Blog Konten Islam: MENINGGAL USAI SHOLAT SUBUH

Tuesday 10 July 2018

MENINGGAL USAI SHOLAT SUBUH

MENINGGAL   USAI SHOLAT SUBUH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL USAI
SHOLAT  SUBUH

“ Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu, aku baru sadar bahwa itu sebagai tanda bahwa beliau mau pulang ke Ramatullah untuk selama-lamanya “.

Siang itu pagi cukup cerah. Hambali (45 Thn) mendatangi rumah haji Ahmad (55 Thn) dengan menggenggam setangkup harapan. Sepanjang perjalanan, hati Hambali berbinar. Dia membayangkan anaknya tersenyum karena dia pulang membawa sepatu. Beberapa hari yang lalu H. Ahmad berjanji akan membelikannya sepasang sepatu.

Tiba dirumah Haji Ahmad , Hambali tidak merasa ada firasat apapu. Dia memandang sekeliling. Sepi, dia mengetuk pintu; mengucapkan salam. Satu menit berlalu lima menit terlewati.

Hati hambali bimbang. Tak mungkin dia pulang tanpa membawa sepatu. Untung sepuluh menit kemudian dia mendengar suara salam dari dalam rumah, langkah seorang berjalan kearah pintu. Tapi Tapi saat pintu terbuka , Hambali sedikit terperanjat. Sebab yang membuka pintu kali ini Hj Aisyah (50 Thn) bukan Haji Ahmad.

Baca Juga "Wasiat Terakhir Nabi Yakub"
Baca Juga "Meniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure Sederhana"

“Haji Ahmad ada bu..?” tanya Hambali
Hj Aisyah mempersilahkan Hambali duduk diteras rumah Hj Aisyah tak menjawab sepatah kata pun.
Dalam hati Hambali bertanya-tanya kenapa Haji Ahmadtak menyambutnya. Padahal saat dikunjungi ke rumah Haji Ahmad selalu dia yang menyambutnya. Hambali merasa ada sesuatu yang ganjil. Dia kembali bertanya ,”Maaf Bu ….Haji Ahmad ada..?”
Dia kembali tak mendapat jawaban. Kali ini mlaj Hj Aisyah menitikkan air mata. Hambali kian bingung Air mata Hj Aisyah kian mengucur deras” Haji Ahmad telah tiada, Pak beliau telah dipanggil yang Maha Kuasa”.

Hambali termanggu. Satu minggu yang lalu, Hambali masih bertemu H. Ahmad. Tetapi lelaki itu telah tiada Hambali mengucapkan rasa bela sungkawa.

Sehari setelah berjanji akan membelikan sepatu  buat anak Hambali, H Ahmad sakit. Penyakit paru-paru H. Ahmad kambuh, Hj Aisyah membawanya kerumah sakit. Dokter memutuskan H. Ahmad menginap dirumah sakit. Sehari menginap kesehatan H. Ahmad membaik.

“Bu, aku mau pulang dari rumah sakit “, ujar . Ahmad membuka pembicaraan kepada Hj Aisyah saat fajar.
“Bapak kan masih sakit. Jadi perlu dirawat beberapa hari lagi”.
“Aku ada janji dengan baka Hambali aku telah berjanji akan membelikan sepatu baru buat anaknya”.
“Sudahlah Pak…! Pikirkan dulu kesehatan bapak. Bapak harus dirawat dulu beberapa hari lagi dirumah sakit. Soal janji itu biar nanti saya urus jika pulang kerumah”.

“Tapi aku mesti pulang..”
“Ya nanti saya konsultasikan dokter. Semoga dokter segera mengizinkan bapak pulang kerumah”, jawab Hj Aisyah memberikan harapan. Adzan subuh berkumandang. Adzan itu yang kemudian menhentikan pembicaraan sepasang suami istri tersebut.H. Ahmadi mengajak Hj Aisyah menunaikan sholat subuh berjamaah di mushlla rumah sakit. Hj aisyah membantu H. Ahmad berdiri lalu menggandeng tangan H. Ahmad kearah mushalla rumah sakit. Tapi saat tiba di mushalla tak ada satupun jamaah. Subuh itu mushalla sepi hanya ada H.Ahmad dan Hj Aisyah.
Setelah keduanya mengambil air wudhu, dank arena tidak ada satu jamaah pun H. Ahmad dan Hj Aisyah sholat jamaah tanpa jamaah lain. Takbiratul ikhram dimulai tanpa ada jamaah lain yang datang. Hingga akhir sholat subuh yang ditunaikan H. Ahmad dan Hj Aisyah rampung. Selesai sholat subuh , H.Ahmad rebahan. Hj Aisyah masih berdzikir kemudian memanjatkan doa.

