Dasbor "Educasi Islam"
MEMBEDAH ; KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK
“Mereka bermaksud dengan
sungguh-sungguh menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya
menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit , maka Allah menambah (penyebab) penyakit ; dan bagi mereka siksa yang
pedih, disebabkan mereka berdusta”
(QS. Al-Baqarah :9-10).Memang tak bisa dipungkiri lagi, bahwa salah satu sifat paling menonjol yang dimiliki orang munafik adalah menipu. Menipu adalah cara yang dilakukan orang munafik untuk mencederai umat islam. Bahkan, menipu kadang bukan lagi cara. Menipu sudah masuk kategori tujuan.Mereka menipu umat islam karena mereka ingin menipu, itu saja. Nah inilah yang akan kita ulas dalam kajian tafsir kali ini.
Sifat munafik
adalah menampakkan kebaikkan dan menyembunyikan keburukkan. Sifat ini ada yang
I’tiqadi (berkaitan dengan aqidah), yang membuat kekal pemiliknya dalam neraka.
Ada pula yang ‘amali [berkaitan dengan amal perbuatan], yang merupakan salah
satu dosa besar. Ucapan orang munafik bertentangan dengan perbuatannya, dan apa
yang dirahasiakannya bertentangan dengan apa yang ditampakannya.
Sifat-sifat
munafik hanya terdapat dalam surat-surat Madaniyah, karena itu ketika di Mekkah
belum ada kasus yang berhubungan dengan sifat-sifat itu. Karena itu Allah
mengingatkan perihal sifat-sifat orang munafik, agar orang mukmin tidak tertipu
dengan penampilan luar mereka. Sebab salah satu cara yang mereka lakukan adalah
dengan menipu.
Menipu,
menurut Kamus Bahasa Indonesia , berarti perbuatan atau perkataan yang tidak
jujur, bohong dan palsu , dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau
mencari untung. Menurut Quraish Shihab, penulis Tafsir Al-Misbah, menipu adalah
upaya mengelabui pihak lain untuk menjerumuskan orang lain dalam kesulitan
tanpa disadari olehnya. Penipuan juga berarti upaya menampakkan pertolongan
padahal dibalik itu ada kerugian bagi pihak lain.Itu dilakukan dengan penuh
kesungguhan.
Orang-orang
munafik ketika bergaul dengan orang-orang mukmin pada zaman Rasul bertujuan
untuk mendengarkan rahasia untuk kemudian dibocorkan kepada pihak lawan,atau
mereka bergaul dengan tujuan menutup-nutupi kemunafikkan mereka sehingga
terhindar dari sanksi yang dapat dijatuhkan kepada mereka.
Tapi,
mereka keliru. Sebab, sebenarnya mereka itu tidak menipu kecuali hanya menipu
diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa mereka merugikan diri sendiri,
atau bahkan tidak memiliki sedikit kesadaran pun, baik menyangkut bahaya yang
dapat menimpa mereka maupun kesadaran menyangkut yang bermanfaat atau berakibat
buruk buat mereka.
Kata Ibnu
Katsir , pengarang Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Allah pasti akan membalas tipu
daya mereka itu . Sebab, jika dalam kehidupan dunia ini mereka menipu kaum
mukmin, maka sebenarnya mereka menipu diri sendiri, karena perbuatan itu tampak
jelas bagi mereka. Bahkan, perbuatan itu akan memberikan kematian pada diri
mereka sendiri.
Kematan
disini mengandung arti banyak. Kematian bisa bermakna berhentinya perilaku
mereka , karena Allah langsung menghentikan tindakan mereka. Kematian berarti
azab atau siksa pedih. Kematian juga bisa berarti datangnya penyakit berat
kepada mereka. Itu semua disebabkan karena kaum mukmin adalah kelompok orang
yang sangat dicintai Allah swt.
Sementara
itu, Sayyid Quthb memotretnya ini lebih jauh kedalam. Menurut Dia, seperti yang
tercatat dalam Kitab Tafsir Fizalil Quran, ayat ini menerangkan tentang hakikat
hubungan anatara Allah dan kaum mukmin yang begitu dekat dan erat. Allah
menjadikan sifat orang mukmin sebagai sfat-Nya. Urusan orang mukmin adalah
urusan-Nya sehingga Allah selalu membelanya. Ibaratnya, jika Allah hendak
tertipu maka kaum muslimin merasa tertipu. Jika kaum mukmin ditipu , maka Allah
pun ditipu.
Pada
saat bersamaan, kata Sayyid Quthb, ayat ini sekaligus merupakan ancaman yang
menakutkan bagi orang yang mencoba melakukan tipu daya terhadap orang-orang
mukmin yang hendak mengganggu mereka. Ayat ini sebagai peringatan keras kepada
orang-orang munafik bahwa serangan mereka itu bukan kepada orang mukmin saja,
tapi sekaligus terhadap Allah Yang Maha Perkasa. Hal ini dipahami sebagai upaya
memerangi Allah apabila mereka memerangi para kekasih-Nya. Sebab, orang mukmin
adalah kekasih Allah.
