, malah
belatungan”. Akibatnya, aroma tak sedap dari pangkal paha itu tersebar. Baunya
menyengat dan menusuk hidung. Orang-orang yang datang kerumah Lebai amang
terpaksa menutup hidung. Tepat pukul 22.18 wib, kondisi tubuh Lebai Amang
mengenaskan. Matanya melotot dan badanya mengigil. Sesekali bahkan seperti
kejang-kejang.
Melihat kondisi kritis
menghampiri Lebai Amang, pihak keluarga tak henti-hentinya menuntun Lebai Amang
untuk melafalkan kalimat “Thayyibah” : Astagfirullah ….” Demikian Anti
berusaha mencoba mengajak Lebai Amang beristigfar. Tapi mulut Lebai Amang
seakan susah untuk digerakkan.
Beberapa menit kemudian,
baru baru mulut Lebai mulai bisa digerakkan.”..Y..u..ss..” panggil Lebai pada
istrinya. Yang dipanggil hanya mampu mengeluarkan tangis. Dengan kekuatan yang
tersisa, Lebai Amang hanya mampu memohon kata-kata maaf kepada sang istri dan
sanak family yang berada disampingnya.
Ditengah-tengah Lebai
menyampaikan permohonan maafnya, tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri
Lebai Amang. Nampaknya ia teman dekat Lebai Amang yang ingin mengungkapkan duka
cita atas musibah penyakit yang diderita Lebai Amang. Terlihat dari sorot mata
yang hangat saaat menatap Lebai Amang.
Begitu lelaki tersebut
berdiri persis di samping Lebai Aman, wajah tetua Way Lalak itu nampak
sumringah. Terbata-bata ia berkata, “No…m…er …bera..pppaa..yannng
kelu….aarr..?. begitu mulut Lebai Amang berhenti berkata-kata, tiba-tiba
badannya kaku. Innalillahi wa inna lillahi raaji’un”. Ternyata Lebai telah
pergi menghadap Yang Maha Kuasa, denga kata-kata yang seharusnya tak diucapkan
seseorang saat Malaikat maut menjemputnya.
Baca Juga "Nama-Nama Neraka & Penghuninya"
Baca Juga "Nama-Nama Neraka & Penghuninya"
Gemar Lotre dan Perempuan Sejak Muda.
Geger itulah gambaran yang
nampak mewakili kondisi way Lalak usai peristiwa kematian Lebai Amang. Keriuhan
itu telah merebak ke pelosok – pelosok dusun malam itu juga. Padahal, didusun
itu, berita kematian lazimnya diumumkan pada pagi hari. “Mungin karena
peristiwa kematian itu mengenaskan dan nggak wajar.” Terang pak Yadi
mengomentari kematian Lebai Amang.
Desas-desus pun mulai
merebak. Para tetangga yang menyaksikan kematian Lebai Amang sibuk menggunjing.
Ya, setelah menyaksikan peristiwa itu mereka hanya bisa membicarakan di
belakang. Tak satupun yang berani buka mulut, terlebih bertanya kepada pihak
keluarga besar Lebai Amang.
Pada orang-orang luar Dusun
Way Lalak yang datang menanyakan perihal kematian itu, mereka juga enggan buka
mulut. Diam seribu bahasa adalah pilihan aman, mengingat keluarga besar Lebai
Amang sangat berpengaruh dan ditakuti. Beberapa nara sumber yang mau bercerita
pun akhirnya mau bercerita dengan komitmen bahwa foto-foto wajah dan nama
mereka disamarkan.
Dari penuturan semua
narasumber, mereka yakin kalaupenyakit Lebai Amang itu ada kaitannya dengan
perbuatan buruk dan nista semasa hidupnya dulu. Tingkah polah Lebai Amang
sungguh tidak mencerminkan tetua adat yang seharusnyadisegani warga.
Kelakuannya sehari-hari Cuma bersenang-senang. Sepertinya seluruh warag hafal
betul rutinitas Lebai Amang. Ia lebih sering terlihat menghabiskan waktu untuk
kegiatan tak bermanfaat, bahkan memalukan. “Biasanya Lebai Amang keluar sore
hari sampai larut malam “, kata Anti.
Lebai sangat dikenal gemar
menyabung ayam, berjudi dan minum-minuman keras. Itu dilakukan sejak ia masih
remaja. Seperti orang yang kecanduan, kelakuannya tak pernah berubah sedikitpun.
“Rutinitas” aneh tersebut tak pernah seharipun terlewatkan.
Pernah sesekali ia menang
lotre dari nomor buntut yang dipasangnya. Lebai Amang bangga bukan kepalang.
Sebagai ungkapan suka citanya , ia mengajak teman-temannya berpesta. Bujuk rayu
beberapa teman-teman Lebai Amang berhasil. Ia pun setuju, mengundang wanita
penghibur.
