Blog Konten Islam: SEDEKAH BERBALAS PANEN

Wednesday 11 July 2018

SEDEKAH BERBALAS PANEN

SEDEKAH  BERBALAS PANEN

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



SEDEKAH    BERBALAS
PANEN
“ Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebagai bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang –orang yang terkena musibah  “.

Lelaki Ugan suatu kali, bercerita kepada penulis ihwa pengalaman bersedekah sebuah sedekah yang patut jadi renungan kita. Ugan adalah lelaki kelahiran kampung yang terbilang sukses pada zamannya. Terutaama dibadningkan dengan orang-orang yang seusianya dikampung yang banyak jadi pengangguran selepasa sekolah atau ada yang bekerja namun pekerjaannya tidak banyak menjajikan masa depan, sebab rata-rata pekerjaan mereka hanya sebagai kuli sawah atau pekerja borongan saat musim menanam padi atau panen raya tiba.

Saat musim tanam datang tenaga merek asangat dibutuhkan untuk membajak sawah dan menanamkan benih-benih padi ke atas tanah yang sudah dibajak dan tatakala panen raya datang tenaga mereka sangat dibutuhkan untuk memetik padi dan ngprik (atau memisahkan buah padi dari tangkainya). Sebuah pekerjaan yang terbilang tidak ringan dengan gaji yang terbilang tidak besar. Hampir rata-rata anak muda dikampung Ugan bekerja seperti itu. Ironis, setelah musim tanam dan panen raya mereka kembali menganggur.

Baca Juga "Lima Kali Berhaji Tidak Bisa Melihat Ka'bah"
Baca Juga "Seorang Ateis Hafizh Quran"

Ugan hijrah kekota dan menetap dirumah saudaranya. Sebuah keberuntungan pula, sebab Ugan tidak memiliki bakat menjadi lelaki pemalas. Selagi menumpang nginap dirumah saudaranya, Ugan menjadi lelaki yang ringan tangan. Pekerjaan apa saja yang dapat dikerjakan untuk rumah tangga saudaranya di kota, Ugan mengerjakannya dengan ikhlas. Termasuk ketika ia harus mencuci piring , menyapu halaman atau membuang sampah. Ugan melakukan dengan ikhlas. Dia menganggap apa yang dilakukannya itu sebentuk sedekah, seperti halnya sedekah yang telah diterima dari saudaranya yang telah memberinya tumpangan tempat tinggal.

Keikhlasa Ugan membantu pekerjaan rumah tangga sudaranya di kota berbuah pada sebuah tawaran pekerjaan. Sungguh senang hati Ugan ketika dirinya dipanggil oleh sebuah perusahaan yang cukup besar. Perusahaan perhotelan itu membutuhkan beberapa tenaga muda yang siap didik untuk ditempatkan diberbagai kota besar, bahkan diluar negeri.

Rasa senang Ugan semakin berlipat saat interview ia dinyatakan lulus dan bisa mulai bekerja pada awal bulan depan . Keluarga Ugan dikampung ikut senang , begitu juga dengan keluarga dan saudaranya yang telah memberinya tumpangan. Mereka senang karena Ugan sudah mendapat pekerjaan.

Pada tahun – tahun pertama Ugan bekerja, dia ditempatkan dikota dimana ia tinggal. Jadi Ugan tidak perlu mencari rumah kontrakkan atau rumah kos. Ugan memilih tinggal dirumah saudaranya. Ugan beralasan dengan tinggal dirumah saudaranya rezeki yang ia dapat dari pekerjaannya disebuah hotel dapat dinikmati bersama. Setiap gajian, Ugan bukan hanya mengirim uang untuk keluarga dikampung, tetapi juga membeli segala keperluan keluarga dirumah yang ia tumpangi. Kebiasaan Ugan itu membuat saudaranya senang.

Ikhlasnya Ugan memberi ternyata berbuah juga pada perkembangan kariernya di perusahaan. Ia yang hanya tadinya bertugas di negerinya sendiri, kini dapat promosi untuk bekerja di luar negeri. Sebuah promosi yang menggiurkan dan Ugan pun tak menyia-nyiakan kesempatan langka itu..  
  
ARAB SAUDI
Sebuah negeri yang asing bagi Ugan kini menjadi tempat tinggalnya. Tapi lagi-lagi dengan segenap keikhlasannya ia menerima. Baginya dimanapun ia tinggal , dirinya akan menyesuaikan diri dengan baik. Tata karma sebagai orang timur tetap dijunjung tinggi. Dan yang paling penting juga, Ugan tak akan melupakan keluarga di tanah air. Ugan akan menyisihkan penghasilannya untuk mereka.

