Blog Konten Islam

Friday 27 July 2018

ORANG BAIK, DARI KETURUNAN YANG BAIK

ORANG BAIK,   DARI KETURUNAN YANG BAIK

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


ORANG BAIK, DARI KETURUNAN YANG BAIK


“Firasat mukmin sejati tak bisa diremehkan begitu saja.Kadang ia bisa “membaca” sesuatu yang orang lain pada umumnya tidak pahami ”.

Pada tahun 149 hijriah, Syaqiq al-Bakri, seoramg alim berangkat ke Baitullah untuk menunaikan haji. Namun ditengah perjalanan, ia berhenti sebentar di kota Qadisiyah bersama rombongannya. Dalam hiruk pikuk ditempat persitirahatan, Syaqiq memperhatikan orang-orang hilir mudik dengan pakaian mereka yang beragam corak.


Tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang pemuda. Wajahnya cerah bercahaya, menampakkan pesona dan kharisma. Seluruh tubuhnya dikerubungi karung goni yang kasar. Kakinya pun mengenakan terompah kayu. Pemuda ini duduk sendirian tersisih dari orang – orang yang cukup ramai.


Dalam, hati Syaqiq berkata bahwa si pemuda itu pastilah berpura-pura menjadi seorang sufi. Tentu nantinya ia akan menjadi beban atas orang lain. Terbersit di hati Syaqiq untuk menguji pemuda itu. Jika ketahuan, Syaqiq akan mencela dan mengkritik tajam atas sikapnya yang berpura-pura.


Namun, tatkala Syaqiq mendekati , tiba-tiba ia mendengar pemuda itu berkata, “Hai Syaqiq ..! Tidakkkah kau tahu bahwa Allah swt telah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia, ‘Hai orang-orang yang beriman jauhilah buruk sangka (terhadap orang lain) karena setengah dari buruk sangka itu berdoa”. (QS. Al-Hujurat ayat :12).


Setelah mebacakan firman itu, pemdua tersebut lalu bangun dan beranjak dari tempatnya. Tentu saja Syaqiq tersinggung dengan perkataan pemuda tadi. Tapi, ia sendiri bingung, entah dari mana dia dapat membaca isi hatinya. Sungguh ajaib. Dia mengetahui nama Syaqiq, padahal Syaqiq sendiri  sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. Syaqiq yakin, pastilah ini perkara besar. Tentu pemuda itu salah seorang salih yang termasyhur.


Merasa ingin mengenal lebih jauh, Syaqiq segera mengejarnya dari belakang. Tapi rupanya dia lebih cepat dari Syaqiq. Sampai iapun tidak lagi dapat menemuinya.
“Kemanakh dia menghilang diantara kerumunan orang di situ”, batin Syaqiq.


Gagal menemui pemuda tadi, Syaqiq pun segera melanjutkan perjalanan bersama rombongan dari Qadisiyah menuju Arafat. Begitu sampai disana tanpa diduga, untuk kedua kalinya ia bertemu dengan pemuda itu. Kali ini Syaqiq melihat kalau dia sedang kyusuk mengerjakan sholat. Sementara anggota-anggota badan yang bergoncang dan air matanya mengalir.


Syaqiq terharu. Ia pun berusaha mendekati pemuda itu dan duduk didekatnya , menunggu dia selesai sholat. Syaqiq kagum. Dalam hati ia berkata bahwa pemuda itu sangat khusuk sholatnya.


Begitu sholat selesai pemuda itu pun lalu menoleh kearah Syaqiq dan berkata , “Hai Syaqiq, bacalah firman Allah dan sesungguhnya Aku (Allah) adalah Maha Pengampun kepada siapa saja yang kembali kepada-Ku, beriman kepada-Ku , mengerjakan amal shalih, kemudian dia mencari jalan yang benar”. (QS. Thaha ayat :82).


Dalam hati Syaqiq terus merenung membaca firman tersebut. Sementara seperti biasa, kali ini pemuda tersebut telah menghilang lagi. Bahkan Syaqiq sangat kerepotan mencarinya, mengingat begitu ramainya orang hilir mudik.


Tapi begitu Syaqiq ada di Mina, lagi-lagi Syaqiq menjumpainya. Kali ini dia pergi mengambil sebuah teko, ditangannya ada bekas mengambil air. Syaqiq segera mendatanginya. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil air.


Sementara air agak jauh sedikit untuk dijamah tangan. Tidak disangka-sangka bekas itu terlepas dari tangannya lalu jatuh kedalam wadah. Entah apa yang akan dilakukan saat itu. Pemuda itu malah langsung mengangkat kepalanya kearah langit seraya memohon.


Kepada Engkau aku kembali jika aku merasakan kehausan.
Daripada-Mu juga aku meminta makanan bila kau merasakan kelaparan.
Ya Allah Tuhanku. Aku tidak punya bekas selainnya, jangan engkau ambil dia dari tanganku..!.


Begitu selesai memanjatkan dia, ajaib wadah berisi bekas telapak tangan dia (pemuda itu) berangsur naik, seolah ada mata air yang sedang mengisinya dari bawah.Pemuda itu lalu mencelupkan tangannya kedalam air wadah itu dan mengeluarkan bekas yang jatuh kedalam air tadi. Dia lalu meminum air itu sepuas-puasnya, mengambil wudhu kemudian berdiri sholat empat rakaat.


Usai sholat ia lantas mengeggam pasir dari tempat itu , dan dibubuhnya kedalam bekas itu serta dikocok – kocoknya dengan air yang ada didalam bekas itu, lalu diapun meminumnya


Sungguh  Syaqiq terkagum-kagum oleh ulah si pemuda itu. Takjub bukan main terhadap apa yang telah diperbuat pemuda itu. Dia minum apa yang ada dalam bekas itu setelah Syaqiq lihat pemuda itu membubuhkan segenggam pasir.


Syaqiqi lantas memutuskan untuk mendekatinya dan berkata, “Berilah aku sedikit rezeki yang diberikan Allah kepadamu..!
Syaqiq penasaran ingin tahu banyak apa sebenarnya didalam bekas yang dimakan pemuda itu. Pemuda itu pun lantas menoleh kearah Syaqiq. Namun tatapannya seolah berkata bahwa sesuatu tengah terjadi pada diri Syaqiq.


