Blog Konten Islam

Wednesday 25 April 2018

KISAH SETELAH Pengangkatan Nabi Isa as

KISAH SETELAH PENGANGKATAN Nabi Isa as

KISAH SETELAH

Pengangkatan  Nabi Isa as




“ Aku mendengar sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa setelah lima tahun bertemu dengan Isa , barulah Maryam meninggal dunia, saat itu ia berusia 53 tahun “.

Nabi Isa as diangkat oleh Allah keatas langit , setelah dia wafat-tidurkan (menurut pendapat Ibunu Katsir) kemudian Allah meloloskan dari orang-orang Yahudi  yang ingin membunuhnya- dengan dukungan penguasa pada saat itu.

Yang sebeumnya juga telah mereka cekoki dengan fitnah-fitnah yang penuh dengan kedengkian dan kejam. Raja yang berkuasa pada zaman itu – menurut Hasan Basri dan Muhammad bin Ishaq adalah Daud bin Yura. Raja inilah yang memerintahkan agar Nabi Isa as dibunuh dan disalib.

Nabi Isa as pun kemudian dicari dan setelah mengetahui keberadaannya akhirnya Nabi Isa as dikepung didalam rumah dekat dengan Masjid Baitul Maqdis.

Baca juga>>>"Ketika Jenasah Siti Maryam dimandikan Para Bidadari"

Kejadian itu diceritakan terjadi tepat pada hari Jum’at sore, saat itu para pengepung itu hendak memasuku Masjid Baitul Maqdis. Maka , salah satu dari sahabat Nabi Isa as yang sedang berkumpul disana dimiripkan dengan Nabi Isa as dan Allah mengangkat Nabi Isa as keatas langit melalui ventilasi yang ada dalam rumah tersebut dengan disaksikan langsung dengan sahabat-sahabat Nabi Isa as yang ada dalam rumah tersebut.

Setelah itu para pengepung memasuki rumah itu, dan melihat pemuda yang wajahnya mirip dengan Nabi Isa as. Para tanpa bertanya lagi langsung menangkap pemuda tersebut karena mereka yakin itulah Nabi Isa as yang sebenarnya.

Baca juga>>>"Meniru Ali bin Abi Thalib sosok figure yang sederhana"

Lalu, mereka menyalippemuda tersebut dan meletakkan duri-duri diatas kepalanya sebagai penghinaan. Kisah orang-orang Yahudi ini menurut Ibnu Katsir juga diamini oleh kaum Nasrani – yang tidak melihat secara langsung kejadian yang sebenarnya.

Tak salah , jika mereka tersesat dengan keyakinan itu dengan kesesatan yang nyata. Setelah tujuh hari berlalu dari peristiwa penyalipan tersebut, Siti Maryam (Ibu Nabi Isa as) mengira bahwa orang yang disalib itu adalah anaknya, yaitu Nabi Isa as.

Maka iapun datang ke istana untuk menemui sang raja . Kedatangan Maryam itu adalah untuk meminta agar jasad orang tersebut (yang disalib dan dikira sebagai Nabi Isa as) diturunkan.

Sang raja mengabilkan permintaan Maryam.Kemudian setelah mengizinkan dan menurunkan orang yang disalib itu, orang itupun dikubur ditempat tersebut.

Setelah prosesi penurunan dan penguburan orang yang disalib itu berakhir. Tidak selang lama kemudian , Siti maryam berkata kepada Ibu Yahya “Mari kita pergi berziarah ke makam Al-Masih”.

Ibunda Nabi Yahya as tidak menolak ajakan ibunda Nabi Isa as. Ibunda Nabi Yahya, dalam beberapa riwayat disebutkan bernama Elisabet binti Faqud. Nama Elisabet memang tak tercantum dalam Al-Quran , hanya petunjuk bahwa ia adalah istri Nabi Zakariya dan Ibu Nabi Yahya as.

Akhirnya keduanya berangkat ketempat makam tersebut. Keduanya berjalan dengan pelan , dan penuh kesabaran. Bumi seolah membentangkan setiap jengkal tanah yang dilalui ibunda Nabi Isa as dan Ibunda Nabi Yahya as. Angin berhembus dengan lembut.

Ketika ibu dari dua Nabi itu tiba di pemakaman , ibunda Nabi Isa as sejenak melirik kearah ibunda Nabi Yahya as. Lalu Siti Maryam berkata kepada ibunda Nabi Yahya as “Mengapa kamu tidak menutupi diri “?.

Ibunda Nabi Isa berkata seperti itu sebab ia melihat ada sosok  orang yang ternyata ada dipemakaman, sementara ibunda Nabi Yahya tidak melihat siapapun di area pemakaman tersebut.

Tak salah jika Ibunda Nabi Yahya as ganti bertanya. “Mengapa aku harus menutupi diri ?”. Siti Maryam menjawab “Lihatlah didekat makam itu ada seorang laki-laki “ Lalu Ibunda Nabi Yahya berkata “Aku tidak melihat siapa-siapa.