“Acara pesta biasanya
diadakan di luar kampung. Biasanya mereka menyewa gedung “. Cerita Yadi dan
Taufik. Sesekali, acara bertempat dirumah tetangga kampung yang bergabung dengan
mereka.
Sikap dan perilaku Lebai
Amang sungguh memalukan.Namun tak satupun yang berani mengusik ulahnya. Tetua
adat lainnya maupun pihak keluarga sudah coba mengingatkan, tapi tegiran itu
seperti angin lalu. Akhirnya, mereka hanya tinggal pasrah dan berharap, semoga
Lebai Amang mau berubah.
Sayang, hingga maut
menjemput nyawa Lebai Amang, perilaku tersebut tak juga berubah. Di
tengah-tengah derita yang ditanggung Lebai Amang menjelang akhir hayatnya,
Lebay masih sempat bertingkah seperti ia masih sehat.
Dulu, sewaktu penyakit Lebai
Amang belum begitu parah, ia masih sering keluyuran keluar rumah. Kegemarannya
akan menyabung ayam, masang nomor buntut dan berjudi, masih sering dilakoni.
Padahal untuk berjalan saja ia sering minta dituntun.
“Saya pernah lihat Lebai
Amang hampir jatuh kepayahan, waktu mau nyabung ayam kenang Yadi. Selain gemar
masang buntut, Ia pun juga sering main perempuan. Kegemaran itu menurut Taufik,
berawal dari bujuk rayu teman-temannya juga. Istri LebaiAmang bahan mengakui,
kalau Lebai Amang juga dikenal punya banyak wanita simpanan.entah mereka
dinikahi atau tidak.
Yang pasti, menurut sang
istri, keluarga dan warga, bahwa Lebai Amang cepat kesengsem jika melihat
perempuan cantik. Matanya akan “hijau” bila melihat daun muda. “Makanya, orang
itu jangan hanya pakai peci Haji, tapi perbuatannya malah nggak sesuai dengan
predikat yang dipegangnya akat Anti, menyesali sikap Lebai Amang yang kebetulan
juga sudah pernah pergi haji.
Kelakuan Lebai Amang memang
sangat memalukan , kontras dengan jabatan yang disandangnya.Sudah semestinya ia
menjaga citra baik, adat leluhur dan kesilamannya.
Tapi, itu semua tinggal
kenangan.Toh sekarang Lebai Amang telah mengakhiri segalanya. Kini ia membijur
dilubang kubur ditemani kegelapan dan amal perbuatan yang dibawanya.
Orang-orang yang ditinggalkannya Cuma bisa berharap, semoga Allah memaafkan
segala kesalahannya. Amiiin
(Wallahu A’lam bi-al-Shawab)
Monday 4 June 2018
HUKUM HIJAB..?
“ Hijab
satar sering diartikan sebagai penghalang,penutup atau selubung. Dilihat dari
makna dasar ini,maka apa pun yang berfungsi sebagai penutup atau penghalang
sesuatu bisa disebut hijab,misalnya kain yang menutup meja makan atau casing
computer dan hanphone ”.
Tetapi hijab yang dimaksud disini adalah
kaitannya dengan pakaian yang menutup aurat kita,khususnya aurat perempuan.Pada
beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara barat kata hijab lebih
sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun, dalam
keilmuan islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatat cara berpakaian yang
pantas sesuai dengan tuntunan agama.
Baca Juga "Tragedi Berdarah Malam Pengantin"
Baca Juga "Tragedi Berdarah Malam Pengantin"
John L. Espositi dalam Ensiklopedi Oxford ; Dunia Islam Modern, menulis bahwa sulitnya
mendapatkan padanan tunggal dalam bahasa Arab dari Hijab, maka hijab sering
didentikkan dengan :burqu, ‘abayah, tharhah,, burnus, jilbab, dan milayah.
Pakaian seperti ‘abayahArab dan burnus Maghribi (Maroko) cenderung sangat mirip
bagi laki-laki maupun perempuan.
SEJARAH
Hijab bukanlah tradisi asli orang Arab. Praktek menutup wajah (sebagian
atau seluruh) ini merupakan warisan dari kerajaan Bizantium – Yunani,
Sassaniyah – Persia dan Mesopotamia kuno. Pada masa pra-Islam, Di Arab barat
daya sendiri, hijab hanya ditemukan si suku Banu Ismail dan Banu Qathan
sementara di Mesir kuno, tradisi ini mulai berkembang pada masa kerajaan Ramses
II (dinasti ke-20).
Di Mesopotamia kuno, hijab merupakan symbol tentang kebaikkan.
Perempuan yang baik diharuskan memakai hijab saat menikah untuk membedakan
dirinya dengan perempuan budak dan kotor. Jadi perempuan yang mengenakan hijab
merupakan suatu kebanggaan luar biasa, karena dikategorikan sebagai perempuan
yang shalehah.