“Wahai Syaqiq nikmat Allah itu terlalu banyak yang diberikan kepada kita, baik yang nampak ataupun tidak. Bersihkanlah hatimu jangan pernah menduga apa-apa !”.
Pemuda itu lalu memberi Syaqiq bekas itu dan minumannya. Rasanya seperti bubur sawiq yang manis dan enak serta baunya harum pula. Syaqiq senang bukan main. Apalagi rasa bubur sawiq yang dimakannya itu lezat tak terkira.


“Demi Allah, aku belum pernah merasakan bubur sawiq yang begitu lezat seumur hidupku seperti yang sedang aku makan kini. Aku terus mencium bubur itu sampai aku merasa kenyang. Bahkan rasa kenyang diperutku terasa dan tahan berhari-hari, sampai – sampai aku tidak mengingginkan makanan lain saat itu”, batin Syaqiq.


Setelah kenyang dan puas , Syaqiq pun mengembalikan bekas tangan pemuda itu. Si pemuda lalu pergi. Seperti yang sudah – sudah , kali ini tak kelihatan batang hidungnya sampai berada di Mekkah.


Pada salah satu malam di Mekkah , sekali lagi Syaqiq melihat pemuda itu di pinggir kubah air zam-zam. Dia sedang berdiri menunaikan sholat penuh khusuk. Rentang waktu sholatnya lama sekali. Hingga Syaqiq mendengar suara keluh kesah dan suara tangisannya yang sungguh-sungguh memilukan siapa saja yang berada disampingnya.


Pemuda itu pun terus sholat , rakaat demi rakaat. Sampai muncul waktu fajar, barulah dia berhenti. Kemudian disambung pula dengan tasbih dan berdzikir.


Tatkala waktu subuh tiba, pemuda itu turut berjamaah dengan rombongan Syaqiq. Selepas subuh, dia lalu thawaf mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran. Kemudian dia menepikan dirinya dari tempat thawaf menuju ke suatu tempat di pinggir masjid.


Syaqiq penasaran dan mengikutinya dari belakang untuk melihat apa yang akan diperbuatnya setelah itu. Syaqiq melihat dia duduk dan orang-orang banyak mengelilinginya. Syaqiq menduga, mereka mungkin para pengikut dan pengawal-pengawalnya.


Orang-orang tersebut ternyata datang dari berbagai tempatdan mereka bertemu setiap tahun disana. Sebab dalam perjalanan menuju Baitullah, Syaqiq tidak melihat seorang pun dari mereka dalam rombongan.


Syaqiq lalu ikut duduk di situ mengelilinginya. Sementara orang-orang semakin ramai berdatangan membanjirinya dari arah masjid itu. Rasa penasaran Syaqiq akan siapa gerangan pemuda itu sebenarnya semakin menjadi. Selama ini Syaqiq telah menjumpai bermacam-macam keanehan terjadi pada pemuda itu. Namun tidak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk bertanya siapakah gerangan dirinya (pemuda itu).


“Wahai saudaraku, boleh aku bertanya sedikit,,? Syaqiq menghampiri salah seorang yang mengerumuni pemuda itu.
“Boleh”
“Siapa sebenarnya pemuda ini..? tanya syaqiq.
“Kau belum tahu..?”.
Syaqiq menggeleng-gelengkan kepala, tanda bahwa ia belum tahu.


Dia adalah Musa bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib”, jawab lelaki yang ditanya Syaqiq seraya tersenyum.
‘Oh dari keturunan Ali Zainul Abidin bin Husain”.


Semoga Allah menurunkan rahmat dan berkah dari mereka sekalian serta mengkaruniakan manfaat bagi kita didunia dan akhirat Aamiin.


(Dinukil dari Anisul Mukminin / Hiburan Orang Mukmin / Shafwak Sa’dallah al-Mukhtar. Penerjamah H. Salim Basyarahil. Gema Insani Press, 1996).  


(dari berbagai sumber)



Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

KISAH UZAIR, YANG DIMATIKAN & DIHIDUPKAN LAGI

KISAH UZAIR,   YANG DIMATIKAN & DIHIDUPKAN LAGI

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"


KISAH UZAIR, YANG DIMATIKAN & DIHIDUPKAN LAGI


“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata : “Bagaimana Allah menghidupkan kebali negeri ini setelah hancur..?, maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali..” (QS. Al-Baqarah : 259) ”.

Musim panas tiba. Pagi itu, Uzair – yang dikenal sebagai hamba Allah yang shaleh dan salah seorang Nabi dari Bani Israil – berniat pergi ke kebun. Cuaca yang sangat panas telah mengakibatkan tanah retak-retak dan tanaman butuh siraman air. Jadi Uzair memutuskan pergi ke kebun dan dia pun berangkat dengan menunggang keledai.


Kebun Uzair sangat jauh, dan jalan menuju kebunnya itu tidakklah ringan. Uzair harus melewati sebuah negeri yang sudah mati. Puing-puing berserakkan diantara sisa-sisa bangunan yang telah hancur. Kota itu dulu dikenal sangat indah dan ramai. Penduduk di kota itu hidup dalam kedamaian, tapi akhirnya hancur dan menjadi kota mati. Saat melewati kota mati itu hari mulai siang dan terik matahari seperti memanggang bumi.


Uzair mencari sisa bangunan yang masih memiliki atap untuk berteduh sejenak dari terik matahari. Setelah mendapatkan apa yang dicari Uzair turun dari keledai, dan menenteng dua keranjang perbekalan yang dibaawa. Satu keranjang yang berisi buah Tin, dan satu keranjang yang lain berisi buah anggur. Uzair lantas berteduh dengan nyaman, seraya mengeluarkan mangkok untuk menampung air anggur yang ingin diperas.


Uzair kemudian mengambil sepotong roti, dan mencelupkan kedalam perasan anggur. Setelah itu, Uzair menikmati  makanan yang dibawany. Rasa laparpun mulai hilang,  dan Uzair sudah merasa cukup. Uzair membaringkan tubuhnya menyandarkan kakinya kedinding seraya enatap sekeliling. Hanya ada puing-puing sisa bangunan. Sejenak ia merenungi atap-atap yang roboh bangunan yang tinggal puing-puing dan rumah-rumah yang sudah ditinggaloleh penghuni kota mati tersebut.


Tidak jauh dari tempat Uzair berteduh berserakkan tulang. Dia pun lantas membatin.
“Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur..?”.
Uzair sama sekali tidak meragukan kekuasaan Allah dapat menghidupkan kembali negeri itu setelah hancur. Tetapi, pikiran itu tiba-tiba melintas.


