Blog Konten Islam

Sunday 3 June 2018

AL-AZIZ MENELADANI SANG MAHA PERKASA

AL-AZIZ   MENELADANI SANG MAHA PERKASA


Dasbor :Siraman Ruhani"


AL-AZIZ
MENELADANI SANG MAHA  PERKASA
“ Bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu dilecehkan..? ”.

Maha Perkasa Allah yang telah memberikan kekuatan untuk mengalahkan dominasi setan dalam diri pribadi Muslim. Sungguh ini merupkan nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.

Padahal jangankan untuk melakukan perang tanding melawan bala tentara setan, menundukkan diri sendiri agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah, manusia banyak yang tidak mampu.

Tapi Allah sebagai Al-Aziz mengalahan siapapun yang melawan – Nya. Termasuk berkuasa memberikan kekuatan kepada kita agar kita bisa berdiri sholat, bekerja  dan melakukan kebaikan dan  perbaikanditengah-tengah masyarakat.

Tentu, Allah sebagai Al-Aziz tidak dapat dihalang-halangi kekuatan-Nya, manakala Ia berkendak untuk melakukan sesuatu. Lantaran itu segala bentuk kehinaan menjauh dari-Nya. Ia begitu tinggi dan tak tersentuh oleh mereka yang rendah. Allah memang Al-Aziz Dia Maha Perkasa dan maha Mulia.

Selama menjalani kehidupan ini, kita terlalu lemah untuk menolak semua perbuatan munkarat, maksiat dan dosa. Mata yang secara fitri memang dilengkapi Allah untuk melihat, masih belum bisa merefleksi yang dipandang. Mata dan pandangan ini masih tertarik pada yang dilarang. Padahal semua diperbuat dengan kesadaran yang nyata.

Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"

Begitu juga kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya. Semua tidak berdaya menghadapi pengaruh setan. Jadilah tangan dan kaki kita sebagai sumber malapetaka dan bencana bagi manusia itu sendiri dan bahkan bisa mendatangkan murka Allah.

Dalam konteks praktis, hutan-hutan menjadi gundul dan terbakar. Asap mengepul tebal. Disana-sini menjadi banjir dan tanah longsor. Bahaya kelaparan dan ketakutan mengancam manusia itu sendiri.

Karena itu, kepada Allah sebagai Al-Aziz kita bersama memohon agar diberikan kekuatan agar menolak semua perbuatan dosa. Pun, diberikan kekuatan untuk menjalankan amal sholeh, menebar cinta dan menabur sayang.

Sebagai sebuah Negara bangsa kita juga harus mengangkat harkat dan martabat bangsa yang terpuruk akibat lemahnya iman dan rapuhnya fundamental moral. Rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali semangat bela Negara dan patriotism harus disambut dengan suka cita.

Hemat penulis, dalam konteks sosial, ekonomi dan politik saat ini, mendzikirkan dan memahami makna mendalam Allah sebagai Al-Aziz menjadi begitu mendesak. Dalam masyarakat, kita mnyaksikan bahwa persoalan sosial di negeri ini sudah memasuki stadium yang mengerikan dan dan bahkan bisa dibilang kritis.

Keramahan dan kelembutan yang selama ini dikenal sebagai cirri yang paling menonjol dalam masyarakat kita, saat ini hanya menjadi bahan olok-olok oleh masyarakat dunia.

Indonesia menakutkan, penuh konflik, keras dan telah menjadi negeri para maling..!. Mengatakan bahwa masyarakat kita sedang sakit, tidak akan menyembuhhkan persoalan sosial yang luka parah, ekonomi yang ian memburuk, dan politik yang kian membuat masyarkat apatis dan bosan karena dari masa kemasa dari pergantian presiden ke presiden sama sekali tidak ada perubahan yang berarti terutama pada kondisi moral atau budaya korupsi di Indonesia yang semakin menjamur.

Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"

Karena itu wahai Al-Aziz, kami mohon anugerahi kekuatan persatuan dan kesatuan dalam masyarkat kami. Berikan kekuatan kepada kami untuk mengelola potensi ekonomi secara jujur dan procedural sehingga terdistribusikan kepada rakyat, merata dan mencukup sesuai apa yang diharapkan bangsa Indonesia.

Kita harus bangkit, karena itu tidak ada kata lain selain meneladani sifat Allah sebagai Yang maha Perkasa ini. Selam ini kita belum bersungguh-sungguh untuk berdekatan dengan-Nya.

Kita masih terlena dengan keterpurukan , kebodohan dan penuh harap mendapat bantuan dari pinjaman dana dana dari lembaga keuangan Internasional. Bahan ketika utang kita dijadwalkan ulang atau kita beroleh pinjaman dianggap sebagai keberhasilan. Sedangkan sumber tambang terbesar malah dikelola asing dan akan terus diperpanjang.

Jadilah kita akhirnya menjadi bangsa peminta-minta dan mengharapkan bantuan kemanusiaan.Padahal kita mengaku beriman dan punya Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.

Dimana letak keperkasaan kita kalau ternyata saat ini lebih dari 80 juta rakyat di pedesaan sedang merintih perih, mengais-ngais mencari nafkah. Mereka hidup berbalutkan kemiskinan yang tak tau pasti akan kapan berakhirnya. Jadi, bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu dilecehkan. Kita memang belum bersungguh-sungguh meneladani Allah sebagai Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.

