Blog Konten Islam

Tuesday, 22 May 2018

MEMBEDAH KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK (Hipokrit)...?

MEMBEDAH   KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK (Hipokrit)


Dasbor "Educasi Islam"


MEMBEDAH ;  KEJIWAAN SEORANG MUNAFIK 

“Mereka bermaksud dengan sungguh-sungguh menipu Allah dan orang-orang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit , maka Allah menambah (penyebab) penyakit ; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”
(QS. Al-Baqarah :9-10).


Memang tak bisa dipungkiri lagi, bahwa salah satu sifat paling menonjol yang dimiliki orang munafik adalah menipu. Menipu adalah cara yang dilakukan orang munafik untuk mencederai umat islam. Bahkan, menipu kadang bukan lagi cara. Menipu sudah masuk kategori tujuan.Mereka menipu umat islam karena mereka ingin menipu, itu saja. Nah inilah yang akan kita ulas dalam kajian tafsir kali ini.

Sifat munafik adalah menampakkan kebaikkan dan menyembunyikan keburukkan. Sifat ini ada yang I’tiqadi (berkaitan dengan aqidah), yang membuat kekal pemiliknya dalam neraka. Ada pula yang ‘amali [berkaitan dengan amal perbuatan], yang merupakan salah satu dosa besar. Ucapan orang munafik bertentangan dengan perbuatannya, dan apa yang dirahasiakannya bertentangan dengan apa yang ditampakannya.

Sifat-sifat munafik hanya terdapat dalam surat-surat Madaniyah, karena itu ketika di Mekkah belum ada kasus yang berhubungan dengan sifat-sifat itu. Karena itu Allah mengingatkan perihal sifat-sifat orang munafik, agar orang mukmin tidak tertipu dengan penampilan luar mereka. Sebab salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan menipu.

Menipu, menurut Kamus Bahasa Indonesia , berarti perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong dan palsu , dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali, atau mencari untung. Menurut Quraish Shihab, penulis Tafsir Al-Misbah, menipu adalah upaya mengelabui pihak lain untuk menjerumuskan orang lain dalam kesulitan tanpa disadari olehnya. Penipuan juga berarti upaya menampakkan pertolongan padahal dibalik itu ada kerugian bagi pihak lain.Itu dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Orang-orang munafik ketika bergaul dengan orang-orang mukmin pada zaman Rasul bertujuan untuk mendengarkan rahasia untuk kemudian dibocorkan kepada pihak lawan,atau mereka bergaul dengan tujuan menutup-nutupi kemunafikkan mereka sehingga terhindar dari sanksi yang dapat dijatuhkan kepada mereka.

Tapi, mereka keliru. Sebab, sebenarnya mereka itu tidak menipu kecuali hanya menipu diri mereka sendiri. Mereka tidak sadar bahwa mereka merugikan diri sendiri, atau bahkan tidak memiliki sedikit kesadaran pun, baik menyangkut bahaya yang dapat menimpa mereka maupun kesadaran menyangkut yang bermanfaat atau berakibat buruk buat mereka.

Kata Ibnu Katsir , pengarang Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Allah pasti akan membalas tipu daya mereka itu . Sebab, jika dalam kehidupan dunia ini mereka menipu kaum mukmin, maka sebenarnya mereka menipu diri sendiri, karena perbuatan itu tampak jelas bagi mereka. Bahkan, perbuatan itu akan memberikan kematian pada diri mereka sendiri.

Kematan disini mengandung arti banyak. Kematian bisa bermakna berhentinya perilaku mereka , karena Allah langsung menghentikan tindakan mereka. Kematian berarti azab atau siksa pedih. Kematian juga bisa berarti datangnya penyakit berat kepada mereka. Itu semua disebabkan karena kaum mukmin adalah kelompok orang yang sangat dicintai Allah swt.

Sementara itu, Sayyid Quthb memotretnya ini lebih jauh kedalam. Menurut Dia, seperti yang tercatat dalam Kitab Tafsir Fizalil Quran, ayat ini menerangkan tentang hakikat hubungan anatara Allah dan kaum mukmin yang begitu dekat dan erat. Allah menjadikan sifat orang mukmin sebagai sfat-Nya. Urusan orang mukmin adalah urusan-Nya sehingga Allah selalu membelanya. Ibaratnya, jika Allah hendak tertipu maka kaum muslimin merasa tertipu. Jika kaum mukmin ditipu , maka Allah pun ditipu.

Inilah karunia luhur dan mulia, Karunia yang mengangkat kedudukan kaum mukmin dan hakikat mereka pada tingkat yang paling tinggi. Hal ini memberikan kesan bahwa hakikat iman di alam semesta merupakan hakikat paling besar dan paling mulia. Karunia ini juga mendatangkan ketenangan dalam hati orang mukmin tanpa batas.

Pada saat bersamaan, kata Sayyid Quthb, ayat ini sekaligus merupakan ancaman yang menakutkan bagi orang yang mencoba melakukan tipu daya terhadap orang-orang mukmin yang hendak mengganggu mereka. Ayat ini sebagai peringatan keras kepada orang-orang munafik bahwa serangan mereka itu bukan kepada orang mukmin saja, tapi sekaligus terhadap Allah Yang Maha Perkasa. Hal ini dipahami sebagai upaya memerangi Allah apabila mereka memerangi para kekasih-Nya. Sebab, orang mukmin adalah kekasih Allah.

Coba saja anda bayangkan , bagaimana jadinya jika orang yang anda cintai dimusuhi orang lain. Misalnya, istri anda dijahati orang lain atau anak perempuan anda diganggu orang lain, Anda pasti marah bukan..?. Nah, begitu juga Allah. Karena orang mukmin adalah orang yang dicintai Allah maka Allah akan membelanya.

Sama halnya dengan anda. Karena istri begitu cinta dan sayang keada anda, maka anda akan membela dia dalam keadaan apapun. Hal ini merupakan bukti bahwa anda begitu sayang dan cinta pada istri anda. Inilah yang disebut hakikat hubungan dua insane yang saling mencintai.

Oleh karenanya, hubungan Allah yang erat dengan kaum muslimin hendaknya disyukuri dengan baik. Sebab, adanya hal ini akan membawa keabaikkan bagi kaum mukmin. Hati mereka bisa tenang dan tak perlu takut bila ada tipu daya dari kaum  munafik. Penipuan yang dilakukan kaum munafik akan dimusuhi Allah. Mereka lalai bahwa sebenarnya mereka tidak menipu kaum muslimin, melainkan mereka menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari. Namun begitu, kaum mukmin tetap harus waspada.

Soalnya, orang bijak suatu hari pernah berkata, “Orang-orang munafik sekarang berbahaya daripada orang munafik dizaman Rasulullah”

Orang bertanya kepadanya ; “Mengapa demikian..?.
Ia menjawab, “Sesungguhnya dimasa Rasul mereka menyembunyikan kemunafikannya, sedangkan kini mereka berani menampakkannya”.

