Blog Konten Islam

Thursday 26 July 2018

RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

AFI’BIN KHUDAIJ,   PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"




RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK 


“Wahai Rasulullah, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya, dan bersaksilah padaku kelak di hari kiamat bahwa aku syahid ”.

Hidup dengan rasa sakit adlah hal yang sudah biasa bagi seorang haba yang shaleh. Ini pula yang dialami oleh remaja yang satu ini. Sejak remaja hinggakematian merenggutnya, a hidup dengan sisa ujung panah didadanya. Ia erasakan sakit , tentu saja. Tetapi ia berusaha melawannya dan menikmatinya. Hingga ia tumbuh menjadi seorang ulama dan mufti besar di zamanya.


Namanya adalah Rafi’ bin Khudaij. Ayahnya bernama Khudaij dan ibunya bernama Haliah. Saat endengar Nabi saw, akan datang ke adinah untuk Hijrah , Rafi’ yang masih remaja saat itu begitu girangnya. Ia dan keluarganya sudah tahu bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi dan utusan Allah swt.


Ia bersama ribuan orangpun berkerumun menyabut kedatangan Nabi saw bersama Abu Bakar. Ia memanjati salah satu batang kurma yang tumbuh rapat dijalur masuk Yasrib dari arah selatan. Seluruh penduduk tumplek. Tua uda, pria wanita, bahkan anak-anak semua berdendang menyabut kedatangan Nabi saw dan sahabatnya itu.


Telah terbit bulan purnama
Dari celah bukit ketengah-tengah kita
Kita wajib bersyukur senantiasa
Selama penyeru Allah masih ada


Remaja Rafi’ berbaur dengan segenap warga Suku Aus. Semua bahagia dan mengucap selamat datang kepada sang Rasul tercinta.Begitupun dengan ayah dan ibunya. Mereka merasakan kebahagiaan yang menggetarkan seluruh penjuru Yasrib it. Lekas-lekas seluruh keluarga Khudaij menghadap Rasulullah saw dan berbaiat kepadanya untuk masuk islamdan siap membantu menyebarkan dakwah beliau.


Sejak hari itu, resmilah Rafi’ bin Khudaij menjadi salah satu murid di Madrasah Rasulullah saw. Tak lepas-lepasia dari beliau, rutin menghadiri majelis ilmu yang digelar beliau, mengikuti ceramah-ceramah beliau, merekam sikap dan perilaku beliau dalam berbagai situasi dan kesempatan.


IKUT BERPERANG

Suatu ketika di masjid Rasulullah saw para sahabat berkumpul. Ternyata mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan suatu peperangan yang dahsyat bernama Perang Badar. Dengan gesit Rafi’ yang masih remaja menyelinap kecelah barisan kaum Muslimin yang tengah berkemas meluncur ke medan perang. Sayang begitu menawarkan diri kepada Nabi, ia tidak diperbolehkan. Usianya yang masih 12 tahun lebih belum memungkinkan untuk mengenal medan perang.


Tentu saja Rafi’menyayangkan penolakkan Nabi itu. “Kenapa aku tidak dilahirkan lebih awal”, batinnya penuh sesal. Ia tertunduk sedih, persis remaja-remaja sebaya yang bernasih serupa; ditolak ikut perang oleh Nabi. Tetapi tak mengapa, besok masih ada harapan.


Perang Badar usai dan kaum Muslimin meraih kemenangan yang gemilang. Padahal saat itu jumlahnya hanay 1/3 dari jumlah orang-orang kafir Quraisy. Namun, atas izin Allah, pasukan kafir dibuat kocar-kacir.


Merekapun melakukan pembalasan untuk melakukan perang ulang yang kemudian dikenal dengan perang Uhud. Kali ini Rafi’ tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Ia kembali menawarkan diri kepada Nabi saw untuk menjadi salah satu prajurit perang, dan dibolehkan. Tak kepalang bahagai Rafi’ karena mimpi yang lama dinanti ini mewujud jadi kenyataan. Dan inilah medan pertama baginya berjihad di jalan Allah swt.


Di medan ini, Rafi’ benar-benar teruji, ia tegar membentengi Rasulullah saw tatkala pasukan penjaga mulai meninggalkan posisi mereka. Ia bertempur dengan gagah berani, berusaha sekeras mungkin untuk memetikkan kemenangan bagi islam dan kaum Muslimin.


Di tengah-tengah Herisme Rafi’ , tiba-tiba sebuah panah melesat kencang dan mengenai dadanya. Namun ia terus bertempur tak dirasakan sakitnya. Ia tak peduli dengan anak panah yang menancap di dadanya dan darah yang keluar tersu-menerus dari dadanya itu. Ketika perang usai , barulah Rafi’ merasakan sakit yang luar biasa di dadanya.


Ia pun kemudian mendekati Nabi yang juga terluka dengan kondisi anak panah yang masih menancap didadanya. Sambil memegang anak panah yang menancap itu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah saw tolong cabutkan anak panah ini dariku”.


Dengan penuh cinta, salut dan respek pada kepahlawanan Rafi’ Rasulullah saw bersabda, “Wahai Rafi’ apakah akan kucabut anak panah itu hingga ke ujungnya, ataukah kucabut anak panahnya saja dan kubiarkan ujungnya sehingga kelak di hari Kiamat Aku akan bersaksi bahwa engkau syahid..!”.


“Wahai Rasulullah saw, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan ujungnya , dan bersaksilah kepadaku kelak di hari Kiamat bahwa aku syahid”, jawab Rafi’ mantap.


Maka, dicabutlah oelh Rasulullah saw anak panah itu dari dada Rafi’ dan dibiarkan ujungnya. Demikianlah seterusnya aksi jihad kegagahan dan kepahlawanan Rafi’ ia tidak pernah absen dalam berbagai peperangan mulai dari perang Ahzab (Khandaq) hingga perang-perang selanjutnya seperti Perang Hudaibiyah, Pengepungan Khaibar, Penakhlukkan Mekkah, Pertempuran Hunain. Pengepungan Thaif dan peperangan serta peristiwa lain yang diterjuni langsung bersama Rasulullah saw.