Tidak lama kemudian, Uzair merasa tidak kuasa lagi merasa rasa kantuk yang hinggap dipelupuk mata. Uzair mengalami sebuah peristiwa yang tidak terduga. Dia merasa tertidur dengan tiba-tiba, dan tak bisa tetap terjaga. Waktupun berlalu. Hari berganti, bulan pun berbilang, bahkan tahun-tahun yang panjang akhirnya terlewati, tidak terasa dalam tidurnya.


Tidak terasa, seratus tahun telah berlalu, Allah telah mengutus malaikat maut untuk mewafatkan Uzair. Selama seratus tahun itu  merasa sedang tidur, telah terjadi peperangan, bahkan Nebukadnezar telah membakar semua kitab Taurat yang ada. Tak satupun yang tersisa, kecuali yang dijaga dengan baik ayahnya Uzair. Sebab diasa penyerangan Nubukadnezar itu, ayah Uzair sempat emendam kitab Taurat ditanah.


Setelah seratus tahun berlalu, dan Uzair merasa tertiudur, padahal dia sudah dicabut nyawanya. Seratus tahun keudian Allah menghidupkan kebali Uzair. Pertama – tama , Uzair dihidupkan akalnya dan matanya. Sehingga ia bisa berpikir dan juga melihat bagaimana Allah menghidupkan kembali orang yang sudah mati.


Tak selang lama tubuh Uzair dihidupkan diawali diawali dengan berkumpulnya tulang-tulang yang keudian dibungkus dengan daging kulit dan rambut. Lalunyawanya, ditiupkan. Tapi saat itu Uzair sudah bisa berpikir dan melihat peristiwa luar biasa yang terjadi. Setelah itu Uzair hidup kembali, Malaikat mau bertanya kepada Uzair
“Berapa lama engkau tinggal disini..?.
“Uzair menjawab, “Sehari atau setengah hari”.

Uzair menjawab seperti itu, karena dia merasa telah tertidur. Aplagi ia merasa tidak tidur terlalu lama. Dia tidur pada tengah hari dan kemudian merasa bangun pada sore hari, dia merasa tidak ada yang janggal dan dia merasa tidur tidak cukup lama.


Padahal, yang terjadi tidak demikian Uzair telah meninggal selam seratus tahun dan dia tidak menyadari. Karena itu, malaikat maut kemudian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
“Tidak..! Engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu”.


Uzair melihat kearah makanan dan minuman yang dijadikan sebagai bekal dalam perjalanan. Anehnya, sisa roti dan perasan anggur di mangkok tidak berubah. Masih seperti sedia kala masih dalam keadaan seperti Uzair tinggal tidur sebelumnya. Tidak berubah sama sekali.Juga, buah Tin dan buah anggur didalam keranjang nyaris masih dalam keadaan segar.


Tentu, Uzair merasa bingung. Dia dijelaskan telah tidur selama seratus tahun , tapi saat melihat bekal makanan yang dia bawa ternyata tidak membusuk dan basi. Lalu malaikat maut kembali bertanya.
“Apakah engaku bingung dengan apa yang aku sampaikan..?.
Sekarang lihatlah keledaimu..!”.


Uzair menoleh kearah keledai yang sebelumnya dinaiki, dan ternyata keledai itu telah menjadi tulang belulang. Kemudian Allah menghidupkan keledai itu. Uzair melihat tulang belulang keledai  berkumpul dan bersatu kembali, lalu tulang belulang itu dibalut dengan daging dan kulit., juga bulu-bulu. Lantas keledai Uzair kembali dapat bergerak menghadapkan kepala dan kedua telinga ke atas langit.


Uzair melihat peristiwa yang luar biasa itu dengan mata kepalanya sendiri dengan takjub. Setelah itu Uzair, pulang kerumah. Dia mengendarai keledai. Seratus tahun Uzair telah meninggalkan kampung halaman, dan tak ada satupun orang pun mengenali Uzair lagi. Uzair bahkan juga tidak mengenal lagi siapa pun yang tinggal dikampunghalamannya sendiri. Dia sudah juga tidak lagi mengenali rumah yang dahulu menjadi tempat tinggalnya. Tatkala Uzair meninggalkan kampung dia waktu itu berusia 40 tahun.


Tetapi kampungnya sudah digilas waktu. Rumah dan jalan sudah banyak berubah.Akhirnya Uzair mengira-ngira letak rumahnya dan memasuki rumah tersebut. Rupanya rumah itu ditinggali seorang wanita yang sudah lanjut usia, tidak bisa melihat lagi dan tak bisa berdiri. Usia wanita itu sekitar 120 tahun. Dulu ia seorang hamba sahaya, dan baru berusia 20 tahun saat Uzair meninggalkan kampung. Tetapi karena usia yang sudah Uzur dan tak bisa elihat lagi, maka dia tidak tahu siapa yang datang.


Wahaiibu tua , apakah benar ini rumah Uzair ..?” tanya Uzair.
“Benar ini rumah Uzair”, jawab wanita itu seraya menangis
“Sudah lama aku sudah tidak mendengar nama Uzair berpuluh-puluh tahun lamanya. Orang – orang sudah melupkannya”.
“Sesungguhnya aku ini adalah Uzair.
Allah telah mematikanku selaa seratus tahun “.


Wanita itupun terkejut dan nyaris tidak percaya . “UZair memang telah menghilang 100 tahun yang lalu dan kami tidak pernah mendengar beritanya sama sekali.
“Aku adalah Uzair”, Uzair kembali meyakinkan wanita tua itu lagi.
“Aku tahu Uzair itu adalah hamba yang shaleh. Jika dia mendoakan orang yang sakit agar sembuh, atas izin Allah orang itupun sembuh.


Jika dia mendoakan orang yang kena musibah , kecacatan agar dihilangkan dari musibah, orang itu juga akan terbebas dari musibah. Untuk membuktikan apakah kamu itu Uzair, berdoalah kepada Allah agar pengelohatanku dikembalikan agar aku bisa melihatmu, jika kamu memang benar Uzair, pasti aku akan bisa mengenalimu”


Uzair kemudian berdoa kepada Allah, dan wanita tua itu dapat melihat kembali. Wanita itu, juga bisa berdiri lagi sehingga wanita tua itu bisa membawa Uzair kessebuah rumah temapt berkumpul orang-orang Bani Israil.  Di rumah itu ada anak, Uzair yang usianya sudah tua. Lalu wanita tua itu berkata, “Orang ini adalah Uzair”.