Artinya, sifat kemunafikan kini sudah mulai bergeser makna. Jika dulu, orang munafik lebih cenderung sembunyi-sembunyi, maka kini sudah tidak lagi. Kaum munafik justru kini sudah lebih berani terang-terangan memusuhi umat Islam. Mereka menipu umat Islam tanpa perlu sembunyi muka. Mereka juga tak perlu sembunyi untuk mengkhianati umat Islam.
Penyakit hati
Sifat Nifaq, atau munafik , adalah satu diantara sekian banyak jenis penyakit dalam hati. Orang yang selalu menipu , khianat, berdusta, dan sebagainya , adalah bentuk penyakit yang ada didalam hati. Menurut Quraish Shihab , penyakit hati yang dimiliki orang munafik merupaka gangguan yang menjadikan sikap dan tindakan merkea tidak sesuai dengan kewajaran. Ini menjadikan mereka memiliki akhlaq yang sangat buruk. Penyakit itu lahir akibat kemunafikkan mereka.

Disamping hati mereka sudah ada penyakit, Allah kemudian akan terus menambah penyakit itu dalam hatinya. Hal ini dipahami Thahir Ibn ‘Asyura sebagai sift-sifat buruk yang melekat pada diri mereka dari hari ke hari. Akibatnya, sifat buruk yang sudah menjadi penyakit hati itu kian hari kian bertambah seiring dengan berjalannya waktu.

Lantas, kenapa penyakit kemunafikkan terus bertambah ..?. Kata Thahir Ibn ‘Asyura adalah karena sifat kemunafikkan menambah buruk sifat-sifat mereka. Orang memiliki sifat kemunafikan akan selalu menutup-nutupi sifat buruknya itu,sehingga ia tidak pernah mendapat kritik atau nasehat. Ini tidak ubahnya dengan orang yang sakit lalu menutup-nutupi penyakitnya itu, dan ia enggan pergi berobat ke dokter sehingga penyakitnya terus bertambah dari waktu ke waktu.

Disamping itu, kata penyakit yang terkandung dalam QS. Al-Baqarah ;10 ini mengandung arti bahwa penyakit yang tadinya diderita oleh munafik akan bertambah akibat sifat kemunafikan mereka, sehingga menimbulkan penyakit baru dan komplikasi.
Allah berfirman, “Dalam hati mereka ada penyakit, maka Allah menambah (penyebab) penyakit ;dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta “. (QS. Al-Baqarah : 10) .

Beberapa ahli tafsir memahami kata ‘penyakit’ dalam ayat ini adalah sebagai bentuk keraguan pada islam. Sementara itu, umumnya, kalangan ulama’ tafsir mengartikan sebagai sifat munafik. Abdurrahman bin Aslam mengatakan bahwa penyakit yang dimaksud bukanlah tubuh. Melainkan, penyait disini adalah penyakit hati yang bisa merusak keimanan seseorang.

Bagi Ibnu Katsir, yang dimaksud penyakit adalam ayat ini adalah penyakit hati yang berebntuk keraguan, riya’, dan keji atau jahat. Penyakit ragu karena mereka meragukan Risalah Nabi Muhammad saw dan ajarannya. Dikatakan riya’ karena mereka menampakkan keimanan padahal mereka itu kufur. Dan , dikatakan mereka mengidap penyakit keji karena mereka kufur (kafir), kepada apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Seba , tidak diragukan lagi bahwa kekufuran merupakan sifat yang keji.

Kemunafikkan juga merupakan sumber segala petaka. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah telah mengungkapkan bahwa kemunafikan adalah penyakit batin yang sangat berbahaya. Seseorang bisa dikuasai penyakit ini tanpa disadari. Hakikatnya sangat samar atas kebanyakkan orang. Dan biasanya menjadi lebih samar atas orang yang telah terjangkit penyakit ini.Ia mengira telah melakukan perbaikkan namun hakikatnya ia merusak.

KEJIWAAN ORANG MUNAFIK
Para mufasir memahami kemunafikan sebatas penyakit hati. Tapi, tidak hanya dengan para ahli kejiwaan. Mereka justru mendapatkan banyak penemuan terkait dengan ini. Ada implikasi serius pada kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik. Dalam ilmu kejiwaan seseorang yang memiliki sifat munafik, dalam ilmu kejiwaan, kemunafikan disebut hipokrit.

Ilmu kejiwaan Modern menetapkan bahwa figure seorang Hipokrit adalah sosok orang yang sedang sakit, yang terbelah pada dirinya , seolah dua figure atau profile yang salaing bertikai dalam satu tubuh. Satunya menggambarkan tampilan – tampilan luarnya, yang bisa terlihat dan terdengar oleh siapa saja, seperti halnya pakaian, senyuman dan perkataan. Sedangkan yang lain mencerminkan sifat dalamnya atau muatan dalamnya, yang tidak dapat diketahui oleh siapapu.

Muhammad Kamil Abdushamad, dalam Kitab Al-I’jazul ‘Ilmi Fil Islam ; Al-Quran Al-Karim , mengungkapkan bahwa pertikaian kepribadian orang munafik bersumber dari sifat pribadinya yang menunjukkan bahwa ia bukanlah orang yang amanah dengan dirinya sendiri, terlebih dengan orang lain. Ia mendustai dirinya sendiri agar orang lain menerima atau ridha padanya. Sedangkan, ia mendustakanorang lain agar ia bisa memperdaya mereka mengenai hakikat diri yang sebenarnya.

Namun, dalam realitas yang sebenarnya, ia tidak sanggup memperdayai siapapun, karena perilaku mereka tidak sesuai dengan perkataan. Pertentangan antara apa yang dikatakan dan apa yang dikerjakan inilah , yang justru akan membongkar kedok dimata orang banyak mengenai hakikat diri yang sebenarnya, walau ia sudah berusaha menyamarkannya.

Dengan demikian, ia sebenarnya sedang memperdayai dirinya sendiri , dan bukan orang lain. Ia pun tidak punya daya sedikit pun untuk memperdayai Allah dan apa yang disembunyikan dalam hatinya.

Ada sebuah analisis kejiwaan untuk mengetahui profil seorang hipokrit. Maka, terkuat didalam suatu kepribadian yang sangat berkonspirasi dengan tabiatnya sendiri. Kepribadian yang menampakkan sesuatu yang tak terbersit dalam hatinya, dan bertindak dalam kegelapan. Hal ini juga mendorong timbulnya fitnah dan desas-desus dengan memakai pendekatan yang samar , terselubung, sistematis dan terorganisir.

Kepribadian seorang Hipokrit layaknya sosok pribadi yang Utilitarian, yaitu suka mengambil keuntungan , mengingat ia bermain pada dua korelasi. Ia berusaha untuk bisa diterima oleh dua kubu yang saling berseteru sekaligus, dengan tujuan meperdayai dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Sikap Ambivalen atau plin-plan seperti inilah yang akan selalu diambil oleh orang –orang yang memiliki sifat Hipokrit. Kemunafikan memiliki rupa dan jenis yang sangat variatif sampai tak terbilang. Diantaranya adalah sifat Tamalluq atau cari muka.