Tak ingin berdebat dan memperbincangkan hal itu lebih jauh Siti Maryam memilih diam. Dan tidak membahasnya lagi. Ia berharap besar bahwa sosok yang dilihatnya itu tidak lain adalah Malaikat Jibril.

Karena ibunda Isa as ( Siti Maryam) meminta kepada ibunda Nabi Yahya untuk berhenti dan menunggunya di tempat itu, selanjutnya ibunda Nabi Isa as melangkah dengan penuh keberanian terus berjalan mendekat kea rah makam yang dikira makam anaknya (Nabi Isa as) padahal makam yang diserupakan dengan Nabi Isa as.

Setelah tiba didekat pemakaman, Siti Maryam tidak banyak meakukan sesuatu ia pun memilih diam. Sosok yang sempat dilihat oleh Siti Maryam itu, yang ternyata Malikat Jibril pas seperti apa yang diharapkannya.

Malaikat Jibril bertanya “Apakah yang hendak kamu lakukan disini ?”. Tentu saja, Siti Maryam terhenyak dan kaget dengan pertanyaan itu. Tapi ia harus tetap menjawab untuk memberikan penjelasan pada Malikat Jibril.

:Aku ingin berziarah ke makam anakku member salam kepadanya dan mengingat-ingat ketika ia masih hidup”. Malaikat Jibril tahu sepenuhnya jiak Siti Maryam selama ini telah salah mengira.

Karena itu, Malikat Jibril seperti mempunyai tanggungjawab untukmemberi tahu. Sebab , jika kesalahan ini terus menerus berarut dan berkelanjutan, akan bisa menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan akan terus berangsung.

Karena itulah , Malaikat Jibril pun berkata “Wahai Maryam , makam makam ini bukanlah makam anakmu, Al-Masih. Karena Allah telah mengangkat Al-Masih keatas langit dan mensucikannya dari orang-orang kafir.

Makam ini adalah makam seorang pemuda yang dimiripkan wajahnya dengan wajah Isa as hingga dibunuh dan salib sebagai pengganti Isa as. Tanyakanlah kepada keluarganya yang telah kehilangan dirinya dan tidak tahu kemana anak ini pergi. Mereka hanya dapat menangis saja.

Ibunda Nabi Isa as , Siti Maryam termangu ia nyaris tidak percaya dengan apa yang telah didengar. Tetapi , karena yang menyampaikan pesan itu adalah Malaikat Jibril maka tidak ada agi secuilpun keraguan di hati ibunda Isa as untuk tidak percaya akan hal itu, ia percaya sepenuh hati.

Beberapa saat Siti Maryam hanya terdiam merenung apa yang didengar dari Malaikat Jibril. Kemudian Malaikat Jibril menambahi”Apabila sudah sampai pada hari anu, datanglah ketempat anu, dan kamu akan bertemu dengan Al-Masih.

Setelah berkata demikian, Malaikat Jibril kembali ke atas langit. Sementara itu, Siti Maryam hanya melihat dengan penuh ketakjuban. Sekelabat yang dikira tadi orang asing itu pun lama-kelamaan hilang dari pandangannya tak ada agi yang tersisa kecuali pesan dari Malaikat Jibril bahwa maryam diminta datang kesatu tempat jika memang ingin bertemu dengan Nabi Isa as.

Anak kandungnya yang dikira sudah mati ternyata masih hidup dan diangkat Allah ke langit. Setelah itu, Siti Maryam berjalan ketempat ibunda Nabi Yahya, adik adik perempuannya.

Tapi dalam versi yang lain ibunda Nabi Yahya , Elisabet bint Faqud disebutkan sebagai saudara Hannah (ibu Maryam bint Imran). Ia kemudian menceritakan apa yang terjadi sebagaimana kisah yang disampaikan Malaikat Jibril kepada Maryam.

Ibunda Nabi Yahya mengangguk, dan tidak meragukan dengan cerita yang disampaikan Sti Maryam kepadanya. Lalu keduanya pulang.

Hari yang telah dintentukan itu akhirnya tiba. Siti Maryam , ibunda Nabi Isa as pun pergi ketempat yang dimaksud oleh Malaikat Jibril. Saat sampai ditempat tersebut, rupanya benar. Disana Siti Maryam melihat ada Nabi Isa as berdiri.

Siti Maryam berlari kea rah Nabi Isa as lalu memeluknya dengan erat , dan mendoakan Nabi Isa seperti yang biasa kita lakukan.

“Wahai ibu sayang, mereka tidak membunuhku, namun Allah mengangkatku keatas langit. Aku telah mendapatkan izin untuk bertemu denganmu pada hari ini, sebelum ajal menjemputmu tidak ama lagi.

Oleh karena itu, bersabarlahdan banyaklah berdzikir kepada Allah “ ujar Nabi Isa kepada sang ibundanya Siti Maryam “. Pertemuan itu tidak berlangsung lama setelah Nabi Isa berkat seperti itu , Nabi Isa dinaikkan kembali keatas langit.

Rupanya , itu adalah pertemuan terakhir antara Siti Maryam dengan anaknya Isa as. Sebab setelah peristiwa tersebut , Siti Maryam tidak pernah lagi bertemu Nabi Isa as, hingga akhirnya ia menemui ajalnya.