Mari kita sambut kemuliaan bangsa kita dengan bekerja keras, selalu beribadah dan berdoa agar Allah memberikan kekuatan untuk membangun kekuatan ekonomi , poliyik, sosial, dan budaya. Kita hapus kemiskinan dengan selalu bersedekah, infaq dan sidaqah.
Jika kita adalah pemimpin, mari koreksi diri ; apakah dibawah kepemimpinan kita masyarakat dan rakyat menjadi kian makmur, sejahtera dan dipenuhi dengan pesona cahaya Illahi.

Bila tidak, apa yang salah dengan diri kita, model kepemimpinan kita ..?. Koruksikah..?. Atau selalu mementingkan urusan pribadi, keluarga, kelompok, dan golongan,,?. Kita tidak mau menjadi bangsa pecundang dan terhina.

Bukankah Allah sebagai Al-Aziz telah memberikan petunjuk dalam makna ayat, “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah “. (QS. Al-Faathiir  35:10). Nah saatnya kita jadi bangsa perkasa dan mulia semoga. Amiiin.   
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 3 Juni 2018

Friday 1 June 2018

SEDEKAH PADI MENUAI KEHORMATAN

SEDEKAH PADI   MENUAI KEHORMATAN

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


SEDEKAH

 PADI  MENUAI KEHORMATAN

“ Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas bersedekah, orang-orang yang berada disekitar begitu menaruh hormat ”..


Kita tahu, ada banyak cara mengungapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih. Salah satunya dengan bersedekah , yaitu memberikan keluasan rezeki yang kita terima kepada orang yang kekurangan. Alangkah indahnya hidup ini jika manusia mengutamakan berbagi, mengedepankan sedekah. Apalagi, tak pernah terdengar orang yang rajin bersedekah ia jatuh miskin. Justru sebaliknya, tidak sedikit orang yang gemar bersedekah dan ikhlas bersedekah , kehidupannya menjadi semakin nyaman, tentram, barokah dan mendapatkankemuliaan diantara sesame manusia. 

Barng kali pendapat seperti ini yang dipegangn teguh oleh Abah Una. Sebagai petani yang dianugerahi berpetak-petak sawah. Abah Una menjalankan amanah harta itu dengan baik. Membajaknya dengan ikhlas sehingga hasil panennya selalu berlimpah. Kebelimpahan itu pula yang digunakan Abah sebagai ladang sedekah kepada para tetangga yang membutuhkan. Inilah sekelumit kisah Abah Una yang sangat dihormati oleh penduduk setempat.

LELAKI SHALEH
Seuanya tahu seperti apa Abah Una itu. Ia merupakan orang tua yang ramah , murah senyum , jujur, dan senang berbagi. Abah juga dikenal dengan kesalehannya. Ajaran islam begitu dijunjung tinggi. Mungkin tak ada waktu baginya untuk menanam di saat waktu sholat tiba. Segala kesibukkan pasti ditinggalkan sebelum masuk waktu sholat. Bahkan tak jarang Abah mengingatkan petani-petani lain jika waktu sholat telah tiba.

“Haya atuh, kita menghadap Gusti Allah, sudah waktunya, “begitu ucap Abah Una sambilmencolek bahu petani yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Petani petani yang dicolek pun langsung menghentikan kerjanya dan langsung berjalan mengekor si Abah Una . Alhamdulillah, petani-petani lain menaruh hormat pada Abah Una melakukan hal yang sama. Mereka pulang untuk memenuhi panggilan sang Penguasa Hidup dan Kehidupan Allah Rabbul Izzati.

Begitulah keseharian hidup Abah Una. Sebagai lelaki berumur yang bersahaja , tidak pernah silau dengan gemerlapnya dunia, padahal anak-anaknya di kota terbilang memiliki hidup yang sukses, tetapi Abah Una lebih memilih bertani daripada ikut anak anaknya.

Suatu kelebihan yang juga menjadi pujian untuknya adalah kebiasaan Abah Una, dimana setiap kali panen, dia selalu menyedekahkan berikat-ikat hasil panennya pada tetangga yang membutuhkan, bahkan, yang tidak membutuhkanpun jika Abah memilikikelebihan yang berlebih maka orang itu pun mendapat bagian.

”Baik sekali yah Abah Una itu, jarang ada orang yang sebaik dia”, puji salah satu tetangga. Tetangga yang lain mengomentari, “Benar, semoga ia panjang umur ‘, ucapnya berdoa. Yang lain mengamini.

Suatu ketika, ditempat tinggal Abah Una terjadi musibah hama, Musibah itu tidak tergolong besar, tetapi cukup menimbulkan keresahan pada beberapa petani. Sebut saja Bapak Junara, Bapak Endi dan Bapak Kosim. Di mana sawah-sawahnya mereka ditakdirkan menjadi sawah yang cukup parah dan rusak berat karena serangan hama.

“Barang kali kita kurang sedekah yah, hingga wereng-wereng itu lebih suka menyantap padi kita “, ujar Pak Junara.
“Mungkin juga “, timpal Pak Endi.
“Bisa jadi, “ sambung Pak Kosim. “Buktinya petak-petak sawah Abah Una tetap indah serta padi-padinya sama sekali tidak terjamah oleh wereng-wereng dan tetap menguning seperti yang diharapkan para petani”.

Ketiga lelaki it uterus memperbincangkan kedermawanan Abah Una yang dihubungkan dengan musibah yang terjadi. Namun terlepas dari perbincangan itu, ketiganya bingung. Kegagalan panen kali ini pasti membawa dampak negative bagi kebutuhan makan keluarga dan kebutuhan sehari-harinya.

