Blog Konten Islam

Friday 20 April 2018

KEAJAIBANBAN SEDEKAH PAK KOMAR

KEAJAIBAN SEDEKAH PAK KOMAR
KEAJAIBAN     SEDEKAH   KOMAR

“Terima kasih Pak Komar. Maaf, saya sangat tergesa-gesa. Nanti sepulang dari Singapura, Pak Komar saya hubungi .“


Sedekah itu dari hati, bukan karena ikut-ikutan apalagi agar orang tahu.Begitu pula pahala atau balasannya, semua orang gak ada yang tahu, sebab itu hak prerogative sang penguasa rejeki.

Ada yang dibalas cepat ada yang dibalas lambat, atau bahkan ada yang tak terbalas, padahal itu hanya rasa saja. Ketika kita bersedakah gaka ada yang tidak dibalas oleh Alllah swt. Semua itu hanya soal waktu dan tergantung orang yang bersedekah pandai memaknai karunia Allah swt atau tidak….?

Karena sedekah kita akan dibalas berlipat oleh Allah dan kebanyakkan orang balasan Allah identik dengan materi, padhal semuanya balasan sedekah kita dibalas dengan Allah berupa materi.

Bisa juga dengan rejeki kesehatan, anak, masalah dan lain sebagainya yang dimudahkan urusannya oleh Allah swt. “ Allah itu maha adil sedekah sebiji sawi pun akan diperhitungkan oleh Allah swt.
Baca Juga " Akhir Kisah Sang Pejabat Rakus "

Betul lanjut mas “Yok” Kita sudah diberikan kesehatan jauh dari penyakit. Kita sudah diberi nikat ini itu termasuk nikmat iman, islam, Pokok e buayak.

Betul potong “Wawan” Dari semua yang disebut mas Yok tadi, mungkin salah satunya balasan atas sedekah yang kita lakukan jadi kita bersykur saja.

“Betul Bang Wawan” sambung Komar yang sejak tadi diam “ Saya juga ada pengalaman yang sangat berkesan berkenaan dengan sedekah” tambahnya.

“Apa itu..?” Mas Yok dan Wawan berbarengan melontarkan pertanyaan yang sama.  

BERSEDAKAH WALAU SEDIKIT
Demikianlah percakapan sahabat seputar sedekah. Komar adalah sosok lelagi baru berumah tangga dan merasakan kehidupan rumah tangganya berjalan stagnan alias jalan di tempat.
Ketika “Komar” baru menikah , kehidupan rumah tangganya begitu sajan dan ketika ia sudah memiliki momongan , kehidupan rumah tangganya begitu-begitu saja, serba pas-pasan.

Komar ingin sedekah seperti temannya dengan nominal yang cukup lumayan, tapi ia tak mampu. Komar juga ingin menurunkan nilainya , juga belum bisa. Alhasil, Komar bersedakah sesuai dengan sisa uangnya yang ada dikantongnya atau dengan makanan yang seadanya di rumah.

 Yang penting keikhlasanya, “ kalimat itu yang akhirnya mebuat Komar rutin bersedekah sampai-sampai, Komar beranggapan keramah tamahan dan senyumamn pun sebagai sedekah.

Mungkin karena sedekah Komar yang serba sedikit, jadinya komar tidak terbesit diangannya untuk dibalas oleh Allah swt. Tidak seperti keajaiban sedekah yang dialami orang banyak.

Orang-orang yang telah menerima balasan.” Laa haula walaa quwwata” semua diserahkan kepada Allah Sang Pemilik Rejeki Yang Maha Pemurah.

Suatu ketika, Komar yang kerjanya serabutan sedikit mengalami kesulitan yang sering terjadi dalam rumah tangga yang sangat sederhana.

“Susu si kecil habis , Bang tuh dia sudah rewel mau nyusu “, keluh istri Komar yang sebenarnya bukan hal mengejutkan. Tapi kalau si kecil nangis karena tak punya susu ..? Wah komar merasa iba.

Doain yah, saya mau keluar dulu mudah-mudahan ada yang didapatkan untuk membeli sekaleng susu, jawab Komar.

“Tapi jangan lama-lama bang kasihan si kecil kalau nangsi terus “, desak istri Komar. Meski bingung, Komar tetap mengangguk. Dia mencoba meyakinkan diri ikhtiar sudah dijalankan Insya Allah ada jalan keluar.

KOmar berjalan dengan semangat menuju pasar. Sasarannya area parker lanatai tiga. Di sana ia menjumpai Pak Matin yang punya usaha sampingan pengiriman barang. Orang-orang yang belanja di pasar dalam partai banyak , biasanya suka mencarter mobil box milik Pak Martin.

Dan Komar akan menawarkan dirinya untuk membawa dan menaikkan barang-barang belanjaan ke mobil box itu. Dengan begitu Komar akan mendapatkan upah.

Namun, saat Komar tiba di lantai tiga Pak Martin tak terlihat, yang nampak hanya mobilnya saja yang kosong melompong. Komar bingung tapi dari pada dia bengong di situ, lebih baik berjlan-jalan saja di area parker sambil menunggu kemunculan Pak Martin.