Meski dadanya didera rasa sakit menyengat akibat ujung anak panah yang tertancap, Rafi’ tetap tampil sebagai pejihad yang gagah berani dan kesatria. Semua ia tanggung dengan kesabaran maksimal, demi untuk dirinya dipersaksikan sebagai syahid kelak di hari Kiamat.


Ia juga berusaha tetap menjadi salah satu pemuda di sekolah Rasulullah saw yang merekam apapun yang terjadi dan dilakukan oleh Beliau serta menyimak setiap butir materi yang diajarkan beliau.


Sejarah mencatat bahwa Rafi’ bin Khudaij termasuk salah satu mufti pada masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan bersama mufti-mufti besar lainnya seperti Abdullah bin Abbas , Hurairah, Abu Sa’id al Khudri, dan Salamah bin Akwa.


Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, tahun 74 hijrah, ia meninggal dunia. Rupanya luka didadanya akibat tusukkan anak panah pada perang Uhud  itu membusuk. Jiwanya pun tak tertolong lagi. Beliau meninggal pada usia 86 tahun. Jenazahnya disaksikan Abdullah bin Umar. Ketika mendengar perempuan-perempuan menangis , ia berkata, “Diamlah ia sudah sangat tua dan ia tak kuasa lagi menanggung siksa Allah.


Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat –Nya kepada rafi’ bin Khudaij pahlawan ,penyebar, ahli fikih, ulama yang mengetahui hakikat islam, sahabat yang dipersaksikan langsung oleh Nabi saw. Bahwa ia syahid.


Namun, satu hal yang tak terlupakan dari Rafi’ bahwa sejak remaja ia sudah inginmenjadi syahid di medan perang. Adakah remaja-remaja masa kini yang seperti Rafi’..?. Mungkin hanya satu diantara sekian banyak remaja-remaja kita yang bisa belajar dari keberanian , ketekadan, dan kesabaran yang luar biasa dari Rafi’ Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.


[Sumber; fathi Fauwzi Abd al-Mu’thi , sahabat Remaja Nabi ;Kisah Hidup Pemuda-pemuda Kader Rasulullah saw].

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

KISAH NABI ZAKRIA MENDAMBAKAN ANAK

KISAH NABI ZAKRIA   MENDAMBAKAN ANAK

Dasbor "Kisah Nabi dan Sahabat"



KISAH NABI ZAKRIA MENDAMBAKAN ANAK 


“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya : “Ya Tuhanku janganlah engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engakaulah Waris yang paling baik”. Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepadanya Yahya dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung”. (QS. Al-Anbiyaa : 89-90)

Wanita yang sudah tua itu datang ke Masjid Baitul Maqdis seraya memopong seorang bayi perempuan dalam balutan selimut. Wanita yang dikenal dengan nama Hannah binti Faqod itu kemudian memasuki masjid. Seketika itu, orang-orang yang ada di masjid kaget dan terheran-heran. Dengan lembut, wanita itu kemudian menuturkan maksud kedatangannya. Ia datang ke masjid untuk menyerhakan bayi perempuan yang ia gendong, yang bernama Mayamtersebut.

Bayi perempuan itu tidak lain adalah putri Imran. Tapi sayang sebelum perempuan itu lahir , Imran rupanya tidak sempat bisa melihat wajah putrinya. Imran lebih dulu dipanggil oleh Allah swt. Semua orang tahu Imran adalah ahli ibadah dan dikenal sebagai imam mereka. Karena itu, orang-orang di masjid saling berebut mengasuh Maryam. Zakaria yang menjadi Nabi mereka langsung mengambil Maryam dan merasa paling berhak mengasuh dan merawat Maryam. Apalagi, sitri Nabi Zakaria tidaklain adalah kakak dari ibunda Maryam. Pendapat lain mengatakan bibi dari ibunda Maryam.


Tapi,orang-orang yang ada di masjid tersebut tak mau kalah. Mereka juga berebut ingin mengasuh Maryam dan juga berusaha mencegah Zakaria untuk membawa Maryam. Hingga akhirnya diputuskan untuk diundi , barang siapa barang siapa yang penanya mengapung, dialah yang berhak mengasuh dan merawat Maryam. Takdir rupanya berpihak kepada Nabi Zakaria. Pena Nabi Zakaria mengapung dan dia berhak menjadi pengasuh sekaligus sebagai ayah asuh Maryam.


Di dalam rumah suci itu, Maryam tinggal di sebuah ruangan kecil di bagian atas. Tak ada seorang pun yang bisa memasuki ruangan itu kecuali Nabi Zakaria.


Waktu berlalu. Saat itu bulan memasuki musim dingin. Nabi Zakaria menaiki tangga , dan berniat menengok Maryam. Dia ingin membawakan makanan. Tetapi , saat Zakaria sudah berada diruangan Maryam, dia terbelalak. Tak jauh dari tempat Maryam berdoa, dia melihat seluruh piring yang penuh dengan buah-buahan , seperti kurma. Zakaria terkejut dan tak bisa menutupi rasa heran dan ketakjuban yang menggumpal di dada.


“Hai Maryam, darimana kau mendapatkan makanan itu..?.
“Makanan ini dari sisi Allah swt. Sesungguhnya Allah memberikan rezeki kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan”, jawab Maryam dengan lembut.


Dalam hati, Zakaria hanya bisa membatin. Dia melihat Maryam termasuk wanita suci, yang dianugerahi Allah dengan limpahan rezeki yang bahkan dianugerahi buah-buahan yang hanya bisa ditemui pada musim panas, tetapi bisa ada pada musim dingin.


Hari-hari berlalu, dan Nabi Zakaria tak bisa meyembunyikan kekagumannya kepada maryam. Sebab, sering kali dilihat Zakaria sedang berdoa dan bersujud kepada Allah. Tidak jauh dari tempat Maryam selalu dihidang buah-buahan – baik buah-buahan yang ada pada musimnya, ataupun tidak pada musimnya. Pada musim panas tiba, Zakaria melihat buah-buahan yang hanya bisa ditemui dimusim dingin tetapi bisa ada tidak jauh dari tempat Maryam.