Pada saat itulah Abah Una mengambil peranannya. Ia yang selalu bersedekah tidaklah menutup mata atas kejadian yang menimpa Pak Junara, Pak Endi dan Pak Kosim. Dengan segala keikhlasannya, Abah Una menyedekahkan hasil panennya kepada mereka.

Sungguh, mereka yang dalam kesusahan sangat senang mendapatkan bantuan yang sudah pasti akan lebih meringankan beban mereka.
“Terima kasih, Abah Una hanya Allah yang dapat membalas kebaikkan Abag Una”. Ucap Pak endi ditengah keharuannya mendapatkan bantuan dari Abah Una. Abah Una hanya menganggukkan kepala. Sesungguhnya, Abah Una mengerti akan tanggungjawabnya kepada sesame tetangga. Hablum minan nas,merupakan suatu keharusan yang harus dibina dan dijaga karena itu, setiap kali ia memberikan sedekah kepada siapa saja.

Abah Una yakin, bahan haqul yakin sekecil apapun sedekah sekecil apapun yanh kita lakukan maka Allah tidak akan lupa akan janjinya, yaitu akan memberikan balasan yang setimpal sesuai amal perbuatannya.

KETENANGAN DAN KEHORMATAN
Hidup haya dengan istri sementara anak-anak dan suadarnya berada jauh dibelahan kota metropolitan bukanlah alasan bagi Abah Una untuk merasa kesepian, sehingga muncul ketidak tenangan.

Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas sedekah, orang-orang yang berada di sekelilingnya begitu menaruh hormat. Kesimpulannya, jika seseorang bersedkah padi, tidak semestinya menerima menerima balasan berupa padi atau uang berbalas uang, bisa saja bentuk lain menjadi balasan atas keikhlasan seseorang dalam bersedekah.

Seperti Abah Una. Dia yag selalu bersedekah dengan padi-padinya setiap kali panen, namun ia tak menerima balasan dari orang lain, juga berupa padi. Hanya saja, Abah selalu merasa mendapat ketenangan dalam hidupnya, juga merasa senang karena dirinya begitu dihormati. Abah Una juga yakin, penghormatan yang diterimanya dari orang-orang di sekelilingnya, merupakan wujud atas balasan sedekah yag dilakukannya.

KEKUATAN SEDEKAH
Sama halnya dengan keyakinan Abah Una. Seorang lelaki bernama Abdul Rahman, begitu yakin akan kekuatan sedekah. Menurut Abdul Rahman, seseorang yang bersedekah degan segala keikhlasan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan berkali-kali lipat besarnya. Hanya saja, apakah balasan atas sedekah itu langsung diterimanya atau emnunggu waktu, entah berapa lama.”Itu Rahasia Allah” papar Abdul Rahman.

Sebagi butkti keyakinan itu, sebuah pengalaman yang dirasakannya, ketika ia sedekah uang sebesar lima ribu rupiah.sedekah itudilakukan pada pagi hari.
“Subhanallah wal hamdulillah”, puji Abdul Rahman pada sore harinya, sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sedekah lima ribu rupiah pada pagi hari , sore hari sudah terganti dengan uang sebesar 50 $.

“Waktu itu nilai per $ masih seribu rupiah “, jelas Abdul Rahman.”Bisa dihiting, berapa jika dinilai dengan kurs $ sekarang “, lanjutnya. Dan berapa kali lipat balasan Allah..?.

Tetapi, bukanlah besarnya balasan dari sedekah itu yang menjadi acuan. Bagi Abdullah Rahman, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Besar dan Maha Pengasih lagi Penyayang.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 4 Juni 2018

SHOLAT & KESALEHAN SOSIAL

SHOLAT   & KESALEHAN SOSIAL


Dasbor"SIRAMAN RUHANI"

SHOLAT
 DAN  KESALEHAN SOSIAL
“ Ketaatan Ritual harus melahirkan kesalehan sosial ”..

Sebagai salah satu pilar islam dan tiang pancang bagi tegaknya agama, sholat disebut pada banyak ayat Al-Quran. Diantaranya, QS. Al-Baqarah : 3 menyatakan bahwa mendirikan sholat, iman kepada yang ghaib dan menafkahkan sebagian rezeki, merupakan cirri orang bertaqwa.  .

QS. Al-Baqarah  45 dan 153 memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan mendirikan sholat. Dalam ayat ini juga ditegaskan bahwa mendirikan sholat sebagai sarana memohon pertolongan kepada Allahn itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Dalam QS. AlBaqarah :83, perintah mendirikan sholat disertakan dengan perintah menyembah hanya kepada Allah, berbuat baik pada kedua orang tua , kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesame manusia dan menunaikan zakat.

QS. Al-Baqarah :177 menyertakan sholat dengan kewajiban beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, para nabi, memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta ; memerdekakan hamba sahaya, menunaikan zakat, menepati janji, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Ayat ini memberi pelajaranbahwa kebajikan sejati terdiri dari dua unsure : tashawwur dan suluk.

Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa di Buktikan"

Tashawwur adalah pemahaman yang benar dan penghayatan. Dalam hal ini, beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat kitab, dan Nabi merupakan cermin dari tashawwur. Sedangkan Sulu adalah tindakanlanjut dan perilaku berupa kesalehan sosial. Dalam hal ini, memberi harta yang dicintai kepada kerabat, anak – anak yatim, orang-orang miskin, ibn al sabil dan seterusnya merupakan perwujudan dari suluk tersebut ayat ini mengguratkan bahwa kebajikan sejati (birr) adalah terpenuhinya kedua unsure itu.