Tentu orang-orang menjadi kaget dan stengah tidak percaya. Tetapi wanita tua itu, berkata lagi, “Aku fulanlah, hamba sahaya kalian. Uzair telah berdoa kepada Allah untuk kesembuhanku hingga mataku bisa melihat lagi.Aku bisa berdiri dan bisa berjalan lagi seperti dulu. Dia adalah Uzair dia bilang, dia telah dimatikan oleh Allah selam seratus tahun dan sekarang dia telah dihidupkan kemabali”.


Semua orang berdiri, dan memandangi Uzair dengan penuh tanda tanya. Tapi, tiba-tiba putra Uzair memecah kebuntuan, “Ayahku memiliki cirri khusus, diantara bahunya ada tanda hitam”
Lalu Uzair membuka bajunya, memperlihatkan tanda hitam yang ada diantara bahunya. Setelah itu, orang-orang Bani Israil pun tidak memiliki keraguan lagi bahwa laki-laki itu adalah Uzair. Lalu, Uzair menceritakan peristiwa yang dialami.


Setelah Uzair bercerita, orang-orang Bani Israil menuturkan bahwa diantara mereka sudah tidak ada lagi orang yang menghafal Taurat. Padahal Nebukadnezar telah membakar semua Taurat dan orang – orang itu bergantung pada Uzair , karena mereka telah diberi tahu bahwa Uzair hafal Taurat. “Tuliskanlah apa yang kau hafal itu untuk kami”.


Untung ayah Uzair dulu pernah menyimpan Taurat di tanah, dan tidak ada seorang pun yang tahu. Hanya Uzair yang tahu. Uzair kemudian mengajak mereka ketepat tersebut dan menggalinya. Sayang setelah digali, ternyata lembaran-lembaran kitab Taurat itu telah lusuh dan tulisannya telah banyak yang hilang.


Uzair duduk termenung di bawah pohon, dikelilingi orang-orang Bani Israil. Tiba-tiba diatas langit seperti ada kilatan dua api turun ke bumi, kemudian masuk ketubuh Uzair. Dua kilatan api itu rupanya membantu Uzair mengingat kembali hafalannya. Setelah itu Uzair menuliskan kitab Taurat untuk orang-orang Bani Israil.


Uzair – sebagaimana pendapat yang diunggulkan – dikenal sebagai salah satu Nabi dari Bani Israil. Menurut Ibnu Katsir , dia hidup setelah zaman Daud dan Sulaiman. Tapi sebelu zaman Zakariya da Yahya. Tidak seorang pun yang tersisa dari Bani Israil yang hafal kitab Suci Taurat, kemudian Allah mengilhamkan ahafalan itu kepada Uzair .  

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

Thursday 26 July 2018

RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

AFI’BIN KHUDAIJ,   PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"




RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK 


“Wahai Rasulullah, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya, dan bersaksilah padaku kelak di hari kiamat bahwa aku syahid ”.

Hidup dengan rasa sakit adlah hal yang sudah biasa bagi seorang haba yang shaleh. Ini pula yang dialami oleh remaja yang satu ini. Sejak remaja hinggakematian merenggutnya, a hidup dengan sisa ujung panah didadanya. Ia erasakan sakit , tentu saja. Tetapi ia berusaha melawannya dan menikmatinya. Hingga ia tumbuh menjadi seorang ulama dan mufti besar di zamanya.


Namanya adalah Rafi’ bin Khudaij. Ayahnya bernama Khudaij dan ibunya bernama Haliah. Saat endengar Nabi saw, akan datang ke adinah untuk Hijrah , Rafi’ yang masih remaja saat itu begitu girangnya. Ia dan keluarganya sudah tahu bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi dan utusan Allah swt.


Ia bersama ribuan orangpun berkerumun menyabut kedatangan Nabi saw bersama Abu Bakar. Ia memanjati salah satu batang kurma yang tumbuh rapat dijalur masuk Yasrib dari arah selatan. Seluruh penduduk tumplek. Tua uda, pria wanita, bahkan anak-anak semua berdendang menyabut kedatangan Nabi saw dan sahabatnya itu.


Telah terbit bulan purnama
Dari celah bukit ketengah-tengah kita
Kita wajib bersyukur senantiasa
Selama penyeru Allah masih ada


Remaja Rafi’ berbaur dengan segenap warga Suku Aus. Semua bahagia dan mengucap selamat datang kepada sang Rasul tercinta.Begitupun dengan ayah dan ibunya. Mereka merasakan kebahagiaan yang menggetarkan seluruh penjuru Yasrib it. Lekas-lekas seluruh keluarga Khudaij menghadap Rasulullah saw dan berbaiat kepadanya untuk masuk islamdan siap membantu menyebarkan dakwah beliau.


Sejak hari itu, resmilah Rafi’ bin Khudaij menjadi salah satu murid di Madrasah Rasulullah saw. Tak lepas-lepasia dari beliau, rutin menghadiri majelis ilmu yang digelar beliau, mengikuti ceramah-ceramah beliau, merekam sikap dan perilaku beliau dalam berbagai situasi dan kesempatan.


IKUT BERPERANG

Suatu ketika di masjid Rasulullah saw para sahabat berkumpul. Ternyata mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan suatu peperangan yang dahsyat bernama Perang Badar. Dengan gesit Rafi’ yang masih remaja menyelinap kecelah barisan kaum Muslimin yang tengah berkemas meluncur ke medan perang. Sayang begitu menawarkan diri kepada Nabi, ia tidak diperbolehkan. Usianya yang masih 12 tahun lebih belum memungkinkan untuk mengenal medan perang.


Tentu saja Rafi’menyayangkan penolakkan Nabi itu. “Kenapa aku tidak dilahirkan lebih awal”, batinnya penuh sesal. Ia tertunduk sedih, persis remaja-remaja sebaya yang bernasih serupa; ditolak ikut perang oleh Nabi. Tetapi tak mengapa, besok masih ada harapan.


Perang Badar usai dan kaum Muslimin meraih kemenangan yang gemilang. Padahal saat itu jumlahnya hanay 1/3 dari jumlah orang-orang kafir Quraisy. Namun, atas izin Allah, pasukan kafir dibuat kocar-kacir.


