Blog Konten Islam: DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH

Sunday 15 July 2018

DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH

DHUHA TERAKHIR  LELAKI SHALEH


Dasbor "Rahasia Illahi 2"


DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH
“ Ia merasa kehilangan begitu dalam. Tapi, ia merasa bangga. Begitu indah detik-detik terakhir yang dialami suaminya. Lelaki sederhana yang shaleh itu masih merasakan shalat Dhuha terakhirnya “.

Menjelang subuh, lelaki biasa disapa Pak Solihin itu sudah bersiap diri ke Masjid. Ia memang selalu datang awal dari jamaah lainnya. Biasanya suaranya yang agak serak itu melantunkan shalawat dengan sempurna dan irama yang naik turun di speaker masjid , sebuah bukti bahwa kecintaannya kepada manusia yang paling mulia dan sempurna di banding yang lainnya di jagad ini yaitu, Nabi Muhammad saw.

Sehari-hari Pak Solihin bersifat sederhana dan suka tolong menolong pertanda bahwa ia juga sangat mencintai hubungan antar manusia, selain hablum minallah (hubungan kepada Allah) yang menjadi pokok utama.

Baca Juga "Meretas Peradaban Muslim Di China"
Baca Juga "Islam Brunai Darussalam"

Apa yang di lakukan Pak Solihin itu menjadi satu kebanggaan bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga para tetangga dan jamaah masjid. Tentu saja, sikap dermawan Pak Solihin menjadi kegembiraan bagi orang-orang yang erap mendapatkan bantuan, meski tidak seberapa. Namun, mereka merasa sedikit diberikan Pak Solihin itu begitu berarti dan berkah.

Pak Surit misalnya, merasakan kedermawanan Pak Solihin tidak hanya sekali. Terakhir ketika dirinya mendapatkan peringatan terakhir dari petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar segera melunasi tagihan listriknya, Pak Solihin juga yang membantu.

“JikaPak Surit tidak dapat melunasinya sampai siang ini maka besok pagi aliran listrik kerumah bapak akan diputus”, begitu petugas PLN memperingatkan pada Pak Surit dengan tegas sebab sebelumnya petugas itu sudah memperingati melalui surat yang diberikan secara langsung pada Pak surit.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Pak Surit. Dia hanya memperlihatkan wajah kebingungan sampai petugas PLN meninggalkannya dan berganti dengan kehadiran Pak Solihin yang bertanya dengan suara ramah.

Jangan terlalu bingung Pak Surit. Insya Allah saya dapat membantu kesulitan bapak..”.
Ucap Pak Solihin begitu menyejukkan. Kata-kata itu tak ubahnya sperti segelas air yang diberikan kepada orang yang tengah kehausan. Saat air itu terteguk bukan hanya tenggorokkan saja terasa sejuk, tapi juga terasa damai dan lapang dadanya.

“Benarkah Pak Solihin..?. Pak Surit menyesal telah melontarkan pertanyaan itu. Ia tersadar , sebenarnya ia cukup tahu kalau Pak Solihin itu orang yang amanah dengan perkataannya. Jadi tak ada alasan untuk meragukan ucapan lelaki sederhana itu.

Pak Solihin menanggapi pertanyaan Pak Surit dengan sesungging senyum.”Maaf kalau boleh tahu, berap besar tagihan yang harus bapak lunasi..?.”
Pak Surit menyebutkan angka tagihan rekening listriknya.
“Alhamdulillah, sepertinya uang yang ada dirumah cukup untuk menutup tagihan itu”, Pak Surit mau ikut kerumah atau saya antar kesini uangnya..?.
Pak Surit merasa tak enak mendengar pertanyaan itu. Dia yang membutuhkan, kenapa Pak Solihin yang harus mengantar..?”. Tidak Pak biar saya saja yang ikut kerumah Bapak “, ucap Pak Surit akhirnya..  

KABAR WAFATNYA PAK SOLIHIN
Kabar wafatnya Pak Solihin seperti bunyi petir ditengah hari. Semua terkejut. Semua nyaris tidak percaya dan semua merasa kehilangan jika kabar itu benar adanya.

“Ayo kita kerumah Pak Solihin sekarang juga”, ajak salah satu jamaah masjid yang sangat mengenal Pak Solihin. “Ayo sambut jamaah yang lain.”Semoga kabar itu hanya isapan jempol saja”, tambahnya.

