Blog Konten Islam

Tuesday, 17 July 2018

WANITA MALAM, WAFAT DIATAS SAJADAH

WANITA MALAM,  WAFAT DIATAS SAJADAH

Dasbor "Rahasia Illahi 2"



WANITA MALAM, WAFAT DIATAS SAJADAH

“ Tidak ada kata terlambat untuk kembali. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Karena, sebaik-baiknya tempat kembali adalah Allah swt  “.

Malam begitu sunyi. Disebuah kamar seorang wanita bersujud diatas sajadah. Suaranya lirih terdengar. Lafal-lafal doa ia panjatkan dalam setiap gerakkannya. Ia sepertinya tak sanggup melanjutkan gerakkannya. Dadanya berdetak keras.Jantungnya berdebar. Nafasnya mulai berar. Ah, ini pertanda waktu yang ia tak diduga sebelumnya. Tenggorokkannya begitu sakit yang luar biasa. Dan tiba-tiba nafasnya berhenti. Ia pun tergelak di sajadah tak sadarkan diri.


Malam itu, tidak ada yang tahu apa yang terjadi dikamar tidur itu. Tak ada yang memperlihatkan, dan tak ada yang tahu . Wanita itu tak sadarkan diri dilantai beralaskan sajadah ketika sedang sholat Malam dalam kondisi lengkap mengenakan mukena.

Baca Juga "Apa Lailatul Qadar Bisa Di Buktikan..?"
Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas..?"

Ya, ia sedang menunaikan sholat malam. Sementara ia berada dikamar itu sendirian. Taka ada siapa-siapa. Para penghuni dirumah itu pun sedang tidur semua. Wanita itu sebenarnya sedang kurang sehat. Sudah seminggu ia mengalami rasa sakit didadanya.Ia juga punya riwayat sakit asma. Derita sakit asmanya sudah lama ia derita. Namun, jarang ia periksa ke dokter. Ia pun punya penyakit jantung.


Pagi harinya, sekita pukul 6 pagi, ketika tetangga kamarnya mengetuk pintu kamarnya, tak ada sautan suara dari dalam. Beberapa kali dipanggil tak juga ada suara. Wati (31thn) sebut saja demikian , salah seorang tetangga kamarnya tak berani masuk kek kamarnya. Ia pun pergi berlalu.


Ketika pukul 8 pagi, wati kembali mengetuk pintu kamar itu. Tak mendapat jawaban dari dalam kamar , ia memaksakan masuk. Ternyata kamar itu tak terkunci. Betapa kagetnya Wati, ketika melihat penghuni kamar itu sduah tergeletak dilantai beralaskan sajadah. Rasa panic langsung muncul. Ia lalu menghampiri wanita yang sudah tak sadarkan diriitu. Ia lalu membangunkan , namun jasad itu tak juga dapat dibangunkan.


Ternyata wanita itu sudah tak bernyawa. Wati lalu berteriak memanggil seisi rumah kos itu. Ia mengabarkan kepada semuanya bahwa salah seorang kawannya tidak sadarkan diri. Mukanya sebagian sudah membiru. Telapak kakinya juga membiru. Ini pertanda bahwa ia sudah meninggal sejak tadi malam.


Lalu banyak orang bertandangan. Salah seorang pengurus RT setempat memastikan bahwa wanita itu memamng sudah meninggal dunia. Namun anehnya tak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Entah itu benda berbahaya, obat-obatan, atau apalah. Pengurus RT itu lalu memanggil polisi setempat, dan beberapa hari kemudian didapati kesimpulan bahwa wanita yang meninggal itu lantaran terkena serangan jantung dan penyakit asma yang diderita.


UJIAN ALLAH
Wanita yang bergelatak beralaskan sajadah itu bernama Bunga. Demikian ia biasa dipanggil. Umurnya masih muda, 27 tahun ia tinggal dirumah kos tersebut sekitar satu tahun.Ia tinggal dirumah kos terseut sekitar satu tahun. Ia dikenal sangat baik oleh tetangganya kamar kosnya. Pemilik rumah kos juga berpendapat demikina. Dalam pergaulan di lingkungan rumah kos yang berpenghuni sekitar 20 orang anak kos itu. Bunga termasuk wanita yang supel dalam pergaulan.