Menurut hokum Asyria, pelacur dan budak dilarang memakai hijab, dan
mereka yang didapati secara mengenakannya dapat dihukum dengan berat. Jadi
hijab tidak saja untuk menandakan kebangsawanan melainkan juga membedakan
perempuan “terhormat” dengan perempuan “tercela”.
Dari Bizantium Yunani, Persia dan Mesopotamia, tradisi hijab kemudian
merasuk keagama Kristen dan Yahudi hingga mengalami perkembangan yang
signifikan. Dari sini lalu menyebar ke orang Arab kelas perkotaan dan akhirnya ke
orang-orang kota umumnya.
Di Mesir abad pertengahan, tradisi hijab terjadi di kalangan kaum
Yahudi Mesir . Saat itu ditandai dengan pemisahan masuk kuil melalui pintu yang
berbeda anatara laki-laki dan perempuan.
Di kalangan perkotaan Arab Islam sendiri, hijab mulai dipraktekkan
secara luas dinegara Turki. Saat itu hijab merupakan pertanda derajat dan gaya
hidup ekslusif. Pada abad kesembilan belas, perempuan muslim dan Kristen kelas
atas perkotaandi Mesir mengenakan habarah yang terdiri atas rok
panjang , tutup kepala dan burqu’ kain tipis empat persegi
transparan berwaran putih yang dipakai dibawah mata,yang menutup mulut, hidung
bagian bawah, dan menjuntai hingga dada. Pada kesempatan berduka, dikenakan
hijab tipis hitam disebut bisha.
bACA jUGA "Rahasia Anggaran Muslim"
bACA jUGA "Rahasia Anggaran Muslim"
HIJAB
YANG BENAR
Pada dasarnya Al-Quran tidak pernah menerangkan secara khusus arti
hijab dalam kaitannya sebagai pakaian wanita Muslimah. Kata hijab yang disebut
Al-Quran, merujuk pada pengertian lain diluar konteks berpakaian. Misalnya QS.
Ahzab [33} : 53 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan. Dan jika kamu meminta
sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang
hijab. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”.
Ayat diatas mengartikan hijab dalam konteks etika sosial, khususnya
etika bertamu antara para sahabat. Nabi dengan istri-istri Nabi. Para sahabat
yang hendak menemui istri-istri Nabi di rumahnya, dianjurkan untuk memakai
hijab (pemisah). Jadi hijab disini tidak ada kaitannya sama sekali dengan konteks
berpakaian.
Ayat lain yaitu QS. Al-Syura [42]:51 juga menjelaskan kata hijab dalam
konteks lain. Meski kata hijab di dalam ayat ini dijelaskan dalam konteks yang
nyarissam dengan QS. Ahzab [33]:53 yaitu pemisah atau dari balik tabir, tetapi
kata hijabpada QS. Al-syura ayat 51 ini diartikan dengan konteks etika
pewahyuan. Maksudnya, bahwa Allah sekali-kali tidak tidak akan berbicara dengan
manusia sekalipun seorang Nabi meski dalam rangka pewahyuan kecuali melalui
pemisahan (hijab).
Begitu juga kata hijab dalam QS. Al-A’raaf [7] :46, QS. Fushilat [41]
:5, QS. Al-Isra’ [17] : 45 dan QS. Shad [38] :32, diartikan dalam kerangka yang
lain, bukan dalam konteks berpakaian.
Tafsir tentang hijab didalam Al-Quran dalam kaitannya berpakaian
muslimah justru ditemukan dalam ayat yang menceritakan tentang khimar (tutup
kepala) atau jilbab. Ayat – ayat ituadalah sebagai berikut :
Pertama QS. Nur [24] :30-31 yang artinya :
“Katakanalah kepada laki-laki agarmenahan pandangannya dan memelihara
kemaluannya ; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Dan katakanlah kepada
perempuan beriman agar menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, serta
tidak menampakkan perhiasan kecuali yang (biasa) tampak darinya, dan menutup
khimar kedalam dadanya, dan untuk tidak menampakkannya kecuali kepada
suaminya”.
Kedua QS. Al-Ahzb [33] :59 yang artinya :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan
istri-istri orang mukmin. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh
tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, agar
mereka tidak diganggu “.
Terlepas dari tidak adanya ayat Al-Quran yang menjelaskan secara khusus
tentang hijab dalam konteks berpakaian muslimah yang menutup aurat, yang jelas,
bagi orang wanita muslimah yang hendak mengenakan hijab, hendaklah
memperhatikan beberapa catatan dari Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Menurutnya, seorang wanita yang mengenakan hijab harus memenuhi syarat
seperti : hijab itu harus menutup seluruh anggota tubuhnya kecuali muka dan
tangan, bukan berfungsi sebagai perhiasan (tidak boleh berlebihan), tidak boleh
tipis atau transparan, dan tidak boleh ketat dan terlepas dari itu semua yang
paling penting niatnya bukan sekedar untuk bergaya-gaya saja melainkan
menunaikan perintah pada ayat
Jika syarat-syarat ini dipenuhi, maka hijab itu sudah dianggap benar.
