Blog Konten Islam: MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

Sunday 15 July 2018

MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

MENINGGAL   SETELAH SUJUD DUA KALI

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

“ Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahim “. (HR. Bukhari)

Setelah merasakan perawatan dua hari dirumah sakit, KH Haji Abdullah (74 thn) , meminta kepada keluarganya agar membawanya pulang kerumah, karena selalu teringat masjid. Penyakit darah tinggi dan penyakit lain yang menghigapi tubuhnya belum hilang. Namun secara fisik, KH. Abdullah terlihat sehat. Keluarga memenuhi permintaan ayah dari delapan orang anak ini. Praktis beliau mendapatkan perawatan dirumahnya sendiri yang letaknya sangat dekat dengan masjid.

Kini KH. Abdullah terbaring diatas ranjang Beliau tidak lagi menjadi imam di masjid. Lelaki berperawakan subur ini hanya bisa mengintip jamaah masjid dibalik tirai jendela. Beliau masih bisa berkomunikasi. Anak-anaknya terus memantau perkembangan kesehatan ayahnya. Beberapa kerabat dan santri KH. Abdullah mengaji disampingnya tanpa henti mereka berdoa agar mama (panggilan khas orang sunda untuk orang yang dihormati khusunya Kyai,-red) agar diberikan kesehatan.


Meskipun sedang diterpa cobaan, KH. Abdullah tidak lupa menmenjalankan tugasnya sebagai hamba Allah swt untuk melaksankan sholat lima waktu, Beliau hanya mampu melakukan dengan berbaring. Meskipun demikian, beliau tidak pernah membuang hadats kecil maupun hadats besar diranjang yang ditempatinya. Otomatis, tempatnya bersih dari najis atau kotoran lain.

Hari-hari terus dilaluinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tanpa disadari, beliau ingin bertemu kawan-kawan lamanya yang sudah sukses yang letak jauh dari kota Majalaya , Bandung, salah satu anak beliau dan menantunya dengan tanggap mewujudkan keinginan ayah tercintanya. Mereka menjemput orang-orang yang dikehendaki ayahnya. Betap gembiranya KH. Abdullah saat berjumpa dengan sahabat karibnya.


Setelah Sujud Dua Kali
Kondis Kh. Abdullah tidak ada perbahan ,ia masih terbaring lunglai. Sama seperti hari-hari kemarin. Selepas sholat Ashar, tepatnya hari sabtu, keluarganya masih tetap berada disekelilingnya beliau. Beliau menanyakan anak dan menantunya yang tidak ada, sebabmasih dalam perjalanan setelah itu beliau meminta maaf kepada istri, anak, menantu, sahabat dan semua orang yang pernah mengenal dirinya.

Tiba-tiba ia bangun dari tempatnya. Keluarga yang masih setia disamping beliau mengira beliau sembuh atau mau kekamar kecil atau kamar mandi. Mereka tidak tahu apa yang mau dilakukan lelaki bertubuh tinggi tersebut. Mereka bertanya dengan penuh hati-hati, tapi Kh. Abdullah tidak menjawabnya dengan sepatah katapun.

Kemudian beliau berdiri diatas sajadah yang sudah menghadap kiblat dan langsung melakukan sujud dua kali disertai salam kekanan dan kekiri.Persis seperti orang yang sedang mengakhiri sholat. Setelah itu beliau berbaring diatas sajadah itu. Matanya terpejam. Tenang. Tidak ada tanda-tanda yang mengisyaratkan sesuatu. Keluarga menganggap beliau sedang tidur.

Salah seorang anak tertuanya memastikan kondisi ayahnya dari dekat. Tangannya memegang dada kemudian meletakkannya dibawah kekedua buah hidung ayahnya. Tidak ada detak jantung. Tidak ada udara atau hembusan nafas dari sang ayah. Seluruh anggota badannya berhenti bergerak. Tubuh KH. Abdullah lemah. Ternyata beliau teah meninggal dunia dalam keadaan Hunul Khatimah. subhanallah.

“Abah (bapak) wafat kira-kira pukul 04.00 sore. Meninggalnya hari sabtu sama seperti ketika beliau dilahirkan di dunia ini”, tutur Enen Rohainah salah seorang anak perempuannya kepada Hidayah, yang menemuinya di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Keluarga bersedih karena merasa kehilangan dengan sosok bapak yang selama ini telah menjadi panutan. Demikian pula dengan sahabat , kerabat, masyarakat dan para santri yang sering mangaji kepada almarhum KH. Abdullah memang menjadi salah satu tokoh masyarakat yang dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitar karena keshalehannya sekaligus sebagai sesepuh masyarakat setempat.

Anggota masyarakat yang mendengar kematian KH. Abdullah menyiapkan berbagai keperluan yang berhubungan dengan almarhum . Almarhum langsung dimandikan dan sholatkan di masjid yang selama ini adimaminya. Mengingat sudah sore dan letak pemakaman yang lumayan jauh dari tempat tinggal almarhum, maka keluarga memutuskan untuk melaksanakan penguburan pada esok hari.

