Dasbor "Kisah Nabi & Sahabat"
RAFI’BIN KHUDAIJ, PEMUDA SAHABAT NABI YANG HEROIK
“Wahai Rasulullah, cabut anak panah ini dari dadaku,
biarkan ujungnya, dan bersaksilah padaku kelak di hari kiamat bahwa aku syahid
”.
Hidup dengan rasa sakit adlah hal yang sudah biasa bagi seorang haba
yang shaleh. Ini pula yang dialami oleh remaja yang satu ini. Sejak remaja
hinggakematian merenggutnya, a hidup dengan sisa ujung panah didadanya. Ia
erasakan sakit , tentu saja. Tetapi ia berusaha melawannya dan menikmatinya.
Hingga ia tumbuh menjadi seorang ulama dan mufti besar di zamanya.
Namanya adalah Rafi’ bin Khudaij. Ayahnya bernama Khudaij dan ibunya
bernama Haliah. Saat endengar Nabi saw, akan datang ke adinah untuk Hijrah ,
Rafi’ yang masih remaja saat itu begitu girangnya. Ia dan keluarganya sudah
tahu bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi dan utusan Allah swt.
Ia bersama ribuan orangpun berkerumun menyabut kedatangan Nabi saw
bersama Abu Bakar. Ia memanjati salah satu batang kurma yang tumbuh rapat
dijalur masuk Yasrib dari arah selatan. Seluruh penduduk tumplek. Tua uda, pria
wanita, bahkan anak-anak semua berdendang menyabut kedatangan Nabi saw dan
sahabatnya itu.
Telah terbit bulan purnama
Dari celah bukit ketengah-tengah kita
Kita wajib bersyukur senantiasa
Selama penyeru Allah masih ada
Remaja Rafi’ berbaur dengan segenap warga Suku Aus. Semua bahagia dan
mengucap selamat datang kepada sang Rasul tercinta.Begitupun dengan ayah dan
ibunya. Mereka merasakan kebahagiaan yang menggetarkan seluruh penjuru Yasrib
it. Lekas-lekas seluruh keluarga Khudaij menghadap Rasulullah saw dan berbaiat
kepadanya untuk masuk islamdan siap membantu menyebarkan dakwah beliau.
Sejak hari itu, resmilah Rafi’ bin Khudaij menjadi salah satu murid di
Madrasah Rasulullah saw. Tak lepas-lepasia dari beliau, rutin menghadiri
majelis ilmu yang digelar beliau, mengikuti ceramah-ceramah beliau, merekam
sikap dan perilaku beliau dalam berbagai situasi dan kesempatan.
IKUT BERPERANG
Suatu ketika di masjid Rasulullah saw para sahabat berkumpul. Ternyata
mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan suatu peperangan yang dahsyat
bernama Perang Badar. Dengan gesit Rafi’ yang masih remaja menyelinap kecelah
barisan kaum Muslimin yang tengah berkemas meluncur ke medan perang. Sayang
begitu menawarkan diri kepada Nabi, ia tidak diperbolehkan. Usianya yang masih
12 tahun lebih belum memungkinkan untuk mengenal medan perang.
Tentu saja Rafi’menyayangkan penolakkan Nabi itu. “Kenapa aku tidak dilahirkan
lebih awal”, batinnya penuh sesal. Ia tertunduk sedih, persis remaja-remaja
sebaya yang bernasih serupa; ditolak ikut perang oleh Nabi. Tetapi tak mengapa,
besok masih ada harapan.
Perang Badar usai dan kaum Muslimin meraih kemenangan yang gemilang.
Padahal saat itu jumlahnya hanay 1/3 dari jumlah orang-orang kafir Quraisy.
Namun, atas izin Allah, pasukan kafir dibuat kocar-kacir.
Merekapun melakukan pembalasan untuk melakukan perang ulang yang
kemudian dikenal dengan perang Uhud. Kali ini Rafi’ tidak mau menyia-nyiakan
kesempatan. Ia kembali menawarkan diri kepada Nabi saw untuk menjadi salah satu
prajurit perang, dan dibolehkan. Tak kepalang bahagai Rafi’ karena mimpi yang
lama dinanti ini mewujud jadi kenyataan. Dan inilah medan pertama baginya
berjihad di jalan Allah swt.