Namun, bukan rahasia lagi, bahwa Bunga adalah wanita penghibur malam. Semua penghuni kos ditepat itu paham. Bunga bekerja disebuah tempat karaoke. Ia biasa berangkat dari rumah kos itu sekitar petang hari dan pulang ke kosan pagi hari. Ia menjadikan malam sebagai siang dan siang sebagai malam. Begitulah ia menjalani kehidupannya.


Namun demikian tidak ada yang tahu, bahwa ternyata BUnga adalah seorang yang mandiri, kuat dan tak cengeng. Sejak kecil ia hidup dengan neneknya Ibunya meninggal sementara ayahnya kabur entah kemana..?. Ia sejak kecil belum pernah melihat, apalagi tahu sosok ayah kandungnya. Neneknya hanya berkata bahwa ayahnya pergi ke Malaysia dan tak ada kabar lagi. Sumber menyebutkan ayahnya telah meninggal tak atahu dimana kuburnya.


Bunga lalu pergi kekota bersama temannya. Awalnya ditawari bekerja sebagai penjaga toko, tapi ternyata ia diajak menjadi wanita penghibur di tempat hiburan malam. Sudah beberapa kali ia pindah tempat kerja. Dan, terakhir ia bekerja di sebuah tempat karaoke. Neneknya meninggal belum lama ini. Maka, hiduplah ia sebatangkara. Itulah sebabnya ia memiliki kepribadian yang mandiri dan kuat.


Meski demikian, Bunga tergolong wanita periang. Ia jarang sedih. Ia selalu tampil gembira. Ia mampu menyimpan kesedihan dihadapan teman-temannya. Namun, entah kenapa, beberap bulan ini ia begitu meluapkan kegelisahannya lewat status yang ia tulis di medsos . Terakhir ia menulis status , “Aku ingin segera pulang Ampuni hamba-Mu Ya Allah “.


MERATAPI DOSA
Sudah  begitu banyak lelaki yang ia temani ditempat hiburan. Sudah banyak pula dosa yang ia perbuat . Pegaulan dunia hiburan malammembawanya menjadi wanita nakal. Minuman keras, berzina dan obat-obatanadalah perkara biasa baginya. Setiap malam ia biasa minum-minuman keras. Hampir setiap malam ia pun biasa melayani laki-laki hidung belang. Dan, ia pun biasa mendapati tamu-tamunya mengkonsumsi obat-obatan terlarang.


Perkara dosa menjadi sesuatu yang biasa ia jumpai di tempat kerjanya. Perenungan dalam dirinya hadir manakala ia bermimpi ketemu neneknyDaam mimpinya itu ia mendapati neneknya sedang dipukul seorang laki-laki berjubah hitam. Laki-laki itu juga membawa cambuk besar, dan terus memukul-mukuli neneknya. Namun, ia tidak bisa menolong neneknya, karena posisinya berada diseberang sungai yang lebar. Ia tidak bisa berenang dan mencegah laki-laki yang jahat itu.


Dalam mimpi itu, anehnya lagi, ia melihat dua orang yang sedang tenggelam di sungai itu. Mereka meminta tolong kepadanya : “Tolong Nak. Tolong Ibu”, kata wanita setengah tua itu.


Laki-laki itu juga mengatakan hal yang sama ;”Nak tolong ayah, nak Tolong”.
Kedua orang yang tenggelam di sungai itu memanggilnya dengan sebutan “Nak”. Sepertinya kedua orang itu adalahorang tuanya , karena memang sejak kecil ia sudah ditinggalmati oleh kedua orangtuanya.


Spontan saja ia menjerit dalam mimpi itu. Ia menangis, ia ingin menolong kedua orang tuanya itu, namun ia tidak bisa berenang. Ia ingin menolong neneknya yang sedang disiksa orang diseberang sungai, namun ia tidak bisa menggapainya. Ia pun terbangun dari mimpinya, lalau menangis seorang diri di kamarnya.


Keesokkan harinya, ia menceritakan perihal mimpinya itu kepada teman dekatnya : Wati. Ia mencurahkan semua kegundahan hatinya. Ia ceritakan pula mimpi buruk yang ia alami. “Mimpi itu adalah bunga tidur. Jangan terlalu dirisaukan, kata Wati.