Kejadian luar biasa yang dialami Maryam – yang selalu dianugerahi buah-buahan pada musim dingin tetapi ada pada musim panas dan sebaliknya. Itu kemudian membuat Nabi Zakaria merenung. Apalagi Nabi Zakaria juga tahu sepenuhnya, Imran pada waktu mendapatkan kabar gembira kelahiran anaknya sebenarnya sudah memasuki usis uzur. Tapi Allah kemudian menganugerahkan anak kepada Imran.


Nabi Zakaria pun berpikir, tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Akhirnya , tepat tengah malam , Nabi Zakaria bangun. Lalu dia bermunajat dan berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut ,”Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku sudah lemah dan kepalaku sudah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap kerabat sepeninggalku , sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, (QS. Maryam:4-5).


Nabi Zakaria saat itu memang sudah memasuki usia Uzur. Saat itu ia berusia 70 tahun. Pendapat lain mengatakan berumur 90 tahun. Tak berlebihan jika Nabi Zakaria pun mengatakan tulangnya telah lemah dan rambutnya sudah dipenuhi uban.


Nabi Zakaria berdoa agar diberi keturunan karena dia diliputi rasa takut jika sepeninggalnya nanti , orang-orang Bani Israil hidup dalam kegelapan – kian jauh dari kebaikkan dan kebajikan, lebih parah lagi jauh dari ajaran Allah. Oleh karena itu, dia berdoa agar diberi keturunan dari tulang sulbinya seorang anak yang bertaqwa , taat kepada Allah dan kelak menjadi penerusnya membawa risalah kenabian.


Allah mendengar doa Nabi Zakaria dan memberikan kabar gembira akan kelahiran anak yang bernama Yahya. Meskipun Nabi Zakaria tahu tidak ada yang tidak mungkin disisi Allah, tapi saat dia mendapatkan kabar gembira akan lahirnya seorang anak, dia tidak bisa menyembunyikan rasa heran bahkab hampir tak percaya.Pasalnya dia sudah memasuki usia uzur. Demikian juga dengan istri Nabi Zakaria , bahkan istri Nabi Zakaria adalah wanita yang mandul.


Jadi, dia bertanya-tanya : bagaimana bisa dia yang sudah tua dan istrinya yang mandul itu kemudian bisa memiliki anak..?. Tapi, tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Maka, saat Nabi Zakaria bertanya-tanya dengan penuh keheranan, melalui perantara malaikat, Allah memberikan jawaban, “Demikianlah Allah berbuat apa yang Dia kehendakai..”.


“Ya Tuhanku, berilah akau suatu tanda “, Allah akhirnya menjawab, bahwa tanda dari apa yang akan terjadi itu adalah ketika Nabi Zakaria tak bisa berbicara kepada orang lain selama tiga hari. Malam pun berlalu. Nabi Zakaria merasa lidahnya kering, kemudian tidak bisa bicara apapun. Dia hanya bisa bersujud kepada Allah. Saat Nabi Zakaria keluar dari Mihrab kemudian ingin menasehati kaumnya dia tidak bisa berbicara sepatah kata pun.


Dia memandang ke langit , dan tahu sepenuhnya bahwa tanda kabar gembira itu telah tiba. Dia tidak lama lagi akan dikarunia seorang anak. Selama tiga hari Nabi Zakaria tidak bisa bicara apa-apa. Akhirnya pada hari keempat dia baru bisa berbicara dan kemudian berbicara kepad istrinya ,”Allah telah memberiku kabar gembira tentang seorang anak laki-laki yang bernama Yahya”.


Wanita itu heran.
Lalu dia bertanya, “Bagaimana aku bisa melahirkan seorang anak laki-laki sementara aku seorang wanita yang mandul…?.
“Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia Maha Mulia, Penguasa atas seluruh hamban-Nya. Dia berkuasa atas langit dan bumi, Dia menciptakan Adam dari tanah “.


Nabi Zakaria dan istrinya merahasiakan kabar gembira tersebut. Karena Allah memang memerintahkan kepda keduanya untuk tidak menceritakan kepada siapapun tentang kabar gebira tersebut, dan memerintahkan kepada keduanya untuk selalu bertasbih kepada Allah. Pada pagi dan malam hari.


Janji Allah itu tidak dusta. Istri Nabi Zakaria hamil, dn kemudian melahirkan anak laki-laki. Anak laki-laki itu pun keudian diberi nama Yahya.


Ada dua pendapat yang berbeda tentang wafatnya Nabi Zakaria. Pendapat pertama, Nabi Zakaria wafat karena dibunuh. Sebagaimana kebanyakkan kisah Nabi yang lain , seruan atau ajakan Nabi Zakaria juga didustakan oleh kaumnya.


Tidak itu saja selain mendustakan ajakan dan seruan Nabi Zakaria kaum Bani Israil bahkan berencana membunuh Nabi Zakaria.Nabi Zakaria tahu kondisi yang membahayakan itu dan kemudian pergi meninggalkan kapungnya untuk menyelamatkan diri.

Tapi kaumnya mengejar-ngejar Nabi Zakaria. Lalu Nabi Zakaria melihat batang pohon yang terbelah dan terbuka. Nabi Zakaria masuk dengan aksud untuk bersembunyi agar selamat dari kejaran mereka. Sayangnya, mereka tahu bahwa Nabi Zakaria berada didalam batang pohon tersebut.Lalu, mereka mengambil sebuah gergaji dan menggergaji pohon tersebut dan Nabi Zakaria meninggal.


Tapi pendapat yang Kedua, berbeda Nabi Zakaria disebutkan meninggalkan dunia dalam keadaan normal. Nabi Zakaria dikisahkan meninggal tidak dengan cara dibunuh tapi dengan cara yang wajar.


Ada beberapa pesan penting dibalik kisah Nabi Zakaria ini…:
Paertama : tentang harapan akan lahirnya seorang keturunanatau anak. Nabi Zakaria waktu itu sudah berusia lanjut, tua dan uzur. Demikian juga dengan keadaan istri Nabi Zakaria ; seorang wanita yang sudah tua dan bahakan pada usia mudanya bisa disebut sebagai seorang wanita yang mandul.


Tetapi, Allah meberikan kabar gembira. Meskipun keduanya sudah lanjut usia, tapi akhirnya Allah memberikan keturunan. Jadi , kisah Nabi Zakaria ini menjadi contoh bagi uat islam agar tidak diliputi putus asa atau putus harapan dari anugerah dan rahmat Allah swt.