Merekapun melakukan pembalasan untuk melakukan perang ulang yang kemudian dikenal dengan perang Uhud. Kali ini Rafi’ tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia kembali menawarkan diri kepada Nabi saw untuk menjadi salah satu prajurit perang, dan dibolehkan. Tak kepalang bahagai Rafi’ karena mimpi yang lama dinanti ini mewujud jadi kenyataan. Dan inilah medan pertama baginya berjihad di jalan Allah swt.


Di medan ini, Rafi’ benar-benar teruji, ia tegar membentengi Rasulullah saw tatkala pasukan penjaga mulai meninggalkan posisi mereka. Ia bertempur dengan gagah berani, berusaha sekeras mungkin untuk memetikkan kemenangan bagi islam dan kaum Muslimin.


Di tengah-tengah Herisme Rafi’ , tiba-tiba sebuah panah melesat kencang dan mengenai dadanya. Namun ia terus bertempur tak dirasakan sakitnya. Ia tak peduli dengan anak panah yang menancap di dadanya dan darah yang keluar tersu-menerus dari dadanya itu. Ketika perang usai , barulah Rafi’ merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.


Ia pun kemudian mendekati Nabi yang juga terluka dengan kondisi anak panah yang masih menancap didadanya. Sambil memegang anak panah yang menancap itu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah saw tolong cabutkan anak panah ini dariku”.


Dengan penuh cinta, salut dan respek pada kepahlawanan Rafi’ Rasulullah saw bersabda, “Wahai Rafi’ apakah akan kucabut anak panah itu hingga ke ujungnya, ataukah kucabut anak panahnya saja dan kubiarkan ujungnya sehingga kelak di hari Kiamat Aku akan bersaksi bahwa engkau syahid..!”.


“Wahai Rasulullah saw, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya , dan bersaksilah kepadaku kelak di hari Kiamat bahwa aku syahid”, jawab Rafi’ mantap.


Maka, dicabutlah oelh Rasulullah saw anak panah itu dari dada Rafi’ dan dibiarkan ujungnya. Demikianlah seterusnya aksi jihad kegagahan dan kepahlawanan Rafi’ ia tidak pernah absen dalam berbagai peperangan mulai dari perang Ahzab (Khandaq) hingga perang-perang selanjutnya seperti Perang Hudaibiyah, Pengepungan Khaibar, Penakhlukkan Mekkah, Pertempuran Hunain. Pengepungan Thaif dan peperangan serta peristiwa lain yang diterjuni langsung bersama Rasulullah saw.


Meski dadanya didera rasa sakit menyengat akibat ujung anak panah yang tertancap, Rafi’ tetap tampil sebagai pejihad yang gagah berani dan kesatria. Semua ia tanggung dengan kesabaran maksimal, demi untuk dirinya dipersaksikan sebagai syahid kelak di hari Kiamat.


Ia juga berusaha tetap menjadi salah satu pemuda di sekolah Rasulullah saw yang merekam apapun yang terjadi dan dilakukan oleh Beliau serta menyimak setiap butir materi yang diajarkan beliau.


Sejarah mencatat bahwa Rafi’ bin Khudaij termasuk salah satu mufti pada masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan bersama mufti-mufti besar lainnya seperti Abdullah bin Abbas , Hurairah, Abu Sa’id al Khudri, dan Salamah bin Akwa.


Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, tahun 74 hijrah, ia meninggal dunia. Rupanya luka didadanya akibat tusukkan anak panah pada perang Uhud  itu membusuk. Jiwanya pun tak tertolong lagi. Beliau meninggal pada usia 86 tahun. Jenazahnya disaksikan Abdullah bin Umar. Ketika mendengar perempuan-perempuan menangis , ia berkata, “Diamlah ia sudah sangat tua dan ia tak kuasa lagi menanggung siksa Allah.


Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat –Nya kepada rafi’ bin Khudaij pahlawan ,penyebar, ahli fikih, ulama yang mengetahui hakikat islam, sahabat yang dipersaksikan langsung oleh Nabi saw. Bahwa ia syahid.


Namun, satu hal yang tak terlupakan dari Rafi’ bahwa sejak remaja ia sudah inginmenjadi syahid di medan perang. Adakah remaja-remaja masa kini yang seperti Rafi’..?. Mungkin hanya satu diantara sekian banyak remaja-remaja kita yang bisa belajar dari keberanian , ketekadan, dan kesabaran yang luar biasa dari Rafi’ Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.


[Sumber; fathi Fauwzi Abd al-Mu’thi , sahabat Remaja Nabi ;Kisah Hidup Pemuda-pemuda Kader Rasulullah saw].

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

KISAH NABI ZAKRIA MENDAMBAKAN ANAK

KISAH NABI ZAKRIA   MENDAMBAKAN ANAK

Dasbor "Kisah Nabi dan Sahabat"



KISAH NABI ZAKRIA MENDAMBAKAN ANAK 


“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya : “Ya Tuhanku janganlah engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engakaulah Waris yang paling baik”. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung”. (QS. Al-Anbiyaa : 89-90)

Wanita yang sudah tua itu datang ke Masjid Baitul Maqdis seraya memopong seorang bayi perempuan dalam balutan selimut. Wanita yang dikenal dengan nama Hannah binti Faqod itu kemudian memasuki masjid. Seketika itu, orang-orang yang ada di masjid kaget dan terheran-heran. Dengan lembut, wanita itu kemudian menuturkan maksud kedatangannya. Ia datang ke masjid untuk menyerhakan bayi perempuan yang ia gendong, yang bernama Mayamtersebut.

Bayi perempuan itu tidak lain adalah putri Imran. Tapi sayang sebelum perempuan itu lahir , Imran rupanya tidak sempat bisa melihat wajah putrinya. Imran lebih dulu dipanggil oleh Allah swt. Semua orang tahu Imran adalah ahli ibadah dan dikenal sebagai imam mereka. Karena itu, orang-orang di masjid saling berebut mengasuh Maryam. Zakaria yang menjadi Nabi mereka langsung mengambil Maryam dan merasa paling berhak mengasuh dan merawat Maryam. Apalagi, sitri Nabi Zakaria tidaklain adalah kakak dari ibunda Maryam. Pendapat lain mengatakan bibi dari ibunda Maryam.


Tapi,orang-orang yang ada di masjid tersebut tak mau kalah. Mereka juga berebut ingin mengasuh Maryam dan juga berusaha mencegah Zakaria untuk membawa Maryam. Hingga akhirnya diputuskan untuk diundi , barang siapa barang siapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak mengasuh dan merawat Maryam. Takdir rupanya berpihak kepada Nabi Zakaria. Pena Nabi Zakaria mengapung dan dia berhak menjadi pengasuh sekaligus sebagai ayah asuh Maryam.