Baru melangkah beberapa meter saja mata Komar melihat sebuah benda bergeletak. Komar mendekat dan mengambil benda yang dilihatnya itu yang ternyata sebuah Paspor.

“Milik siapa ini..?” tanya Komar dalam hati. Pertanyaan Komar langsung terjawab setelah membuka buku Paspor halaman pertama, disitu terselip sebuah kartu nama atas nama Ferdinand.

Komar tahu, buku yang sekarang ada ditangannya itu sangat penting bagi pemiliknya. Karena itu, meski pulsa di HP jadulnya tinggal sedikit ia berusaha menghubungi nomor telephone yang tertera di kartu nama.

Ketika tersambung lalu Komar langsung memberikan info kepada pemilik paspor. Sang pemilikpun berujar seperti orang yang ketiban rezeki dari langit “ Alhamdulillah..!” terucap dari sang pemilik Paspor tersebut.

Komarpun mendatangi rumah sang pemilik Paspor tersebut yang tak lain pak Ferdinand seperti nama yang tertera dalam kartu nama yang dilihat Pak Komar.

Pada waktu Komar berada di rumah Pak Ferdinand, ia tak begitu lama ditemui oleh Pak Ferdinand karena keadaan yang mendesak Pak Ferdinand harus berada di Bandara dalam waktu 15 menit.

“Terima kasih pak Komar, maaf saya sangat tergesa-gesa. Nanti sepulang dari Singapura Pak Komar saya hubungi, begitu ujar Pak Ferdinand sambil member sesuatu kepada Pak Komar.

Dan langsung masuk kedalam mobil, kemudian meninggalkan Pak Komar yang termemenung.   

SATPAM
Kkomar kemudian berlalu meninggalkan rumah Pak Ferdinand, dengan member pemberian yang masih dalam gengamannya. Ternyata tiga lembar uang seratus ribu rupaiah.

“Alhamdulillah ..” Komar bersyukur sambil berlalu, tergambar kebahagiaan di wajah sebab ia tidak hanya bisa membeli satu kaleng susu untuk anaknya tetapi lebih dari itu.

Kejadian itu yang dialami Pak Komar sudah berlalu hampir satu minggu. Komar nyaris melupakannya kalau saja HP jadulnya tidak mengingatkannya dengan suara dering HP jadulnya yang dihubungi oleh Pak Ferdinand yang tempo hari di temuinya karena Paspornya yang jatuh di area parkiran lantai tiga.

“ Pak Komar datang ke kantor saya, ya “ ucap seseorang sambil menyebutkan alamat. Komar bingung apalagi telephone langsung terputus.

Sepersekian detik kemudian HP Pak Komar bordering lagi kali ini pakek sms. “ Saya Pak Ferdinand. Pak Komar menurunkan Kursor di HP nya sebuah alamat kembali dibacanya.

Saat itu juga Komar langsung berpamitan pada istrinya “ saya mau ke kantor Pak Ferdinand Insya Allah ada rejeki di sana, ujar Komar kemudian berlalu meninggalkan rumahnya.

Pak Ferdinand menceritakan kronologi waktu ia berangkat tergesa-gesa ke bandara, jika saja Pak Komar tidak cepat-cepat mengantar Paspornya kerumahnya tempo hari, maka ia akan terlambat datang di Singapura dan bisa dipastikan akan kehilangan tender yang nilainya cukup besar.

“Saya bersyukur dan berterima kasih kepada Pak Komar” ujar Pak Ferdinand dan kemudian menawarkan pekerjaan kepada Pak Komar sebagai Satpam di kantornya dengan gaji yang sama sekali diluar perkiraan pak Komar.

“Alhamdulillah ..” Komar bersyukur dia menganggap ini adalah sebagai kemurahan Allah atau juga balasan Allah atas sedekah yang ia berikan, berupa mengembalikan Paspor yang sangat penting itu.
Wallahu ‘alam Bhisawab

(Tri yudiono – Publishing )

MENGAJAK SI KECIL KE MASJID

MENGAJAK SI KECIL KE MASJID
MENGAJAK   SI KECIL    KE MASJID

“Setiap orang tua sudah semestinya memperkenalkan masjid kepada anak-anaknya dengan mengajak mereka  mengunjungi tempat suci ini sejak mereka masih kecil .“


Masjid adalah tempat suci umat islam. Fungsi utamanya adalah tempat ibadah sehari-hari, terutama untuk sholat lima waktu berjamaah. Selain itu masjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan bagi umat Islam yang bermukim di sekitarnya.

Karena itu, Masjid menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Demikian pentingnya fungsi masjid,maka sudah semestinya umat islam mencintai masjid dan menjadikannya sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari.

Apalagi Bagi lelaki ada anjuran dari Rasulullah saw untuk menunaikan sholat lima waktu berjamaah di masjid setiap waktu sholat tibabahkan beberapa ulam’ fiqih memandang sholat di masjid secara berjamaah hukumnya wajib bagi laki-laki.