Allah Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya. Nabi Zakaria dan istrinya yang mungkin saja secara normal tidak akan  bisa mendapatkan keturunan, ternyata bisa mendapatkan anak.


Kedua Tentang doa yang dipanjatkan Nabi Zakaria. Nabi Zakaria berdoa agar diberi keturunan yang kelak akan mewarisi kenabian Nabi Zakaria. Pada titik ini Nabi Zakaria berdoa agar kelak emiliki keturunan yang bertaqwa taat dan selalu menjalankan syariat agama.


Jadi, bukan berharap kelak akan mewarisi kekayaan nabi Zakaria. Sebab kebahagiaan orang tua itu – dalam islam – sebenarnya adalah memiliki anak yanh shaleh , berbakti kepada orang tua, bahkan bisa melanjutkan perjuangan orang tua menyebarkan kebaikan dan kebajikan.


Itulah yang diharapkan Nabi Zakaria. Dan Allah mengabulkan do’a Nabi Zakaria akhirnya diberi keturunan yang kemudian menjad Nabi, yakni Nabi Yahya.

(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 27 Juli 2018

Wednesday 25 July 2018

KEMARAHAN NABI KEPADA SAHABAT USAMAH ra.

KEMARAHAN NABI   KEPADA SAHABAT USAMAH ra.

Dasbor "Asmaul Husna"


KEMARAHAN  NABI KEPADA SAHABAT  USAMAH ra. 


Tanah Fadak seperti mendidih. Hati penduduk Fadak terasa bergemuruh sebab tiba-tiba terdengar kabar jika Khaibar jatuh ke pangkuan islam. Dalam benak penduduk Fadak bila orang Khaibar memiliki benteng dan senjata dapat dikalahkan kaum muslimin, lantas apa yang mereka gunakan untuk melawan dan berperang..?.

Kegelisahan penduduk Fadak memang beralasan. Penduduk Fadak bukan warga pedagang seperti umumnya orang Yahudi Bani Qainuqa, Bani Quaaidhah maupun Bani Nadhir. Sebaliknya, penduduk Fadak sebagian besarnya adalah petani, orang-orang yang disibukkan dengan ladang dan kebun kurma. Tapi kegetiran yang melanda penduduk Fadak itu bisa susut mengingat kelembutan islam yang memperlakukan orang Khaibar dengan baok – meskipun Khaibar sudah dikalahkan, karena kaum muslimin masih memberi hak kepada penduduk Khaibar untuk mengolah tanah mereka, dengan perjanjian bagi hasil separuh untuk orang Khaibar dan separuhnya lagi untuk kaum muslimin.


Penduduk Fadak pun sepakat memutuskan untuk tidak melawan kaum muslimin, melainkan memilih menyerah daripada melawan. Tetapi kalau kemudian kalah akan berakibat lebih buruk. Diperlakukan sebagai musuh yang sudah takhluk. Jadi, Fadak jatuh ke tangan kaum muslimin tanpa peperangan.


Tapi, setelah penduduk Fadak menyerah, daerah yang menjadi bagian terbesar adalah kebun yang tak dihuni kaum muslimin. Hanya beberapa orang saja yang bertugas mengawasi pekerjaan mengelola kebun kurma, terdiri dari kaum Yahudi setempat. Ketiadaan kaum muslimin yang tinggal di Fadak menjadikan daerah kosong tersebut dimanfaatkan segerombolan orang dari Bani Murrah untuk menyusun kekuatan melawan islam.


Ketika Rasulullah saw mendengar kabar itu, beliau… mau tidak mau – harus bertindak tegas untuk mengamankan Fadak pada satu sisi dan pada sisi lain untuk memberantas sarang pemberontak. Dalam kesempatan itu, Rasulullah saw memberangkatkan pasukan tiga puluh punggung unta di bawah pimpinan Basyir bin Sa’ad.


Tetapi, pasukan kaum muslimin yang diutus Rasulullah saw mengamankan Fadak itu berujung tragis. Gerombolan Bani Murrah itu berhasil membunuh semua pasukan kaum muslimin. Kecuali Basyir bin Sa’ad. Sedari awal , Basyir melakukan perlawanan dan tidak mau menyerah meski dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan.


Tetapi malang, tak bisa ditolak, untung tak bisa diraih. Basyir tinggal seorang diri, kehabisan tenaga dan akhirnya berusaha melarikan diri. Rupanya gerombolan orang dari Bani Murrah itu tidak mau Basyir selamat dan akhirnya melakukan pengejaran. Tapi, Basyir bisa mengecoh lawan dan berhasil menyusup kerumah salah seorang Yahudi Fadak yang sudah terikat perjanjian dengan Rasulullah saw.


Dirumah orang Yahudiitu, Basyir bersembunyi hingga beberapa hari. Setelah keadaan aman dan mulai mereda Basyir meninggalkan Fadak untuk kembali ke kota Madinah guna melaporkan tragedy yang menimpa pasukannya itu kepada Rasulullah saw. Tentu tragedy itu tak pantas dibiarkan. Nabi kemudian memutuskan untuk menuntut balas atas pembunuhan yang dilakukan oleh Bani Murrah terhadap kaum muslimin, sekaligus juga untuk mengamankan daerah Fadak dari gerombolan anti-islam.


Dalam misi menuntut balas itu, Rasulullah memberangkatkan pasukan tak lebih dari 50 orang yang berada dibawah kepemimpinan Ghalib bin Abdullah. Turut serta dalam pasukan itu, Usamah bin Zaid.


Sesampai di Fadak, mereka langsung disambut gendering perang oleh orang-orang Bani Murrah. Pasukan kaum muslimin ternyata lebih tangkas hingga berhasil menumpas kekuatan musuh.


Tetapi dalam pertempuran itu terjadi peristiwa yang dikenal dalam sejarah islam, sebuah pembunuhan yang dilakukan oleh Usamah bin Zaid terhadap seorang musuh yang telah mengucap kalimat syahadat ; La ilaha ilallah, Muhammad ar-Rasulullah. Konon konon yang yang terbunuh bernama Mirdas bin Nuhail.