Di dalam rumah suci itu, Maryam tinggal di sebuah ruangan kecil di bagian atas. Tak ada seorang pun yang bisa memasuki ruangan itu kecuali Nabi Zakaria.


Waktu berlalu. Saat itu bulan memasuki musim dingin. Nabi Zakaria menaiki tangga , dan berniat menengok Maryam. Dia ingin membawakan makanan. Tetapi , saat Zakaria sudah berada diruangan Maryam, dia terbelalak. Tak jauh dari tempat Maryam berdoa, dia melihat seluruh piring yang penuh dengan buah-buahan , seperti kurma. Zakaria terkejut dan tak bisa menutupi rasa heran dan ketakjuban yang menggumpal di dada.


“Hai Maryam, darimana kau mendapatkan makanan itu..?.
“Makanan ini dari sisi Allah swt. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan”, jawab Maryam dengan lembut.


Dalam hati, Zakaria hanya bisa membatin. Dia melihat Maryam termasuk wanita suci, yang dianugerahi Allah dengan limpahan rezeki yang bahkan dianugerahi buah-buahan yang hanya bisa ditemui pada musim panas, tetapi bisa ada pada musim dingin.


Hari-hari berlalu, dan Nabi Zakaria tak bisa meyembunyikan kekagumannya kepada maryam. Sebab, sering kali dilihat Zakaria sedang berdoa dan bersujud kepada Allah. Tidak jauh dari tempat Maryam selalu dihidang buah-buahan – baik buah-buahan yang ada pada musimnya, ataupun tidak pada musimnya. Pada musim panas tiba, Zakaria melihat buah-buahan yang hanya bisa ditemui dimusim dingin tetapi bisa ada tidak jauh dari tempat Maryam.


Kejadian luar biasa yang dialami Maryam – yang selalu dianugerahi buah-buahan pada musim dingin tetapi ada pada musim panas dan sebaliknya. Itu kemudian membuat Nabi Zakaria merenung. Apalagi Nabi Zakaria juga tahu sepenuhnya, Imran pada waktu mendapatkan kabar gembira kelahiran anaknya sebenarnya sudah memasuki usis uzur. Tapi Allah kemudian menganugerahkan anak kepada Imran.


Nabi Zakaria pun berpikir, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Akhirnya , tepat tengah malam , Nabi Zakaria bangun. Lalu dia bermunajat dan berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku sudah lemah dan kepalaku sudah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabat sepeninggalku , sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, (QS. Maryam:4-5).


Nabi Zakaria saat itu memang sudah memasuki usia Uzur. Saat itu ia berusia 70 tahun. Pendapat lain mengatakan berumur 90 tahun. Tak berlebihan jika Nabi Zakaria pun mengatakan tulangnya telah lemah dan rambutnya sudah dipenuhi uban.


Nabi Zakaria berdoa agar diberi keturunan karena dia diliputi rasa takut jika sepeninggalnya nanti , orang-orang Bani Israil hidup dalam kegelapan – kian jauh dari kebaikkan dan kebajikan, lebih parah lagi jauh dari ajaran Allah. Oleh karena itu, dia berdoa agar diberi keturunan dari tulang sulbinya seorang anak yang bertaqwa , taat kepada Allah dan kelak menjadi penerusnya membawa risalah kenabian.


Allah mendengar doa Nabi Zakaria dan memberikan kabar gembira akan kelahiran anak yang bernama Yahya. Meskipun Nabi Zakaria tahu tidak ada yang tidak mungkin disisi Allah, tapi saat dia mendapatkan kabar gembira akan lahirnya seorang anak, dia tidak bisa menyembunyikan rasa heran bahkab hampir tak percaya.Pasalnya dia sudah memasuki usia uzur. Demikian juga dengan istri Nabi Zakaria , bahkan istri Nabi Zakaria adalah wanita yang mandul.


Jadi, dia bertanya-tanya : bagaimana bisa dia yang sudah tua dan istrinya yang mandul itu kemudian bisa memiliki anak..?. Tapi, tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Maka, saat Nabi Zakaria bertanya-tanya dengan penuh keheranan, melalui perantara malaikat, Allah memberikan jawaban, “Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendakai..”.


“Ya Tuhanku, berilah akau suatu tanda “, Allah akhirnya menjawab, bahwa tanda dari apa yang akan terjadi itu adalah ketika Nabi Zakaria tak bisa berbicara kepada orang lain selama tiga hari. Malam pun berlalu. Nabi Zakaria merasa lidahnya kering, kemudian tidak bisa bicara apapun. Dia hanya bisa bersujud kepada Allah. Saat Nabi Zakaria keluar dari Mihrab kemudian ingin menasehati kaumnya dia tidak bisa berbicara sepatah kata pun.


Dia memandang ke langit , dan tahu sepenuhnya bahwa tanda kabar gembira itu telah tiba. Dia tidak lama lagi akan dikarunia seorang anak. Selama tiga hari Nabi Zakaria tidak bisa bicara apa-apa. Akhirnya pada hari keempat dia baru bisa berbicara dan kemudian berbicara kepad istrinya ,”Allah telah memberiku kabar gembira tentang seorang anak laki-laki yang bernama Yahya”.


Wanita itu heran.
Lalu dia bertanya, “Bagaimana aku bisa melahirkan seorang anak laki-laki sementara aku seorang wanita yang mandul…?.
“Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Mulia, Penguasa atas seluruh hamban-Nya. Dia berkuasa atas langit dan bumi, Dia menciptakan Adam dari tanah “.


Nabi Zakaria dan istrinya merahasiakan kabar gembira tersebut. Karena Allah memang memerintahkan kepda keduanya untuk tidak menceritakan kepada siapapun tentang kabar gebira tersebut, dan memerintahkan kepada keduanya untuk selalu bertasbih kepada Allah. Pada pagi dan malam hari.


Janji Allah itu tidak dusta. Istri Nabi Zakaria hamil, dn kemudian melahirkan anak laki-laki. Anak laki-laki itu pun keudian diberi nama Yahya.


Ada dua pendapat yang berbeda tentang wafatnya Nabi Zakaria. Pendapat pertama, Nabi Zakaria wafat karena dibunuh. Sebagaimana kebanyakkan kisah Nabi yang lain , seruan atau ajakan Nabi Zakaria juga didustakan oleh kaumnya.