Faktor kejiwaan sebagai pemicu munculnya sifat munafik seperti ini.Para pakar ilmu jiwa menyebutkan karena sifat, “takut” dan “tamak”.

Mencari muka merupakan penyakit jiwa dan sosial yang berkembang subur bagai wabah penyakit ditengah masyarakat.  Dr, Karl Young, seorang dokter ternama bidang kejiwaan ,menuturkan bahwa rata-rata penyebab penyakit para pasien yang ditanganinya adalah karena mereka memiliki keimanan dan sifat Hipokrit.

Para pasien yang ditangani selam 30 tahunan itu tiak bisa sembuh, kecuali setelah mereka berusaha mengoptimalkan keimanan mereka yang telah hialng.

Williem James, seorang professor ilmu jiwa di Universitas Harvard Amerika, mengatakan bahwa obat yang paling mujarab terhadap penyakit orang munafik adalah teguhnya keimanan. Bahkan , Dr. Farell juga menyebutkan bahwa orang yang benar-benar memiliki keimanan yang mantap , dan tidak munafik, ia tidak akan pernah mengeluh  sakit kejiwaan atau mentalitas sama sekali.Pikirannya tenang dan kondisi ruhaninya juga sehat. Jika, ruhaninya sehat, maka akan mengantarkan kondisi jasmani yang sehat pula

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -23 Mei 2018

Monday, 21 May 2018

KETIKA UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as

KETIKA   UJIAN MENIMPA NABI IBRAHIM as


Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


KETIKA UJIAN MENIMPA

NABI  IBRAHIM  as


“ Ibrahim berkata, “Hai anaku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !” Ia (Ismail) menjawab : “Hai Bapakku , laksanakan lah apa yang diperintahkan kepadamu ; Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk para penyabar”. (QS. Ash-Shaff [37] : 102)  .

Tak ada ujian berat bagi seseorang, terlebih jika telah dipilih Allah sebagai nabi , kecuali datang perintah Allah untuk melepaskan apa yang dicintai. Tapi jika dia ringan tangan tak dibelit keraguan  merelakan apa yan dicintai itu dan melepas hanya semata-mata demi meraih ridha Allah, maka tak ada balasan dari Allah kecuali sesuatu yang lebih dari yang dicintai itu, kemuliaan dunia dan jaminan di akhirat kelak.
Ujian berat itulah yang dialami Nabi Ibrahim , ketika perintah Allah datang untuk mengorbankan Nabi Ismail. Padahal, Nabi Ismail adalah anak dari nabi Ibrahim as. Yang teramat dicintai setelah seratus tahun dilanda kesepian dan nyaris tidak memiliki harapan untuk bisa memiliki anak.

Disinilah keimanan Nabi Ibrahim diuji oleh Allah, setelah Allah memberi “kabar gembira” dengan kehadiran seorang anak yang lama ditunggu dan dinantikan tetapi justru kemudian jadi batuan ujian berat Nabi Ibrahim as.

KELAHIRAN NABI ISMAIL as
Tahun-tahun perjuangan Nabi Ibrahim as telah berlalu. Sudah seabad, di aberjuang menumbangkan kejahiliyahan nenek moyang , fanatisme kaumnya (yang menyembah berhala) , melawan kekuasaan sang penindas Nambrud yang angkuh dan kahirnya dia diselamatkan Allah dari panasnya kobaran api yang membakarnya

Misi agung Nabi Ibrahim nyaris telah tertunaikan. Dia telah menyerukan risalah tauhid (monoteisme) di tengah system sosial yang dzalim dengan gemilang.Tetapi diujung usia Ibrahim yang sudah mulai menua itu, ternyata belum diberi anugerah keturunan.

Maka, did dihinggapi rasa gelisah. Padahal misi agung kenabian perlu penerus dan harapan itu nyaris jauh dari harapan dan kenyataan, karena istrinya (SARAH) mandul (tak subur) dan Ibrahim sudah udzur. SementaraNabi Ibtahim tak menemukan seorang pun yang dapat di banggakan sebagai penerus kecuali Nabi Luth. Karena, Nabi Ibrahim gelisah. Cemas dan resah.

Tak bisa diingkari, sebagai manusia dia ingin memiliki anak untuk membuatnya bahagia. Maka, diapun berharap bisa mendapatkan keturunan dan hanya pada Allah dia berharap besar dan tak sedkitpun diliputi putus asa. Maka, ia dengan khusyuk berdoa agar diberi anak “Tuhanku, anugerahkan kepadaku anak yang termasuk orang-orang yang shaleh” (QS. Ash-Shaafat : 100).

Allah Maha mendengar dan mendengar doa Nabi Ibrahim. Allah memberi “Ganjaran” pada orang tua tersebut untuk waktu yang telah ia gunakan dan juga penderitaan yang telah dia alami selama bertahun-tahun dalam menyampaikan pesan Allah, dengan sebuah janaji, “Maka Kami memberinya kabar gembira dengan seorang anak yang amat penyantun (QS. Ash-Shaafat :101).

Baca Juga "Lubang Kubur Kekurangan Tanah"

Janji Allah menjadi kenyataan. Tidak lama kemudian, Ibrahim mendapatkan keturunan, karena lahir seorang anak laki-laki dari Hajar, hamba sahaya perempuannya, seorang perempuan kulit hitam yang tidak cukup terhormat untuk menimbulkan rasa cemburu di hati Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim. Jelas, kelahiran Nabi Ismail itu membuat Nabi Ibrahim gembira. Karena ismail tidak sekedar anak melainkan juga buah hati yang menghibur penderitaan Nabi Ibrahim selama seratus tahun berjuang melawan kemungkaran.

Ismail itu lambing kemenangan (imbalan) bagi kehidupan Nabi Ibrahim yang penuh perjuangan. Karena itu, Nabi Ibrahim sangat mencintai Ismail. Apalagi dia adalah anak laki-laki yang sudah bertahun-tahun didambakan kehadirannya oleh nabi Ibrahim.
Seiring dengan perjalanan waktu, Ismail pun tumbuh menjadi seorang remaja yang santun. Maka nabi Ibrahim semakin sayang dan bahkan cinta setengah mati kepada Ismail. Nabi Ibrahim mencurahkan segenap jiwa dalam merawat Ismail karena dia anak yang dirindukan dan kelahirannya itu nyaris tidak diduga. Dia juga sebuah harapan bagi Nabi Ibrahim untuk, “meneruskan” risalah “Tauhid”, sebongkah cinta dan juga tumpuan akan kelanjutan bagi masa depan kehidupan anak turun Nabi Ibrahim as.

MIMPI UNTUK MENYEMBELIH NABI ISMAIL as
Tetapi ditengah kebahagiaan yang lagi melingkupi Nabi Ibrahim bersama buah hatinya Ismailyang seiring waktu tumbuh dewasa, tiba-tiba turun wahyu yang dijumpai oleh Nabi Ibrahim dalam sebuah mimpi yang nyaris membuatnya terguncang, “Wahai Ibrahim , taruhlah sebilah pisau dileher anakmu dan sembelihlah dia dengan tanganmu sendiri”.