QS. Al-Baqarah :238 menyuruh memelihara sholat dengan khusyuk. Dalam hal QS. An-Nisa :142 dijelaskan bahwa orang yang munafik jarang melaukan sholat dan seandainya pun sholat maka sholatnya bercirikan malas dan riya’. Dalam QS. Hud : 87 diceritakan bahwa kaum nabi Syu’aib yang membangkang berkata kepada beliau, “Apakah sholatmu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak – bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami,,?. Mereka, seperti kata At-Thabari, hendak mengatakan, “Ini adalah harta kami.

Kami berhak melakukan apa saja yang yang kami inginkan terhadap harta ini. Kami bisa mengambil sebagiaannya atau mengolahnya atau bahkan membuangnya”. Syu’aib menolak pola pikir egois mereka. Benar-bahwa harta itu milik mereka.

Tetapi dari sudut pandang sosial mereka tidak memiliki hak dan untuk mempermainkan timbangan dan takarannya, sebab itu merugikan orang lain. Dengan kata lain pengakuan atas kepemilikkan pribadi tidak berarti setiap orang mempunyai kebebasan mutlak. Yang ada adalah kebebasan yang dibatasi oleh kemaslahatan umu.

Baca Juga "Alasan Berjamaah di Masjid"

Dalam QS. Al-A’raf :85 dikisahkan bahwa Nabi Syu’aib menyuruh kaumnya untuk menyembpurnakan takaran dan timbangan setelah menyuruh mereka menyembah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa makna ibadah menyakup kejujuran dalam bermuamalah (interaksi sosial), tidak terkecuali kejujuran dalam hal takaran dan timbangan (dunia bisnis).

Diantara kaum Nabi Syu’aib orang-orang yang mempermaikan harta milik pribadi seenaknya sehingga merugikan orang lain adalah para pembesar, orang-orang kaya, dan para penjabat yang tidak punya tujuan hidup selain mengumpulkan harta dengan cara apa saja. Mereka tidak pernah segam mengorbankan kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Sementara itu, Syu’aib berjuang mewwujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Seperti biasa, yang menolak ajaran yang diserukan Nabi Syu’aib adalah mereka yang disebutkan Al-Quran sebagai al-mala’ ; kaum elite, para pembesar, kalangan terkemuka, mereka yang punya kuasa dan harta.Mereka menantang Nabi Syu’aib bukan hanya karena ia menyerukan menyembah Allah tetapi terutama karena ia memerintahkan meninggalkan perbuatan – perbuatan yang bertentangan dengan tuntunan iman kepada Allah seperti mengurangi takaran dan timbangan serta kegiatan ekonomi lainnya.

Ajaran islam yang dibawa Syu’aib mengancam kepentingan pribadi mereka.Maka berbagai cara mereka gunakan untuk melawan Syu’aib dan memberantas ajarannya. Di lain pihak, sebagaimana digambarkan QS> AlA’raaf :88, kelompok masyarakat yang oleh Al-Mala’ bisa dijuluki aradzil (orang-orang hina dan rendah) antusias menyambut dakwah Syu’aib. Dan seperti biasa, guna membendung pengaruh ajaran Syu’aib, al-mala’ mengancam, menindas, dan mengintimidasi para aradzil.

Sementara itu, QS. Al-Jumu’ah : 10 menyatakan bahwa tawazun (keseimbangan) merupakan salah satu cirri ajaran islam. Keseimbangan antara pemenuhan tuntutan hidup dunia, seperti bekerja, banting tulang, beraktivitas dan kasab, dengan keharusan mengasingkan ruh, menenangkan dan mensyunyikan hati barang sesaat untuk berdzikir.

Sholat merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan hati. Tanpanya ia tidak akan sanggup memikul beban amanah yang amat besar. Zikir juga mutlak harus ada dalam usaha mencari pemenuhan kebutuhan hidp. Merasakan kehadiran-Nya membuat kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup menjadi bernilai ibadah. Namun demikian, perlu adanya watu tersendiri untuk melaukan dzikir murni, pengasingan dan penyendirian yang total dari kehidupan dunia.

Sedangkan dari QS. Al-Ma’un :4-7 dapat ditari pengertian bahwa sholat yang dilaukan secara lalai (asal-asalan), karena riya’ dan tidak melahirkan kesalehan sosial, pelakunya mudah diancam kecelaaan. Surah Al-Kautsra : 2 menegaskan apa yang sudah berulang kali dikatakan bahwa ketaatan ritual harus melahirkan kesalehan sosial. Pada ayat ini perintah mendirikan sholat disertakan langsung dengan menyembelih hewan kurban, “Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah “. Yang pertama sebagai symbol ketaatan ritual, sedang yang kedua merupakan salah satu manifestasi kesalehan sosial.

Lagi-lagi ini menegaskan bahwa ketaatan ritual harus melahirkan kesalehan sosial. Surah, Al-Ma’un betapapun singkatnya, menolak ibadah yang formalistic. Surah ini memandang bahwa menolong orang yang membutuhkan merupakan syarat iman, sama seperti mendirikan aholat dan menjalankannya dengan khusyuk.