Tulisan ini tidak bermaksud memperdebatkan apakah sholat berjamaah di masjid itu wajib bagi laki-laki atau hanya sunnahmu’akadah saja. Biarlah itu menjadi urusan ahli fiqih. Tetapi yang penting sebagai orang tua kita berkewajiban menumbuhkan rasa cinta anak-anak kita kita kepada masjid.

Agar kelak ketika dewasa mereka mampu memposisikan masjid sebagai bagian dari aktivitas mereka sehari-hari, sehingga hari-hari mereka selalu terpaut ke masjid.

Baca Juga " Melindungi anak dari Bahaya Teknologi "

Bukankah Rasulullah saw menjamin orang-orang yang hatinya selalu terpaut di masjid sebagai salah satu dari tujuh kelompok manusia yang akan mendapat perlindungan pada Yaumul hisab atau hari pembalasan ketika tidak ada perlindungan lain selain perlindungan Allah swt.

Karena itu, setiap orang tua sudah semestinya memperkenalkan masjid dan segala ativitasnya kepada anak-anak dengan car mengajak mereka mengunjungi rumah ibadah itu sejak mereka masih kecil.

Dengan mengajak anak-anak ke masjid sejak mereka masih kecil maka memori mereka akan merekam kegiatan pergi ke masjid itu sebgai bagian dari masa kecil mereka yang indah, yang sulit untuk mereka lupakan.

Jika kegiatan ke masjid menjadi bagian dari masa kecil mereka yang menyenangkan bersam orang tua, maka momen-momen ini akan terus kebawa dalam memori anak-anak sampai mereka dewasa.

Kenangan masa kecil yang seperti ini biasanya mudah mensugesti seseorang untuk selalu berbuat baik dan kenangan seperti itu biasanya mampu mengawetkan pesan-pesan moral yang sering diajarkan oleh orang tanya semasa kecil itu sampai mereka dewasa, bahkan hingga orang tua mereka meninggal dunia.

Untuk mencampai taraf  seperti itu, kita sebagai orangtua harus terlebih dahulu mencintai masjid. Kita harus member teladanan kepada mereka dengan menjadikan masjid sebagai salah satu pusat kegiatan kita setiap harinya.

Dimanapun kita berad, termasuk di mall sekalipun, jika sudah tib  waktunya sholat, kita upayakan untuk menunaikannya di masjid atau mushalla secara berjamaah.

Dengan begitu anak-anak akan melihat betapa pentingnya sholat berjmaah bagi kita sebagai seorang muslim. Tanap keteladanan dari orang tuanya akan sangat sulit bagi seorang anak belajar dan apalagi mencintai ibadah yang baru dipelajarinya.

Tetapi sebaliknya, jika mereka melihat dengan kepala mereka sendiri betapa tekunnya kita mendatangi masjid setiap hari Insya Allah anak-anak kita juga akan menjadi generasi yang mencintai masjid.


BELAJAR DARI MASIJDAN
Mengajak buah hati ke masjid besar sekali manfaatnya bagi perkembangan pemahaman keagamaan mereka. Anak-anak akan banyak belajar dari apa yang dilihatnya di masjid.

Menurut saya, ada beberapa pelajaran atau kesadaran yang secara perlahan yang terinternalisasi dalam diri anak-anak ketika mereka sudah terbiasa datang ke masjid bersama orang tuanya.

Pertama, anak-anak akan belajar bagaimana praktik sholat berjamah di masjid tanpa perlu diajari lagi, karena mereka bisa melihatnya langsung dari semua jamaah yang sholat.

Selain itu, mereka juga kan karab atau terbiasa dengan kegiatan sholat berjamaah di masjid. Jika kegiatan ini sudah menjadi kebiasaan dan bukan lagi paksaa, maka akan mudah bagi kita mempertahankan kebiasaan positif ini hingga mereka beranjak dewasa.

Selain itu, mereka akan menyadari pentingnya sholat berjamaah di masjid karena mereka juga melihat para tetangga atau orang tua dari teman-temannya ikut sholat berjamaah, sehingga tertanam dalam benak mereka bahwa sholat berjamaah itu merupakan kegiatan penting yang dilakukan juga oleh keluarga lainnya.

Kedua, anak-anak bisa melihat keakraban dan komunikasi yang harmonis antara orang tua dengan para tetangganya. Begitu sampai diserambi masjid, kita biasanya bertegur sapa dan bersalaman dengan jamaah lainnya.

Dimata anak-anak, peristiwa-peristiwa seperti ini akan membekas dan menimbulkan kesan betapa akrab dan harmonisnya hubungan kita dengan para tetangga sehingga memicu erek untuk bersikap yang sama dengan teman-teman sebayanya.

Ketiga, anak-anak bisa belajar toleransi, menghargai perbedaan yang dibawa oleh setip jamaah. Di masjid anak-anak akan melihat beragam cara dan gerakkan sholat yang berbeda-beda dari setiap jamaah yang tentu saja di pengaruhi oleh pengetahuan atau keyakinan jamaah tersebut terhadap satu mazhab tertentu.