Semoga para wanita muslimah memperhatikan hal ini dan dalam mengenakannya tida
salah niat karena sesuatu apapun yang kita lakukan bahkan beramal sholeh pun
kalau salah niatnya pasti tidak akan menuai keridhaan Allah swt. Maka dari itu
yang paling penting disini diniatkan yang benar semoga kaum hawa bisa meniatkan
semua ini dengan benar bukan sekedar memakai jilbab sebagai pemanis belaka
tanpa memahami makna dan arti yang terkandung didalamnya, Amiiiiin.
Sunday 3 June 2018
AL-AZIZ MENELADANI SANG MAHA PERKASA
MENELADANI SANG
MAHA PERKASA
“
Bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu
dilecehkan..? ”.
Maha Perkasa Allah
yang telah memberikan kekuatan untuk mengalahkan dominasi setan dalam diri
pribadi Muslim. Sungguh ini merupkan nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.
Padahal jangankan untuk melakukan perang tanding melawan bala tentara
setan, menundukkan diri sendiri agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah,
manusia banyak yang tidak mampu.
Tapi Allah sebagai Al-Aziz mengalahan siapapun yang melawan – Nya.
Termasuk berkuasa memberikan kekuatan kepada kita agar kita bisa berdiri sholat,
bekerja dan melakukan kebaikan dan perbaikanditengah-tengah masyarakat.
Tentu, Allah sebagai Al-Aziz tidak dapat dihalang-halangi kekuatan-Nya,
manakala Ia berkendak untuk melakukan sesuatu. Lantaran itu segala bentuk
kehinaan menjauh dari-Nya. Ia begitu tinggi dan tak tersentuh oleh mereka yang
rendah. Allah memang Al-Aziz Dia Maha Perkasa dan maha Mulia.
Selama menjalani kehidupan ini, kita terlalu lemah untuk menolak semua
perbuatan munkarat, maksiat dan dosa. Mata yang secara fitri memang dilengkapi
Allah untuk melihat, masih belum bisa merefleksi yang dipandang. Mata dan
pandangan ini masih tertarik pada yang dilarang. Padahal semua diperbuat dengan
kesadaran yang nyata.
Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"
Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"
Begitu juga kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya. Semua tidak berdaya
menghadapi pengaruh setan. Jadilah tangan dan kaki kita sebagai sumber
malapetaka dan bencana bagi manusia itu sendiri dan bahkan bisa mendatangkan murka
Allah.
Dalam konteks praktis, hutan-hutan menjadi gundul dan terbakar. Asap
mengepul tebal. Disana-sini menjadi banjir dan tanah longsor. Bahaya kelaparan
dan ketakutan mengancam manusia itu sendiri.
Karena itu, kepada Allah sebagai Al-Aziz kita bersama memohon agar
diberikan kekuatan agar menolak semua perbuatan dosa. Pun, diberikan kekuatan
untuk menjalankan amal sholeh, menebar cinta dan menabur sayang.
Sebagai sebuah Negara bangsa kita juga harus mengangkat harkat dan
martabat bangsa yang terpuruk akibat lemahnya iman dan rapuhnya fundamental
moral. Rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali semangat bela Negara dan
patriotism harus disambut dengan suka cita.
Hemat penulis, dalam konteks sosial, ekonomi dan politik saat ini,
mendzikirkan dan memahami makna mendalam Allah sebagai Al-Aziz menjadi begitu
mendesak. Dalam masyarakat, kita mnyaksikan bahwa persoalan sosial di negeri
ini sudah memasuki stadium yang mengerikan dan dan bahkan bisa dibilang kritis.
Keramahan dan kelembutan yang selama ini dikenal sebagai cirri yang
paling menonjol dalam masyarakat kita, saat ini hanya menjadi bahan olok-olok
oleh masyarakat dunia.
Indonesia menakutkan, penuh konflik, keras dan telah menjadi negeri
para maling..!. Mengatakan bahwa masyarakat kita sedang sakit, tidak akan
menyembuhhkan persoalan sosial yang luka parah, ekonomi yang ian memburuk, dan
politik yang kian membuat masyarkat apatis dan bosan karena dari masa kemasa
dari pergantian presiden ke presiden sama sekali tidak ada perubahan yang berarti
terutama pada kondisi moral atau budaya korupsi di Indonesia yang semakin
menjamur.
Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"
Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"
Karena itu wahai Al-Aziz, kami mohon anugerahi kekuatan persatuan dan
kesatuan dalam masyarkat kami. Berikan kekuatan kepada kami untuk mengelola
potensi ekonomi secara jujur dan procedural sehingga terdistribusikan kepada
rakyat, merata dan mencukup sesuai apa yang diharapkan bangsa Indonesia.
Kita harus bangkit, karena itu tidak ada kata lain selain meneladani
sifat Allah sebagai Yang maha Perkasa ini. Selam ini kita belum
bersungguh-sungguh untuk berdekatan dengan-Nya.
Kita masih terlena dengan keterpurukan , kebodohan dan penuh harap
mendapat bantuan dari pinjaman dana dana dari lembaga keuangan Internasional.
Bahan ketika utang kita dijadwalkan ulang atau kita beroleh pinjaman dianggap
sebagai keberhasilan. Sedangkan sumber tambang terbesar malah dikelola asing
dan akan terus diperpanjang.
Jadilah kita akhirnya menjadi bangsa peminta-minta dan mengharapkan
bantuan kemanusiaan.Padahal kita mengaku beriman dan punya Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mulia.
Dimana letak keperkasaan kita kalau ternyata saat ini lebih dari 80
juta rakyat di pedesaan sedang merintih perih, mengais-ngais mencari nafkah.
Mereka hidup berbalutkan kemiskinan yang tak tau pasti akan kapan berakhirnya.
Jadi, bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu
dilecehkan. Kita memang belum bersungguh-sungguh meneladani Allah sebagai Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mulia.
Mari kita sambut kemuliaan bangsa kita dengan bekerja keras, selalu
beribadah dan berdoa agar Allah memberikan kekuatan untuk membangun kekuatan
ekonomi , poliyik, sosial, dan budaya. Kita hapus kemiskinan dengan selalu
bersedekah, infaq dan sidaqah.
Jika kita adalah pemimpin, mari koreksi diri ; apakah dibawah kepemimpinan
kita masyarakat dan rakyat menjadi kian makmur, sejahtera dan dipenuhi dengan
pesona cahaya Illahi.
Bila tidak, apa yang salah dengan diri kita, model kepemimpinan kita
..?. Koruksikah..?. Atau selalu mementingkan urusan pribadi, keluarga, kelompok,
dan golongan,,?. Kita tidak mau menjadi bangsa pecundang dan terhina.
Bukankah Allah sebagai Al-Aziz telah memberikan petunjuk dalam makna
ayat, “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah “.
(QS. Al-Faathiir 35:10). Nah saatnya
kita jadi bangsa perkasa dan mulia semoga. Amiiin.
Friday 1 June 2018
SEDEKAH PADI MENUAI KEHORMATAN
Dasbor "Rahasia Illahi 2"
PADI MENUAI KEHORMATAN
“
Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas
bersedekah, orang-orang yang berada disekitar begitu menaruh hormat ”..
Kita tahu, ada
banyak cara mengungapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih. Salah
satunya dengan bersedekah , yaitu memberikan keluasan rezeki yang kita terima
kepada orang yang kekurangan. Alangkah indahnya hidup ini jika manusia
mengutamakan berbagi, mengedepankan sedekah. Apalagi, tak pernah terdengar
orang yang rajin bersedekah ia jatuh miskin. Justru sebaliknya, tidak sedikit
orang yang gemar bersedekah dan ikhlas bersedekah , kehidupannya menjadi
semakin nyaman, tentram, barokah dan mendapatkankemuliaan diantara sesame
manusia.
Barng kali pendapat seperti ini yang dipegangn teguh oleh Abah Una.
Sebagai petani yang dianugerahi berpetak-petak sawah. Abah Una menjalankan
amanah harta itu dengan baik. Membajaknya dengan ikhlas sehingga hasil panennya
selalu berlimpah. Kebelimpahan itu pula yang digunakan Abah sebagai ladang
sedekah kepada para tetangga yang membutuhkan. Inilah sekelumit kisah Abah Una yang
sangat dihormati oleh penduduk setempat.
LELAKI
SHALEH
Seuanya tahu seperti apa Abah Una itu. Ia merupakan orang tua yang
ramah , murah senyum , jujur, dan senang berbagi. Abah juga dikenal dengan
kesalehannya. Ajaran islam begitu dijunjung tinggi. Mungkin tak ada waktu
baginya untuk menanam di saat waktu sholat tiba. Segala kesibukkan pasti
ditinggalkan sebelum masuk waktu sholat. Bahkan tak jarang Abah mengingatkan
petani-petani lain jika waktu sholat telah tiba.