Ia juga mengancam orang-orang yang enggan menolong orang yang membutuhkan dengan wayl (kecelakaan). Melalui Surah Al-Ma’un Al-Quran menamai orang yang tidak memiliki kesalehan sosial sebagai orang yang mendustakan agama. QS.Al-Ankabu :45 sangat tegas menyatakan adanya hubungan tak terpisahkan antara sholat sebagai symbol ketaatan ritual dengan kesalehan sosial.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 2 Juni 2018

JENAZAH SANG KYAI, WANGI DAN BERSINAR

JENAZAH SANG KYAI,   WANGI DAN BERSINAR


JENAZAH
 SANG  KYAI  WANGI DAN  BERSINAR
“ Saya melihat, mereka saling berpelukan dan bermaaf-maafan. Saya sendiri heran melihat kakek [KH.Ilyas] didatngi oleh ulama’ sebesar KH. Abdullah Saydi’i. Satu minggu setelah itu ternyata KH. Abullah Syafi’I meninggal dunia. Rupanya kedatangan KH. Abdullah Syafi’i ke rumah kakek untuk berpamitan terakhir kali “, ujar ustadz Rifa’i..

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Disebutkan, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya umatku akan datang di hari kiamat dalam wudhu. Barang siapa diantara kamu ingin memperpanjang batas cemerlang, maka kerjakanlah “.

Hadits tersebut mengingatkan kita bahwa air wudhu yang kita pakai untuk membasuh seluruh anggota tubuh tertentu kelak menjadi saksi ibadah dan ketaatan kita kepada Allah swt di hari iamat. Namun bagi sebagian manusia yang suci dan senantiasa terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, cahaya atau sinar bekas air wudhu itu bisa saja terpancar dari diri mereka , dengan izin Allah swt, ketika mereka masih berada di dunia atau ketika merek meninggal dunia.

Keistimewaan itulah yang terjadi pad jasad seorang ulama yang mencapai taraf waliullah, yaitu Allahu yarhamhu, KH. Mohammad Ilyas. Orang yang sempat menyaksikan keistimewaan luar biasa itu ialah cucu sendiri yaitu Ustadz H. Ahmd Rifa’i, seorang da’I yang kini tinggal di daerah tanggerang.


Diceritakan oleh ustadz Hj. Rifa’i   bahwa ketika kakeknya meninggal dunia ia termasuk salah seorang dari keluarga yang ditugaskan memandikan jenazah kakeknya. Menurutnya, ketika pakaian kakeknya dibuka untuk dimandikan, ia mencium bau wangi dari tubuh kakeknya. Bukan itu saja, ia juga melihat dari anggota tubuh kakeknya yang biasa dibasuh air wudhu terlihat bersinar. Ia juga mengaku sangat terharu dengan peristiwa itu. Pada saat itu, ia jadi teringat akan hadits Nabi Rasulullah saw yang penulis sebutkan diatas.

“Waktu kakek saya meninggal, saya ikut memandikannya. Sebelum beliau dimandikan, sekujur tubuhnya sudah berbau wangi. Begitu pakainnya dibuka, semua anggota tubuhnya yang biasa terkena air wudhu terlihat bersinar ‘, ungkap ustadz Rifa’i.

Ustadz Rifa’I mengaku bahwa tidak tahu kalau kakeknya adalah seorang waliullah. Ia baru tahu bahwa kakeknya adalah waliullah setelah diberi tahu oleh seorang ulama besar KH. Damanhuru.

Ustadz Rifa’I sendiri yang sejak kecil sudah tinggal bersama kakeknya itu, mengaku kenal betul dengan kebiasaan dan sifat-sifat kakeknya. Menurut ustadz Rifa’I selama hidup kakeknya orang yang suka mengamalkan amalan tasawuf. Beliau adalah pengagum berat Imam Al-Ghazali mulai dari “Bidayatul Hidayah” hingga “ihya Ulumudin” dipelajari dan diamalkan oleh kakek. Hampir semua amalan yang dikerjakan oleh KH. Ilyas diperoleh dari Kitab Imam Ghazali.

“Beliau lebih banyak diam daripada bicara. Bahkan, ketika seorang anaknya meminta pendapatnya karena ada seorang da’I yang keras bicaranya, H. Ilyas hanya diam dan tidak mau berkomentar sedikitpun. Ia takut pendapatnya salah “ kenang Ustad Rifa’i.

Satu hal yang masih diingat oleh ustadz KH. Ilyas ialah sifat wara’ atau hati-hati dari Allahu yarham dalam memelihara perbuatannya. “Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas lima, saya pernah ditegur oleh beiau karena memakai celana pendek didalam rumah’, cerita Ustadz Rifa’i.

KH. Ilyas juga adalah tipe orang yang tidak mau terkenal semasa hidupnya. Beliau selalu menyembunyikan keulamaannya dari pengetahuan orang lain. “Kalau beliau keluar rumah, beliau akan memakai pakaian biasa seperti pakaian yang orang lain pakai, tidak menunjukkan pakaian sseorang kyai. Tetapi kalau beliau sedang beribadah, semua perlengkapan yang merupakan sunnah Rasul dipakainya. Beliau benar-benar taksim kalau sedang dalam beribadah. Bahkan, untuk beribadah sholat Jum’at, beliau sudah menyiapkan segala perlengkapannya mulai dari pakaian sampai uang infaqnya, satu hari sebelumnya.

Selain itu beliau juga tidak pernh meninggalkan sholat berjamaah. Seolah sholat berjamaah itu sudah merupakan kewajiban baginya “, kata ustadz Riafa’i.