Jadi, dalam peperangan itu Mirdas tertangkap oleh pasukan muslimin. Usamah bin Zaid yang dikenal pemberani , kemudian mengalungkan pedang ke leher Mirdas. Pedang itu dimata Mirdas berkilau, siap memenggal lehernya dengan sekali tebasan.


Entah apa yang terbersit dihati Mirdas tatkala pedang yang dikalungkan di leher Mirdas itu siap memenggal kepalanya. Tapi, diluar dugaan Usamah, dengan kekuatan yang tersisa Mirdas kemudian mengucapkan kalimat syahadat tepat disaat pedang Usamah itu berada dileher Mirdas.


Namun, Usamah menganggap ucapan syahadat yang keluar dari mulut Mirdas itu hanya manis dibibir saja, lantaran Usamah melihat Mirdas mengucapkan kalimat itu hanya untuk menyelamatkan diri semata tajamnya pedang yang sudah ada di lehernya [kematian yang segera menjemputnya]. Maka Usamah dengan cekatan membunuh Mirdas dengan satu tebasan Mirdas tersungkur tertebas pedang Usamah dan tidak berdaya , tak bergerak dan lantas meninggal dunia dalam keadaan yang tragis.


Pertempuran untuk membasmi gerombolan anti islam Bani Murrah itu membuat kaum muslimin bisa menuntut balas atas tindakan orang Bani Murrah yang membunuh pasukan muslimin dibawah pimpinan Basyir bin Sa’ad. Karena pasukan kaum muslimin memperoleh lemenangan , setelah penumpasan itu berhasil , Ghalib bin Abdullah dan pasukan melanjutkan gerakkan pengamanan hingga ke beberapa kawasan di dekat kota Mekkah.


Di beberapa daerah yang dilewati pasukan muslimin dibawah pimpinan Ghalib itu, pasukan kaum muslimin berhasil membersihkan tempat-tempat yang menjadi kantong-kantong persembunyian orang-orang Yahudi. Waktu terus bergulir dan pada akhirnya pasukan kaum muslimin dibawah pimpinan Ghalib itu harus kebali ke kota Madinah.


Sesampai di kota Madinah, Usamah bin Zaid melaporka kejadian yang dilakukan tersebut kepada Rasulullah saw. Sebagaimana dikisahkan sebuah hadits, Rasulullah murka pada Usamah bin Zaid karena Usamah telah membunuh seorang pemimpin lascar kafir yang telah terjatuh pedangnya, kemudian dengan wajah tidak serius ia mengucap syahadat , lalu Usamah membunuhnya. Betapa murkanya Rasulullah saw saat mendengar kabar itu seraya bersabda ;


“Apa Apa kau membunuhnya padahal ia mengatakan Laa ilaaha ilallah..?! Usamah ra berkata, “Kafir itu hanya bermaksud ingin menyelamatkan diri wahai Rasulullah..”.


Rasulullah bangkit dan berdiri dengan wajah merah padam dan membentak,…
“Apakah kau belah sanubarinya hingga kau tahu isi hatinya…?!!
Usamah mundur dan Rasulullah saw terus mengulanginya .
“Apakah kau belah sanubarinya hingga kau tahu isi hatinya…?!!
Usamah ra berkata , “Demi Allah, dengan peristiwa ini aku merasa alangkah indahnya bila aku baru masuk islam hari ini (tidak pernah berbuat kesalahan seperti inidalam keislamanku)”.
Lihat Kitab shahih Muslim Bab 41 no. 158 dan hadits yang sama no.259).


Tetai dari peristiwa yang sama tersebut ada riwayat yang lain, bahwa Usamah bin Zaid membunuh seorang kafir yang sangat kejam setelah kafir jahat itu mengucapkan La ilaaha ilallah, maka Rasulullah saw memanggil dan bertanya , “Mengapa engkau membunuhnya..?.  Usamah menjawab, “Ya Rasulullah dia telah membunuh si fulan dan membantai muslimin, lantas saat aku angkat pedangku ke wajahnya, maka ia mengatakan Lailaaha ilallah Rasulullah menjawab, “Lalu kau membunuhnya..?. benar”.


Maka Rasulullah saw bersabda,”Apa yang kau perbuat dengan Laa ilaaha ilallah bila telah datang hari kiamat..?. Dan beliaupun terus mengulang-ngulang “. (lihat Shahih Muslim Bab 41 no. 160)


Kemarahan Rasulullah itu benar-benar membuat Usamah bin Zaid seperti ditikam kesalahan besar seumur hidupnya. Dikemudian hari ia menyesal dan berjanji tidak akan membunuh orang yang mengucapkan syahadat.


Seperti yang diceritakan, “Demi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya membawa kebenarn, betapa besar mendengar teguran beliau berulang-ulang hingga aku merasa hilang sudah kesilamanku. Sebab jika pada saat itu akau sadar sebagai muslim, niscahya orang itu (Mirdas) tidak akan aku bunuh. Aku berjanji kepada Allah dan Rasulullah saw hingga kapanpun aku tidak akan membunuh orang yang telah mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah.


(dari berbagai sumber)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 26 Juli 2018

Tuesday 24 July 2018

JENAZAH SAHABAT YANG DILINDUNGI ALLAH

JENAZAH SAHABAT   YANG DILINDUNGI ALLAH

Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"



JENAZAH SAHABAT YANG DILINDUNGI ALLAH 


Pada tahun keempat Hijrah, orang-orang Arab Badui bergerak menuju Madinah. Mereka mereka berharap dengan mudah akan merampas harta benda para penduduk Madinah. Pada saat bersamaan semangat umat islam belum pulih sepenuhnya. Pasukan Bani Asad merupakan kabilah Badui yang pertama menyerang Madinah. Rasulullah saw melantik Abu Salmah untuk memimpin pasukan menghadapi serangan Bani Asad. Dengan anggota pasukan berjumlah seratus orang, mereka dapat mematahkan serangan percobaan dari Bani Asad itu.

Kemudian germbolan pimpinan Khalid bin Sufyan Al-Hadzli pun ikut menyerang Madinah juga. Serangan ini dapat dipatahkan oleh kaum muslimin dibawah pimpinan Abdullah bin Anis sehingga Khalid sebagai pimpinan mati terbunuh di medan perang.