Ketika anak-anak melihat perbedaan itu hadir di setiap shaf sholat berjamaah, mereka akan merekam peristiwa itu sebagai bentuk keragaman cara sholat orang dewasa.

Mereka juga akan merekam penerimaan masing-masing jamaah terhadap perbedaan gerakkan dari jamaah lainnya sabagai bentuk toleransi, menghargai cara dan keyakinan orang lain.

Pada usia dua tahun,anak-anak mungkin belum menyadari perbedaan-perbedaan itu karena yang menjadi focus peniruan mereka hanyalah orang terdekatnya saja, yaitu bapak atau ibunya.

Tetapi begitu beranjak 4 / 5 tahun  anak-anak akan mulai menyadari adanya gerakkan sholat yang berbeda dari ayahnya dengan ayah temannya.

Pada awalnya , anak-anak yang kritis akan bertanya-tanya, mengapa bapak satu telunjuknya menunjuk sejak awal tahiyat, sementara yang lain baru menunjuuk di pertengahan tahiyat, atau bapak yang lain terus-menerus menggerak-gerkkan telunjuknya sepanjang tahiyat.

Atau mengapa pada waktu berdiri bapaknya meletakkan dua tangannya  diatas pusar sementara tetangganya meletakkan dua tangannya diatas dada.

Pertanyaan-pertanyaan spontan seperti itu wajar mereka ungkapkan, dan kita sebagai orang tua harus berusaha sebijak mungkin untuk menjawabnya.

Nah, jika anak sudah sampai pada taraf mempertanyakkan masalah-masalah ibadah seperti itu, maka kita harus mengambil kesempatan itu untuk meyakinkan anak-anak betapa pentingnya ilmu agama agar mereka tahu bagaimana menjalankan ibadah dengan benar sehingga mereka terpacu dan mau belajar ilmu agama dengan sungguh-sungguh.

BISA BOSAN
Ketika anak pertama saya, Nabil Muntaz berusia sekitar satu setengah tahun, setiap saya berangkat ke masjid, ia pasti minta ikut. Baru melihat saya mengganti celana dengan sarung saja , ia sudah merengek minta diajak.

Begitu pula anak kedua saya Fairuz , menginjak usia yang sama. Setiap melihat saya hendak berangkat ke masjid, ia pasti minta diajak. Kini, anak ketiga saya, Iqbal Hafizh yang usianya juga kurang lebih satu setengah tahun, meneruskan tradisi kedua kakaknya yang tidak mau saya tinggalkan di rumah jika melihat saya bersipa ke masjid.

Masalahnya ini justru anak pertama saya yang usianya sudah lima tahun, mulai malas ikut ke masjid. Kalaupun belakangan ia mau ikut lagi ke masjid, hal itu semata-mata kedua adiknya minta diajak ke masjid, sehingga ia marasa tidak enak sendiri di rumah tanpa kedua adiknya.

Apa yang terjadi pada anak pertama saya sebenarnya sesuatu yang wajar. Anak –anak biar bisa merasakan kebosana dalam hal apapun, termasuk dalam masalah ibadah.

Hal ini terjadi bisa Karen bebagai factor. Faktor utamanya tentu saja karena seiring bertambahnya usia , biasanya seseorang anak melepas ketergantungannya kepada sosok orang tua.

Jika pada usia 0 s.d 2 tahun dunia anak-anak sepenuhnya tergnatung kepada orang tua , maka pada periode selanjutnya mereka mulai melepas sedikit demi sedikit ketergantungannya kepada orang tua.

Pada masa ini merek bisa menulis sendiri aktivitas apa yang menurut mereka lebih menarik. Godaan bermain dengan teman sebaya atau acara televise bisa mengalahkan kebiasaan baik yang sudah kita rintis sejak mereka masih kecil dalam kondisi seperti ini, kita sebagai orang tua , algi-lagi dituntut bertindak bijak.

Memaksakan kehendak kepada mereka seringkali tidak menyelesaikan masalah dengan baik. Orang tua harus mencari cara terbaik agar mereka tetap mau melakukan kebiasaan beribadah, termasuk pergi ke masjid bersama sang ayah.

Salah satu cara untuk membuat anak-anak tetap mau ke masjid adalah dengan membuat perjalanan ke masjid menjadi pengalaman yang menyenangkan.

Misalnya setiap pulang dari masjid kita menyempatkan diri melakukan sesuatu yang special , yang mungkin tidak bisa kita lakukan di tempat lain bersam-sama.

Saya punya pengalaman dalam masalah ini. Kebetulan tetangga saya yang saya kenal cukup akrab memiliki pohon langka, pohon kayu putih. Rumahnya dekat dengan masjid, sehingga jika kami ke masjid pasti melewati rumah tetangga saya itu.

Nah, setiap pulang dari masjid, saya sempatkan memetik beberapa lembar daun kayu putih dan membagikannya kepada anak-anak.merek sngat senang mencium baunya yang khas.