“Tapi, mimpi ini aneh. Baru kali ini aku bermimpi seperti ini”, kata Bunga, berkilah.
“Bisa jadi, mimpi itu adalah peringatan , Bunga”.
“Peringatan apa maksud kamu, Wati..? kata Bunga balik bertanya.
“Maaf sebelumnya, Bunga.Mungkin mimpi itu ingin menggambarkan kepada kamu bahwa kedua orang tuamu butuh doa-doamu dan begitu juga nenek kamu “, jelas Wati.

“Maksud kamu aku harus berziarah..?.
Ya mungkin itu salah satunya”, jawab Wati.


BERTAUBAT
Jawaban Wati tentang makna mimpi itu ia pikirkan betul-betul. Apa mungkin begitu makna mimpi yang ia alami..?. Apa bisa jadi lebih dari itu..?. Kedua orang tuanya dan neneknya sedang disiksa dialam kubur.


Suatu siang ia masuk kedalam sebuah surau. Ini untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir ia masuk suarau. Ia lalu mengambil wudhu. Lalu ia menunaikan sholat dzuhur. Usai sholat Dzuhur , ia meihat  ada seorang ustadz usianya sudah tua, hendak keluar dari suarau itu, lalu ia mencegahnya.


“Pak Maaf saya mau tanya apa ada waktu..?”.
“Tanya apa dik..? tanya ustadz itu.
“Saya mau konsultasi soal agama pak apa boleh..?”>
“O ya boleh silahkan”.


Bunga pun menceritakan perihal mimpinya itu. Sang ustadz mendengarkan ceritanya mimpinya Bunga dengan serius. Lalu sang ustadz berujar, “Saya tidak tahu persis arti atau makna mimpi kamu itu. Saya bukan orang yang pandai dalam memaknai mimpi. Tapi mungkin ada kaitannya dengan apa yang kamu kerjakan.


“Maksudnya Pak..?” tanya Bunga.
“Begini dik..Bisa jadi ada peringatan dari Allah swt untuk kamu. Ada kaitannya dengan hidup kamu. Mimpi itu bisa jadi adalah peringatan untuk kita yang masih hidup. Bukankah kedua orang tua kamu dan nenek kamu sudah meninggal..?. Mungkin mereka ingin kamu berubah..?”.


Maksudnya Bapak, kedua orang tua saya dan nenek saya sedang disiksa di alam kubur..? tanya bunga penuh penasaran.
“Saya tidak bisa memastikan begitu karena yang namanya alam ghaib itu adalah rahasia Allah swt. Kita manusia sedikit sekali mengetahui hal ghaib itu. Begini saja dik, bisa saja mimpi untuk sebuah peringatan bahwa kita harus banyak berdzikir , taubat dan berdoa.Sudahlah kita bertaubat dari perkara dosa dan maksiat..?.


Sudahkah kita memperbanyak dzikir dan ingat kepada allah swt..?”. sudah banyakkah kita mengirim doa kepada kedua orang tua kita dan nenek kitayang sudah meninggal..?. Jawaban itu yang tahu adalah kamu sendiri”, kata ustadz itu menerangkan.


Setelah mendapatkan jawaban itudari ustadz, Bunga lalu pulang. Ia mulai merenungi apa yang sidampaikan pak Ustadz itu kepadanya. Dalam benaknya ia mulai menangis ia mulai menyadari bahwa jalan hidup yang ia jalani saat ini adalah sudah melenceng dan jauh dari jalan Allah swt. Ini harus diubah kembali ke jalan Allah swt.


Sejak itu ia mulai tidak masuk kerja. Ia lebih banyak merenungi nasibnya. Ia mulai takut apabila neraka adalah tempatnya kembali lantaran ia banyak dosa. Akibatnya, ia terlalu banyak merenung itu akahirnya ia lalu jatuh sakit. Penyakit samanya yang dulu kambuh lagi. Di tengah sakit yang ia derita itu ia lalu banyak berdizikir. Ia juga tak lupa sholat lima waktu Dopertengahan malam ia terbangun dan sholat malam.


