Blog Konten Islam: DARAH MENETES SAMPAI AJAL

Thursday 5 July 2018

DARAH MENETES SAMPAI AJAL

DARAH   MENETES SAMPAI AJAL

Dasbor" Rasasia Illahi 1"

DARAH MENETES
SAMPAI AJAL

“Ini tentang Mario, lelaki yang dirundung sesal karena ketamakan dan kesalah-kesalahannya dimasa silam, lelaki yang selalu menganggap sepele hal-hal kecil dan selalu tidak peduli nasehat siapapun“.

wewenang
Sebagai pejabat desa yang memiliki kedudukan lumayan, tentu saja Mario memiliki wewenang diwilayah kekuasaannya; wewenang yang semestinya dijalani sesuai aturan tanpa harus mengintimidasi, menakut-nakuti apalagi memeras orang-orang yang seyogyanya dibantu, diringankan atau diperlakukan dengan sebaik-baiknya.


Sayang, ia mampu menerapkan hal tersebut diawal-awal jabatannya saja. Selebihnya Mario seperti menemukan ladang untuk menimbun ketamakan. Ia mulai berani menekan hingga memeras.


Banyak orang yang datang untuk meminta bantuannya sebagai pejabat desa, seperti penyelesaian konflik antar tetangga, urusan administrasi kemasyarakatan, urusan tanah, bangunan ataupun yang lainnya. Sayang Mario malah bukan membantu mereka, tetapi memandang merekasebagai ‘santapan empuk’. Terlebih jika yang datang dari golongan berduit. Mario selalu menakut-nakuti mereka.


“waduhh.., Pak ini bukan masalah sepele..!” begitu yang diucapkan jika seseorang melapor dan meminta bantuan. “Saya tahu, karena ini saya datang ke bapak “, ucap orang yang butuh bantuan.


Biasanya Mario tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala, seolah sangat peduli sekali dengan kesusahan orang itu. Selanjutnya, kalimat-kalimat maut yang menjeratpun akan dilontarkan. “Bapak dapat kepada orang yang tepat”, ucap Mario sambil memandang wajah pelapor. “Persoalannya tidak sepele ini akan mendatangkan kerugian yang besar bagi bapak. Bahkan bapak bisa dipenjara.


Si pelapor terkejut. Wajahnya terlihat pias”. Jangan hal tersebut terjadi Pak, “ucapnya ketakutan”, Bantulah saya”. Mario tertawa “Pasti aku bantu, asal …”, sengaja dijeda kalimat itu. Mario menunggu reaksi lelaki berpenampilan lumayan, yang jika dicermati bukanlah seperti lelaki dari kalangan bawah. Setidaknya lelaki itu masih lumayan, jika tak ingin dibilang tajir.


“Saya sungguh takut, tolonglah Pak”, ucap lelaki itu sambil menyodorkan sebuah amplop sogokkan. Mario tersenyum saja dan mengambil amplop yang pastinya berisi uang. Gaya Mario dibuat seperti meremehkan apa yang disodorkan lelaki yang membutuhkan pertolongan itu.


“Kalau persoalan ini tuntas dan tidak berbuntut lagi, saya akan kembali memberi imbalan yang lebih besar “, si pelapor semakin jauh masuk perangkap.


Mario tersenyum saja dan bilang , “Ini bukan persoalan ringan, pemalsuan surat-surat tanah ini cukup kuat untuk membawapelakunya masuk sel. Untuk menangani kasus seperti ini cukup rumit. Banyak meja yang harus dilalui dan itu memerlukan dana yang juga tidak sedikit. Aku tidak mungkin menuntaskan persoalan ini dengan baik jika dana yang bapak berikan tidak seimbang”, kata Mario terdengar sangat menakutkan bagi pelapor, ia semakin gugup.

Baca Juga”Jalan pertobatan Sang Germo”.

“Baik pak, baik. Saya akan menambahnya lagi. Ini nomor telepon saya. Jika bapak butuh dana, bapak tinggal telepon saya saja dan saya akan segera mengantarkannya”, begitulah ketakutan si pelapor dan Mario hanya menanggapinya dengan sesungging senyum sambil memandang nomor ponsel handphone ditangannya. Oke lah ucap Mario sambil berdiri, sebagai tanda pengusiran halus kepada si pelapor.


Begitulah kehidupan Mario menekan dan memeras mereka dengan dengan begitu mudah. Kemudahan itu didapat karena wewenang yang bertengger dibalik pakaian pejabat yang disandangnya.


NASIHAT YANG DIACUHKAN.
Suaru hari, kakak ipar Mario berkunjung kerumah. Dia juga seorang pejabat, tapi dengan lingkup dan wewenang yang berbeda. Kata orang, lingkup wewenang kakak ipar Mario itu adalah wilayah yang ‘Tandus’, tidak seperti wilayah Mario yang basah yang setiap orang datang ada kesempatan pastilah mengucurkan kocek yang cuku lumayan.


Kedatangan kakap ipar itu,ternyata beriringan dengan aduan sang istri yang ‘notabene kurang berkenan’ dengan cara Mario menggunakan wewenang. Semalam memang Mario habis bertengkar dengan istrinya.