Saat bagun dari tidur , Ibrahim , hamba Allah yang paling setia itu mulai goyah. Seakan hendak roboh. Tokoh besar yang tak terkalahkan dalam sejarah itupun serasa pecah berkeping-keping. Setelah seratus tahun diangkat menjadi Nabi , hidup sebagai pemimpin , berjuang melawan kaumnya yang fanatic menyembah berhala ( jahiliya ), melawan penindas dan penguasa lalim mampu meraih kemenangan dan juga berhasil melakukan segala tanggungjawab , tetapi kini justru dilanda ragu. Apakah dia harus mengikuti jeritan hati dan menyelamatkan Ismail atau mengikuti perintah Allah dan harus mengorbankan Ismail.

Dua pilihan itu (antara cinta terhadap anak yang sudah lama dirindukan dan kebenaran disisi Allah swt) berkecamuk dalam dada Nabi Ibrahim. Seandainya, Allah memintanya untuk mengorbankan dirinya sendiri , bukan Ismail, tentu akan sangat mudah menentukan sebuah piliha. Tetapi, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail, bukan dirinya sendiri. Itu yang membuat Nabi Ibrahim dilingkupi perasaan berat dalam menentukan pilihan.

Tetapi, keraguan di dada yang tak lain akibat godaan setan atau iblis itu akhirnya mampu dilampaui oleh Nabi Ibrahim as . Ia tidak ragu bahwa mimpi itu perintah dari Allah yang bertujuan untuk mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa kecintaan terhadap seorang anak tak ada artinya disisi Allah. Dengan perintah itu, dia harus melepas segala kepentingan yang menguasai pikiran dalam berkomunikasi dengan Allah swt.

Dengan ujian besar Allah memerintahan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan Ismail agar dia bisa berserah total terhadap apa yang diperintahkan Allah. Dalam Al-Quran Allah swt berfirman, “Dan ketahuilah bahwa hartamu, dan anak-anakmu itu hanyalah cobaan (QS. Al-Anfal :28).

DIALOG ANTARA BAPAK DAN ANAK
Setelah merenung bahwa mimpi itu adalah perintah Allah, maka Nabi Ibrahim pun pasrah kepada Allah. Dengan kepasrahan itu, ia akhirnya mengambil keputusan dilandasi kemerdekaan yang mutlak dengan mentaati perintah Allah  dan sudah bulat tekad untuk memberitahukan perintah tersebut kepada Ismail.

Hari yang mendebarkan itupun tiba. Di sebuah sudut Mina yang sepi, Ibrahim akhirnya angkat bicara. Sang ayah yang memiliki rambut dan janggut sudah memutih dan sudah menjalani hidup Selma seabad  sedang Ismail seorang anak yang baru saja tumbuh remaja (sementara ulama’ memperkirakan usia Ismail pada saat itu 13 tahun. Langit Semenanjung Arabia seakan berselimut dengan kabut pilu. Ibrahim merasa berat untuk menyampaikan pesan Allah tersebut kepada anaknya yang disayanginya itu.

Tapi akhirnya Nabi Ibrahim memasrahkan diri kepada Allah , alau berkata , “Ismail, anaku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu !”.

Seketika sepi, Ibrahim diam, diliputi perasaan takut. Wajahnya pucat tak kuasa menatap mata Ismail anak kesayangannya. Sementara Ismail menyadari apa yang berkecamuk dalam hati bapaknya. Ia coba menenangkan hati bapaknya. Nabi Ibrahim. Kemudian berkata, “Bapaku, patuhilah dan jangan ragu-ragu untuk memenuhi perintah Allah Yang Maha Kuasa. Engkau akan mendapatiku sebagai orang yang patuh dan dengan pertolongan Allah akau dapat menanggungnya” (QS.Ash-Shaafat :102).

Ibrahim sudah memutuskan untuk memasrahkan diri kepada Allah  tetapi rasa takut masih juga berkecamuk didalam hati. Kendati demikian, ia sudah memasrahkan segalanya hanya kepada Allah semata. Setelah itu Nabi Ibrahim mengambilpisau dan mengasahnya dengan sebilah batu hingga tajam kemudian membawa Ismail ketempat pengorbanan dan menyuruhnya berbaring di tanah, tentu sebelum memegangi kakinya, menggenggam rambutnya dan mendongakan kepalanya ke belakang supaya dapat melihat urat lehernya.

Detik-detik yang mendebarkan itu pun akhirnya tiba. Nabi Ibrahim berserah diri. Dengan menyebut nama Allah kemudian menempelkan pisau kearah leher Ismail , berusaha memotongnya dengan cepat. Orang tua itupun berusaha menyelesaikan prosesi penyembelihan dalam sekejap. Tapi, ternyat pisau itu tidak sanggup melukai leher Ismail, “Pisau itu menyakitiku, karena aku merasa tersiksa”. Erang Ismail.

Dengan diliputi amarah Nabi Ibrahim akhirnya melemparkan pisau itu dengan penuh rasa takut, ia bertanya, “Apakah aku bukan bapakanya..?”.

Ibrahim berdiri, mengambil pisau dan kemudian mencoba melakukan perintah Allah untuk menyembelih Ismail lagi tidak diliputi rasa takut tetap bersikap tenang, dan sebelum Ibrahim menyentuhnya, tiba-tiba datang seekor domba. Rupa-rupanya Allah telah mengganti korban yang akan dilaksanakan Nabi Ibrahim itu dengan seekor domba Allah tak menghendaki Ismail dikorbankan. Ibrahim pun tidak lagi perlu menyembelih Ismail karena Allah tidak membutuhan apa-apa!.

Akhirnya yang dikorbankan waktu itu adalah domba, bukan manusia, bukan Ismail. Awalnya memang Allah memerintahkan Ibrahim mengorbankan Ismail, tetapi sebelum selesai penyembelihan , perintah itu dibatalkan oleh Allah. Dengan pembatalan itu ada bentuk peyangkalan berupa larangan untuk mengorbankan manusia kepada Tuhan. Karena pada waktu itu hampir di seluruh dunia telah dikenal adanya  “Ritual suci” keagamaan untuk mengorbankan manusia sebagai sesaji kepada Tuhan yang disembah.

Di Mesir misalnya, ada ritual persembahan seorang gadis cantikkepada dewa sungai Nil Beda tempat, berbeda lagi sesembahanyang dikorbankan. Di Kan’an Irak, bukan gadis cantik yang dikorbankan melainkan bayi untuk dipersembahkan kepada dewa ba’al, yang berbeda dengan suku Astec-di Meksiko – yang mempersembahkan kepada dewa Matahari, berupa jantung dan darah manusia.

Sementara di Eropa Timur, orang-orang Viking yang menyembah dewa perang (Odion) justru mepersembahkan pemuka agama mereka. Jadi, pembatalan Ismail untuk dikorbankan lalu diganti Allah dengan “Domba” itu adalah sebuah simbul bahwa manusia memang tidak layak untuk dikorbankan karena manusia terlalu mahal untuk tindakan yang sepele itu.


(Di sarikan dari buku, Makna Haji, Ali Syariati Penerbit Zahra, Jakarta [cetakan 8], 2007).