Cara seperti ini membuat perjalanan pulang dari masjid menjadi special bagi mereka, karena mereka bisa meminta diambilkan daun kayu putih yang baunya khas itu.

Anda bisa mencoba dengan memetik bunga liar yang ada di sekitar perjalanan ke masjid. Atau jika tetangga punya jenis tanaman tertentu, seperti bunga atau apapun, anda bisa meminta izin untuk memetik beberpa kuntum bunganya untuk diberikannya kepada si kecil.

Dengan begitu, perjalanan ke masjid menjadi menyenangkan bagi nak-anak. Selamat mencoba..!
Wallahu ‘alam Bhisawab

(Tri yudiono – Publishing )

Tuesday 17 April 2018

LARANGAN ILMIAH MENCABUT UBAN

LARANGAN ILMIAH MENCABUT UBAN..?



LARANGAN  ILMIAH

 MENCABUT  UBAN    

“ Dibalik uban justru tersimpan keindahan,kebaikkan dan kesehatan “


Mereka mengira bahwa rambut putih adalah tanda ketuaan atau dia sudah memasuki fase orang tua, meski uban banyak tumbuh dikalangan orang dewasa bahkan kalangan remaja. Bahkan ada yang bilang sebagai tanda orang yang stress dan banyak tekanan hidup.


Padahal, faktanya tidak demikian. Rambut putih dikepala ( uban ) justru adalah tanda kesehatan. Karena itu jauh-jauh agama melarang kita menyabutnya. Beberapa ulam’ sendiri sepakat makruh melakukannya. Para ulama’ Malikiyyah, Safi’iyyah, Hanabilah Yahya bin Syart An Nawawi rahimahulullah mengatakan “ Mencabut uban dimakruhkan berdasarkan hadits dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya.

Para ulama’ Syafi’iyyah mengatakan bahwa mencabut uban adalah makruh dan ini ditegaskan oleh Imam Ghazali sebagaimana penjelasan yang telah lewat.

Al-Baghawi dan selainya mengatakan bahwa seandainya mau dikataan haram karena adanya larangan tegas mengenai hal ini, maka ini juga benar dan tidak mustahil.

Dan tidak ada bedanya antara mencabut uban yang ada dijenggot dan kepala ( Al-Majmu’ Syarh Al Muhaddzdzab, 1/292-293, Mawqi’ Ya’sub )
Dalam hadits dari “ Abdullah bin Umar, Rasulullah  saw  bersabda “ Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seorang beruban walaupun sehelai dalam islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikkan dan akan meninggikan derajatnya “ ( HR. AL-Baihaqi dalam Syu’abul Iman )

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya berkata bahwa Rasulullah saw bersabda “ Janganlah mencabut uban!. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam islam walaupun sehelai , melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti “ ( HR. Abu Daud dan An Nasa’I ).

Dalam riwayat lain, yakni riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam islam walaupun sehelai , maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikkan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan juga dengannya akan ditinggikan satu derajat “ ( HR. Ibju Hibban dalam shahihnya. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan ).

Berdasarkan hadits diatas nampak bahwa uban adalah cahaya di hari kiamat. Dengan satu uban yang ada dirambut ; Anda , ternyata mengandung empat kebaikkan  Pahala, penghapus dosa, peninggi derajat, dan sebagai cahaya di hari kiamat.

Selain itu ternyata secara ilmiah uban juga mengandung aspek kesehatan. Tahun 2012 , seorang ilmuwan yang bernama Ismael Galvan dari Museo Nacional de Ciencias Naturalis, Spanyol melakukan studi, tentang uban.

Hasil daripenelitian itu ternyata uban merupakan tanda Anda akan memiliki hidung panjang dan sehat. Sebaliknya penelitian itu juga megabarkan bahwa rambut merah ( karena rusak bukan karena pewarna) ternyata berpotensi akan terserang penyakit kanker lebih tinggi.
“Pada manusia, melanin kulit, rambut dan bulu merupakan jenis yang sama. Hal ini membatasi pengetahuan pada konskwensi fisiologi pigmentasi “ kata Galvan.

Ugan terjadi karena berkurangnya kadar melanin yang merupakan factor utama yang menentukan warna kulit dan rambut seseorang.Kebanyakkan melanin akan membuat kulit dan rambut tubuh menjadi gelap. Jika melanin berkurang, ini pertanda bahwa tubuh sehat dan kulit menjadi normal.

Ismael Galvan meambahkan, mencabut uban berbahaya bagi kepala karena akan merusak kondisi folikel , akar rambut dan saraf-saraf kepala. Dengan menabut uban akibatnya jumlah rambut akan menipis lalu uban akan terlihat lebih banyak meski pun jumlahnya sama.

Selain itu kerusakkan folikel akan berdampak pada kesehatan selaput kepala. “ Jauh dari tanda terkait penuaan, uban mengindikasikan kondisi yang baik “ ungkap Ismael Galvan.