Dengan serangan kaum badui yang bertubi-tubi inilah muncul Kabilah Adhi dan Qarah yang menghadap Rasulullah saw. Dalam pertemuannya dengan Rasulullah saw, ketua rombongan kabilah mengawali pembicaraan.


“Ya Rasulullah saw kami mememluk islam sejak beberapa waktu dulu. Oleh karena itu kami turut bersedih atas apa yang telah menimpa kaum muslimin disini. Sudah sepatutnya,kami tidak membiarkan saudara-saudara sesama islam kami dalam kesusahan. Kami berjanji bersedia memberi bantuan apa saja bila diperlukan nati.


Mendengar pengakuan ketua rombongan itu, Rasulullah saw beserta kaum Muslimin merasa amat lega dan gembira. Paling tidak rasa kecewa kaum Muslimin akibat kekalahan mereka di uhud dapat sedikit terobati. Semangat mereka kembali berkobar untuk terus menegakkan islam.


Lalu, dengan nada yang serius mereka berkata lagi, “Ya Rasulullah ..! Kami ini sudara baru dalam islam dan masih banyak lagi kaum kerabat kami yang berada dikampung Adhal akan mengikuti jejak kami. Untuk menambah pengetahuan kamitentang islam, kami mohon agar Rasulullah saw dan kaum Muslimin disini berkenan membantu kami.


“Bantuan Bagaimanakah yang kamu maksud ..?”.
“Begini Ya Rasulullah..! Kalau tidak keberatan kami meminta dikirimkan beberapa sahabat untuk mengikuti kami pulang ke Adhal. Adapun maksud kami berbuat demikian adalah agar disana nanti mereka dapat menjadi guru yang akan mengajarkan kami Al-Quran dan memberipengertian yang sebenarnya tentang islam kepada kami. Sebab masih banyal diantara kami yang belum paham mengenai islam”.


Melihat niat dan maksud mereka yang tulus, ditambah lagi bahwa sudah menjadi tanggungjawab sesama Muslim pula untuk mengajak kepada kebenaran. Maka Rasulullah menerima permintaan tersebut.


Maka dipilihlah para sahabat yang sukses dalam perang badar baik dari kalangan muhajirin maupun Anshar. Mereka adalah Ashim bin Tsabit bin Abul Aqlah, Martsad bin Abi Martsad Al-Ghanawy, Khlid bin Bukair Al-Laithy, Khabib bin Ady, Zaid bin Datsanah dan Abdullah bin Tariq, dan Rasulullah saw melantik Ashim sebagai ketua rombongan.


Sebagai Muslimin yang bertaqwa dan taat , berangkatlah keenam orang sahabat itu. Sedikit pun tidak menaruh curiga. Namun, setibanya dilembah Rajajik, keadaan menjadi berubah. Rajik adalah sebuah lembah yang subur, terletak diantara Asfan dan Makkah. Disini terdapat aliran mata air milik kaum Hudzail. Dan diluar dugaan para sahabat, tiba-tiba ketua rombongan dari kampung Adhal itu berseru dengan suara lantang…


“Kepuuung mereka..! Kepuung mereka…!cepaat..! perintahnya kepada yang lain.
Suasana ketika itu mendadak tegang. Keenam sahabat itu keheranan. Mereka saling berpandangan seperti tidak percaya dengan apa yang terjadai dihadapan matanya. Melihat sikap para musuh yang sudah bersiap menyerang, tanpa berfikir lama lagi keenam sahabat tadi menghunuskan pedang tanpa sedikit takut dan gentar.


Sambil tertawa bangga kaum Hudzail berkata, “Kamu semua jangan coba-coba melawan,lihat betapa banyak pasukan kami yang disini sedang kalian hanya berenam, menyerahlah..!”.


Sebenarnya tipu muslihat ini telah dirancang Bani Hudzail. Mereka hendak membalas dendam terhadap kematian Khalid bin Sufyan Al-Hadzli dengan cara menyerahkan para sahabat yang lelah terjebak dalam perangka mereka ini kepada kaum Musyrikin Makkah.


“Sedikitpun tidak terlintas didalam dada bahwa mereka ini adalah penipu ..!. Demi Allah aku tidak akan pernah percaya dengan apa yang dijanjikan oleh orang – orang musyrik seperti mereka ini” ujar Ashim.


“Percayalah, demi Tuhan ..!. Kami tidak bermaksud membunuh kamu semua..! Kami hanya menggunakan kamu semua untuk mendapatkan sesuatu yang berharga dari kaum Quraisy. Percayalah , kami tidak akan membunuhmu.


Namun, apa yang telah dikatakan oleh pengkhianat-pengkhianat itu sedikitpun tidak dapat mempengaruhi hati keenam orang sahabat itu. Mereka tetap bertahan dengan pendiriannya , mereka dan tidak rela diri mereka dhina dan jatuh ke lembah perbudakan dan penganiayaan.


Api peperangan bergolak begitu hebat. Keberanian tiga orang sahabat ini tidak diragukan lagi. Mereka bertempu mati-matian  dan mampu menewaskan sebagian besar mush-musuhnya. Namun akhirnya satu persatu diantara mereka syahid. Sedangkan Ashim bersama tiga sahabat lainnya pun ditawan.


Dengan wajah yang tenang, dia pasrahkan hidup mati hanya kepada Allah. Sedikit pun tidak menampakkan penderitaan, padahal luka-luka disekujur tubuhnya nampak begitu memilukan.


“Ya Allah..! Aku telah berkorban jiwa dan raga untuk agama-Mu. Aku telah membela agama-Mu sejak awal hiduku. Maka hari ini , diakhir hayatku, aku memohon lindungilah daging dan jasadku ini dari sentuhan tangan-tangan kaum musyrik”.


Kemudian diapun menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan wajah yang berseri-seri penuh kedamaian. Berita tentang kematiannya segera tersebar luas ke kota Makkah yang letaknya tidak seberapa jauh dari tempat kejadian itu.


“Akhirnya, tewas juga singa garang itu di tangan kaum Hudzail”, kata salah seorang pemimpin Quraisy.
“Yang jelas, Sulafah adalah orang yang paling gembira hari ini. “Lebih baik kita segera kirim seorang utusan pada kaum Hudzail untuk menyerahkan Ashim kepada kita. Sulafah akan dapat menggunakan tengkorak Ashim sebagai gelas untuk minuman arak , sebagaimana sumpah yang pernah dia sampaikan”.