“Iya, subuh tadi Pak Solihin masih menggemakan adzan dengan baik. Dia juga terlihat sehat-sehat saja”, timpal yang lain. Setelah itu. Beberapa jamaah tanpa bercakap lagi langsung bergerak menuju rumah Pak Solihin. Sungguh mereka hampir tidakpercaya karena selembar bendera kuning yang berkibar ditiang jemuran rumah Pak Solihin menjawah kabar duka itu.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…”, ucapan itu berbunyi secara serempak tampak wajah sedih dari orang-orang yang menyayangi Pak solihin. Mereka sangat merasa kehilangan dan tak akan pernah lagi mendengar suara serak Pak Solihin saat melantunkan Adzan.

SUJUD TERAKHI
Alkisah selepas subuh itu sepulang sholat berjamaah di masjid, tiba-tiba Pak Solihin minta dibuatkan pisang goring, dan secangkir pahit kepada istrinya.
“Sudah lama juga saya tidak mencicipi pisang goring dan kopi pahit”, ujarnya. Padahal sebelum-belumnya dia selalu membuat sendiri minuman untuknya. Ia tidak ingin merepotkan istrinya. Jika masih bisa melakukan pekerjaan sendiri, dia tidak akan meminta bantuan istrinya, apalagi orang lain.

“Tidak biasanya minta dibuatkan kopi dan pisang goreng”, ujar istri berseloroh.
“Iya. Setelah ini say berencan pergi jauh”, jawab Pak Solihin
“Kemana..?”  tanya istrinya sedikit keheranan
Pak Solihin tertawa.Kemudian bangkit dari duduknya. Saya akan sholat Dhuha dulu yah. Kopi dan pisang gorengnya taruh saja diatas meja”.

Meski keheranan. Istri Pak Solihin tidak mengorek lebih jauh ucapan suaminya yang dianggap aneh. Ia yang sangat mengerti suaminya itu langsung saja masuk dapur, membuat kopi dan pisang goreng. Sementara Pak Solihin langsung masuk kedalam kamar melaksanakan sholat dhuha. Pak Solihin tak perlu lagi masuk kekamar kecil untuk mengambil wudhu, sebab ia selalu menjaga wudhunya dari satu waktu kewaktu lainnya.

Pagi perlahan beranjak siang. Matahari terus bergerak menuju titik di atas kepala. Kegiatan dihari itu berjalan tanpa ada kabar yang membingungkan. Istri Pak Solihin juga melakukan aktivitas tanpa ada firasat buruk. Namun perasaan tidak enak tiba-tiba mengusik hatinya. Hal itu dirasakan ketika suaminya tak kunjung keluar kamar. Padahal seperti kebiasaannya, setelah sholat Dhuha, Pak Solihin keluar kamar dan duduk-duduk diberanda sebentar sambil berdzikir, seharusnya pergi kesawah.

Tapi hari itu, istrinya merasa hatinya agak gundah saat suami tak kunjung keluar kamar. Ada keinginan untuk masuk namun khawatir mengganggu ibadah suaminya. Namun setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia memberanikan diri masuk kekamar. Ketika masuk sang istri melihat Pak Solihin terbaring masih mengenakan pakaian sholat. Wajah Pak Solihin kelihatan sumringah tampak membiasakan senyum.

“Rupanya kamu tertidur Pak”, begitu kata hati istrinya. Karena kebiasaan Pak Solihin pergi kesawah setelah sholat Dhuha , maka istrinyapun membangunkannya dengan panggilan lembut. Tiga kali panggilan tidak mendapatkan respon. Kemudian mencoba membangunkannya dengan menyentuh bahunya perlahan-lahan tapi juga tetap tidak ada reaksi.

Istri Pak Solihin pun mulai merasakan ketakutan yang menyeruak. Kemudian dia mendekatkan dua jari tangannya kelubang hidung Pak Solihin dan tak diraskan hembusan udara dari situ.

Istri Pak Solihin semakin khawatir. Ia kembali memeriksa denyut nadi dipergelangan tangan suaminya. Ia juga menemu tidak ada tanda kehidupan.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…” ucapnya, pelan dan merintih. Ia merasa kehilangan begitu dalam tapi ia merasa bangga begitu indah detik-detik akhirnya yang dialami suaminya.

Yah, lelaki sederhana yang shaleh itu masih dapat merasakan sholat Dhuha terakhir sebelum ajal menjemput. Mungkin ini bisa kita jadikan ikhtibar bahwa sesuatu kebaikan atau kebiasaan baik yang selalu istiqamah kita lakukan Insya Allah akan membawa akhir yang baik pada diri pelakunya. Semoga kita dapat menemui ajal dalam keadaan Husnul Qatimah seperti Pak Solihin. Aamiin

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 15 Juli 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...