Wallahu a’lam bis-shawab     


Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 22 Mei 2018

Sunday, 20 May 2018

PERDEBATAN IHWAL 'ARSY ALLAH

PERDEBATAN   IHWAL 'ARSY ALLAH

Dasbor "CERITA GHAIB"


PERDEBATAN  IHWAL  ARSY  ALLAH
 “ Allah berada dimana ? Jika kita bertanya kepada seorang anak kecil, ia akan menjawab, “Sambil menunjukkan telunjuknya keatas”. Menurut Mayoritas ulama’ jawaban seorang anak kecil ini bisa jadi benar. Allah memang ada diatas (langit) yaitu di ‘Arsy – hal ini selaigus membantah pendapat yang mengatakan Allah ada dimana-mana”.

Tuhan berada di atas, diluar lingkaran langit yang kita kenal yaitu langit pertama sampai langit ketujuh. Sebab , ‘Arsy merupakan makhluk Allah yang paling besar (QS. An-Nahl :26) dan paling tinggi , melampaui surga Firdaus dan Sidratul Muntaha yang pernah di lewati Nabi Muhammad saw saat Isra Mi’raj.

Nabi saw bersabda,”Kalau kau meminta surga kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena sesungguhnya dia adalah surga yang paling tinggi dan paling tengah, dan atapnya adalah ‘Arsy Allah Yang Rahman”. (HR. Bukhari).

Menurut Ibnu Ma’sud, “Antara langit yang paling bawah dan langit berikutnya jaraknya 500 tahun, dan diantara setiap langit jaraknya 500 tahu ; antara langit yang ketujuh dengan kursi jaraknya 500 tahun ; dan antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun ; sedang ‘Arsy berada diatas samudra air itu  ; dan Allah berada diatas ‘Arsy tersebut, tidak tersembunyi bagi Allah sesuatu apapun dari perbuatan kamu sekalian”.

Ini menunjukkan betapa besar dan tingginya ‘Arsy itu. Dari ‘Arsy inilah Allah mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya,”Kemudian Dia bersemayan diatas ‘Arsy (singgahsana) untuk mengatur segala urusan”. (QS. Yunus [10];3). Tetapi, kenapa Allah harus butuh tempay..?. Bukankah Allah itu zat yang tak teraba, sedangkan tempat berarti sesuatu yang fisikal 9terlihat)..?. Begitu istimewanya ‘Arsy , sehingga Allah harus berada disana untuk mengatur seluruh roda kehidupan makhluk-Nya?.

Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa Dibuktikan..?"

“Arsy adalah bentuk masdar dari kata kerja ‘arasya –ya’risyu – arsyan, yang berarti “bangunan” , “Singgahsana”, “Istana” atau “Tahta”. Di dalam Al-Quran kata ‘Arsy dengan kata yang seasal dengan itu disebut 33 kali.

Ulama’ berbeda pendapat tentang hakekat ‘Arsy. Rasyid Ridha dalam tafsir menjelaskan bahwa ‘arsy merupakan “Pusat pusat pengendalian segala persoalam makhluk – Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Ridha itu antara lain, didasarkan pada (QS. Yunus (10) ; 3 ) “Kemudian Dia bersemayan diatas ‘Arsy (singgahsana) untuk mengatur segala urusan”.

Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsirbi al-Ma’tsur) menjelaskan, berasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab Ibnu Munabbih bahwa Allah swt. Menciptakan’Arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya ‘Arsy itu melekat pada ‘kursi. Para malaikat berada ditengah-tengah kursi tersebut.

“Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai yaitu ; 1. Sungai yang berisi cahaya yang berkilauan 2. Sungai yang bermuatan salju putih berkilauan 3. Sugai yang penuh dengan air, dan  4. Sungai yang berisi api yang menyala kemerah-merahan. Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah swt. Di ‘Arsy juga terdapat lisan (bahasa) sebanyak bahasa makhluk didalam alam semesta. Setiap lisan bertasbih kepada Allah swt berdasarkan bahasa masing-masing.

Sedangkan Abu Asy-Syaikh berpendapat bahwa ‘Arsy itu diciptakan dari permata zamrud hijau,sedangkan tiang-tiang penopangnya dibuat dari permata merah. Di ‘Arsy terdapat ribuan lisan bahasa , sementara dibumi Allah menciptakan ribuan umat. Setiapumat bertasbih kepada Allah swt dengan bahasa ‘Arsy. Pendapat iniberdasarkan hadits Rasulullah saw . yang diterima Abu Asy-Syaikh dari Hammad.

Lebih lanjut tentang asal-asul penciptaan ‘Arsy Abu Asy Syaikh juga meriwayatkan hadits dari Asy –Sya’bi yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “’Arsy itu terbuat dari batu permata Yakut Merah. Kemudian satu malaikat memandang kepada ‘Arsy dengan segala keagungan yang dimilikinya”. Lalu, Allah swt berfirman kepada malaikat tersebut, ;

 “Sesungguhnya aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yang sebanding dengan kekuatan 7.000 malaikat. Malaiat itu dianugerahi 70.000 sayap. Kemudian, Allah swt menyuruh malaikat itu terbang. Malikat itu terbang dengan kekuatan dan sayap yang diberikan Allah swt kearah mana saja yang dikehendaki Allah swt. Sesudah itu  malaikat tersebt berhenti dan memandang kearah ‘Arsy. Akan tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ini memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arsy Allah itu”.

Gambaran fisik ‘Arsy merupakan hal yang ghaib , yang tak seorangpun mampu mengetahuinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas didalam didalam riwayat IbnuAbi Hatim. Ibnu Abbas berkata, “Tidak ada orang yang mampu mengetahui berapa besar ukuran ‘Arsy , kecuali pencipta-Nya semata-mata. Langit yang luas ini jika dibandingkan dengan luas ‘Arsy sama dengan perbandingan diantara luas sebuah kubah dan luas padang sahara”.

Meski ‘Arsy tidak bisa diukur  tetapi ia tetap terbatas dan ada garis akhirnya. Sebab ia juga merupakan makhluk Allah. Bagaimana kalau kita bisa tahu kalau bumi ini berbatas dan ada garis akhirnya.?. Karena kita bisa melihatnya dari luas bumi yaitu ketika kita berada di langit. Begitupun , kita akan bisa mengukur batas akhir langit jika kita bisa keluar dari lingkaran langit. Tapi , kita pasti tidak akan mampu melakukannya. Karena Nabi saw sendiri saat Isra’ Mi’raj masih berada dalam lingkaran langit. Apalagi , untuk mengetahui ukuran ‘Arsy. Tapi , kita yakin bahwa ‘Arsy pun terbatas seperti halnya bumi dan langit.

Baca Juga "Adakah Jin Islam"

Di dalam perbincangan ulama’ kalam (teolog islam) persoalan ‘Arsy yang controversial. Para ulama’ tersebut memperdebatkan apakah ‘Arsy itu sesungguhnya bersifat non fisik atau fisik. Dalam hal ini terdapat tiga pendapat ;
Pertama, Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa ‘Arsy didalam Al-Quran harus dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy , maka arti ‘Arsy disini adalah kemahakuasaan Tuhan. Tuhan merupakan zat yang non fisik, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat fisik.