Ibnu Asakir mengatakan “Aku dengar sebuah riwayat menyebutkan bahwa setelah lima tahun pertemuan itu, barulah Siti Maryam meninggal dunia menemui ajalnya.

Saat itu ia berusia 53 tahun. Al-Quran telah memuliakan Siti Maryam dalam banyak ayat, memilihnya dan bahkan Allah menjadikan ia sebagai wanita suci. Ia dan anaknya diceritakan dalam Al-Quran sebagai tanda kebesaran Allah.

Sementara itu Rasulullah menegaskan dan juga mengokohkan ibunda Nabi Isa as , Siti Maryam sebagai salah satu pemimpin wanita di surge. Dalam salah satu Hadits Rasulullah saw bersabda “Wanita terbaik dunia adalah Maryam bint Imran, Aisyah istri Fir’aun, Khadijah bint Khuwalid, dan Fatimah bint Muhammad “. (HR.Anas Ibn Malik).

Tapi ada riwayat lain – yang diriwayatan oleh Adh-Dhahak (dari Ibnu Abbas) bahwa saat Nabi Isa diangkat ke langit, tiba-tiba ada awan yang turun mendekatinya hingga Nabi Isa as bisa duduk diatas awan tersebut.

Kemudian datanglah Siti Maryam, Ibunda Nabi Isa as untuk melepas kepergian Nabi Isa as. Ibunda Nabi Isa as datang seray menangis. Apalagi saat Maryam melihat awan itu semakin naik keatas. Lalu Nabi Isa as melemparkan selembar kain kepada ibunya seray berkata “Inilah kain yang akan menyatukan kita di Hari Kiamat nanti”.

Kemudian Nabi Isa as melempar kain yang membelit kepalanya kepada simon. Setelah itu, Nabi Isa as menghilang diatas langit. Sementara itu tangan Siti Maryam , ibunda Nabi Ias as masih melambaikan tangan , sebab ia masih mencintai anaknya, karena ia mendapatkan du kasih sayang sekaligus dari Nabi Isa as.

Karena Nabi Isa tidak memiliki seorang ayah. Sebelum itu,ia sama sekali tidak mau melepaskan anaknya. Baik berpergian dengan jarak yang jauh ataupun dekat. (Disarikan dari buku “Kisah Para Nabi “, Karya Imam Ibnu Katsir {Pustaka Al-Kautsar :2011}  .   

{Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 26 April, 2018}

Tuesday 24 April 2018

APA MAKNA TAKBIR...?

APA  MAKNA TAKBIR..?

APA MAKNA TAKBIR…?  



“Apakah makna takbir hanya pengangungan Alah semata..?.“


Secara  bahasa, takbir bermakna “membesarkan”. Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 185 , kata takbir disebut degan kalimat “Dan hendakah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (litukabirullaha) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu , supaya kamu bersyukur “.

Kata Tukabbiru (fi’il mudhari) sendiri berasal dari kata kabbara (fi’il madhy) yang artinya membesarkan atau mengagungkan. Dari kata Kabbara ini terbentuk istlah takbir (isim masdhar). Menurut syariat takbir yang dimasudkan adalah bacaan yang membesarkan nama Allah ( Allahu akbar).

Dengan demikian, bacaan takbor mengajarkan kita untuk meletakkan Allah sebagai zat yang “Superlatif” Yakni Maha Besar dan Maha Kuasa diatas segala-galanya.

Itulah kenapa takbir dijadikan pengunci awal dari sholat kita. Disebut  “Takhbiratul Ihram” karena takbir merupakan kunci untuk mengharamkan segala kegiatan dan tindakan serta bacaan selain dari pada gerakkan dan bacaan sholat.

Baca Juga>>>>> "Memahami Kata Tadarus "

Dam secara implicit, mengharamkan segala pikiran serta konsentrasi kepada selain Allah. YA karena ikrar kita telah terucap, bahwa Allah lah yang Maha Besar.

Segala urusan keduniaan dan urusan pribadi , dan segala kesombongan manusiawi seharusnya runtuh seiring dengan dibacanya “Takbiratul Ihram”. Karena itulah takbir bisa dimaknai “tashghiru man siwa Allah” (mengecilkan segala hal selain Allah) termasuk diri sendiri. Membaca takbir sebuah pernyataan tentang kelemahan diri dihadapan Allah.

Sebuah pernyataan bahwa kita sebuah makhluk yang sangat “tidak berguna” sebelum disempurnakan ciptaannya oleh Allah. Tercipta dari setetes air mani yang kemudian ditempatkan oleh Allah di “Inkubator” tercanggih dan terkokoh dan tidak ada bandingannya seantero mayapada ini.

Yaitu rahim ibu kita yang kemudian ditiupkan Rouh kepada kita dan diberikan segala kesempurnaan bentuk yang luar biasa indahnya. Takbir juga sesungguhnya mengajarkan kepadaa kita untuk percaya diri.