Sebagai seorang cucu yang sejak kecil sudah tinggal bersama KH. Ilyas, Ustadz Rifa’I beberapi kali menyaksikan keanehan-keanehan yang terjadi pada diri kakeknya itu. Salah satu keanehan itu adalaha ketika KH. Abdullah Syafi’I (seorang ulama besar dan terkenal di Jakarta pendiri perguruan Asy-Syafi’iyah) akan meninggal dunia. Satu minggu sebelum meninggal dunia KH. Abdullah Syafi’I datang kerumah KH. Ilyas membawa pelbagai makanan.

Baca Juga "Tragedi Malam Pengantin"

“Saya melihat, mereka saling berpelukkan dan bermaaf-maafan. Saya sendiri heran melihat kakek didatangi oleh ulama sebesar KH. Abdullah Syafi’I. Satu minggu setelah itu ternyata KH. Abdullah Syafi’I meninggal dunia. Rupanya kedatangan KH. Abdullah Syafi’I kerumah kakek berpamitan terkahir kali “, ujar ustadz Rifa’I.

Kehidupan sehari-hari KH. Ilyas sangat sederhana, tetapi beliau mampu memeberangkatkan anak-anaknya untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Dari mana ongkos pergi haji itu didapatkannya..?. Menurut Ustadz Rifa’I kakeknya itu, setiap mengajarkan satu kitab kepada murid-muridnya, biasanya murid-muridnya memberikan uang sekedarnya kepada Kh. Ilyas.

“Uang itu tidak disimpan didompet atau diberikan kepada istrnya, melainkan disimpan saja dalam lembaran-lembaran kitab yang diajarkannya. Setelah ama kitab itu dibuka dan ternyata diluar dugaan dan mungkin diluar nalar manusia setelah dibuka kitab yang berisi uang itu mampu memberangkatan anak-ananya pergi haji. Maka uang itu digunakan untu memberangkatkan anak-anak pergi menunaikan ibadah haji”, cerita ustadz Rifa’i. Salah satu nasehat atau wejangan KH. Ilyas yang selalu diingat ustadz Rifa’iadalah,”Jangan menjadi orang yang suka meminta-minta “.

Menurut ustadz Rifa’i petuah itu sangat besar makna nya. Dengan petuah itu KH. Ilyas sebenarnya melarang kita untuk hubbudunnya (terlalu mencintai dunia).Kita dilarang mencintai ehidupan dunia terlalu berlebihan dengan cara menerima dan mensyukuri apa yang telah diberikan kepada Allah kepada kita.

Padahal zaman sekarang ini banyak orang yang sebenarnya sudah kaya dan berkecukupan, tetapi tidak bisa mensyukuri kekayaannya. Malah mereka terus menimbun harta kekayaannya tanpa mengenal rasa cukup dan puas terhadap karunia Allah.

KH. Mohammad Ilyas meninggal pada tahun 1991 dalam usia 90 tahun dirumahnya didaerah cikini ,Jakarta Pusat. Sebelumnya, beliau tidak sakit, tetapi hanya jatuh terpeleset di kamar mandi. Oleh anak-anaknya KH. Mohammad Ilyas dibawa ke tempat tidur.

Di tempat tidur, waliullah ini meminta tasbih yang banyak, satu di leher, satu ditangan kanannya, satu lagi di tangan kirinya. Beliau meninggal pada malam hari dengan indahnya. Yaitu setelah melaksanakan Sholat malam. Jenazah beliau dikuburkan di Pekuburan Kawi-Kawi di daerah keramat Sentiong Jakarta.


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 1 Juni 2018

Thursday 31 May 2018

5 AMALAN SUNNAH SAAT MENDENGAR ADZAN

5 AMALAN SUNNAH   SAAT MENDENGAR ADZAN
5 AMALAN SUNNAH
 SAAT  MENDENGAR ADZAN
“ Dalam adzan ada beberapa hal yang bila kita amalkan menuai pahala”.

Dalam sehari-hari (dari pagi hingga amalan), umat islan di seluruh dunia diwajibkan menunaikan sholat lima waktu. Setiap waktu sholat tiba, seorang muadzin akan mengumandangkan adzan sebagai bentuk panggilan bahwa waktu sholat telah tiba. Tak salah jika suara adzan akan terus bergema dari berbagai masjid dan bahkan bergema terus-menerus tanpa henti dijagad raya ini sampai hari akhir.

Baca Juga 'Bersahaja dengan Suhud"

Habis dikumandangan suara adzan dari suatu masjid , tidak selang lama berkumandang juga adzan darimasjid yang lain.Suara panggilan adzan itu pun bukan suara asing . Tetapi ketika sebagian orang disibukkan dengan pekerjaan, suara adzan itu kerap tidak dihiraukan. Padahal, suara adzan itu harus menghentian sejenak pekerjaan apapun yang dikerjakan oleh setiap muslim.. Lebih dari itu , ada beberapa amalan sunnah yang ta bisa disepelekan ketia mendengar suara adzan.

Paertama, Mengikuti ucapan muadzin. Dengan kata lain jika seorang muslim mendengar suara adzan, ucapkanlah seperti apa yang telah diucapkan muadzin.
Kedua, Ucapkanlah shalawat kepada rasulullah saw.
Ketiga, Meminta wasilah untuk nabi Muhammad saw.

Tiga amalan diatas didasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr. Dia mendengar Rasulullah saw bersabda, “Jika kalian mendengar adzan , maa ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku.

Barang siapa yang bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali. Kemudian mintakan wasilah untuk-Ku karena wasilah merupakan tempat di surga yang tidak layak, kecuali bagi seorang hamba Allah dan aku berharap agar aulah yang mendapatkannya.Barang siapa yang meminta wasilah untukku maka ia akan mendapatan safaatku (di akhirat elak)”. (HR.Muslim).