Kedua, Golongan ujasimah atau golongan yang berpaham antropomorfisme. Pendapat golongan ini bertolak belakang dengan golongan pertama. Menurut mereka, kata ‘Arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘Arsy sebagai sesuatu yang bersifat fisik atau material.

Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa ‘Arsy dalam arti tahta atau singgahsana harus diyakini keberadaan, karena Al-Quran sendiri menartikan demikian. Akan tetapi, bagaimana wujud tahta atau singgahsana Allah itu hanya Dia sendiri yang tahu. Akal manusia memiliki keterbatasan untuk mengetahuinya. Pendapat ini diyakini oleh golongan Asy’ariyah.

Terlepasa dari berbagai pendapat mengenai hakekat ‘Arsy, yang jelas , makhluk Allah yang satu ini merupakan tempat Allah mengatur segala kehidupan yang ada di bumi dan di langit. Allah mengontrol segala hajat kehidupan manusia di bumi dan dilangit dari ‘Arsy ini. Allah memerintahkan malaikat untuk menemui Muhammad dan sebagainya dari ‘Arsy ini. Sebab ‘Arsy merupakan tempat Allah. Allah adalah raja dari segala Raja. Seperti halnya raja , maka istana kerajaan Allah adalah ‘Arsy itu. Pantas saja, jika ‘Arsy itu begitu istimewa.

Tetapi bersemayamnya Allahdi atas ‘Arsy janganlah disamakan dengan bersemayamnya manusia. Inilah persoalan pelik tentang Allah bersemayam diatas ‘Arsy yang tdak diketahui oleh manusia. Yang jelas, menurut Syeikh  Muhammad Sholi Al-Munajid  “Wajib diketahui bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha Tinggi dengan kesempurnaan keagungan-Nya tidak memungkinkan untuk di sesuatu pun dari makhluk-Nya. Maka tidak boleh dikatakan bahwa Allah berada di surga, tetapi Dia diatas ‘Arsy yang merupakan atap Firdaus, sedangkan Firdaus surga yang paling tinggi’.

Menurut Ustadz Abu Bar Anas Burhanuddin, “Allah berada di ‘Arsy tidak berarti bahwa Allah membutuhkannya, tapi justru ‘Arsy yang membutuhkan Allah seperti makhluk- makhluk yang lain. Dengan hikmah-Nya , Allah menciptakan ‘Arsy untuk bersemayam diatasnya. Allah Maha Kuasa , yang tidak membutuhkan apapun”.
Maha Suci Allah dengan segala Firman-Nya.

{ Berbagai Sumber / Foto : Sekedar Ilustrasi).


Wallahu a’lam bis-shawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 21 Mei 2018

Saturday, 19 May 2018

WASIAT TERAKHIR NABI YA'QUB as

WASIAT   TERAKHIR NABI YA'QUB as




WASIAT  TERAKHIR

NABI  YA’QUB  as


“ Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda maut), ketika ia berkata kepada anak-anaknya : “Apa yang kamu sembah sepeninggalku..?”. Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahin , Ismail, dan Ishaq (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami akan tunduk patuh kepada-Nya “. (QS. Al-Baqarah :133)  .

Setelah Nabi Ya’qub berpisah cukup lama dengan anaknya , Nabi Yusuf , akhirnya Allah mempertemukan kembali ayah dan anak itu dalam keadaan tak terduga. Waktu itu , Nabi Yusufsudah melewati penderitaan panjang dan menjadi bendaharawan Mesir. Sedang negeri tempat Nabi Yaqub dan sudara-saudara Nabi Yusuf tinggal dilanda pacelik. Kebutuhan kleuarga Nabi Yusuf untuk mendapatkan makanan ke Mesir itulah yang membuat Nabi Yusuf menyusun siasat untuk menjebak Benyamin, saudara kandung sendiri agar ditahan.

Tentu, penahanan Benyamin itu semakin menambah penderitaan Nabi Ya’qub. Tetapi tidak lama kemudian, sudara-saudar Nabi Yusuf ke Mesir kembali dan diminta untuk membawa baju Nabi Yusuf agar diberikan kepada Nabi Ya’qub, peristiwa itu akhirnya membuat saudara-saudara nabi Yusuf sadar dan tahu jika Yusuf ternyata masih hidup.
Dengan diliputi rasa bersalah , saudara yusuf pulang ke Palestina menemui ayah mereka. Anehnya kabar itu sudah bisa dicium, Nabi Ya’qub sebelum saudara Yusuf tiba dirumah. Tatkala saudara Yusuf baru melewati perbatasan (baru memasuki Palestina), nabi Ya’qub mencium bau Nabi Yusuf , “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf , sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku)”.

Setelah saudara Yusuf tiba dirumah, kejadian yang menakjubkan pun terjadi. Wajah nabi Ya;qub diliputi cahaya dan bisa melihat kembali setelah sekian tahun hanya diliputi gelap. “Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian bahwa aku mengetahui dari Allah swt apa yang tidak kalian ketahui..?”.

Saudar Nabi Yusf merasa bersalah , lantaran dulu telah membuang Nabi Yusuf. Maka, saudara Nabi Yusuf memohon ampunan. “Wahai Ayah kami , mohonkanlah ampunan bagi kami terhadap dosa-dosa kami , sesungguhnya kami orang-orang yang bersalah )berdosa) “. (QS. Yusuf [12]  :94-97)

Nabi Ya;qub kemudian memohon ampunan kepada mereka, dan setelah itu Nabi Ya’qub mendapatkan kekuatan sehingga berangkat ke Mesir. Maka, nabi Yusuf dapat bertemu kembali dengan ayahnya setelah 30 tahaun berpisah dan ia tak lupa dengan mimpinya sewaktu kecil, “Wahai ayahku, inilah ta’bir mimpiku yang dulu itu; Sesungguhnya Tuhanku telah menjadikan suatu kenyataan. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskanku dari penjara dan ketika membawamu dari dusun padang pasir, setelah setan merusak (hubungan) antara aku dan saudara-saudaraku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dial ah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana “. (QS. Yusuf [12] :100)


KISAH NABI YA’QUB as  
Nabi Ya’qub as adalah putra Nabi Ishaq bin Ibrahim. Nabi Ya’qub punya saudara bernama Ishu (dalam riwayat lain disebutkan bernama ‘Aish). Keduanya itu tergolong saudara kembar. Tetapi antara Nabi Ya’qub dan Ushu ternyata disekat jarak. Meskipun keduanya saudara, ternyata tak bisa hidup damai dan rukun. Ishu didera perasaan dengki , iri dan benci terhadap Nabi Ya’qub as , lanataran ia melihat Ya’qub disayangi ibunya. Dendam Ishu semain mendarah daging ketika Ishu suatu hari melihat Ya’qub memperoleh berkah dan doa ayahnya Nabi Ishaq.