Sebab kita meyakini kalau tidak ada yang perlu ditakuti didunia ini selain Allah dengan segala ke Maha Kuasaan-Nya yang mutlak. Yang teradi adalah apa yang dikehendaki Allh, maka selama niat kita dan tujuan kita adalah untuk Allah, maka percaya diri saja, tak perlu takut atau minder dengan siapapun.

Inilah yang diajarkan Rasulullah saw kepada para sahabat sebelum terjun ke medan juang Rasulullah saw meneguhkan niat para sahabat, bahwa kalau Allah berkehendak, maka pasukan kecilpun bisa mengalahkan tentara yang lebih besar jumlahnya.

Menurut cendikiawan “ Nurcholis Madjid” mengutip “Sayyid Quthub” takbir mengandung makna bahwa manusia dibenarkan memanggil atau menyeru dan menamakan Tuhan mereka sekehendak mereka sesuai dengan nama-nama-Nya yang paling baik (Al-asma Al-husna).

Menurut Drs. Abdul Chair, SM Dosen STAIS Tebingtinggi , dalam konteks yang lebih luas takbir menyangkut beberpa hal yakni :
Pertama :  Takbir sebagai bentuk perintah Allah kepada makhluk-Nya , “Demikian Allah telah menundukkan untuk kamu supaya kamu mengagungkan Alah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Hajj :37)

Kedua : Takbir sebagai ekspresi pengagungan tanpa batas kepada Allah, “Dan katakanlah segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan Agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya.” (QS.Al-Isra :11).

Ketiga : Takbir sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur.” (QS. Al-Baqarah :185)

Keempat : Takbir sebagai bentuk dzikir kepada Allah, “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang “. (QS.AL-Insan :25).

Dan masih banyak lagi makna takbir didalam Al-Quran, Yang jelas pada dasarnya, orang yang bertakbir adalah mereka yang berdzikir kepada Allah dan mengingat-Nya karena ekspresi syukur kita atas segala yang diberikan Allah kepada kita semua.

(berbagai sumber)
Wallahu ‘alam Bhisawab


(Tri yudiono – Publishing )

Monday 23 April 2018

MEMAHAMI KONSEP TAWAKAL dan MAKNA AL-WAKIL

MEMAHAMI KONSEP  TAWAKAL dan MAKNA AL-WAKIL
MEMAHAMI  
KONSEP   TAWAKAL  dan  MAKNA  AL-WAKIL  

“Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya .“


Al-wakil merupakan satu dari nama-nama Allah yang bagus dan mengandung sedekah. Allah menyebut asma-Nya ini dalam Al-Quran dalam beberapa ayat antara lain :
“Dan Allah pemelihara segala sesuatu “ (QS. Hud:12)
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu” (QS. Az-Zumar ; 62)
“Pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia Pemelihara segala sesuatu” (QS.Al-An’am ;102 )
”Cukuplah Allah menjadi pelindung (QS.An-nisa ; 81 )

Al-Wakil, menurut Ibnu Manzhur, berarti penanggung jawab dan penjamin rejeki hamba. Menurut pendapat lain Al-Wakil berarti penjaga. Sedangkan menurut Abu Ishak , Al-Wakil dalam konteks sifat Allah adalah zat yang diserahi tanggungjawab atas semua ciptaan-Nya.

Sedang ulama’ lainmengartikan Al-Wakil sebagai penjamin. Dari pendapat yang dikemukakan Ibnu Manzhur, maka ditarik pengertian bahwa Allah menciptakan makhluk dari ketiadaan, dan apapun selain Allah adalah makhluk.

Kita adalah makhluk karena dahulu kita tidak ada. Kita tak ada saat revolusi Perancis, tak ada saat perang Badar, dan saat air bah membanjiri bumi di zaman Nabi Nuh. Allah kuasa menciptakan dari ketiadaan itu

Baca Juga "MEMAHAMI KATA TADARUS"

Allah berfirman “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut..? Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat “. (QS.Al-Insan;1-2).

Setelah menciptakan kita, Allah kemudian mengawasi dan menjaga kita, menganugrahi sarana-sarana untuk bertahan hidup serta menjaga kita dan semua makhluk lainnya dari kepunahan.

Kalau Allah tidak melakukan seperti itu, niscahya langit, bumi dan isinya akan hancur.
“Sesungguhnya Allah swt menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. Dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah swt “. (QS.Al-Fathir;41).

Allah menciptakan kita dan menjamin urusan-urusan kita. Maka jika ada bencana besar sekalipun kita tak perlu takut karena kita adalah hamba Al-Wakil yang senantiasa melindungi dan memelihara kita.

Allah swt, Pemelihara segala sesuatu, yang besar dan yang kecil, yang terhormat dan yang hina, binatang, tumbuhan, dan benda mati. Pokoknya segala sesuatu yang mengacu pada pengertian segala yang ada, Allah akan menjaga dengan sempurna.

Kesempurnaan inilah yang membuatnya tidak mengantuk dan tidak pula tidur.
“Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus(makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur “. (QS.Al-Baqarah;255).