Selain itu, banyak sahabat lama dan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, menjadi penyebab ditundanya proses pemakaman almarhum. Jenazah KH. Abdullah disemayamkan didalam masjid menunggu hingga mentari  bersinar di pagi hari. Banyak kerabat dan para santri yang menunggunya. Tidak ada kejadian aneh. Keadaan aman.

JENAZAH RINGAN
Ketika burung-burung berkicau diatas dahan dan udara dingin menyelimuti kota Majalaya , kerabat, para santri dan masyarakat siap melepaskan almarhum ditempat peristirahatan menghadap Ilahi Rabbi. Rencananya almarhum akan dikebumikan dipemakaman keluarga bersama kerabat yang telah mendahului diatas bukit. Jalan yang harus dilalui para pelayat mendaki naik keatas.

“Menurut pengakuan para santri dan masyarakat yang mengangkat keranda jenazah Abah, rasanya tubuh almarhum sangat enteng(ringan). Padahal kalau kita jalan sendiri aja sudah berat atuh…Lumayan susah”, ungkap ibu Enen dengan logat sunda yang sangat kental.

Setelah sampai ditempat tujuan, tubuh almarhum diangkat dari keranda dan memasuki liang lahat. Tiba-tiba, kawan karib almarhum yang baru datang dari daerah lain meminta waktu sebentar untuk mensholatinya.

“Waktu waktu itu yang mengantarkan Abah memang tidak sedikit. Masih ada sahabat Abah yang belum sempat menyolati almarhum. Alhamdulillah…proses penguburan berjalan lancar”, ucap ibu dua anak inimenlanjutkan ceritanya.

Belum lama ini, tepatnya saat Majalah Hidayah mengunjungi kota kembangitu, keluarga KH. Abdullah baru saja melangsungkan acara pengajian (haul) untuk mengenang delapan tahun wafatnya almarhum. Apa yang membuat almarhum meninggal dalam keadaan mulia dan diberi kemudahan oleh Allah swt..?.

Suka Silaturahmi
Almarhum KH. Abdullah lahir dari keluarga yang memegang teguh agama. Beliau pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ayahnya seorang ulama dikampungnya. Kehidupannya sangat sederhana. Dalam mendidik anak-anaknya, almarhum selalu mengingatkannya agar  jangan samapai meningalkan sholat lima waktu serta berpesan dalam mencari rezeki dengan cara yang halal.

Dalam kesehariannya, beliau menjadi imam sholat lima waktu di masjid yang letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal keluarganya. Pagi hari beliau pergi kesawah untuk mengurus tanamannya. Selepas sholat ashar. Beliau mengajar ngaji para santri hingga Magrib menjelang dan menerima kehadiran masyarakat yang membutuhkannya. Kerapkali pada malam hari almarhum mengajak istrinya ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Selain itu, beliau sering diundang dalam pengajian atau menghadiri acara-acara yang diselenggarakan masyarakat.

Sebagai sesepuh masyarakat, beliau sangat akarab dengan siapa saja dan mampu merangkul orang yang bersebrangan dengannya, termasuk orang non muslim. Beliau memang senang bersilaturahim atau bergaul. Hidupnya membaur dengan masyarakat. Tak salah apabila beliau sering diminta wejangan atau nasehat. Perilakunya yang baik seperti nuansa masjid,membuat orang lain simpatik.

“Almarhum selalu menekankan kepada keluarga agar bersosialisasi dimanapun berada. Bagi Abah, berkenalan dan berteman dengan siapapun lebih berharga dari segalanya”, ujar anak ketujuhnya mengingat pesan ayahnya.

Hampir setiap tamu yang sholat dan singgah dimasjid selalu diajak beiau untuk makan dirumahnya. Kebiasaan. Kebiasaan lain yang kadang dilakukannya adalah mengajak jamaah masjid untuk menikmati hidangan dirumahnya setelah sholat jum’at.

Pada hari-hari besar islam, seperti muludan (memperingati Maulud Nabi Muhammad saw) dan Rajaban (Bulan Rajab) KH. Abdullah meminta kepada keluarganya untuk menyiapkan makanan bagi masyarakat yang memenuhi dan menghadiri acara di masjid. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.

Sebagai orang yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama, almarhum menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memilikiproblem. Beliau menerimanya dengan lapang dada. Tulus. Orang – orang yang kaya mengunjungi rumahnya selalu diingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang tidak mampu. Sebab harta yang dimiliki oleh mereka orang berada, terdapat hak anak yatim,orang miskin, janda-janda tua dan pihak lain yang telah digariskan oleh agama.

Kehidupan kita didunia ini tidak lah abadi. Semuanya pasti akan berakhir. Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu juga dengan almarhum KH. Abdullah. Namun, semua ini bukan berarti kita hendak mengungkit kebaikan dan menutupi kekurangan almarhum. “Tidak ada gading yang tak retak”. Demikian pribahasa yang akrab ditelinga masyarakat. Satu hal yang mungkin perlu kita sadadri inilah pelajaran berharga yang patut kita teladani dari almarhum.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 16 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...