Tidak itu saja selain mendustakan ajakan dan seruan Nabi Zakaria kaum Bani Israil bahkan berencana membunuh Nabi Zakaria.Nabi Zakaria tahu kondisi yang membahayakan itu dan kemudian pergi meninggalkan kapungnya untuk menyelamatkan diri.

Tapi kaumnya mengejar-ngejar Nabi Zakaria. Lalu Nabi Zakaria melihat batang pohon yang terbelah dan terbuka. Nabi Zakaria masuk dengan aksud untuk bersembunyi agar selamat dari kejaran mereka. Sayangnya, mereka tahu bahwa Nabi Zakaria berada didalam batang pohon tersebut.Lalu, mereka mengambil sebuah gergaji dan menggergaji pohon tersebut dan Nabi Zakaria meninggal.


Tapi pendapat yang Kedua, berbeda Nabi Zakaria disebutkan meninggalkan dunia dalam keadaan normal. Nabi Zakaria dikisahkan meninggal tidak dengan cara dibunuh tapi dengan cara yang wajar.


Ada beberapa pesan penting dibalik kisah Nabi Zakaria ini…:
Paertama : tentang harapan akan lahirnya seorang keturunanatau anak. Nabi Zakaria waktu itu sudah berusia lanjut, tua dan uzur. Demikian juga dengan keadaan istri Nabi Zakaria ; seorang wanita yang sudah tua dan bahakan pada usia mudanya bisa disebut sebagai seorang wanita yang mandul.


Tetapi, Allah meberikan kabar gembira. Meskipun keduanya sudah lanjut usia, tapi akhirnya Allah memberikan keturunan. Jadi , kisah Nabi Zakaria ini menjadi contoh bagi uat islam agar tidak diliputi putus asa atau putus harapan dari anugerah dan rahmat Allah swt.


Allah Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Nabi Zakaria dan istrinya yang mungkin saja secara normal tidak akan  bisa mendapatkan keturunan, ternyata bisa mendapatkan anak.


Kedua Tentang doa yang dipanjatkan Nabi Zakaria. Nabi Zakaria berdoa agar diberi keturunan yang kelak akan mewarisi kenabian Nabi Zakaria. Pada titik ini Nabi Zakaria berdoa agar kelak emiliki keturunan yang bertaqwa taat dan selalu menjalankan syariat agama.


Jadi, bukan berharap kelak akan mewarisi kekayaan nabi Zakaria. Sebab kebahagiaan orang tua itu – dalam islam – sebenarnya adalah memiliki anak yanh shaleh , berbakti kepada orang tua, bahkan bisa melanjutkan perjuangan orang tua menyebarkan kebaikan dan kebajikan.


Itulah yang diharapkan Nabi Zakaria. Dan Allah mengabulkan do’a Nabi Zakaria akhirnya diberi keturunan yang kemudian menjad Nabi, yakni Nabi Yahya.

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

Wednesday 25 July 2018

KEMARAHAN NABI KEPADA SAHABAT USAMAH ra.

KEMARAHAN NABI   KEPADA SAHABAT USAMAH ra.

Dasbor "Asmaul Husna"


KEMARAHAN  NABI KEPADA SAHABAT  USAMAH ra. 


Tanah Fadak seperti mendidih. Hati penduduk Fadak terasa bergemuruh sebab tiba-tiba terdengar kabar jika Khaibar jatuh ke pangkuan islam. Dalam benak penduduk Fadak bila orang Khaibar memiliki benteng dan senjata dapat dikalahkan kaum muslimin, lantas apa yang mereka gunakan untuk melawan dan berperang..?.

Kegelisahan penduduk Fadak memang beralasan. Penduduk Fadak bukan warga pedagang seperti umumnya orang Yahudi Bani Qainuqa, Bani Quaaidhah maupun Bani Nadhir. Sebaliknya, penduduk Fadak sebagian besarnya adalah petani, orang-orang yang disibukkan dengan ladang dan kebun kurma. Tapi kegetiran yang melanda penduduk Fadak itu bisa susut mengingat kelembutan islam yang memperlakukan orang Khaibar dengan baok – meskipun Khaibar sudah dikalahkan, karena kaum muslimin masih memberi hak kepada penduduk Khaibar untuk mengolah tanah mereka, dengan perjanjian bagi hasil separuh untuk orang Khaibar dan separuhnya lagi untuk kaum muslimin.


Penduduk Fadak pun sepakat memutuskan untuk tidak melawan kaum muslimin, melainkan memilih menyerah daripada melawan. Tetapi kalau kemudian kalah akan berakibat lebih buruk. Diperlakukan sebagai musuh yang sudah takhluk. Jadi, Fadak jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa peperangan.


Tapi, setelah penduduk Fadak menyerah, daerah yang menjadi bagian terbesar adalah kebun yang tak dihuni kaum muslimin. Hanya beberapa orang saja yang bertugas mengawasi pekerjaan mengelola kebun kurma, terdiri dari kaum Yahudi setempat. Ketiadaan kaum muslimin yang tinggal di Fadak menjadikan daerah kosong tersebut dimanfaatkan segerombolan orang dari Bani Murrah untuk menyusun kekuatan melawan islam.


Ketika Rasulullah saw mendengar kabar itu, beliau… mau tidak mau – harus bertindak tegas untuk mengamankan Fadak pada satu sisi dan pada sisi lain untuk memberantas sarang pemberontak. Dalam kesempatan itu, Rasulullah saw memberangkatkan pasukan tiga puluh punggung unta di bawah pimpinan Basyir bin Sa’ad.


Tetapi, pasukan kaum muslimin yang diutus Rasulullah saw mengamankan Fadak itu berujung tragis. Gerombolan Bani Murrah itu berhasil membunuh semua pasukan kaum muslimin. Kecuali Basyir bin Sa’ad. Sedari awal , Basyir melakukan perlawanan dan tidak mau menyerah meski dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan.


Tetapi malang, tak bisa ditolak, untung tak bisa diraih. Basyir tinggal seorang diri, kehabisan tenaga dan akhirnya berusaha melarikan diri. Rupanya gerombolan orang dari Bani Murrah itu tidak mau Basyir selamat dan akhirnya melakukan pengejaran. Tapi, Basyir bisa mengecoh lawan dan berhasil menyusup kerumah salah seorang Yahudi Fadak yang sudah terikat perjanjian dengan Rasulullah saw.