Selain disayang ibunya dan diberkahi doa ayahnya, Nabi Ya’qub juga termasuk manusia pilihan. Dalam Al-Quran , Allah berfirman, “Dan Kami telah memberikan kepadanya (Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub , sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-peminpin yang member petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan keapada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah “. (QS. Al-Anbiyaa [21] : 72-73).
Dendan dan kedengkian Ishu itu akhirnya , membuat Ya’qub merasa tidak enak. Maka suatu hari, ia menemui ayahnya, meminta pendapat. “Wahai ayahku! Tolonglah beri jalan keluar untuk kasusku ini. Bagaimana aku harus menghadapi saudaraku, Ishu membenciku iri dan selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan di hatiku, sehingga akan menjadi hubungan persaudaraan kami berdua renggang dan tegang.

Tiak ada saling cinta dan mencintai, saling sayang menyayangi. Dia marah karena ayah memeberkahi dan mendoakan aku agar aku memperoleh keturunan shaleh , rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan. Dia menyombonbongkan diri dengan kedua orang istrinya dari suku Kan’aan danbahkan mengancam anak-anaknya dari kedua istrinya itu kelak akan jadi saingan berat bagi anak-anaku. Juga ancaman lain yang mencemaskan dan menyesakkan ahtiku. Tolonglah ayah, beri aku masukkan; bagaimana aku harus mengatasi maslah ini; mengatasi dengan cara kekeluargaan “.

Sesaat Nabi Ishaq iam. Ia memang sudah tahu keretakkan hubungan dua anak itu , ia berusaha berpikir dengan jernih untuk mencari jalan tengah yang arif dan bijak. Akhirnya, Nabi Ishaq menemukan jalan tengah dan angkat bicara.

“wahai anaku…karena usiaku yang sudah lanjut, aku aku tidak dapat menengahi kalian berdua. Uban sudah menutupi seluruh kepalaku , badanku sudah membongkok , raut mukaku sudah kisut, berkerut dan aku sudah berada diambang pintu perpisahan dari kalian, meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah meniggal , gangguan saudaramu , Ishu , kepadamu akan semakin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu berusaha mencari kebinasaanmu. Ia dalam usahanya memusuhimu itu akan mendapatkan  sokongan dan pertolongan dari saudara-saudara iparnya yang berpengaruh dan berwibawa , “ucap Nabi Ishaq.

Sementara , Nabi Ya’qub diam, mendengar khusyuk kata-kata yang diucapkan ayahnya. “Maka jalan terbaik bagimu, menurutku , kau harus pergi meninggalkan negeri ini. Berhijrah ke Fadan A’raam di daerah Irak. Disana itu, bermukim bapak sudaramu, saudara ibumu, Laban bin Batu’il.  Engkau bisa berharap dinikahkan dengan seorang putrinya. Dengan demikian , akan menjadi kuat kedudukan sosialmu , disegani dan dihormati, orang karena kedudukan mertuamu itu. Untuk itu, jangan tunggu waktu lagi !. Cepat pergi kesana 1. Dengan iringan doa , aku berharap semoga Allah memberkahi perjalananmu dan member rezeki yang murah dan mudah , kehidupan yang tenang dan tentram”, lanjut Nabi Ishaq.

Anjuran dan saran Nabi Ishaq itu dipandang Nabi Ya’qub sebagai jalan terbaik yang harus dilakukan dan dijalankan. Tak salah , jika nasehat itu masuk kedalam sanubari Nabi Ya’qub lantaran ia melihat anjuran ayahnya itu merupakan jalan keluar yang dikehendaki dari krisis hubungan antara dia dan Ishu. Apalagi dibalik saran itu, dia nantinya akan dapat bertemu dengan bapak sudaranya dan anggota-anggota keluarga dari pihak ibunya. Juga, harapan bisa mendapat jodoh. Tidak menunggu waktu lama lagi, Nabi Ya’qub pun menyiapkan perbekalan. Ia berkemas  mempersiapkan segala kebutuhan, barang – barang yang diperlukan dalam perjalanan. Dengan berat hati lantaran ditikam sedih berpisah, sebelum meninggalkan rumah, nabi Ya’qub meminta restu kepada ayah dan ibunya.

Nabi Ya’qub Hijrah ke Irak
Dengan hati yang kuat dan niat yang tulus berhijrah demi Allah, untuk menghindari bahaya permusuhan dengan saudaranya, Nabi Ya’qub melakukan perjalanan jauh. Ia lewati sahara,padang pasir serta tanah yang tandus. Juga, diwabah sengatan terik mentari yang panas.

Dalam perjalanan itu, dia sesekali istirahat jika dilanda letih dan capek. Suatu hari, sewaktu ia sedang istirahat disuatu tempat dan tertidur, tiba-tiba dia bermimpi. Dalam tidur yang nyenyak itu ia bermimpi dikaruniai rezeki yang luas , kehidupan yang aman, sentosa dan damai. Juga, keluarga dan anak cucu shaleh dan berbakti serta kerajaan yang besar dan makmur.

Setelah bangun Nabi Ya’qub terpana. Karena hanya melihat dirinya senidirian,sedang istirahat disebuah tempat. Ia menoleh kekanan dan kekiri, tidak menjumpai satu orang pun. Maka, ia sadar bahwa yang ia rasakan barusan adalah mimpi.Tetapi, dia percaya bahwa mimpinya itu kelak dikemudian hari kan menjadi kenyataan , sebagaimana yang didengar dari doa ayahnya.

Rupanya, mimpi itu membuat Nabi Ya’qub tidak lagi merasakan rasa letih yang sebelumnya hinggap ditubuh. Ada semacam tenaga baru yang masuk ke tubuh Nabi Ya’qub sehingga ia bisa melanjutka perjalanan kembali ke fadan A’raam

Setelah berhari-harimenpuh perjalanan , akhirnya Nabi Ya’qub tiba dipintu gerbang Fadan A’Raam. Saat itu, Nai Ya’qub melihat kehidupan baru. Maka, dengan mantap Nabi Ya’qub melanjutkan perjalanan melangkahkan kakinya kerumah Laban, bapak saudaranya. Sesampai di rumah Laban itu, Nabi Ya’qub bercerita bahwa dirinya anak Nabi Ishaq.Maka, keduanya kemudian berpelukkan karena dapat bertemu dengan pertemuan yang tak disangka dan laban tidak berat hati menerima kehadiran Nabi Ya’qub.

Selang beberpa hari setelah Nabi Ya’qub tinggal dirumah Laban, Nabi Ya’qub menyampaikan pesan Nabi Ishaq pada Laban agar mereka berdua berbesan, Yakni Nabi Ishaq menhendaki agar Laban menikahkan Nabi Ya’qub dengan salah seorang dari putrinya. Pesan tersebut diterima Laban setuju dengan rencana pernikahan Nabi Ya’qub dengan salah seorang putrinya. Tapi, Laban megajukan syarat untuk dijadikan sebagaimas kawin , yaitu Nabi Ya’qub harus memberikan tenaganya untuk bekerja dipeternakan selam 7 tahun. Nabi Ya’qub tidak keberatan , dan menyetujui syarat-syarat yang diajukan oleh bapak saudaranya itu.