Di medan ini, Rafi’ benar-benar teruji, ia tegar membentengi Rasulullah
saw tatkala pasukan penjaga mulai meninggalkan posisi mereka. Ia bertempur
dengan gagah berani, berusaha sekeras mungkin untuk memetikkan kemenangan bagi
islam dan kaum Muslimin.
Di tengah-tengah Herisme Rafi’ , tiba-tiba sebuah panah melesat kencang
dan mengenai dadanya. Namun ia terus bertempur tak dirasakan sakitnya. Ia tak
peduli dengan anak panah yang menancap di dadanya dan darah yang keluar tersu-menerus
dari dadanya itu. Ketika perang usai , barulah Rafi’ merasakan sakit yang luar
biasa di dadanya.
Ia pun kemudian mendekati Nabi yang juga terluka dengan kondisi anak
panah yang masih menancap didadanya. Sambil memegang anak panah yang menancap
itu Rafi’ berkata, “Wahai Rasulullah saw tolong cabutkan anak panah ini
dariku”.
Dengan penuh cinta, salut dan respek pada kepahlawanan Rafi’ Rasulullah
saw bersabda, “Wahai Rafi’ apakah akan kucabut anak panah itu hingga ke
ujungnya, ataukah kucabut anak panahnya saja dan kubiarkan ujungnya sehingga
kelak di hari Kiamat Aku akan bersaksi bahwa engkau syahid..!”.
“Wahai Rasulullah saw, cabut anak panah ini dari dadaku, biarkan
ujungnya , dan bersaksilah kepadaku kelak di hari Kiamat bahwa aku syahid”, jawab
Rafi’ mantap.
Maka, dicabutlah oelh Rasulullah saw anak panah itu dari dada Rafi’ dan
dibiarkan ujungnya. Demikianlah seterusnya aksi jihad kegagahan dan
kepahlawanan Rafi’ ia tidak pernah absen dalam berbagai peperangan mulai dari
perang Ahzab (Khandaq) hingga perang-perang selanjutnya seperti Perang
Hudaibiyah, Pengepungan Khaibar, Penakhlukkan Mekkah, Pertempuran Hunain.
Pengepungan Thaif dan peperangan serta peristiwa lain yang diterjuni langsung
bersama Rasulullah saw.
Meski dadanya didera rasa sakit menyengat akibat ujung anak panah yang
tertancap, Rafi’ tetap tampil sebagai pejihad yang gagah berani dan kesatria.
Semua ia tanggung dengan kesabaran maksimal, demi untuk dirinya dipersaksikan
sebagai syahid kelak di hari Kiamat.
Ia juga berusaha tetap menjadi salah satu pemuda di sekolah Rasulullah
saw yang merekam apapun yang terjadi dan dilakukan oleh Beliau serta menyimak
setiap butir materi yang diajarkan beliau.
Sejarah mencatat bahwa Rafi’ bin Khudaij termasuk salah satu mufti pada
masa pemerintahan Umar bin Khatab dan Utsman bin Affan bersama mufti-mufti
besar lainnya seperti Abdullah bin Abbas , Hurairah, Abu Sa’id al Khudri, dan
Salamah bin Akwa.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, tahun 74 hijrah, ia
meninggal dunia. Rupanya luka didadanya akibat tusukkan anak panah pada perang
Uhud itu membusuk. Jiwanya pun tak
tertolong lagi. Beliau meninggal pada usia 86 tahun. Jenazahnya disaksikan
Abdullah bin Umar. Ketika mendengar perempuan-perempuan menangis , ia berkata,
“Diamlah ia sudah sangat tua dan ia tak kuasa lagi menanggung siksa Allah.
Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat –Nya kepada rafi’ bin Khudaij
pahlawan ,penyebar, ahli fikih, ulama yang mengetahui hakikat islam, sahabat
yang dipersaksikan langsung oleh Nabi saw. Bahwa ia syahid.
Namun, satu hal yang tak terlupakan dari Rafi’ bahwa sejak remaja ia
sudah inginmenjadi syahid di medan perang. Adakah remaja-remaja masa kini yang
seperti Rafi’..?. Mungkin hanya satu diantara sekian banyak remaja-remaja kita
yang bisa belajar dari keberanian , ketekadan, dan kesabaran yang luar biasa
dari Rafi’ Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.
[Sumber; fathi Fauwzi Abd al-Mu’thi ,
sahabat Remaja Nabi ;Kisah Hidup Pemuda-pemuda Kader Rasulullah saw].
(dari berbagai sumber)