Dari pengertian ini, kalau Allah sendiri yang menjadi tempat bergantung sebagai urusan makhluk-Nya, dan yang tidak bergantung kepada yang lain, maka makhluk seharusnya menjadikan-Nya sebagai tempat bergantung satu-satunya “. Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku “ (QS.Al-Isra;2)

INTI TAWAKAL
Rasulullah saw yang telah ditetapkan sebagai suri tauladan bagi hidup kita telah diperintahkan untuk bertawakal.
“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai pemelihara “. (QS.Al-Ahzab ;3)
“Bertawakallah kepada Allah yang hidup(kekal) yang tidak mati bertasbihlah dengan memujin-Nya “ (QS.Al-Furqan ;58).
“Bertawakallah kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang “. (QS. Asy-Syuara ;217).

Pun begitu pula orang beriman juga diperintahkan untuk bertawakal:
“Hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal “. (QS. Ibrahim : 11)
“Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri “. (QS.Ibrahim : 12 )

Kepada siapa lagi orang-orang mukmin itu bertawakal kalau tidak kepadan-Nya..?. Kepada siapa berpegangan kalau tidak kepada-Nya..?. Sesungguhnya Tuhan kitalah yang memegang semua ubun-ubun hamba-Nya.

“Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya .“(QS.Hud :65)

Dialah yang Maha menguasai segala sesuatu Maha Agung dan Maha Kuasa. Tidak ada sesuatu yang dapat memaksa dan mengalahkan-Nya.
“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana “. (QS.Al-Anfal : 49).

Sesungguhnya Allah swt member kecukupan kepada orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.
“Dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara “. (QS.Al-Ahzab : 3).

Tawakal kepada Allah bukan berarti bermalas-malas dan tak mau berusaha, seperti yang dilakukan oleh mayoritas kaum muslimin saat ini. Tetapi Tawakal kepada Allah adalah :
‘Dengan menjalankan yang benar, memegang teguh prinsip, dan bersabar menghadapi tekanan dari yang tidak benar “

“Sebab itu bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya kamu berada diatas kebenaran yang nyata (QS.An-Naml : 78).
“Yaitu orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal “. (QS.An-Nahl:42).

“Kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan terhadap kami. Hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu berserah diri “ (QS.Ibrahim :12 ).

Sesungguhnya Tawakal kepada Allah adalah menggantungkan diri kepada-Nya dalam memperjuangan islam dan berdakwah kepada Allah, terutama ketika berhadapan dengan kekuatan dan kesewenang-wenangan para penguasa yang menekan kebenaran.

Disinilah seharusnya kaum mukminin berpegang teguh prinsip, bermental baja dan bertawakal kepada Tuhan sekalian alam “..

“Kepada Allah lah kami bertawakal wahai Tuhan kami, janganlah engaku jadikan kami sasaran finah bagi kaum yang lalim “ (QS. Yunus:85).

“Mengapa kami tidak bertawakal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh –sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami, dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakal itu, berserah diri “. (QS.Ibrahim:12)

Bertawakal kepada Allah tidak berarti pasrah dan enggan melawan kebatilan. Karena konsep tawakal seperti ini adalah konsep yang dianut oleh kalangan bani Israel, yang mereka sampaikan kepada Musa dan saudaranya.

“Karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini “ (QS. Al-Maidah :24).

Allah sangat mencela konsep tawakal ini dan sebaliknya memuji Muhammad saw dan para sahabatnya yang terluka di perang Uhud. Sehingga ketika Rasululah menyeru mereka untuk menyerang kembali kaum musyrikin, sontak mereka mengiyakan meski luka-luka ditubuh mereka masih meneteskan darah.

Dan ketika terdengar kabar bahwa kaum musyrikin kembali untuk menumpas habis mereka, mereka bertawakal, “(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka.(dalam peperangan Uhud ).

Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul ) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan :

“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka “, Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab :
“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah sebaik-baiknya Pelindung”.Maka mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya ( orang-orang musyrik Quraisy ) , karena itu janganlah kamu takut kepada mereka , tetapi takutlah kepad-Ku , jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman (QS.Ali-Imran :172-174).

Kisah perang Uhud ini merupakan contoh yang paling baik yang menggambarkan pemahaman yang benar tentang konsep tawakal kepada Allah.

Contoh ini menjelaskan islam sebagai akidah syariat dan metodologi kehidupan. Contoh yang menggerkkan hati untuk menyeru kepada Allah, dan melawan musuh-musuh-Nya.

Merek yang dicontohkan dalam contoh ini benar-benar bertawakal, berlindung dan berserah dibalik perlindungan Allah.

Mereka itulah yang memahami makna firman Allah :
“Katakanlah, Cukuplah Allah bagiku ,”Kepada-Nya lah bertawakal orang-orang yang berserah diri “. (QS.Al-Zumar : 38).
(Sebagian besar dinukil dari Al-Asma, Al-Husna,karya Prof. Umar Sulaiman Al-Asyqar)

Wallahu ‘alam Bhisawab

(Tri yudiono – Publishing )

Sunday 22 April 2018

MEMAHAMI KATA TADARUS

MEMAHAMI KATA TADARUS
MEMAHAMI   KATA   TADARUS  

“Imam Nawai menyarankan agar setiap muslim bisa menghatammkan Al-Quran sebulan sekali. Atau, dirasa masih berat, ya semampunya saja. Yang penting, jangan berlalu satu hari pun kecuali kita membaca Al-Quran, walau hanya beberapa ayat.“


Secara Etimologi, kata tadarus berasal dari asal kata DarasaYadrusu, yang artinya mempelajari, meneliti, menelaah, mengkaji dan mengambil pelajaran.

