MENELADANI SANG
MAHA PERKASA
“
Bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu
dilecehkan..? ”.
Maha Perkasa Allah
yang telah memberikan kekuatan untuk mengalahkan dominasi setan dalam diri
pribadi Muslim. Sungguh ini merupkan nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.
Padahal jangankan untuk melakukan perang tanding melawan bala tentara
setan, menundukkan diri sendiri agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah,
manusia banyak yang tidak mampu.
Tapi Allah sebagai Al-Aziz mengalahan siapapun yang melawan – Nya.
Termasuk berkuasa memberikan kekuatan kepada kita agar kita bisa berdiri sholat,
bekerja dan melakukan kebaikan dan perbaikanditengah-tengah masyarakat.
Tentu, Allah sebagai Al-Aziz tidak dapat dihalang-halangi kekuatan-Nya,
manakala Ia berkendak untuk melakukan sesuatu. Lantaran itu segala bentuk
kehinaan menjauh dari-Nya. Ia begitu tinggi dan tak tersentuh oleh mereka yang
rendah. Allah memang Al-Aziz Dia Maha Perkasa dan maha Mulia.
Selama menjalani kehidupan ini, kita terlalu lemah untuk menolak semua
perbuatan munkarat, maksiat dan dosa. Mata yang secara fitri memang dilengkapi
Allah untuk melihat, masih belum bisa merefleksi yang dipandang. Mata dan
pandangan ini masih tertarik pada yang dilarang. Padahal semua diperbuat dengan
kesadaran yang nyata.
Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"
Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"
Begitu juga kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya. Semua tidak berdaya
menghadapi pengaruh setan. Jadilah tangan dan kaki kita sebagai sumber
malapetaka dan bencana bagi manusia itu sendiri dan bahkan bisa mendatangkan murka
Allah.
Dalam konteks praktis, hutan-hutan menjadi gundul dan terbakar. Asap
mengepul tebal. Disana-sini menjadi banjir dan tanah longsor. Bahaya kelaparan
dan ketakutan mengancam manusia itu sendiri.
Karena itu, kepada Allah sebagai Al-Aziz kita bersama memohon agar
diberikan kekuatan agar menolak semua perbuatan dosa. Pun, diberikan kekuatan
untuk menjalankan amal sholeh, menebar cinta dan menabur sayang.
Sebagai sebuah Negara bangsa kita juga harus mengangkat harkat dan
martabat bangsa yang terpuruk akibat lemahnya iman dan rapuhnya fundamental
moral. Rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali semangat bela Negara dan
patriotism harus disambut dengan suka cita.
Hemat penulis, dalam konteks sosial, ekonomi dan politik saat ini,
mendzikirkan dan memahami makna mendalam Allah sebagai Al-Aziz menjadi begitu
mendesak. Dalam masyarakat, kita mnyaksikan bahwa persoalan sosial di negeri
ini sudah memasuki stadium yang mengerikan dan dan bahkan bisa dibilang kritis.
Keramahan dan kelembutan yang selama ini dikenal sebagai cirri yang
paling menonjol dalam masyarakat kita, saat ini hanya menjadi bahan olok-olok
oleh masyarakat dunia.
Indonesia menakutkan, penuh konflik, keras dan telah menjadi negeri
para maling..!. Mengatakan bahwa masyarakat kita sedang sakit, tidak akan
menyembuhhkan persoalan sosial yang luka parah, ekonomi yang ian memburuk, dan
politik yang kian membuat masyarkat apatis dan bosan karena dari masa kemasa
dari pergantian presiden ke presiden sama sekali tidak ada perubahan yang berarti
terutama pada kondisi moral atau budaya korupsi di Indonesia yang semakin
menjamur.
Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"
Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"
Karena itu wahai Al-Aziz, kami mohon anugerahi kekuatan persatuan dan
kesatuan dalam masyarkat kami. Berikan kekuatan kepada kami untuk mengelola
potensi ekonomi secara jujur dan procedural sehingga terdistribusikan kepada
rakyat, merata dan mencukup sesuai apa yang diharapkan bangsa Indonesia.
Kita harus bangkit, karena itu tidak ada kata lain selain meneladani
sifat Allah sebagai Yang maha Perkasa ini. Selam ini kita belum
bersungguh-sungguh untuk berdekatan dengan-Nya.
Kita masih terlena dengan keterpurukan , kebodohan dan penuh harap
mendapat bantuan dari pinjaman dana dana dari lembaga keuangan Internasional.
Bahan ketika utang kita dijadwalkan ulang atau kita beroleh pinjaman dianggap
sebagai keberhasilan. Sedangkan sumber tambang terbesar malah dikelola asing
dan akan terus diperpanjang.
Jadilah kita akhirnya menjadi bangsa peminta-minta dan mengharapkan
bantuan kemanusiaan.Padahal kita mengaku beriman dan punya Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mulia.
Dimana letak keperkasaan kita kalau ternyata saat ini lebih dari 80
juta rakyat di pedesaan sedang merintih perih, mengais-ngais mencari nafkah.
Mereka hidup berbalutkan kemiskinan yang tak tau pasti akan kapan berakhirnya.
Jadi, bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu
dilecehkan. Kita memang belum bersungguh-sungguh meneladani Allah sebagai Yang
Maha Perkasa lagi Maha Mulia.
Mari kita sambut kemuliaan bangsa kita dengan bekerja keras, selalu
beribadah dan berdoa agar Allah memberikan kekuatan untuk membangun kekuatan
ekonomi , poliyik, sosial, dan budaya. Kita hapus kemiskinan dengan selalu
bersedekah, infaq dan sidaqah.
Jika kita adalah pemimpin, mari koreksi diri ; apakah dibawah kepemimpinan
kita masyarakat dan rakyat menjadi kian makmur, sejahtera dan dipenuhi dengan
pesona cahaya Illahi.
Bila tidak, apa yang salah dengan diri kita, model kepemimpinan kita
..?. Koruksikah..?. Atau selalu mementingkan urusan pribadi, keluarga, kelompok,
dan golongan,,?. Kita tidak mau menjadi bangsa pecundang dan terhina.
Bukankah Allah sebagai Al-Aziz telah memberikan petunjuk dalam makna
ayat, “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah “.
(QS. Al-Faathiir 35:10). Nah saatnya
kita jadi bangsa perkasa dan mulia semoga. Amiiin.