“Baang janganlah abang menakut-nakuti mereka dengan persoalan yang semestinya dapat abang bantu tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Apa abang tidak takut jika suatu saat nanti segala wewenang yang abang selewengkan itu tercium dan akan menjadi sebuah persoalan yang menakutkan, bahkan dapat menghancurkan karier dan diri abang sendiri. Lagi pulahasil, yang abang dapatkan itu bukan hasil yang halal dan barokah”, itu yang diucapkan istri Mario tadi malam.


Dan Mario membantah semua ucapan itu, bahkan balik menghardiknya, sampai mengatakan bahwa istrinya itu adalah wanita yang tidak tahu diuntung. Seharusnya dia bangga punya suami yang begitu mudah mendapatkan uang, begitu lihai mencari uang. Uang yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Yang bisa memberikannya kemewahan. Tetapi istri Mario tetap tidak bergeming, meski Mario menghardiknya, ia terus memintanya untuk menghentikan apa yang telah dilakukan selama ini. Namun Mario tetap saja mengacuhkannya.


Rupanya, kedatangan kakak ipar Mario ingin menasehati Mario atas persoalan tadi malam. Nasehat-nasehat kakak ipar meluncur bagai mitraliur,begitu banyak dan terasa sejuk kalimat-kalimat begitu bijak. Seharusnya Mario terbuai dengan kesejukkan dan kebijakan itu, tetapi, …Mario tetaplah Mario yang berjalan dengan pikiran, dengan otaknya. Pikiran tak termakan oleh kesejukkan tausiah-tausiah kakap iparnya. Mario tidak membantah, tetapi tidak juga menerima kebijakkan tausiah sang kakak ipar Mario.


MENJELANG AJAL.
Suatu hari Mario kedatangan seorang warga. Ia masuk kerumah kerja Mario dan menuding-nuding dengan mengatakanMario sebagai pejabat yang korup dan menyelewengkan uang negar. Waduh ! bernyali juga itu warga,lelaki itu juga menuduh Mario menyelewengkan pajak yang telah ditagih secara kolektif.


Mario, dengan segala kesombongannya dan wewenangnya tentu saja tidak takut malah balas menghardik, bahkan mengancam. Dan ia berada jauh dibawahnya tentu saja berbalik takut. Cuma, ketika hendak keluar ruang kerja Mario lelaki itu bergumam, “Orang yang suka memeras pasti matinya kurus kering”, Gumaman itu lucu terdengar ditelinga Mario.


Gumaman itu memang ditanggapinya sebagai kelucuan, tetapi kenapa kalimat tersebut terasa membekas. Mario tak bisa melepaskannya kata-kata itu terus terngiang ditelingannya, meski Mario tetap melaju diatas Moge. Terusik juga pikirannya, terngiang kata-kata itu. Untuk mengusirnya Mario menambah kecepatan motor gedenya itu yang dikendarainya akan tetapi….


Rem motor gede yang ditekan mendadak menimbulkan bunyi yang membikin bising. Masih untung, karena motornya tak membentur keras motor lain yang muncul tiba-tiba ditikungan jalan Hanya saja, kaki kanan Mario sedikit tercucuk ujung injakan kaki motor yang hampir saja tertabarak Moge nya.


Dengan kejadian itu , membuat Mario tidak tinggal diam ia menghardik pengendara motor yang muncul secara tiba-tiba dari tikungan. Tapi dia tidak menerima hardikan Mario, lelaki itu melawan dan menyalahi Mario karena mengendarai motor terlalu kencang. Sempat terjadi keributan disitu, namun orang-orang yang ada ditempat kejadian melerai.


Mario kembali kerumah dengan perasaan kesal. Mario segera duduk di sofa memeriksa kaki yang sedikit berdenyut karena tercucuk bagian Moge Mario menyingkap celana kerjanya. Ia melihat ada luka yang meneteskan darah. Kemudian Mario membersihkannya dengan kapas yang direndam dengan air hangat dan meneteskan di lukanya dan luka itu pasti akan sembuh tak lama lagi, batin dalam hati Mario.


Namun, keyakinan Mario berangsur hilang, bila mendapatkan luka kecil itu semakin melebar dan banyak meneteskan darah. Mario juga tambah merasakan kesulitanuntuk melangkah. Kenyataan ini membuat Mario tidak bisa bertugas. Berhari-hari ia tinggal dirumah, bahkan utnuk berobatpun ia mendatangkan dokter kerumah. Hal itu dilakukan terus menerus, namun luka dikakinya tetap tidak sembuh dan terus meneteskan darah.


Mario kehilangan gairah. Ia merasa tak bias berbuat apa-apa lagi untuk untuk menyembuhkan penyakitnya. Makin hari keadaan tubuhnya makain kurus, staminanya pun kian merosot. Diatas tempat tidur , Mario hanya bisa merenungkan nasib seiring badannya yang semakin kurus kering dan terus menyusut sehingga yang nampak kulit membungkus tulang.


Seiring waktu yang terus berjalan. Mario semakin tak berdaya, sampai datang ajal menjemputnya darah terus menetes dikakinya. Seolah sesuatu yang terperas dan meneteskan darah tak henti. Apakah kejadian yang dilakukan Mario itu sebagai balasan atas perbuatannya yang selalu memeras..?


 (Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 6 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...