Berangkatlah kaum Quraisy ini untuk menemui kaum Hudzail. Sementara itu, tidak berselang lama setelah Ashim menghembuskan nafasnya terakhir , Allah swt mengabulkan doanya. Sekumpulan lebah mengerumuni jenazahnya. Semua orang yang ada pun tidak mengetahui bahwa Allah telah mengabulkan doa Ashim. Alangkah terkejutnya mereka ketika mereka akan mendekati jenazah Ashim, tiba-tiba sekumpulan lebah telah datang mereka dari segenap penjuru. Lebah-lebah itu seakan melindungi dan menjaga tubuh yang kaku itu dari sentuhan tangan-tangan yang kotor. Siap yang mencoba mendekati mayat Ashim, lebah – lebah itu akan datang menggigit muka, mata serta seluruh tubuh dan badannya.


Antara perasaan takut dan kesal, mereka bersungut, “Ah, darimana pula datangnya lebah sebanyak itu. Bukankah lebah-lebah itu hanya mengganggu kita saja..?”.


“Jangan putus asa..! mari kita coba menghalaunya dari sini “, ajak salah seorang dari mereka mencoba mengusir lebah itu lagi, tetapi tetap gagal.


Hingga akhirnya merekapun menyerah. “Biarkan dulu ..! kita tunggu sampai malam. Sebab biasanya menjelang malam tiba, lebah-lebah yang ganas itu akan terbang dan pergi. Setelah itu tentu dengan mudah kita dapat mengambil kepala Ashim.


“Tetapi, aku memang heran, aku tidak pernah melihat lebah mengerumuni mayat sebanyak ini”, kata salah seorang dari mereka seperti tidak percaya dengan apa yang mereka lihat dengan mata kepalanya sendiri.


Demikianlah keadaan kaum Hudzail yang tidak menyadari bahwa Allah swt telah mengirimkan lebah-lebah yang sedemikian rupa untuk memenuhi doa Ashim, sebagai pelindung jasadnya dari sentuhan kaum Musyrik.


“Kalau begitu , lebih baik kita pulang dulu kerumah. Bila malam tiba, kita akan datang lagi ke sini ramai-ramai. Allah swt memang Maha Berkuasa. Sekali lagi Dia menunjukkan kebesaran-Nya. Tanpa diduga pada hari mulai senja , tiba-tiba langit menjadi begitu gelap diselubungi awam hitam yang tebal. Kilat dan petir saling bersahutansambung-menyambung seakan tidak rela melihat jasad Ashim dikhianati kaum musyrikin. Kemudian hujanpun turun dengan lebatnya hingga membasahi seluruh bumi.


Kaum Hudzail merasa takut dengan suasan yang terjadi ketika itu, Sebab,sebelumnya tidak pernah terjadi hujan yang sedemikianlebat. Hasrat mereka yang hendak pergi mengambiljasad Ashim akhirnya terpaksa ditangguhkan. Tanpa mereka sadari , air bah membuat sungai meluap naik sehingga menutupi permukaan lembah Rajik.


Akhirnya, banjir besar mulai melanda segala yang ada. Banjir yang dahsyat itu membawa serta mayat Ashim dan hilang entah kemana, tidak seorang pun yang mengetahui keberadaannya.


Pada keesokkan paginya, mereka sudah bangun. Hasrat untuk mendapatkan kepala Ashim ternyata belum pudar, lebih-lebih teringat akan hadiah yang dijanjikan. Sekali lagi mereka beramai-ramai berangkat menuju ketempat mayat Ashim terbaring. Kali ini mereka begitu yakin bahwa usaha mereka akan berhasil.


Dengan tergesa-gesa mereka melangkah menuju ke tempat yang dituju. Namun kali ini mereka lebih tersentak dan lebih dibuatnya bingung dan heran ternyata jasad yang ia inginkan yaitu jasad Ashim sudah tidak ada ditempat semula. Mereka sudah mencari ke berbagai tempat yang mereka duga menjadi bagian dari hanyutnya mayat Ashim, namun lagi-lagi usaha mereka sia-sia dan tak membuahkan hasil seperti yang diinginkan mereka.


Allh swt telah menlindungi mayat Ashim tang telah berkorban untuk kejayaan islam. Dia memelihara jasadnya dari sentuhan tangan-tangan kaum musyrikin sekalipun Ashim gugur didepan mata dan kepala mereka. Sesungguhnya Allah swt mendengar do Ashim yang tidak rela tenggkorak kepalanya yang akan dijadikan gelas minuman arak.

Wallahu A’lam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -25 Juli 2018

Monday 23 July 2018

My Contact

Nama
Email *
Message *

AL-HAMID MAKNA SANG MAHA TERPUJI

AL-HAMID   MAKNA  SANG MAHA TERPUJI

Dasbor "Asmaul Husna"



AL-HAMID  MAKNA SANG SANG MAHA TERPUJI


“ Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait dengan kesejahteraan orang lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus menjadi bagian dari rasa syukur kita pada-Nya “.. 

Al-Miqdad meriwayatkan sebuah hadits, nabi saw bersabda, “Taburilah orang-orang yang suka memuji dengan debu”. Tentu, dalam hadits diatas obyek yang dipuji bukanlah Allah. Para ahli hadits memandang bahwa mereka yang diperintahkan Nabi saw untuk ditaburi wajahnya dengan debu adalah orang-orang yang genar menjilat dengan puji-pujian. Frasa “ditaburi dengan debu” bisa ditafsiri dengan dipermalukan, diberhentikan dari jabatan dan huku.

Mengapa demikian..?. Sebab dalam kacamata sejarah praktik memuji para penguasa atau lebih dikenal dengan suap berujung pada kehancuran sebuah Negara atau pemerintahan. Imam Al-Ghazali dalam sebuah karyanya yakni, Makatib Al-Ghazali membuktikan hal itu. Buku makatib Al-Ghazali adalah kumpulan surat-surat Al-Ghazali yang ditujukan kepada para penguasa Saljuk, pangeran, ulama sezamannya, termasuk perdana mentri Hasan bin Nizam Al-Muluk Al-Thusi. Surat-surat tersebut bukan membuat senag atau memuji keberhasilan para penguasa, tetapi Al-Ghazali mengkritik dengan keras penguasa Saljuk dan para menteri yang berkompromi untuk melakukan suap , korupsi, nepotisme, praktik ketidakadilan, yang semua itu menjakiti keuasaan.