Tapi saat Hj Aisayh selesai bedoa, lantas membangunkan suaminya H. Ahmad tak bergeming; terlihat nyenyak tidur dalam keadaan terlentang dengan tangan bersedekap, tangan kanan diatas tangan kiri persis seperti orang sholat.  Berkali-kali sang istri mengguncang tubuh H. Ahmad. Tapi tetap saja H. Ahmad tak membuka mata, apalagi bangun karena memang sudah dipanggil oleh sang Maha Pencipta. Hj Aisyah merasa ada sesuatu yang telah terjadi. Ia memeriksa pergelangan tangan dan nafas H. Ahmad.

Ia pun sadar, H. Ahmad telah tiada. Hj Aisyah berteriak minta tolong. Beberapa orang lalu berdatangan termasuk perawat yang bertugas jaga Hj. Aisyah terkulai lemas setelah mendapatkan kepastian bahwa H. Ahmad suaminya telah tiada. Lelaki baik dan penuh kesabaran yang telah menikahinya selama 30 tahun itu kini telah meninggal.

Dimata orang H. Ahmad sosok lelaki yang dikenal baik dan sabartaat dalam menjalankan agama. Begitu juga dimata Hambali. Dimatanya H. Ahmad adalah lelakikharismatik yang selalu ringan tangan membantu keperluan orang lain. Termasuk dirinya. Anak-anak bisa sekolah berkat bantuan H. Ahmad.

H. Ahmad dikenal sebagai guru Bahasa Inggris dislah satu sekolah Islam. Selain itu, H. Ahmad juga dikenal sebagai pencerah yang kharsimatik. Meski H. Ahmad memiliki postur tubuh yang kecil tetapi ramah dan gamapang bergaul dan cukup pintar, tidak memiliki ambisi jabatan. Itulah yang membuat orang menaruh hormat.

Haji Ahmad lahir ditengah keluarga terpandang dan memang kaya. Tetapi ia tetap menjalani hidup sederhana jika dibandingkan dengan saudara-saudara atau family H. Ahmad yang lain. Tak sedikt saudara-saudara family H. Ahmad yang hidup dilimpahi kekayaan memiliki mobil dan rumah mewah. Hai Ahmad memang tergolong diurutan yang bawah. Maklum sebagian saudara-saudara atau family haji Ahmad terjun disunia bisnis dan menjadi pengusaha.

Sekalipun berad diurutan bawah, Hai Ahmad tidak bisa dibilang kekurangan. Selain sebagai guru Bahasa Inggris , Haji Ahmad dikenal juga sebagai mubaligh Haji Ahmad sering diundang mengisi ceramah dibeberapakota hingga diundang ke manca Negara.

Sebenarnya, Haji Ahmad cukup mumpuni untuk menjadi seorang Kepala Sekolah. Tetapi dia tidak mau memanggu jabatan itu. Padahal, disekolah tempat Hai Ahmad mengajar itu adalah sekolah milik Yayasan keluarga Haji Ahmad. Tapi dia lebih memilih jadi pengajar dan guru bahasa Inggris. Pilihan itu karena Haji Ahmad merasa tak mudah untuk menjadi pemimpin seperti Kepala Sekolah .

Dia tak haus jabatan selain dikenal sebagai seorang  guru Bahasa Inggris dan juga penceramah Haji Ahmad dikenal pula sebagai seorang pembimbing. Wajar jika dia sering menunaikan ibadah Haji ke Tanah Suci karena dipercaya sebagai pembimbing Haji.