“Haya atuh, kita menghadap Gusti Allah, sudah waktunya, “begitu ucap
Abah Una sambilmencolek bahu petani yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
Petani petani yang dicolek pun langsung menghentikan kerjanya dan langsung
berjalan mengekor si Abah Una . Alhamdulillah, petani-petani lain menaruh
hormat pada Abah Una melakukan hal yang sama. Mereka pulang untuk memenuhi
panggilan sang Penguasa Hidup dan Kehidupan Allah Rabbul Izzati.
Begitulah keseharian hidup Abah Una. Sebagai lelaki berumur yang
bersahaja , tidak pernah silau dengan gemerlapnya dunia, padahal anak-anaknya
di kota terbilang memiliki hidup yang sukses, tetapi Abah Una lebih memilih
bertani daripada ikut anak anaknya.
Suatu kelebihan yang juga menjadi pujian untuknya adalah kebiasaan Abah
Una, dimana setiap kali panen, dia selalu menyedekahkan berikat-ikat hasil
panennya pada tetangga yang membutuhkan, bahkan, yang tidak membutuhkanpun jika
Abah memilikikelebihan yang berlebih maka orang itu pun mendapat bagian.
”Baik sekali yah Abah Una itu, jarang ada orang yang sebaik dia”, puji
salah satu tetangga. Tetangga yang lain mengomentari, “Benar, semoga ia panjang
umur ‘, ucapnya berdoa. Yang lain mengamini.
Suatu ketika, ditempat tinggal Abah Una terjadi musibah hama, Musibah
itu tidak tergolong besar, tetapi cukup menimbulkan keresahan pada beberapa
petani. Sebut saja Bapak Junara, Bapak Endi dan Bapak Kosim. Di mana
sawah-sawahnya mereka ditakdirkan menjadi sawah yang cukup parah dan rusak
berat karena serangan hama.
“Barang kali kita kurang sedekah yah, hingga wereng-wereng itu lebih
suka menyantap padi kita “, ujar Pak Junara.
“Mungkin juga “, timpal Pak Endi.
“Bisa jadi, “ sambung Pak Kosim. “Buktinya petak-petak sawah Abah Una
tetap indah serta padi-padinya sama sekali tidak terjamah oleh wereng-wereng
dan tetap menguning seperti yang diharapkan para petani”.
Ketiga lelaki it uterus memperbincangkan kedermawanan Abah Una yang
dihubungkan dengan musibah yang terjadi. Namun terlepas dari perbincangan itu,
ketiganya bingung. Kegagalan panen kali ini pasti membawa dampak negative bagi
kebutuhan makan keluarga dan kebutuhan sehari-harinya.
Pada saat itulah Abah Una mengambil peranannya. Ia yang selalu
bersedekah tidaklah menutup mata atas kejadian yang menimpa Pak Junara, Pak
Endi dan Pak Kosim. Dengan segala keikhlasannya, Abah Una menyedekahkan hasil
panennya kepada mereka.
Sungguh, mereka yang dalam kesusahan sangat senang mendapatkan bantuan
yang sudah pasti akan lebih meringankan beban mereka.
“Terima kasih, Abah Una hanya Allah yang dapat membalas kebaikkan Abag
Una”. Ucap Pak endi ditengah keharuannya mendapatkan bantuan dari Abah Una.
Abah Una hanya menganggukkan kepala. Sesungguhnya, Abah Una mengerti akan
tanggungjawabnya kepada sesame tetangga. Hablum minan nas,merupakan suatu
keharusan yang harus dibina dan dijaga karena itu, setiap kali ia memberikan
sedekah kepada siapa saja.
Abah Una yakin, bahan haqul yakin sekecil apapun sedekah sekecil apapun
yanh kita lakukan maka Allah tidak akan lupa akan janjinya, yaitu akan
memberikan balasan yang setimpal sesuai amal perbuatannya.
KETENANGAN
DAN KEHORMATAN
Hidup haya dengan istri sementara anak-anak dan suadarnya berada jauh
dibelahan kota metropolitan bukanlah alasan bagi Abah Una untuk merasa
kesepian, sehingga muncul ketidak tenangan.
Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan
ikhlas sedekah, orang-orang yang berada di sekelilingnya begitu menaruh hormat.
Kesimpulannya, jika seseorang bersedkah padi, tidak semestinya menerima
menerima balasan berupa padi atau uang berbalas uang, bisa saja bentuk lain
menjadi balasan atas keikhlasan seseorang dalam bersedekah.
Seperti Abah Una. Dia yag selalu bersedekah dengan padi-padinya setiap
kali panen, namun ia tak menerima balasan dari orang lain, juga berupa padi.
Hanya saja, Abah selalu merasa mendapat ketenangan dalam hidupnya, juga merasa
senang karena dirinya begitu dihormati. Abah Una juga yakin, penghormatan yang
diterimanya dari orang-orang di sekelilingnya, merupakan wujud atas balasan
sedekah yag dilakukannya.