Dalam salah satunya, Al-Ghazali mengeluhkan keadaan menyedihkan dalam masyarakat pada masa itu. Yakni, suatu keadaan dimana penderitaan dan jeritan mereka yang miskin tidak lagi didengar. Para penguasa lebih asyik mengotak-atik matematika politik, berfikir, hari ini kedudukan dan kekuasaan apa yang bisa diraih. Orang-orang tak berpunya mencurahkan segala daya justru untuk membiayai pejabat Negara. Sementara segala fasilitas yang diberikan kepada para penguasa yang hakikatnya bersumber dari rakyat begitu mudah diselewengkan.


Al-Ghazali menpertanyakan : akan pernahkan ada perdamaian diatas bumi, selagi orang-orang miskin bekerja untuk memberi makan orang-orang yang kuat dan menyumpal perut para tirani..?. Akan pernahkan kedamaian datang menyelamatkan mereka dari cengkraman kelaparan..?.


Dalam surat lain yakni kepada Mujir Al-Daulah, seorang wazir Saljuk, Al-Ghazali berkata, “Tidakkan anda sadari bahwa kekacauan telah tejadi dibagian negeri ini. Para pemungut pajak yang korup menindas penduduk yang bodod untuk kepentinga sendiri dan pendapatan lain kedalam khas Negara.


Berpikirlah tentang penduduk negeri anda yang badannya remuk, yang digerogoti oleh kesedihan , kemiskinan dan kelaparan. Sementara anda sendiri menjalani kehidupan mewah. Andai ada yang bisa menruntuhkan Khurasan sekaligus maka itu adalah menteri seperti itu, yang pantas untuk dikutuk. Jangan biarkan perasaan angkuh menahan Anda dari mengetahui betapa besar dan mengerikannya diri Anda”.


Ya , sejarah telah memberi pelajaran kepada kita akibat buruk yang mendera manakala manusia memuji-muji penguasa secara salah. Dalam konteks seperti I inilah relevansi doa Nabi saw yang diriwayatkan oleh Aisyah perlu kita amalkan : “Ya Allah aku berlindung pada kerelaan-Mu dari kemarahan-Mu dan pada maaf-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung pada-Mu kalau akau tidak memuji-Mu secara semestinya sebagaimana Engkau memuji diri-Mu”


Kenapa kita harus emuji Allah swt sebagai Al-Hamid ..?. Dan seperti apakah Al-Hamid bermakna dalam kehidupan kita..?. Kita harus memuji Allah swt, sebab Dialah yang dipuji oleh makhluk sejagat yang bereksistensi. Bagi Syaikh Al-Jerrahimemuji adalah memuliakan dengan menghormati dan berterima kasih kepad-Nya. Semua yang bereksistensi memuji Allah dengan lidah mereka, dengan perbuatan, atau dengan keberadaan mereka. Sebab hanya AL-Hamid sajalah yang pantas dipatuhi, dihormati, disyukuri dan dipuji.


Bagaimana mungkin seseorang memuji kebesaran seseorang penguasa dihadapan Allah, pada kemuliaan itu berasal dari-Nya..?. Pujian itu hanya milik Allah kenapa harus disandangkan kepada penguasa dzalim. Bunkankah dzalim itu lawan kata dari terpuji..?. Bagimana bisa sesuatu yang dzalim bersanding dengan yang terpuji..?.


Para ahli bahasa memberi sdikit makna berbeda antara AL-Hamid dan Al-Syukur. Kata yang kedua digunakan manakala seseorang mendapat karunia dari Allah. Sedangkan makna kata yang pertama digunakan dalam konteks seseorang memperoleh nikmat dari Allah dan orang lain.


Sesuai makna diatas, maka kita punya kesempatan memperagakan rasa terima kasih kita kepada Allah dan sesama yakni, dengan memperteguh simpati dan kesetiakawanan sosial. Dalam makna Al-Hamid, kesuksesan kita harus terkait dengan kesejahteraan orang lain. Sedangkan keberhasilan orang lain harus menjadi bagian dari rasa syukur kita kepada-Nya.


Secara normative – teologis, terdapat beberapa alasan yang harus dipegang teguh mengapa kita harus memuji Allah sebagai Al-Hamid.
Pertama , Allah Maha Terpuji Karena Dia telah menciptakan langit dan bumi dan yang menjadikan gelap dan terang.”Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang mengadakan gelap dan terang” (QS. Al-Israa :111). Tentu sudah tahu seperti apakah rasa kepemilikan kita terhadap isi langit dan bumi ini, padahal semuanya Allah yang menciptakan sekaligus yang memiliki keduanya. Pun bagaimana pentingnya malam dan juga siang. Hampir-hampir selama ini kita mengabaikan begitu saja, tanpa memuji-Nya manakala keduanya datang silih berganti.


Kedua, alasan Allah Maha Terpuji, berturut-turut dapat kita pelajari dalam makan ayat sebagai berikut, “Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah” (QS.Hud/11:73). “Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya lagi Maha Terpuji” (QS. Al-Hajj/22:64) yang diturunkan dari Tuhan Yang Bijaksana lagi Maha Terpuji” (QS. Fushshilat/41:42).


Dari ayat-ayat diatas adakah alasan diatas untuk tidak memuji Allah swt..?. Atau relakah negeri ini hancur karena kita suka menjilat penguasa dan menyuap para pejabat..?. Bukankah Nabi saw telah mewanti-wanti untuk menghukum mereka yang berperilaku seperti itu..?.

Mari bersama-sama kita mengamalkan makna Al-Hamid yang kemunculannya dalam Al-Quran hingga 17 kali. Selamat memperagakan sifat-sifat Allah, Al-Hamid. Dalam kehidupan sehari-hari dan membiasakannya setiap hari untuk selalu memuji Allah swt. Semoga Aamiin.  
   
Wallahu ‘alam Bhisawab

( Berbagai Sumber )

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com -24 juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...