Baca Juga "Meluruskan Makna Zuhud"

Keempat, mengucapkan syahdat, “Siapa yang mengucapkan setelah mendengar adzan Asyhadu alla ilaha ilallah wah dahu laa syarika lah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rusuluh, radhitu billahi rabbaa wa bi muhammadin rasulaa wa bi islamidiinaa (aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Muhammd adalah hamba dan utusan-Nya aku ridha sebagai Rabbku, Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai agamaku), maka dosanya akan diampuni (HR. Muslin).

Kelima, memanjatkan doa sesudah adzan. Sebagaimana sabda Nabi, doa ituakan mengantarkan orang mendapat safaat, “Barang siapa mengucapkan setelah mendengaran adzan, ‘allahumma rabba hazihid da’watit taammah wash shalatil qaa-imah, aati Muhammadanil wasilata wal fadhillah, wab’atshu maqaamam mahmuuda alladzi wa’adtah’ (Ya Allah, Rabb pemilik dakwah yang sempurna ini (dakwah tauhid), salat yag ditegakkan, berikanlah kepda Muhammad wasilah (kedudukan yang tinggi) dan fadhillah (kedudukan yang lain yang mulia). Dan bangkitkanlah beliau sehingga bisa menempati maqam (kedudukan) terpuji yang telah Engkau janjikanpadanya, maka dia akan mendapatkan safaatku kelak”. (HR. Bukhari).

Selain itu, dianjurkan memanjatkan doa untuk diri sendiri. Sebab, doa sesudah adzan itu tergolong doa yang diijabahi Allah. Dari “Abdullah bin ‘Amr bahwa seseorang pernah berkata, wahai Rasulullah sesungguhnya muadzin selalu mengungguli kami dalam pahala amalan “.

Rasulullah saw kemudian bersabda, “Ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin. Lalu jika sudah selesai kumandang adzan, berdoalah, maka akan diijabahi (dikabulkan). (HR. Abu Daud dan Ahmad).


( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 1 Juni 2018

Wednesday 30 May 2018

PIMPINAN YANG DZALIM

PIMPINAN  YANG DZALIM


PIMPINAN
 YANG  DZALIM
“ Hari – hari berikutnya Pak Gugun semakin menekan saya untuk melepaskan pakaina muslimah dan kebiasaan sholat Dhuha saya..”. ”.

Kaisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Sebuah kisah yang menorehkan kekayaan batin yang dalam bagi saya. Saat itu saya diterima sebgai karyawan di perusahaan yang cukup bonafide. Setelah kami menjalani tes yang berlangsung di kantor pusat, akhirnya saya diterima di kantor cabang yang merupakan kantor kedua terbesar pada perusahaan itu.

Hari pertama kerja di kantor cabang tersebut, kami diterima oleh kepala kantor tersebut , yaitu Pak Gugun. Selain itu kami juga berkenalan dengan karyawan-karyawan yang lebih lama bekerja di perusahaan itu. Setelah beramah tamah. Pk Gugun mengucapkan sambutan yang intinya para karyawan harus memberikan loyalitas yang sangat tinggi bagi perusahaan, berfikir tidak sempit dan selalu dapat menyesuikan diri dalam berperilaku dan berdandan.

Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Pak Gugun langsung menatap kearah saya dan teman-teman saya. Wati. Mulanya saya dan wati tidak mengerti , apa maksud tatapan Pak Gugun tersebut, tapi kemudian ketidak mengertian itu terjawab setelah saya bekerja beberapa pecan kemudian.
Di perusahaan kami ada 2 jam yaitu pukul 9.40 – 10.00 dan pukul 12.00 – 12.30. Jam istirahat pukul 9.40 – 10.00 selalu saya gunakan dan manfaatkan untuk melaksanakan sholay Dhuha sebagai ibadah tambahan Ternyata Pak Gugun sering memperhatikan kebiasaan saya itu.

Beberapa hari kemudian saya dan Wati dipanggil untuk menghadap Pak Gugun. Ternyata Pak Gugun tidak suka dengan pakaian kami. Pak Gugun menganggap pakaian kami cerminorang-orang yang berpikiran sempit dan tidak dapat menyesuikan diri dengan lingkungan kantor. Memang kami selalu erpakaian muslimah rapi, sesuai syariat yang diajarkan Islam.

Dengan sombong, Pak Gugun mencontohkan dirinya yang selalu berpikiran internasional dan selalu bersikap loyal dan siap berubah demi kepentingan perusahaan. Pak Gugun juga mengkritisi kebiasaan saya yang suka sholat Dhuha yang katanya menghambat kemajuan perusahaan, juga kebiasaan karyawan-karyawan lain yang sering melakukan ibadah sunnah yang katanya salah satu cirri sikap tak loyal kepada perusahaan.


Sikap Pak Gugun yang sombong dan benci pada syariat Islampadahal ia seorang muslim menimbulkan tanda tanya besar dalam batin saya, yang yang kemudian mendapat jawaban dari beberapa orang karyawan yang tahu tenang kehidupan Pak gugun. Ternyata Pak Gugun hidup dalam keluarga yang bebrbeda agama dan dia menempuh pendidikan di sekolah non muslim. Keluarga nya tidak mendidik agar ia menjadi muslim yang taat.