SEBAGAI KEBANGGAAN
Atas dasar itu orang-orang terdahulu terkadang menjadikan rambut uban sebagai kebanggaan. Karena itu, ada sebuah syair Arab yang isinya menuju kemunculan uban dan rambut orang-orang yang sudah mulai berumur.

Syair itu menganalogikan tumbuh uban yang berselang-seling hitamya rambut seseorang , sebagai cahaya an tanda kemuliaan. Kata syair itu , “ maa khairu lailin laisafiihi nujuum “, malam tidak akan menjadi indah tanpa cahaya bintang. Bintang yang dimaksud adalah uban.

Malam yang kelam itu dominan masih hitam. Dengarkanlah kisah rambut putih Rasulullah saw seperti yang dituturkan sendiri oleh baginda Nabi saw Sayyidina  Abu Bakar ra pernah bertanya, “ Wahai Rasulullah sungguh rambutmu telah ditumbuhi uban “.

Rasulullah saw menjawab; “Surah Hud dan saudara-saudaranya yang telah menyebabkan aku beruban “ ( HR. Tirmidzi ). Helai-helai rambut yang muncul diantara rambut hitam Rasulullah saw menandakan perhatian dan fikiran Rasulullah saw yang begitu fokus untuk urusan keimanan.

Surah Hud dan sudara-saudaranya menurut tafsir Ibnu Katsir adalah Surah Al-Waqiah, surah Al-Mursalat, surah An Naba dan surah at Takwir. Seluruh surat itu bercerita tentang dahsyatnya dan kerasnya hari kiamat yang sudah pasti tiba.

Rasulullah saw sangat dlam mneyelami kandungan firman-firman Allah swt itu. Maka tumbuhnya uban selama dalam urusan keimanan adalah symbol yang patut dibanggakan Rasulullah saw yang jelas diterangkan dalam sabdanya “ “ barang siapa yang tumbuh uban didalam keislaman ia akan memperoleh cahaya di Hari Kiamat ( HR. Tirmidzi  dan Nasa’I )

Perhatikanlah bagaimana Rasulullah sawdalam sabda-sabda Baginda saw, mengibaratkan uban putih dalam rambut dikepala orang beriman itu sebagai cahaya di tengah gelapnya Hari Kiamat.

Cahaya itu uban yang tumbuh dari orang yang mencurahkan fikiran, tenaga, jiwa dan raganya untuk jalan iman.

Bahkan Rasulullah saw juga menegaskan bahwa diantara bentuk penghormatan Allah kepada hamba-Nya adalah memuliakan dzii syaibatil Muslim atau orang Muslim yang beruban, orang yang hafal AL-Quran, dan memuliakan penguasa yang adil ( HR. Abu Daud ).

Mak, biarkanlah jika uban yang sudah pasti tumbuh itu kelak atau telah menghiasi kepalakita. Selama kita berada dalam golongan orang beriman berjuang dalam keimanan kita tidak perlu terlalu menghiraukan tumbuhnya uban yang kelak menjadi cahaya di kegelapan itu.

Mari kita lihat kejayaan besar para tokoh berusia emas yang penuh uban di kepalanya itu dalam lembaran-lembaran sejarah kita. Lihatlah bagaiman Abu Ayyub l Anshari ra,lelaki pnuh uban di rambutnya.

Dalam usia 80 tahun , beliau tetap terlibat dalam penyebaran dakwah islam ke berbagai wilayah. Saat jatuh sakit menjelang wafat diantarapasukan muslimin yang tengah dalamperjalanan berperang.

Ia dengan sepenuh keyakinan mengatakan “ Jika aku mati maka bawalah jenazahku. Jika kalian bertemu dengan musuh, kuburkanlah jasadku disana. Aku ingin jasadku dikubur ditengah medan pertempuran atau yang dekat dengannya, sehingga ruhku bergeraak ditengah medan tempur.”

Abu Ayyub ra.menginginkan kehidupan akhiratnya dalam keadaan berjihad sebagaimana semasa hidupnya didunia. Jenazah Abu Ayyub ra akhirnya memang dibawa pasukan kaum muslimin, dan ditengah kota KOnstantinopel , ketika pasukan islam berperang melawan pasukan musuh , disanalah jasad Abu Ayyub ra yang mulia dimakamkan.

Lihatlah bagaimana tokoh muliaYusuf bin Tasfin ra yang memimpin peperangan disaat ia berusia 80 tahun.Ketika itu, uban juga telah menghiasai kepala dan janggutnya. Ada lagi, Musa bin Nushair ra yang menakhlukan Andalus saat usianya 74 tahun.

Itu terjadi pada saat kepemimpinan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik mencapai usia akhirnya 95 tahun. Musa bin Nashair ra telah mempunyai 120 anak dan cucunya yang masih kecil. Musa bin Nashair ra pernah mengatakan “ Tidak pernah ada panji-panji pasukanku yang direbut oleh musuh sejak aku terlibat berjihad pada usia 40 tahun hingga 80 tahun.”