Hari-hari bekerja yang harus dijalani Nabi Ya’qub itu pun berlalu. Tahun-ahun yang dilewati Nabi Ya’qub bekerja dieternakan Laban , akhirnya, tidak terasa sudah mencapai tujuh tahun. Maka, Nabi Ya’qub  memberanikan diri menagih janji yang dulu pernah disyaratkan Laban,bapak saudaranya itu untuk diambil sebagai menantu. Laban kemudian meminta kepada nabi Ya’qub untuk menyunting Laiya, putri sulung Laban. Padahal dalam hati , Nabi Ya’qub menhendaki agar menikah dengan Rahil, adik Laiya. Nabi Ya’qub kemudian mengutarakan isi hatinya, agar bisa dinikahkan dengan Rahil.

Tetapi, adat istiadat yang berlaku waktu itu tak mengisinkan seorang adik melangkahi kakaknya untuk menikah lebih dahulu. Karena itu, Laban mengambil jalan tengah supaya tidak mengecewakan nabi Ya’qub, dan tidak pula melanggar adat istiadat yang berlaku dengan menawarkan pada ya’qub untuk menikahi Laiya sebagai istri pertama dan menikahi Rahil sebagai istri yang kedua. Yang akan disunting kelak setelah Nabi Ya’qub menjalani masa kerja 7 tahun lagi di peternakan milik Laban. Nabi Ya’qub menerima lagi tawaran tersebut. Pernikahan Nabi Ya’qub dan Rahil , putri Laban dilaksanakan dan kontrak selama 7 keua lagi pun ditanda tangani.

Hari-hari berlalu, dan tahun-tahun yang dilewati Nabi Ya’qub bekerja tidak terasa  terasa waktu 7 tahun sudah terlampaui. Mereka, setelaha selesai masa kontrak kerja selama 7 tahun yang harus dijalani Ya’qub , Laban akhirnya menikahkan Nabi Ya’qub dengan Rahil. Jadi Nabi Yaqub, beristerikan dua wanita bersaudara kakak beradik.

Pada waktu itu, belum ada syariat yang melarang seorang laki-laki menikahi dua wanita kakak beradik , akan tetapi setelah turun QS An-Nisa 2, Islam melarang seorang lelaki menikahi dua perempuan bersaudar (kakak-beradik).

Setelah menikahkan Nabi Ya’qub dengan dua putrinya , Laban member hadiah kepada dua putrinya itu, dua hamba sahaya untuk menjadi pembantu rumah tangga mereka, yakni Zilfah dan Bahhih.Kedua hamba sahaya itu akhirnya diberikan kepada Ya’qub untuk diperistri , sehingga istri Nabi Ya’qub berjumlah empat orang.

Dari pernikahan Ya’qub dengan kedua istrinya dan dua hamba sahayanya itu, Ya’qub dikaruniai duabelas anak. Dari Laiya : Nabi Yakub dikaruniai anak :Ruhil, Yahuda, Syam’un, dan Lawi. Dari Rahil , Nabi Ya’qub diakruniai anak : Yusuf, dan Bunyamin. Sedang dari Zulfah dan Bahhih, Nabi Ya’qub diakruniai anak: Yasakha, Zabulan, Dana Naftah, Kal dan Ansyar.

Dari riwayat lain dari keempat istrinya itu , Nabi Ya’qub mempunyai dua belas orang anak. Dari Laiya Nabi Ya’qub dikarunia enam anak :Raubin, Syamun, Lewi (salah satu keturunannya adalah nabi Musa), Yahuda, Yasakir, dan Zabulon. Dari rahim Rahil Nabi Ya’qub dikaruniai dua orang anak, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Kemudian Zulfah melahirkan dua anak , yaitu Kan dan Asyar. Sedangkan Bahhih melahirkan dua orang anakyaitu : daan dan Baftali.

Tapi dari keduabelas bersaudara yang tak berasal dari satu ibu ternyata mengundang rasa iri dan dengki. Apalagi , ketika saudara-saudara Yusuf suatu hari menjumpai Yusuf lebig dicintai Nabi Ya’qub. Maka , mereka, saudara-saudara Yusuf itu kemudian harus mengalami kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan. Sebab cerita berikutnya setelah ia dibuang kedalam sumur , ada kafilah yang menyelamatannya.

Tapi, kafilah itu kemudian menjual Yusuf. Untung, Yusuf kecil justru diambil anak oleh seorang pejabat Msir. Tapi, lagi-lagi cobaanpun datang. Ia difitnah dan akhirnya dijebloskan kedalam penjara. Setelah lama mendekan dalam penjara , nabi yusuf bisa mentakwilkan mimpi raja. Berkat ilmu Nabi Yusuf yang bisa mentakwilkan mimpi itulah, ia kemudian diangkat menjadi bendaharawan di negeri Mesir dan kemudian bisa bertemu kembali dengan ayahnya, Nabi Yaqub as.

WASIAT TERAKHIR NABI YA’QUB as
Pertemuan antara Nabi Ya’qub dengan anaknya , Nabi yusuf, terjadi ketika usia Nabi Ya’qub diambang senja. Bahkan dari perpisahan yang lama (ada suatu riwayat yang menceritakan keduanya berpisah selam 17 tahun , lalu ada yang berpendapat 20 tahun , tapi ada juag yang berpendapat 30 tahun) itu, hidup Nabi Ya’qub sempat dilanda kesedihan dan tidak bisa meihat.

Tetapi satu hal yang tidak bisa diingkari, pertemuan kembali Nabi yusuf dengan Nabi Ya’qub dan saudara-saudaranya itu , ternyata membuat saudara-saudara Nabi Yusuf sadar dan Insyaf. Tak mustahil, ketika Nabi Ya’qub mendekati ajal , tidak ada wasiat atau warisan yang cukup berharga bahkan penting , kecuali memanggil anak-anaknya untuk diberi wejangan.

Tidak diragukan lagi bahwa dihati saudar-saudara Yusuf ternyata benar-benar tidak lagi berpaling dari ajaran Nabi Ibrahim , Nabi Ishaq dan Nabi Ya’qub as sebagaiman firman Allah dalam Al-Quran, “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya :”Apa yang kamu sembah sepeninggalku..?. Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmudan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Iislmail, dan Ishaq, yaitu Tuhan yang Maha Esa dan kami tunduk patuh kepada-Nya”. (QS. Al-Baqarah :133)

Dalam banyak riwayat disebutkan, Nabi Ya’qub as wafat pada usia 147 tahun dan dimakamkan di mesir karena ketika Nabi Ya’qub berusia tua , dia kemudian mengikuti putranya Nabi Yusuf yang menjadi pembesar (bendaharawan Mesir). Riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Ya’qub dimakamkan di Hebron disisi makam ayahnya Nabi Ishaq. Sementara dalam Al-Quran , kisah Nabi Ya’qub disebutkan secara terpisah , bersamaan dengan kisah nabi-nabi lain, seperti Nabi Ibrahim , Nabi Ishaq dan Nabi Yusuf.


 (Berbagai Sumber)   

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 21 Mei 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...