Dan dari penuturan beberapa orang karywan itu, ternyata Pak Gugun hanya memiliki pendidikan yang rendah, tidak tidak sampai sarjana. Pak Gugun bisa mencapai posisi seperti sekarang hanya karena kepandaiannya dalam mencari muka dan mengambilhati kepala kantor pusat. Selain itu, ia juga berkata bahwa di perusahaan kami tidak ada aturan yang tidak membolehkan memakai busana muslim yang rapih.

Hari-hari berikutnya Pak gugun semakin menekan saya untuk melepaskan pakaian muslimah dan kebiasaan sholat Dhuha saya.Dia mengancam saya bisa dipecat kalau tidak menaati dia. Tapi saya tetap istiqamah dengan pendirian saya.

Pak Gugun juga mengatakan bahwa pekerjaan tidak beres dan mendapat protes dari beberap klien.Saya berusaha bertemu dengan beberapa klien tersebut ternyata mereka tak satu pun yang protes dengan pekerjaan saya. Ternyata itu semua hanya alasan Pak Gugun saja agar saya dapat memarahi saya.

Beberapa karyawan di perusahaan itu menganjurkan saya untuk mengganti pakaian saya dan meninggalkan sholat Dhuha , karena nanti saya bisa dipecat dari perusahaan itu. Tapi saya tidak mau. Saya pikir buat apa saya meninggalkan ketaatan saya kepada Allah hanya karena menuruti pimpinan yang Dzalim.

Setahun berlalu, tibalah saatnya keputusan apakah kontrak kami diperpanjang atau tidak. Ada beberapa karyawan yang dipanggil untuk menghadap kepada kepala kantor pusat. Harap-harap  cemas saya dipanggil kepala kantor pusat. Ternyata kepalakantor pusat mengatakan bahwa kontrak kerja tidak bisa diperpanjang.

Alasannya banyak kelalean yang telah saya kerjakan selama ini seperti kinerja yang lemah, protes dari klien, sering tidak masuk dan terlambat kerja. Suatu alasan yang dibuat-buat berdasarkan alasan Pak Gugun.

Anehnya, Pak Gugun tidak menuliskan alasan tentang pakaian muslimah dan kesukaan sholat Dhuha saya sebagai dalih untuk memecat saya, sesuatu yang sering didengung-dengungkan Pa Gugun selama ini.

Di Terima di Perusahaan yang Lebih baik

Sejatinya, saya ingin menjelaskan keadaan yang sebenarnya kepada kepala kantor pusat. Tapi menurut kepala kantor pusat keputusan sudah final. Tidak dapat diubah lagi. Beberapa karyawan yang juga dipecat menagis tersedu-sedu. Tapi saya berusaha tabah dan ikhlas dengan keputusan itu. Saya yakin pasti ada kebaikkan dibalik semua itu.

Waktu itu, bertepatan dengan Waktu shoal Dzuhur. Saya segera mengambil air wudhu dan saya segera menunaikan sholat dzuhur berjamaah di masjid perusahaan itu. Setelah sholat saya, berdoa kepada Allah agar diberi ketenangan dan kesabaran untuk menerima semua ini dan memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan lebih berkah dari pekerjaan sebelumnya.

Setelah sholat, saya pulang dengan naik sebuah bis untuk pulang menuju rumah. Tanpa disangka bi situ melewatisebuah  perusahaan yang cukup besar. Saya langsung mencatat nama dan alamat perusahaan itu. Ternyata Allah mengabulkan doa saya. Singkat cerita saya diterima di perusahaan itu, yang akhirnya saya mendapat ganti pekerjaan yang lebih baik dari perusahaan sebelumnya.

Yang menggembirakan diperusahaan baru tempat saya bekerja itu diperbolehkan memakai busana muslimah dan melaksanakan ibadah sunnah.Saya sangat bersyukur kepada Allah dengan keadaan itu. Setahun kemudian, saya berjumpa dengan salah satu teman saya yang bekerja di perusahaan lama tempat saya bekerja dulu.

Dia bekerja bahwa Pak Gugun sudah dipecat sebagai kepala kantor cabang. Dia dipecat karena memiliki banyak kesalahan, yaitu sering memberikan laporan fiktif mengenai keadaan perusahaan dan juga laporan para karywan yang tidak suka dengan sikapPak Gugun yang arogan.

Suka memeras tenaga karyawan secara berlebihan dan sering merendahkan para karyawan yang rajin beribadah dan bekerja dengan sungguh-sungguh. Semua itu semakin yakin menguatkan iman dan menambah keyakinan saya, yaitu apabila kita tetap Istiqamah di jalan Allah, pasti Allah akan menolong dengan jalan yang tidak disangka-sangka dalam setiap permasalahan yang kita hadapai.

Allah memberikan kehidupan yang lebih baik dan membalas orang-orang yang zalim dengan hukuman yang setimpaldengan perbuatan mereka sendiri.

Selain itu hikmah besar lainnya adalah agar kita bisa mendidik anak kita dengan aqidah yang benar agar mereka kelak tumbuh menjadi pribadi yang taat dan menjadai muslim yang kafah. Yang tidak dengan mudah melecehkan dan syariat islam serta mencari-cari kesalahan orang yang tidak ia sukai dengan berbagai cara yang tidak dibenarkan oleh agama.

Semoga dengan kisah diatas sahabat yang membacanya bisa menjadikannya sebagai pelajaran yang sangat berharga dan berpikir sebelum bertindak agar sedapat mungin meminimalisir kesalahan yang sekiranya bertentangan dengan agama.


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 31 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...