Itulah Ugan. Ketika masih  bekerja dengan enak, ia tetap tidak mementingkan dirinya sendiri. Keluarga dikampung maupun keluarga dikota yang selama bertahun-tahun ditumpangi menginap tetap jadi prioritas untuk dikirimi uang atau oleh-oleh.

Sekarang, Ugan sudah berusia lanjut. Ia ia sudah tidak lagi bekerja diluar negeri. Hasil kerjanya selama ini memang diperuntukkan untuk kebutuhan diusia tua, sebab samapai sekarang ini Ugan belum diperkenankan untuk berkeluarga alias masih lajang. Namun hal itu tidak membuat Ugan bersedih, ia tetap menjalani kehidupan ini dengan rasa syukur tiada berkurang.

KOTA YANG BANJIR
Puuhan tahun lamanya menetap dikota , baru tahun ini , Ugan merasakan sesuatu yang membuat hatinya penuh merintih. Sebab wilayah tempatnya tinggal kini tengah tertimpa musibah berkepanjangan. Pada saat bersamaan, Ugan sedang berada dalam kesulitan financial.Persediaannya telah terkuras, karena dirinya pernah mengaami sakit yang membuat tabungannya terkuras.

Kini, saat musibah berkepanjangan itu datang, Ugan tak memiliki sepeser uang pun. Kisah meilukan Ugan itu terjadi karena wilayah tempat tinggalnya tertimpa banjir yang cukup besar.

Suatu ketika, semua warga sudah memperkirakan bahwa banjir besar akan datang, termasuk juga ugan. Perkiraan mereka berdasarkan hujan yang turun terus menerus dengan volume air yang cukup besar. Sementara, pengumuman air dari pintu Katulampa tertulis di pos pengumuman mencatat sebuah ketinggian diatas wajar.

“Ini banjir terbesar”, begitu batin Ugan dan ia merasa harus mempersiapkan sesuatu. Ia harus keluar dari wilayahnya dan mencari tempat pengungsian yang aman. Apakah Ugan harus mencari rumah kontrakkan atau rumah kos,..?.

Saat mencoba uang disaku celanannya Ugan hanya mendapatkan beberapa lembar sepuluh ribuan. Menurut Ugan uang sebanyak itu hanya cukup untuk tiga atau empat hari seanjutnya..?.

Ugan tidak mau memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Yang terpenting baginya ia harus mengungsi dulu meski berbekal beberapa lemabr uang sepuluh ribuan.

Saat Ugan sudah berada ditempat pengungsian,banjir besar benar-benar terjadi. Kampung itu seperti tenggela. Rumah – rumah yang terlihat hanya atapnya saja. Dan Ugan menyikapi hal itu tanpa menggerutu apalagi menghujat.

Ugan hanya bisapasrah. Di tengah keramaian para pengungsi, Ugan merogoh saku celananya, ia meraih tiga lembar uang sepuluh ribuan yang tersisa. “Apakah uang ini cukup untuk persediaan selama banjir ..?.

Ugan tak peduli dengan suara batinya. Selembar uang sepuluh ribuan tetap di sedekahkannya untuk anak-anak yang juga menjadi korban banjir. Uang itu dibagikan untuk membeli kua.

Pada hari berikutnya, saat banjir masih meluap tinggi. Ugan uang disakunya habis, sementara perut sudah minta dan waktunya diisi. Darimana ia bisa memenuhi kebutuhan untuk hari ini dan juga hariselanjutnya.

Beruntung bagi Ugan, ia bertemu dengan seorang saudara dan ia memberanikan diri untuk meminta uang kepadanya Ugan berharap, ia akan mendapatkan uang untuk bekal beberapa hari, namun ketika saudaranya itu memberi uang, Ugan nyaris menerima uang dengan nelangsa. Sebab uang yang diterimanya untuk hari ini pun tidak cukup.

Ugan kembali galau. Ia memandang Handphone merah yang ada dalam genggamannya. Apakah ini benda ini harus kujual..?. Ditengah kegalauannya itu Handphone ditangan Ugan berbunyi. Ugan segera menyambut dan saat itu juga wajah Ugan berubah berseri.

“Kang Ugan kenapa tidak ke Kampung..?. Kapan uang panennya mau diambil ..?.
Pertanyaan itu seolah air hujan yang membasahi kemarau berkepanjangan dijiwanya. Ia benar-benar terkejut dan bahagia. Hasil panen dikampungnya tidak hanya cukup sebaga bekalnya selama musibah banjir, tetapi juga dapat ia sedekahkan untuk orang-orang yang terkena usibah banjir. Ugan sungguh bersyukur, sedikit sedekahnya untuk anak-anak korban banjir telah mendatangkan hasil panen untuknya.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 12 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...