Coba
saja anda bayangkan , bagaimana jadinya jika orang yang anda cintai dimusuhi
orang lain. Misalnya, istri anda dijahati orang lain atau anak perempuan anda
diganggu orang lain, Anda pasti marah bukan..?. Nah, begitu juga Allah. Karena
orang mukmin adalah orang yang dicintai Allah maka Allah akan membelanya.
Sama
halnya dengan anda. Karena istri begitu cinta dan sayang keada anda, maka anda
akan membela dia dalam keadaan apapun. Hal ini merupakan bukti bahwa anda begitu
sayang dan cinta pada istri anda. Inilah yang disebut hakikat hubungan dua
insane yang saling mencintai.
Oleh
karenanya, hubungan Allah yang erat dengan kaum muslimin hendaknya disyukuri
dengan baik. Sebab, adanya hal ini akan membawa keabaikkan bagi kaum mukmin.
Hati mereka bisa tenang dan tak perlu takut bila ada tipu daya dari kaum munafik. Penipuan yang dilakukan kaum munafik
akan dimusuhi Allah. Mereka lalai bahwa sebenarnya mereka tidak menipu kaum
muslimin, melainkan mereka menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari.
Namun begitu, kaum mukmin tetap harus waspada.
Soalnya,
orang bijak suatu hari pernah berkata, “Orang-orang munafik sekarang berbahaya
daripada orang munafik dizaman Rasulullah”
Orang
bertanya kepadanya ; “Mengapa demikian..?.
Ia
menjawab, “Sesungguhnya dimasa Rasul mereka menyembunyikan kemunafikannya,
sedangkan kini mereka berani menampakkannya”.
Artinya, sifat kemunafikan kini sudah mulai bergeser
makna. Jika dulu, orang munafik lebih cenderung sembunyi-sembunyi, maka kini
sudah tidak lagi. Kaum munafik justru kini sudah lebih berani terang-terangan
memusuhi umat Islam. Mereka menipu umat Islam tanpa perlu sembunyi muka. Mereka
juga tak perlu sembunyi untuk mengkhianati umat Islam.
Penyakit hati
Sifat
Nifaq, atau munafik , adalah satu diantara sekian banyak jenis penyakit dalam
hati. Orang yang selalu menipu , khianat, berdusta, dan sebagainya , adalah
bentuk penyakit yang ada didalam hati. Menurut Quraish Shihab , penyakit hati
yang dimiliki orang munafik merupaka gangguan yang menjadikan sikap dan
tindakan merkea tidak sesuai dengan kewajaran. Ini menjadikan mereka memiliki
akhlaq yang sangat buruk. Penyakit itu lahir akibat kemunafikkan mereka.
Disamping
hati mereka sudah ada penyakit, Allah kemudian akan terus menambah penyakit itu
dalam hatinya. Hal ini dipahami Thahir Ibn ‘Asyura sebagai sift-sifat buruk
yang melekat pada diri mereka dari hari ke hari. Akibatnya, sifat buruk yang
sudah menjadi penyakit hati itu kian hari kian bertambah seiring dengan
berjalannya waktu.
Lantas,
kenapa penyakit kemunafikkan terus bertambah ..?. Kata Thahir Ibn ‘Asyura
adalah karena sifat kemunafikkan menambah buruk sifat-sifat mereka. Orang
memiliki sifat kemunafikan akan selalu menutup-nutupi sifat buruknya
itu,sehingga ia tidak pernah mendapat kritik atau nasehat. Ini tidak ubahnya
dengan orang yang sakit lalu menutup-nutupi penyakitnya itu, dan ia enggan
pergi berobat ke dokter sehingga penyakitnya terus bertambah dari waktu ke
waktu.
Disamping
itu, kata penyakit yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah ;10 ini mengandung
arti bahwa penyakit yang tadinya diderita oleh munafik akan bertambah akibat
sifat kemunafikan mereka, sehingga menimbulkan penyakit baru dan komplikasi.
Allah
berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah (penyebab)
penyakit ;dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta “. (QS.
Al-Baqarah : 10) .
Beberapa
ahli tafsir memahami kata ‘penyakit’ dalam ayat ini adalah sebagai bentuk
keraguan pada islam. Sementara itu, umumnya, kalangan ulama’ tafsir mengartikan
sebagai sifat munafik. Abdurrahman bin Aslam mengatakan bahwa penyakit yang
dimaksud bukanlah tubuh. Melainkan, penyait disini adalah penyakit hati yang
bisa merusak keimanan seseorang.
Bagi
Ibnu Katsir, yang dimaksud penyakit adalam ayat ini adalah penyakit hati yang
berebntuk keraguan, riya’, dan keji atau jahat. Penyakit ragu karena mereka
meragukan Risalah Nabi Muhammad saw dan ajarannya. Dikatakan riya’ karena
mereka menampakkan keimanan padahal mereka itu kufur. Dan , dikatakan mereka
mengidap penyakit keji karena mereka kufur (kafir), kepada apa yang diturunkan
Allah kepada Nabi Muhammad saw. Seba , tidak diragukan lagi bahwa kekufuran
merupakan sifat yang keji.