Lalu ditambahkan huruf Ta’ didepan hingga menjadi TadarrasaYatadarrasu, yang maknanya berubah menjadi saling belajar, atau mempelajari secara lebih mendalam.

Adapaun kegiatan tadarus yang kerap kali kita dengar dan kita lihat hanay membaca Al-Quran. Seperti halnya membaca kitab suci tersebut pada hari-hari biasanya.

Baca juga " Larangan Ilmiah Mecabut Uban "

Bahkan benar tidaknya bacaan itu kadang tidak terjamin. Karena tidak ada ustadz yang ahli dalam membaca Al-Quran yang ikut mendampinginya.

Bentuk tadarusan seperti itu sebenarnya lebih tepat menggunakan istilah “ Tilawah Wal Istima’ “. Kata “Tilawah” berarti membaca , dan kata “Istima; “berasal darita “Sami’a Yasma’u “ yang berarti mendengar.

Kebiasaan Tadarus telah dicontohkan sejak zaman nabi dan para sahabat. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits bahwa Rasulullah saw tadarusan Al-Quran bersama Malaikat Jibril di setiap bulan Ramadhan.

Di situ riwayat Rasulullah saw yang membaca Al-Quran dan Malaikat Jibril yang menyimak bacaannya. Sedangkan dalam riwayat yang lain. Malaikat Jibril yang membaca Al-Quran dan Rasulullah saw menyimak bacaannya.

Jadi, kebiasaan atau tradisi tadarus Al-Quran di bulan Ramadhan itu memang ada contohnya dari Rasulullah saw.

Menurut Shodiqiel Hafily dalam Tadarus ala Sahabat, tadarus yang disimak malaikat Jibril itu menyiratkan pesan untuk membangun budaya intelek ( budaya baca dan budaya kritis ) serta budaya sharing. Nabi begitu tekun dan istiqamah menyimakkan bacaan Al-Qurannya kepada Jibril.

Ibnu Mas’ud ra menyebutkan “adalah seorang dari kami jika telah mempelajari 10 ayat maka ia tidak menambahnya sampai ia mengetahui maknanya dan mengamalkannya”.

Hadits ini di shahihkan oleh Syekh Ahmad Muhammad Syakir dalam tahqiq-nya atas Tafsir At-Thabari. Sementara itu Imam Nawawi menyarankan agar setiap muslim bisa menghatamkan Al-Quran setiap sebulan sekali.

Atau dirasa masih berat , ya semampunya saja, yang penting jangan berlalu satu hari pun kecuali kita membaca Al-Quran, walau hanya beberapa ayat.

Namun, kebanyakkan dari kita kalau tadarusnya hanya sekedar membaca, menurut Abdul Mu’ti, Ketua Umum PP Pemuda Muhamdiyah , ada beberapa sebabnya.

Pertama : Sebagian muslim berpendapat bahwa membaca Al-Quran secara verbal sudah merupakan ibadah.

Kedua : Kegiatan membaca verbal didasarkan alasan historis dengan meilhat praktik para sahabat. Selam Ramadhan, para sahabat bertadarus dengan membentuk Halaqah Al-Quran.

Mereka melakukan seaman seorang membaca Al-Quran dan yang lainnya menyimak : mendengar dengan seksama.

Mereka memang tidak melakukan dengan penerjemahan. Tadarus lebih banyak ditunjukkan untuk memelihara hafalan Al-Quran.

Tetapi, praktik tadarus sahabat yang tidak disertai pemahaman atau tafsir nampaknya disebabkan oleh dua hal.
Pertama : Mereka tidak mengalami kendala bahasa. Sebab Al-Quran memang ditulis dan dibaca dalam bahasa Arab.
Kedua : Apa bila menemui kesulitan, mereka dapat bertanya langsung kepada Rasulullah saw.

Sementara kondisi muslim di Indonesia sangat jauh berbeda dengan sahabat. Di Indonesia , bahasa Arab adalah bahasa asing. Mayoritas muslim tidak menguasai bahasa Arab.

Disamping itu, jarak kehidupan juga sangat jauh dari masa Rasulullah ; baik dari segi waktu maupun sisi kompleksitas masalah yang dihadapi. Jika kita ingin menjadikan Al-Quran sebagai pedoman, apakah dengan membaca saja sudah cukup..?