KEKUATAN SEDEKAH
Sama halnya dengan keyakinan Abah Una. Seorang lelaki bernama Abdul
Rahman, begitu yakin akan kekuatan sedekah. Menurut Abdul Rahman, seseorang
yang bersedekah degan segala keikhlasan pasti akan mendapatkan balasan yang
setimpal, bahkan berkali-kali lipat besarnya. Hanya saja, apakah balasan atas
sedekah itu langsung diterimanya atau emnunggu waktu, entah berapa lama.”Itu
Rahasia Allah” papar Abdul Rahman.
Sebagi butkti keyakinan itu, sebuah pengalaman yang dirasakannya,
ketika ia sedekah uang sebesar lima ribu rupiah.sedekah itudilakukan pada pagi
hari.
“Subhanallah wal hamdulillah”, puji Abdul Rahman pada sore harinya,
sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sedekah lima ribu rupiah pada
pagi hari , sore hari sudah terganti dengan uang sebesar 50 $.
“Waktu itu nilai per $ masih seribu rupiah “, jelas Abdul Rahman.”Bisa
dihiting, berapa jika dinilai dengan kurs $ sekarang “, lanjutnya. Dan berapa
kali lipat balasan Allah..?.
Tetapi, bukanlah besarnya balasan dari sedekah itu yang menjadi acuan.
Bagi Abdullah Rahman, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Besar dan Maha
Pengasih lagi Penyayang.
Wallahu ‘alam Bhisawab
SHOLAT & KESALEHAN SOSIAL
Dasbor"SIRAMAN RUHANI"
SHOLAT
DAN KESALEHAN SOSIAL
“
Ketaatan Ritual harus melahirkan kesalehan sosial ”..
Sebagai salah satu
pilar islam dan tiang pancang bagi tegaknya agama, sholat disebut pada banyak
ayat Al-Quran. Diantaranya, QS. Al-Baqarah : 3 menyatakan bahwa mendirikan
sholat, iman kepada yang ghaib dan menafkahkan sebagian rezeki, merupakan cirri
orang bertaqwa. .
QS. Al-Baqarah 45 dan 153
memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan
mendirikan sholat. Dalam ayat ini juga ditegaskan bahwa mendirikan sholat
sebagai sarana memohon pertolongan kepada Allahn itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyuk.
Dalam QS. AlBaqarah :83, perintah mendirikan sholat disertakan dengan
perintah menyembah hanya kepada Allah, berbuat baik pada kedua orang tua , kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, mengucapkan kata-kata yang
baik kepada sesame manusia dan menunaikan zakat.
QS. Al-Baqarah :177 menyertakan sholat dengan kewajiban beriman kepada
Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, para nabi, memberikan harta
yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,musafir yang memerlukan
pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta ; memerdekakan hamba sahaya,
menunaikan zakat, menepati janji, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Ayat ini memberi pelajaranbahwa kebajikan sejati terdiri dari dua
unsure : tashawwur dan suluk.
Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa di Buktikan"
Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa di Buktikan"
Tashawwur adalah pemahaman yang benar dan penghayatan. Dalam hal ini,
beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat kitab, dan Nabi merupakan cermin
dari tashawwur. Sedangkan Sulu adalah tindakanlanjut dan perilaku berupa
kesalehan sosial. Dalam hal ini, memberi harta yang dicintai kepada kerabat,
anak – anak yatim, orang-orang miskin, ibn al sabil dan seterusnya merupakan
perwujudan dari suluk tersebut ayat ini mengguratkan bahwa kebajikan sejati
(birr) adalah terpenuhinya kedua unsure itu.
QS. Al-Baqarah :238 menyuruh memelihara sholat dengan khusyuk. Dalam
hal QS. An-Nisa :142 dijelaskan bahwa orang yang munafik jarang melaukan sholat
dan seandainya pun sholat maka sholatnya bercirikan malas dan riya’. Dalam QS.
Hud : 87 diceritakan bahwa kaum nabi Syu’aib yang membangkang berkata kepada
beliau, “Apakah sholatmu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang
disembah oleh bapak – bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami
kehendaki tentang harta kami,,?. Mereka, seperti kata At-Thabari, hendak
mengatakan, “Ini adalah harta kami.
Kami berhak melakukan apa saja yang yang kami inginkan terhadap harta
ini. Kami bisa mengambil sebagiaannya atau mengolahnya atau bahkan membuangnya”.
Syu’aib menolak pola pikir egois mereka. Benar-bahwa harta itu milik mereka.
Tetapi dari sudut pandang sosial mereka tidak memiliki hak dan untuk
mempermainkan timbangan dan takarannya, sebab itu merugikan orang lain. Dengan
kata lain pengakuan atas kepemilikkan pribadi tidak berarti setiap orang
mempunyai kebebasan mutlak. Yang ada adalah kebebasan yang dibatasi oleh kemaslahatan
umu.