Masih banyak deretan tokoh besar dan pemikir yang memutih rambutnya tapi mereka telah menyubangkan perjuangan luar biasa untuk kita. Seorang salfusoleh bernama; Tsabit Al Bunani ra, usianya 86 tahun. Bakr AL Mazni ra mengatakan “ Siap yang ingin melihat orang yang paling banyak ibadah lihatlah kepada Tsabit Al Bunani ra.

Tidak ada orang yang lebih abid daripada dia”, Bahkan Anas bin Malik ramengatkan, “Sesungguhnya setiap kebaikkan itu punya kunci-kunci. Dan Tsabit AL Bunani adalah kunci-kunci kebaikkan .

Malhan seorang ulama’ bernama AN Naisaburi ra pernah menulis sebuah kitab berjidul “ Al AL Mustadrak AL Shahihain “. Pada saat ia berusia lebih dari 90 tahun mereka menjadi manusia yang hidup di “ alam lain “ dan tidak lagi terbelenggu dengan jerat-jerat usia yang biasanya membelunggu ramai orang

Demiakianlah beberapa orang terdahulu yang rambutnya telah beruban tapi bangga dengan keubanannya. Sebab dibalik uban justru tersimpan  keindahan, kebaikan dan kesehatan

Wallahu ‘alam Bhisawab

 ( Sumber Majalah Hidayah/ TRI YUDIONO Publishing )

KISAH NABI DAN SAHABAT

KONTEN KISAH NABI DAN PARA SAHABAT

Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5
(Tri yudiono – Publishing )

MENIRU ALI bin ABI THALIB SOSOK FIGURE YANG SANGAT SEDERHANA

Meniru Ali bin Abi Thalib Sosok Figure yang sangat SEDERHANA 

MENIRU


ALI bin ABI THALIB 

SOSOK  FIGURE  YANG  SANGAT  SEDERHANA

Saat momen-momen keprihatinan menyergap anda, ada baiknya kita bercermin kepada  
Khalifah Ali bin Abi Thalib ra.

Kemanakah kita layak bercermin saat kemiskinan begitu menjerat ?
Kemanakah kita berkaca saat iman mulai goyah karena diterpa keterpurukkan hidup..?. Ali bin Abu Thalib ya, Khalifah yang paling “bungsu” dan muda itulah barang kali kita bisaberguru.

Dia menantu yang sejak menikahi putri Rasulullah saw, Fatimah, hanya berbekal baju zirah : sebuah baju perang dari besi yang kemudian di jual dan dijadikan mahar untuk meminang putri kesayangan Nabi Muhammad saw.

Baca juga>>>"Kisah setelah pengangkatan Nabi Isa as"

Kita tahu, saat itu sejarah mencatat betapa banyak para sahabat yang kaya raya ingin sekali menjadi mempelai pria Fatimah. Abu Bakar bin Shidduq ra, Umar bin Khattab ra. Utsman bin Affan ra. Dan Abdurrahman bin Auf adalah para sahabat yang pernah mengutarakan niatnya meminang Fatimah. Tapi Nabi menolak mereka.

Dan Ali lah sang pemenangnya. Rahasianya hanya satu : iman yang kokoh, Ia bermodalkan cinta kepada Allah, Rasulullah dan islam. Bukan harta melimpah, bukan juga kilauan dunia yang menggoda.

Syahdan, rumah tangga Ali dan Fatimah masyur dihiasi dengan berbagai kisah yang menggetarkan hati. Bayangkan, suatu hari seorang putri kinasih Rasul harus rela menahan lapar karena suaminya yang tidak mampu menafkahinya.

Baca Juga "Muhammad Natsir Pejuang sejati Idiologi Islam "

“Bagaimana keadaanmu nak..? tanya Rasul saat mengunjungi Fatimah yang sedang sakit di rumahnya. “ Kepalaku sakit, bertambah sakit karena aku belum makan , tidak ada makanan yang dapat aku makan”.

Rintih Fatimah kepada ayahnya, lalu tahukah anda jawaban Rasul…?
Apakah Ia menyalahkan Ali yang tak mampu memberikan anaknya makanan..?.

“ Berbahagialah engkau. Engkaulah pemimpin seluruh wanita di dunia “, demikianlah jawab Nabi. Dia tidak murka kepada Ali, karena Ia sejatinya memang tahu bahwa hidup Ali begitu sederhana dan memprihatinkan.

Beliau tahu kalau menantunya itu seringkali mengorbankan diri demi orang lain yang juga kelaparan dan miskin. Beliau tahu bahwa Ali adalah suami terbaik yang diridhai Allah dengan cahaya iman yang begitu meneduhkan.

“Anakku, ayah dan suamimu tidak miskin, aku telah ditawari harta dunia tapi aku memilih apa yang ada pada Tuhanku. Anakku , sesungguhnya Allah telah melihat ke bumi lalu ia memilih ayahmu dan suamimu.

Anakku sebaik-baiknya suami adalah suamimu, “ begitulah Nabi meyakinkan Fatimah saat wanita-waniat Quraisy mengunjungi ihwal suaminya yang serba kekurangan.