Kemunafikkan juga merupakan sumber segala petaka. Ibnu
Qayyim al-Jauziyyah telah mengungkapkan bahwa kemunafikan adalah
penyakit batin yang sangat berbahaya. Seseorang bisa dikuasai penyakit ini
tanpa disadari. Hakikatnya sangat samar atas kebanyakkan orang. Dan biasanya
menjadi lebih samar atas orang yang telah terjangkit penyakit ini.Ia mengira
telah melakukan perbaikkan namun hakikatnya ia merusak.
KEJIWAAN ORANG MUNAFIK
Para
mufasir memahami kemunafikan sebatas penyakit hati. Tapi, tidak hanya dengan
para ahli kejiwaan. Mereka justru mendapatkan banyak penemuan terkait dengan
ini. Ada implikasi serius pada kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik.
Dalam ilmu kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik, dalam ilmu kejiwaan,
kemunafikan disebut hipokrit.
Ilmu
kejiwaan Modern menetapkan bahwa figure seorang Hipokrit adalah sosok orang
yang sedang sakit, yang terbelah pada dirinya , seolah dua figure atau profile
yang salaing bertikai dalam satu tubuh. Satunya menggambarkan tampilan –
tampilan luarnya, yang bisa terlihat dan terdengar oleh siapa saja, seperti
halnya pakaian, senyuman dan perkataan. Sedangkan yang lain mencerminkan sifat
dalamnya atau muatan dalamnya, yang tidak dapat diketahui oleh siapapu.
Muhammad
Kamil Abdushamad, dalam Kitab Al-I’jazul ‘Ilmi Fil Islam ; Al-Quran Al-Karim ,
mengungkapkan bahwa pertikaian kepribadian orang munafik bersumber dari sifat
pribadinya yang menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang amanah dengan dirinya
sendiri, terlebih dengan orang lain. Ia mendustai dirinya sendiri agar orang
lain menerima atau ridha padanya. Sedangkan, ia mendustakanorang lain agar ia
bisa memperdaya mereka mengenai hakikat diri yang sebenarnya.
Namun,
dalam realitas yang sebenarnya, ia tidak sanggup memperdayai siapapun, karena
perilaku mereka tidak sesuai dengan perkataan. Pertentangan antara apa yang
dikatakan dan apa yang dikerjakan inilah , yang justru akan membongkar kedok
dimata orang banyak mengenai hakikat diri yang sebenarnya, walau ia sudah
berusaha menyamarkannya.
Dengan
demikian, ia sebenarnya sedang memperdayai dirinya sendiri , dan bukan orang
lain. Ia pun tidak punya daya sedikit pun untuk memperdayai Allah dan apa yang
disembunyikan dalam hatinya.
Ada
sebuah analisis kejiwaan untuk mengetahui profil seorang hipokrit. Maka,
terkuat didalam suatu kepribadian yang sangat berkonspirasi dengan tabiatnya
sendiri. Kepribadian yang menampakkan sesuatu yang tak terbersit dalam hatinya,
dan bertindak dalam kegelapan. Hal ini juga mendorong timbulnya fitnah dan
desas-desus dengan memakai pendekatan yang samar , terselubung, sistematis dan
terorganisir.
Kepribadian
seorang Hipokrit layaknya sosok pribadi yang Utilitarian, yaitu suka mengambil
keuntungan , mengingat ia bermain pada dua korelasi. Ia berusaha untuk bisa
diterima oleh dua kubu yang saling berseteru sekaligus, dengan tujuan
meperdayai dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
Sikap
Ambivalen atau plin-plan seperti inilah yang akan selalu diambil oleh orang
–orang yang memiliki sifat Hipokrit. Kemunafikan memiliki rupa dan jenis yang
sangat variatif sampai tak terbilang. Diantaranya adalah sifat Tamalluq atau
cari muka.
Faktor
kejiwaan sebagai pemicu munculnya sifat munafik seperti ini.Para pakar ilmu
jiwa menyebutkan karena sifat, “takut” dan “tamak”.
Mencari
muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur bagai wabah
penyakit ditengah masyarakat. Dr, Karl
Young, seorang dokter ternama bidang kejiwaan ,menuturkan bahwa rata-rata
penyebab penyakit para pasien yang ditanganinya adalah karena mereka memiliki
keimanan dan sifat Hipokrit.
Para
pasien yang ditangani selam 30 tahunan itu tiak bisa sembuh, kecuali setelah
mereka berusaha mengoptimalkan keimanan mereka yang telah hialng.
Williem James, seorang professor ilmu jiwa di
Universitas Harvard Amerika, mengatakan bahwa obat yang paling mujarab terhadap
penyakit orang munafik adalah teguhnya keimanan. Bahkan , Dr. Farell juga
menyebutkan bahwa orang yang benar-benar memiliki keimanan yang mantap , dan
tidak munafik, ia tidak akan pernah mengeluh
sakit kejiwaan atau mentalitas sama sekali.Pikirannya tenang dan kondisi
ruhaninya juga sehat. Jika, ruhaninya sehat, maka akan mengantarkan kondisi
jasmani yang sehat pula
Wallahu ‘alam Bhisawab