Dirumah orang Yahudiitu, Basyir bersembunyi hingga beberapa hari. Setelah keadaan aman dan mulai mereda Basyir meninggalkan Fadak untuk kembali ke kota Madinah guna melaporkan tragedy yang menimpa pasukannya itu kepada Rasulullah saw. Tentu tragedy itu tak pantas dibiarkan. Nabi kemudian memutuskan untuk menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan oleh Bani Murrah terhadap kaum muslimin, sekaligus juga untuk mengamankan daerah Fadak dari gerombolan anti-islam.


Dalam misi menuntut balas itu, Rasulullah memberangkatkan pasukan tak lebih dari 50 orang yang berada dibawah kepemimpinan Ghalib bin Abdullah. Turut serta dalam pasukan itu, Usamah bin Zaid.


Sesampai di Fadak, mereka langsung disambut gendering perang oleh orang-orang Bani Murrah. Pasukan kaum muslimin ternyata lebih tangkas hingga berhasil menumpas kekuatan musuh.


Tetapi dalam pertempuran itu terjadi peristiwa yang dikenal dalam sejarah islam, sebuah pembunuhan yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid terhadap seorang musuh yang telah mengucap kalimat syahadat ; La ilaha ilallah, Muhammad ar-Rasulullah. Konon konon yang yang terbunuh bernama Mirdas bin Nuhail.


Jadi, dalam peperangan itu Mirdas tertangkap oleh pasukan muslimin. Usamah bin Zaid yang dikenal pemberani , kemudian mengalungkan pedang ke leher Mirdas. Pedang itu dimata Mirdas berkilau, siap memenggal lehernya dengan sekali tebasan.


Entah apa yang terbersit dihati Mirdas tatkala pedang yang dikalungkan di leher Mirdas itu siap memenggal kepalanya. Tapi, diluar dugaan Usamah, dengan kekuatan yang tersisa Mirdas kemudian mengucapkan kalimat syahadat tepat disaat pedang Usamah itu berada dileher Mirdas.


Namun, Usamah menganggap ucapan syahadat yang keluar dari mulut Mirdas itu hanya manis dibibir saja, lantaran Usamah melihat Mirdas mengucapkan kalimat itu hanya untuk menyelamatkan diri semata tajamnya pedang yang sudah ada di lehernya [kematian yang segera menjemputnya]. Maka Usamah dengan cekatan membunuh Mirdas dengan satu tebasan Mirdas tersungkur tertebas pedang Usamah dan tidak berdaya , tak bergerak dan lantas meninggal dunia dalam keadaan yang tragis.


Pertempuran untuk membasmi gerombolan anti islam Bani Murrah itu membuat kaum muslimin bisa menuntut balas atas tindakan orang Bani Murrah yang membunuh pasukan muslimin dibawah pimpinan Basyir bin Sa’ad. Karena pasukan kaum muslimin memperoleh lemenangan , setelah penumpasan itu berhasil , Ghalib bin Abdullah dan pasukan melanjutkan gerakkan pengamanan hingga ke beberapa kawasan di dekat kota Mekkah.


Di beberapa daerah yang dilewati pasukan muslimin dibawah pimpinan Ghalib itu, pasukan kaum muslimin berhasil membersihkan tempat-tempat yang menjadi kantong-kantong persembunyian orang-orang Yahudi. Waktu terus bergulir dan pada akhirnya pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan Ghalib itu harus kebali ke kota Madinah.


Sesampai di kota Madinah, Usamah bin Zaid melaporka kejadian yang dilakukan tersebut kepada Rasulullah saw. Sebagaimana dikisahkan sebuah hadits, Rasulullah murka pada Usamah bin Zaid karena Usamah telah membunuh seorang pemimpin lascar kafir yang telah terjatuh pedangnya, kemudian dengan wajah tidak serius ia mengucap syahadat , lalu Usamah membunuhnya. Betapa murkanya Rasulullah saw saat mendengar kabar itu seraya bersabda ;


“Apa Apa kau membunuhnya padahal ia mengatakan Laa ilaaha ilallah..?! Usamah ra berkata, “Kafir itu hanya bermaksud ingin menyelamatkan diri wahai Rasulullah..”.


Rasulullah bangkit dan berdiri dengan wajah merah padam dan membentak,…
“Apakah kau belah sanubarinya hingga kau tahu isi hatinya…?!!
Usamah mundur dan Rasulullah saw terus mengulanginya .
“Apakah kau belah sanubarinya hingga kau tahu isi hatinya…?!!
Usamah ra berkata , “Demi Allah, dengan peristiwa ini aku merasa alangkah indahnya bila aku baru masuk islam hari ini (tidak pernah berbuat kesalahan seperti inidalam keislamanku)”.
Lihat Kitab shahih Muslim Bab 41 no. 158 dan hadits yang sama no.259).


Tetai dari peristiwa yang sama tersebut ada riwayat yang lain, bahwa Usamah bin Zaid membunuh seorang kafir yang sangat kejam setelah kafir jahat itu mengucapkan La ilaaha ilallah, maka Rasulullah saw memanggil dan bertanya , “Mengapa engkau membunuhnya..?.  Usamah menjawab, “Ya Rasulullah dia telah membunuh si fulan dan membantai muslimin, lantas saat aku angkat pedangku ke wajahnya, maka ia mengatakan Lailaaha ilallah Rasulullah menjawab, “Lalu kau membunuhnya..?. benar”.


Maka Rasulullah saw bersabda,”Apa yang kau perbuat dengan Laa ilaaha ilallah bila telah datang hari kiamat..?. Dan beliaupun terus mengulang-ngulang “. (lihat Shahih Muslim Bab 41 no. 160)


Kemarahan Rasulullah itu benar-benar membuat Usamah bin Zaid seperti ditikam kesalahan besar seumur hidupnya. Dikemudian hari ia menyesal dan berjanji tidak akan membunuh orang yang mengucapkan syahadat.


Seperti yang diceritakan, “Demi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya membawa kebenarn, betapa besar mendengar teguran beliau berulang-ulang hingga aku merasa hilang sudah kesilamanku. Sebab jika pada saat itu akau sadar sebagai muslim, niscahya orang itu (Mirdas) tidak akan aku bunuh. Aku berjanji kepada Allah dan Rasulullah saw hingga kapanpun aku tidak akan membunuh orang yang telah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah.


(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 26 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...