Ada baiknya pula jika kita tengok sebuah hadits yang pernah termaktub dalam Kitab Usfuriah.
Dikisahkan begini :
Sai’id bin Musayyab menceritakan tentang kondisi Khalifah Ali bin Abi Thalib. Suatu hari, Ali keluar dari rumahnya dan bertemu dengan Salman Al-Farisi.

“ Apa kabar, Abu Abdillah ( nama panggilan Salman Al-Faisi ) tanya Ali .
“ kabar saya, wahai amirul mukminin, menyangkut empat keprihatinan”. Jawab Salman”.
“Keprihatinan tentang apa..? semoga Allah merahmatimu..”
“ Keprihatinan keluarga yang selalu membutuhkan roti : keprihatinan sebagai hamba yang harus taat kepada Allah : keprihatinan kepada setan, yang selalu mengajak maksiat, dan keprihatinan terhadap malaikat maut yang akan mencabut roh saya”.

“Bergembirlah Abu Abdillah” ujar Ali, “ pada setiap hal yang tadi itu, engaku memiliki derajat “. Ali lalu bercerita ;

Suatu hari, aku datang kepada Rasulullah dan beliau bertanya kepadaku: “ apa kabarmu pagi ini Ali..? ”.
“ Rasulullah saya sudah tak memiliki apa-apa lagi di rumah kecuai air. Ini memprihatinkan saya. Lalu saya prihatin kepada ketaatan saya sebagai hamba Allah. Kemudian keprihatinan akan semua akibat perbuatan yang saya lakukan , dan keprihatinan akan datangnya akan datngnya malaikat maut demikian jawabku.

Nabi lalu berkata “ Bergembiralah Ali Sesungguhnya keprihatinan itu merupakan tabir perlindungan dari neraka. Keprihatinan terhadap ketaatan seorang hamba ciptaannya adalah pengamannya dariazab.

Keprihatinan terhadap kelakuan sendiri adalah jihad dan melebihi keutamaan ibadah 60 tahun. Sedang kerihatinan terhadap malaikat maut adalah penghapus dosa-dosa”.

“Ketahuilah Ali, “ imbuh nabi lagi “ keprihatinanmu itu tidak mempengaruhi rezekimu tetapi memberimu pahala. Karena itu bersyukurlah kepada Allah, dan jadilah orang tawakal, niscahya kau akan menjadi kekasih Allah “.

“ Dengan apa saya bersyukur..?”. tanyaku kepada Rasulullah. “ Dengan islam jawab Nabi.
“ Dengan apa saya taat kepada Allah..?.
“ Dengan mngucapkan La haulawala Quwwata illa billahil’ Aliyyil azhim “.

“ Lalu apa yang harus saya singirkan..?”.
“ Amarahmu” jawab Nabi “ Menyingkiri rasa amarah akan memadamkan amarah Tuhan. Juga memberatkan timbangan amalmu serta menuntunmu ke surga.

Salma Al-Farisi lalu berkata “ Saya sangat rihatin akan hal itu, terutama yang menyangkut soal keluarga “.
Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda “ Barang siapa yang tak pernah memprihatinkan keluarganya, Ia tak memiliki bagian di surge sahut Ali “.

LAlu Salman menyergah, “ Bukankah Nabi pernah bersabda “ Seorang pengasuh keluarga Tak akan bahagia selama-lamanya ?“.

Ali menjawab “ Bukan begitu maksudnya. Jika pekerjaan halal tentunya kau bahagia, Salman surge disiapkan untuk mereka yan prihatin dan sedih dalam mencari yang halal.”

Demikianlah tips menyikapi hidup saat seseorang dilanda keprihatinan yang diajarkan Nabi kepada Imam Ali bin Abi Thalib.

Kita semua tahu bahwa bertahan hidup dizaman sekarang ini sungguh berat. Pekerjaan yang langka kebutuhan hidup yang biaya nya kian melambung. Semua itu kerap membuat seseorang memilih jalan yang tidak diridhai Allah ; mengais rejeki dengan cara-cara yang tidak baik dan haram.

Nah, saat-saat momen keprihatinan menyergap anda ada baiknya kita bercermin kepada pesan Khalifah Ali bin Abi Thalib tersebut. Bahwa ujian hidup yang memprihatinkan itu kelak, akan mengantarkan seorang hamba pada surge-Nya.

Sebab, kita mafhum, betapa ujian kekurangan, kemiskinan, keprihatinan dan kawan-kawannya adalah ujian yang kerap menggelincirkan seseorang kepada kekufuran. Tentu kita semua tak ingin termasuk didalamnya bukan…? Semoga Amiiin.
(Sumber acuan ; Fatimah, The True Story of Muhammad and Khadijah’s Beloved Daughter  dan kKitab Usufuriah , Kisah-kisah Hikmah Dari Lektur Pesantren [ Pustaka Firdaus , Jakarta 1993]
{Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com 17 April, 2018}

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...