Jadi, dalam tadarus sebaiknya disertai pemahaman yang mendalam.
Wallahu ‘alam Bhisawab

(Tri yudiono – Publishing )

NENEK HALIMAH PENJUAL NASI KUNING NAIK HAJI

NENEK HALIMAH PENJUAL NASI KUNING NAIK HAJI


NENEK     HALIMAH   PENJUAL NASI KUNING NAIK  HAJI

“PROFESI APAPUN JANGANLAH KITA ANGGAP SEPELE. BAHKAN, HAL YANG KADANG TERLIHAT KECIL DIMATA ORANG , JUSTRU SANGATLAH BESAR DIMATA ALLAH SWT .“


Janganlah pernah kita menganggap  remeh pekerjaan orang meskipun itu seorang kuli bangunan, pedagang emperan dan bahkan pemungut sampah atau pemulung sekalipun.

Bisa jadi mereka justru lebih terhormat dimata Allah swt dibandingkan dengan mereka yang mempunyai pekerjaan yang hebat di kantor, pengusaha atau pejabat sekalipun.

Justru bahkan tak jarang pekerjaan yang dipandang mulia dan terpandang, dihormati dan disegani dimata kebanyakkan orang, malah sebaliknya dimata Allah, endingnya menemui kejanggalan diakhir hayatnya,dikarenakan perilku yang tidak amanah, menyimpang, kurang bersyukur dan bahkan menyimpang dari ajaran Allah swt.

Baca juga "Pemuda itu meninggal dipangkuan Sang Ibu "

Kisah berikut ini, sekali lagi, memperlihatkan kepada kita bahwa pekerjaan kecilpun jika dilakukandengan sungguh-sungguh dan niat tuluskarena Allah swt akan menghasilkan sebuah prestasi yang besar.

Hal ini dianggap sebagai pekerjaan kecil karena banyak orang menganggapnya demikian, meski dimata Allah semua pekerjaan adalah mulia tergantung orang yang melakukannya.
Justru banyak pekerjaan yang dipandang mulia kebanyakkan orang, menjadi hina didapan banyak orang dan menimbulkan murka Allah swt, ketika pekerjaan itu dilakukan menyimpang dari perintah Allah swt.

Sebaliknya pekerjaan yang dianggap hina kebanyakkan orang justru malah mulia dihadapan Allah swt, karena yang membedakan bukan status pekerjaannya dihadapan Allah melainkan Iman dan Taqwanya.

 Karena dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan amanah dan tidak meyimpang dari perintah Allah bahkan lebih dari itu justru lebih menjauhkan dari dosa orang yang melakukan pekerjaan itu dan tidak terjebak dari iming-iming duniawi.

Yang lebih mengharukan kita adalah bahwa ia tak pernah patah semangat untuk mengejar mimpinya itu. Yaitu, mimpi pergi menunaikan panggilan Allah ( naik haji ).

Meski dengan pekerjaannya itu, hal itu akan dipenuhinya selama bertahun-tahun. Tapi kondisi demikian tak memutuskan semangatnya. Sebuah pelajaran berharga bagi orang-orang yang cepat putus asa dan ingin segera sukses atas apa yang diusahakannya tanpa mau melihat proses dan hasilnya.

Sebut saja namanya Halimah, warga Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Poliwali Mandar, Sulawesi Selatan. Wanita sepuh ini ( 60 tahun), beberapa waktu lalu, menyentakkan sanubari kita yang masih muda dan mungkin keadaan materi yang masih lebih dibandingkan dia.

Bukan saja karena usianya yang sudah tak muda lagi, bahkan bisa dibilang nenek-nenek, tapi profesinya sebagai seorang pedagang kecil, yaitu pedagang nasi kuning.

Sepintas hal ini tak bisa membuat pelakunya bisa pergi naik haji. Bisa anda bisa tebak sendiri berapa sih penghasilan seorang pedagang nasi kuning..?

Jika satu bungkus harganya 5000,00 dan  ia hanya bisa menjual 50 bungkus misalnya, otomatis ia meraup penghasilan 250.000,00 dan ini belum dipotong modalnya.

Jadi untungnya tak lebih dari 50 s.d 100 ribu /hari. Hal itu jika hitung-hitungannya demikian, kalau perhitungannya meleset, misalnya sehari hanya bisa menjual 15-30 bungkus saja, tentu bisa jadi bukan untung yang didapat melainkan malah bunting.

Coba bandingkan dengan gaji para Pegawai Negeri orang-orang kantor lainnya. Dalam sebulan mereka dapat menghasilkan gaji diatas 5 jt rupiah.

Belum lagi kalau dia mengerjakan pekerjaan sampingan atau proyek lainnya yang tentunya akan menambah pundi-pundi penghasilan mereka. Dan mereka tidak mengenal istilah rugi, beda dengan pedagang.

Kenyataannya tidak demikian semuanya kalau sudah Allah swt yang berkehendak lain cerita, seperti yang dialami Nenek Halimah salah satu contoh dalam kehidupan nyata seorang pedagang nasi kuning.

Baginya, bisa balik modal saja sudah bersyukur, apalagi untung Alhamdulillah. Dan ia tidaklah salah jika kemudian menerapkan target agar bisa naik haji meski banyak orang yang mencibirnya.