Jika menolong orang Haji Ahmad kerap tidak setengah hati. Dia tahu arti berbagi dan dengan cara itu dia merasa bahagia. Apalagi selama kurang lebih tiga puluh tahun dia menikah , Allah belum mengkaruniai seorang anak. Akhirnya Haji Ahmad pun suka menjadiorang tua asuh ; memberi bantuan biaya sekolah kepada beberapa orang tua yang tidak mampu dan salah satu dari mereka itu adalah Hambali.

Dedikasi itulahyang memutuskan yayasan kemudian mempercayakan santunan anak yatim dan beasiswa bagi anak-anak yang kurang mampu dipundak Haji Ahmad. Saat Haji Ahmad masih hidup, ada sekitar dua puluh anak Yatim dan kurang mampu yang mendapatkan uluran tangan yayasan yang diurus oleh haji Ahmad.

Kepergian Haji Ahmad yang tiba-tiba itu membuat Hambali termenung.Baru seminggu yang lalu bertemu kini sudah dipanggil Allah – pergi untuk sleamanya. Bayangan sepatu baru yang sempat dijanjikan Haji Ahmad pun buyar. Dalam pikiran Hambali apa yang nanti akan diceritakan kepada anaknya jika nanti ia pulang dengan tangan kosong – tak membawa sepatu baru ..?. Padahal, sebelum berangkat Hambali sudah berserita kepada anaknya nanti pulang dari rumah haji Ahmad dia membawa sepatu baru. Sepatu pemberian dari haji Ahmad.

Seteleah bercerita tentang kepergia Haji Ahmad yang tiba-tiba dan tidak terdugaitu, Hj Aisyah menghapus air mata yang tadi tumpah, menetes deras dan membasahi pipi. Seolah-olah setelah dia bercerita itu beban hidup Hj aisyah berkurang. “Saat Haji Ahmad bilang mau pulang itu aku baru sadar bahwa itu , sebagai tanda bahwa dim au pulang ke Rahmatullah untuk selama-lamanya. Waktu itu saya ternyata tidak tahu”, ujar Hj Aisyah.
Hambali mengangguk.

Tak enak lama-lama dirumah Haji Ahmad, padahal Hj Aisyah lagi berkabung, Hambali memutuskan segera pulang. Tapi belum sempat dia pamit Hj Aisyah bicara seraya menyerahkan bungkusan plastic yang didalamnya berisi kardus . “Ini ada amanat dari almarhum untuk bapak”.
“Amanat apa bu, Bu…? Tanya Hambali.
“Sebelum meninggal, Bapak berbpesan dan menitipkan amanat tolong anaknya Pak Hambali dibelikan sepatu.Dan ini adalah sepatu yang dititipkan oleh Pak Haji Ahmad kepada Bapak”.

Hambali menerima bingkisan plastik berisi sepatu yang diserahkan Hj Aisyah dengan tangan gemetar. Haji Ahmad yang sudah pergi ternyata masih meninggalkan rejeki dan kebahgian bagi orang yang masih hidup yaitu sepatu baru buat anak Hambali.

“Karena saya tidak tahu ukuran sepatu anak bapak, maka saya membeli sepatu dengan ukuran sembarangan. JIka nanti sepatu ini tidak cukup buat anak bapak dalam amplop ini ada uang yang bisa bapak belikan sepatu baru yang pas buat anak bapak lanjut Hj Aisyah.

Hambali takhenti-hentinya bersyukur. Dia bersyukur, pulang bisa membawa sepatubaru buat anaknya. Selain itu, dia bersyukur ternyata janji Haji Ahmad terbayar melalui tangan Hj Aisyah.
Ikhtibar diatas sosok figure seorang yang dermawan dan bersyukur kepada Allah meskipun dia tidak diberikan amanah oleh Allah swt seorang anak tetapi dia masih bisa berbuat baik selaykanya orang tua dengan membantu kebutuhan sekolah anak-anak yang kurang mampu. Sediktpun kebaikan yang pernah kita tanam jangan khawatir pasti Allah akan membalasnya dan bahkan akan menemui kebaikan-kebaikan yang baru di masa mendatang.

Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 11 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...