Blog Konten Islam: AL-HAMID MAKNA SANG MAHA TERPUJI

Monday 23 July 2018

AL-HAMID MAKNA SANG MAHA TERPUJI

AL-HAMID   MAKNA  SANG MAHA TERPUJI

Dasbor "Asmaul Husna"



AL-HAMID  MAKNA SANG SANG MAHA TERPUJI


“ Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait dengan kesejahteraan orang lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus menjadi bagian dari rasa syukur kita pada-Nya “.. 

Al-Miqdad meriwayatkan sebuah hadits, nabi saw bersabda, “Taburilah orang-orang yang suka memuji dengan debu”. Tentu, dalam hadits diatas obyek yang dipuji bukanlah Allah. Para ahli hadits memandang bahwa mereka yang diperintahkan Nabi saw untuk ditaburi wajahnya dengan debu adalah orang-orang yang genar menjilat dengan puji-pujian. Frasa “ditaburi dengan debu” bisa ditafsiri dengan dipermalukan, diberhentikan dari jabatan dan huku.

Mengapa demikian..?. Sebab dalam kacamata sejarah praktik memuji para penguasa atau lebih dikenal dengan suap berujung pada kehancuran sebuah Negara atau pemerintahan. Imam Al-Ghazali dalam sebuah karyanya yakni, Makatib Al-Ghazali membuktikan hal itu. Buku makatib Al-Ghazali adalah kumpulan surat-surat Al-Ghazali yang ditujukan kepada para penguasa Saljuk, pangeran, ulama sezamannya, termasuk perdana mentri Hasan bin Nizam Al-Muluk Al-Thusi. Surat-surat tersebut bukan membuat senag atau memuji keberhasilan para penguasa, tetapi Al-Ghazali mengkritik dengan keras penguasa Saljuk dan para menteri yang berkompromi untuk melakukan suap , korupsi, nepotisme, praktik ketidakadilan, yang semua itu menjakiti keuasaan.


Dalam salah satunya, Al-Ghazali mengeluhkan keadaan menyedihkan dalam masyarakat pada masa itu. Yakni, suatu keadaan dimana penderitaan dan jeritan mereka yang miskin tidak lagi didengar. Para penguasa lebih asyik mengotak-atik matematika politik, berfikir, hari ini kedudukan dan kekuasaan apa yang bisa diraih. Orang-orang tak berpunya mencurahkan segala daya justru untuk membiayai pejabat Negara. Sementara segala fasilitas yang diberikan kepada para penguasa yang hakikatnya bersumber dari rakyat begitu mudah diselewengkan.


Al-Ghazali menpertanyakan : akan pernahkan ada perdamaian diatas bumi, selagi orang-orang miskin bekerja untuk memberi makan orang-orang yang kuat dan menyumpal perut para tirani..?. Akan pernahkan kedamaian datang menyelamatkan mereka dari cengkraman kelaparan..?.


Dalam surat lain yakni kepada Mujir Al-Daulah, seorang wazir Saljuk, Al-Ghazali berkata, “Tidakkan anda sadari bahwa kekacauan telah tejadi dibagian negeri ini. Para pemungut pajak yang korup menindas penduduk yang bodod untuk kepentinga sendiri dan pendapatan lain kedalam khas Negara.


Berpikirlah tentang penduduk negeri anda yang badannya remuk, yang digerogoti oleh kesedihan , kemiskinan dan kelaparan. Sementara anda sendiri menjalani kehidupan mewah. Andai ada yang bisa menruntuhkan Khurasan sekaligus maka itu adalah menteri seperti itu, yang pantas untuk dikutuk. Jangan biarkan perasaan angkuh menahan Anda dari mengetahui betapa besar dan mengerikannya diri Anda”.


Ya , sejarah telah memberi pelajaran kepada kita akibat buruk yang mendera manakala manusia memuji-muji penguasa secara salah. Dalam konteks seperti I inilah relevansi doa Nabi saw yang diriwayatkan oleh Aisyah perlu kita amalkan : “Ya Allah aku berlindung pada kerelaan-Mu dari kemarahan-Mu dan pada maaf-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung pada-Mu kalau akau tidak memuji-Mu secara semestinya sebagaimana Engkau memuji diri-Mu”


Kenapa kita harus emuji Allah swt sebagai Al-Hamid ..?. Dan seperti apakah Al-Hamid bermakna dalam kehidupan kita..?. Kita harus memuji Allah swt, sebab Dialah yang dipuji oleh makhluk sejagat yang bereksistensi. Bagi Syaikh Al-Jerrahimemuji adalah memuliakan dengan menghormati dan berterima kasih kepad-Nya. Semua yang bereksistensi memuji Allah dengan lidah mereka, dengan perbuatan, atau dengan keberadaan mereka. Sebab hanya AL-Hamid sajalah yang pantas dipatuhi, dihormati, disyukuri dan dipuji.


Bagaimana mungkin seseorang memuji kebesaran seseorang penguasa dihadapan Allah, pada kemuliaan itu berasal dari-Nya..?. Pujian itu hanya milik Allah kenapa harus disandangkan kepada penguasa dzalim. Bunkankah dzalim itu lawan kata dari terpuji..?. Bagimana bisa sesuatu yang dzalim bersanding dengan yang terpuji..?.


Para ahli bahasa memberi sdikit makna berbeda antara AL-Hamid dan Al-Syukur. Kata yang kedua digunakan manakala seseorang mendapat karunia dari Allah. Sedangkan makna kata yang pertama digunakan dalam konteks seseorang memperoleh nikmat dari Allah dan orang lain.


Sesuai makna diatas, maka kita punya kesempatan memperagakan rasa terima kasih kita kepada Allah dan sesama yakni, dengan memperteguh simpati dan kesetiakawanan sosial. Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait dengan kesejahteraan orang lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus menjadi bagian dari rasa syukur kita kepada-Nya.


Secara normative – teologis, terdapat beberapa alasan yang harus dipegang teguh mengapa kita harus memuji Allah sebagai Al-Hamid.
Pertama , Allah Maha Terpuji Karena Dia telah menciptakan langit dan bumi dan yang menjadikan gelap dan terang.”Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan gelap dan terang” (QS. Al-Israa :111). Tentu sudah tahu seperti apakah rasa kepemilikan kita terhadap isi langit dan bumi ini, padahal semuanya Allah yang menciptakan sekaligus yang memiliki keduanya. Pun bagaimana pentingnya malam dan juga siang. Hampir-hampir selama ini kita mengabaikan begitu saja, tanpa memuji-Nya manakala keduanya datang silih berganti.


Kedua, alasan Allah Maha Terpuji, berturut-turut dapat kita pelajari dalam makan ayat sebagai berikut, “Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah” (QS.Hud/11:73). “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Al-Hajj/22:64) yang diturunkan dari Tuhan Yang Bijaksana lagi Maha Terpuji” (QS. Fushshilat/41:42).


Dari ayat-ayat diatas adakah alasan diatas untuk tidak memuji Allah swt..?. Atau relakah negeri ini hancur karena kita suka menjilat penguasa dan menyuap para pejabat..?. Bukankah Nabi saw telah mewanti-wanti untuk menghukum mereka yang berperilaku seperti itu..?.

Mari bersama-sama kita mengamalkan makna Al-Hamid yang kemunculannya dalam Al-Quran hingga 17 kali. Selamat memperagakan sifat-sifat Allah, Al-Hamid. Dalam kehidupan sehari-hari dan membiasakannya setiap hari untuk selalu memuji Allah swt. Semoga Aamiin.  
   
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -24 juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...