Baca Juga "Alasan Berjamaah di Masjid"
Baca Juga "Alasan Berjamaah di Masjid"
Dalam QS. Al-A’raf :85 dikisahkan bahwa Nabi Syu’aib menyuruh kaumnya
untuk menyembpurnakan takaran dan timbangan setelah menyuruh mereka menyembah
Allah. Hal ini menunjukkan bahwa makna ibadah menyakup kejujuran dalam
bermuamalah (interaksi sosial), tidak terkecuali kejujuran dalam hal takaran
dan timbangan (dunia bisnis).
Diantara kaum Nabi Syu’aib orang-orang yang mempermaikan harta milik
pribadi seenaknya sehingga merugikan orang lain adalah para pembesar,
orang-orang kaya, dan para penjabat yang tidak punya tujuan hidup selain
mengumpulkan harta dengan cara apa saja. Mereka tidak pernah segam mengorbankan
kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Sementara itu, Syu’aib berjuang
mewwujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Seperti biasa, yang menolak ajaran yang diserukan Nabi Syu’aib adalah
mereka yang disebutkan Al-Quran sebagai al-mala’ ; kaum elite, para pembesar,
kalangan terkemuka, mereka yang punya kuasa dan harta.Mereka menantang Nabi Syu’aib
bukan hanya karena ia menyerukan menyembah Allah tetapi terutama karena ia
memerintahkan meninggalkan perbuatan – perbuatan yang bertentangan dengan
tuntunan iman kepada Allah seperti mengurangi takaran dan timbangan serta
kegiatan ekonomi lainnya.
Ajaran islam yang dibawa Syu’aib mengancam kepentingan pribadi
mereka.Maka berbagai cara mereka gunakan untuk melawan Syu’aib dan memberantas
ajarannya. Di lain pihak, sebagaimana digambarkan QS> AlA’raaf :88, kelompok
masyarakat yang oleh Al-Mala’ bisa dijuluki aradzil (orang-orang hina dan
rendah) antusias menyambut dakwah Syu’aib. Dan seperti biasa, guna membendung
pengaruh ajaran Syu’aib, al-mala’ mengancam, menindas, dan mengintimidasi para
aradzil.
Sementara itu, QS. Al-Jumu’ah : 10 menyatakan bahwa tawazun
(keseimbangan) merupakan salah satu cirri ajaran islam. Keseimbangan antara
pemenuhan tuntutan hidup dunia, seperti bekerja, banting tulang, beraktivitas
dan kasab, dengan keharusan mengasingkan ruh, menenangkan dan mensyunyikan hati
barang sesaat untuk berdzikir.
Sholat merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan hati. Tanpanya ia
tidak akan sanggup memikul beban amanah yang amat besar. Zikir juga mutlak
harus ada dalam usaha mencari pemenuhan kebutuhan hidp. Merasakan kehadiran-Nya
membuat kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup menjadi bernilai ibadah. Namun
demikian, perlu adanya watu tersendiri untuk melaukan dzikir murni, pengasingan
dan penyendirian yang total dari kehidupan dunia.
Sedangkan dari QS. Al-Ma’un :4-7 dapat ditari pengertian bahwa sholat
yang dilaukan secara lalai (asal-asalan), karena riya’ dan tidak melahirkan
kesalehan sosial, pelakunya mudah diancam kecelaaan. Surah Al-Kautsra : 2
menegaskan apa yang sudah berulang kali dikatakan bahwa ketaatan ritual harus
melahirkan kesalehan sosial. Pada ayat ini perintah mendirikan sholat
disertakan langsung dengan menyembelih hewan kurban, “Maka dirikanlah sholat
karena Tuhanmu dan berkurbanlah “. Yang pertama sebagai symbol ketaatan ritual,
sedang yang kedua merupakan salah satu manifestasi kesalehan sosial.
Lagi-lagi ini menegaskan bahwa ketaatan ritual harus melahirkan
kesalehan sosial. Surah, Al-Ma’un betapapun singkatnya, menolak ibadah yang formalistic.
Surah ini memandang bahwa menolong orang yang membutuhkan merupakan syarat
iman, sama seperti mendirikan aholat dan menjalankannya dengan khusyuk.
Ia juga mengancam orang-orang yang enggan menolong orang yang
membutuhkan dengan wayl (kecelakaan). Melalui Surah Al-Ma’un Al-Quran menamai
orang yang tidak memiliki kesalehan sosial sebagai orang yang mendustakan
agama. QS.Al-Ankabu :45 sangat tegas menyatakan adanya hubungan tak terpisahkan
antara sholat sebagai symbol ketaatan ritual dengan kesalehan sosial.
Wallahu ‘alam Bhisawab
Subscribe to:
Posts (Atom)
BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL
BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...