Sejak lama memang Halimah mimpikan bisa naik haji “ Sudah lama saya ingin naik haji “  ujarnya suatu kali. Karena itu meski hanya seorang ppedagang nasi kuning, tak menyurutkan keinginannya untuk bisa mewujudkannya impinnya tersebut.

Cara jitupun dilakukan yaitu ikut arisan bulanan sebesar 1 jt. Dengan harapan ketika ia mendapat arisan ia langsung menyetorkan uangnya untuk daftar ibadah haji.

Apa yang dilakukan oleh nenek Halimah, ini terbilang nekad. Bayangkan 1 jt rupiah sebulan untuk bayar arisan sementara penghasilannya dia sendiri tidaklah terlalu besar.

Artinya jika satu bulan harus dipotong berapa sisanya yang harus ia sisipkan untuk makan minum dan kebutuhan untuk keluarganya. Tapi perhitungan yang tak logis itu coba diabaikan oleh nenek Halimah.

Pokoknya soal ditengah jalan ia bayar atau tidak itu urusan gampang atau urusan nanti. Yang penting ia berniat sekali ikut arisan dan jika kelak ia dapat Insya Allah uangnya akan diperuntukkan untuk daftar Ibadah Haji.

Akhirnya nenek Halimah benar-benar ikut arisan. Alhamdulillah rejeki itu selalu ada, dengan kata lain nenek Halimah selalu saja bisa mengcover alias menutupi uang arisan dan kebutuhan – kebutuhan lainnya.

Mungkin niatnya tulus dan uang itu memang benar-benar diperuntukkan ibadah haji, jadi rejekinya dilancarkan oleh Allah swt. Bulan terus berjalan dan beberapa orang ada yang sudah mendapatkan uang arisan itu.

Kapan waktunya nenek Halimah..?. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia pun dapat giliran untuk menang arisan ia dapat uang sebesar 22 jt rupiah.

Sebuah jumlah yang cukup besar dan cukup untuk bisa daftar ibadah haji. Kekurangannya alias sisanya, bisa ditutupi sambil jalan (sampai menunggu beberapa waktu sebelum keberangkatan).

Oleh Nenek Halimah uang arisan itu akhirnya benar-benar langsung disetorkan untuk dafatar ibadh haji. Hal ini terjadi pada tahun 2009. Sekarang, antrian ibadah haji sangatlah panjang bisa sampai lima tahun, sepuluh tahun, bahkan 20 tahun.

Ditempat nenek Halimah sendiri, antrian ibadah haji bisa sampai 20 tahun lebih. Bayangkan, jika tak sabar banyak orang yang tidak ingin pergi haji dan lebih memilih umrah.

Namun, antrian yang panjang itu tak menyurutkan nenk Halimah untuk mantap dan yakin untuk daftar ibadah haji. Yang penting, niatnyasudah terlaksana.

Soal kapan berangkatnya, itu biarkan menjadi urusan Allah. Benar saja, ternyata manusia sangatlah berbeda dengan apa yang direncanakan oleh Allah swt.

Ternyata, nenek Halimah bisa berangkat lebih cepat, yakni 6 tahun kemudian tepatnya, pada tanggal 30 Agustus 2015, iapun dipastikan untuk bisa berangkat ke tanah suci.

Betapa girangnya nenek Halimah. Meski ia berangkat sendiri, tapi hal itu sudah sangat menggembirakannya. Penantian panjang seperti yang dibicarakan orang-orang ternyata tak berlaku buat dirinya.

Ia cukup menunggu sampai 6 tahun saja. Sebuah waktu bisa dikatakan sangat singkat dibandingkan kebiasaan disana, yaitu hingga 28 tahun (devisite  22 tahun ).

Kini wanita yang dalam berjualannya selalu pakai geribak keliling ini , telah resmi menjadi seorang Hajah. Tentu banyak pengalaman yang tak terlupakan saat berada disana.

Yang jelas impiannya untuk pergi naik haji telah terwujud. Ia tak saja bisa menghadap ki’blat saat sholat lima waktu dan sholat sunnah, namun juga bisa melihat Ka’bah itu sendiri secara langsung didepan mata.

Tidak ada kebahagiaan yang lebih utama didunia ini selain dekat dengan Allah. Dan berada di kota Mekkah untuk pergi haji adalah salah satu cara bagaimana ia bisa lebih dekat dengan Allah.

Dibalik lain dari kisah luar biasa sosok nenek Halimah adalah bahwa ia juga bisa menguliahkan anak-anaknya. “Satu anak perempuan saya menjadi (Bidan) PNS (Pegawai Negeri Sipil ), “ ujarnya bangga.

Tidakkah kita bisa belajar dari nenek Halimah, Sang penjual nasi kuning..?. Sekali lagi, profesi apapun janganlah kita anggap sepele, bahkan hal yang kadang terlihat kecil dimata orang, justru sangatlah besar dimata Allah buktinya adalah nenek Halimah.

Meski hanya seorang pedagang nasi kuning, yang kata orang-orang tidaklah seberapa penghasilannya, buktinya ia bisa naik haji dan menguliahkan anak-anaknya.

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua. Amiiiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab

(Tri yudiono – Publishing )

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...