Ditengah-tengah sholat malam inilah ia menghembuskan nafas terakhirnya. Inna lillahi wai inna illaihi raajiuun [kita milik Allah swt dan kembali kepada Allah swt]


(seperti yang diceritakan Wati kepada Hidayah, beberapa waktu lalu. Wati adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta)

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 18 Juli 2018

TERTIPU 1 M, TERGANTIKAN

TERTIPU   1 M, TERGANTIKAN

Dasbor " Rahasia Illahi 2"




TERTIPU 1 M, TERGANTIKAN

“ Kedermawanan Haji Sobirin bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang yang terbantu oleh sikap dermawannya, terlebih anak yatim, para duafa dan janda-janda “.

Siang terasa menyengat, apalagi saat matahari dalam posisi tegak diatas ubun-ubun. Dan Haji Sobirin, begitu lelaki yang menjelang senja itu biasa disapa, tetap melangkahkan kakinya. Ia tetap focus pada tujuan, yaitu mengurus administrasi kelengkapan berkas orang-orang yang hendak menunaikan ibadah umrah. Tujuan utam Haji Sobirin hari ini adalah ke kantor kelurahan.


Begitulah Haji Sobirin, berkat kedekatannya dengan pimpinan sebuah biro perjalanan haji, ia dipercaya untuk mencari dan mengurus orang-orang yang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah. Baginya, kepercayaan itu adalah amanah yang harus dipertaruhkan dengan kehormatan dan harga diri. Karenanya ia tak pernah menyelewengkan amanah itu.

Baca Juga "Ketika Jenazah Siti Maryam Di Mandikan"
Baca Juga "Nabi Isa Menghidupkan Anak Nabi Nuh as"

Siang, di Kamis yang panas itu Haji Sobirin terus melangkah dalam rangka mengemban amanah. Saat dirinya sampai dipertigaan jalan dimana beberapa meter lagi ia akan tiba dihalaman kelurahan, ia berpapasan dengan seorang ustadz yang juga tengah melangkah, gontai. Si Ustadz seperti kelelahan, berkeringat. Mungkin karena kepanasan panas matahari siang itu yang tak bisa dihalangi.


:Assalamualikum, ustadz “, sapa Haji Sobirin ramh.
Si Ustadz yang boleh kita panggil dengan ustadz Marzuki tersenyum sebelum menjawab salam Haji Sobirin. “Antum mau ke kelurahan ya Ji..?”, tanyanya setelah menjawab salam Haji Sobirin.


Yang ditanya langsung mengangguk “Antum juga ada urusan di kelurahan juga juga..?, Tanya Haji Sobirin.


Ustadz Marzuki menggeleng. Anu mau ke Apotik, Ji ada obat yang harus ditebus segera”, ujar ustadz Marzuki.
“Memangnya siapa yang sakit ustadz..? “, Tanya Haji Sobirin lagi.
“Ana Ji”, jawab ustadz Marzuki.


Haji Sobirin memandang ustadz Marzuki sesaat. Sepertinya ia ingin bertanya lebih jauh tentang penyakit ustad Marzuki, namun Haji Sobirin mengurungkan niatnya. Ia menggerakkan tangan kanannya hingga menelusup jauh ke saku celana.
“Ini sedikit untuk tambahan menebus obat, ustadz Marzuki sedikit tercengang. “Ini  sih bukan uang tambahan Ji Tapi berlebih”, ujar ustadz Marzuki.


Haji Sobirin tersenyum. “Kalau memang ada lebihnya, ya ambil saja ustadz. Barang kali bisa untuk membeli ketoprak “, kisah Haji Sobirin sambil tertawa. Ustad Marzuki ikut tertawa.


Begitulah sikap haji Sobirin. Ustadz Marzuki cukup tahu kedermawanan dari seorang Haji Sobirin, bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang yang terbantu dari kedermawanan Haji Sobirin terlebih anak Yatim, para duafa dan janda-janda. Dengan segala keikhlasannya bersedekah, Haji Sobirin jadi buah bibir warga sekitar. Mereka menghormati sosok sang Haji yang hidup dengan kesederhanaannya.


UJIAN ALLAH
Selain Haji Sobirin terkenal sebagai lelaki yang rajin bersedekah, sifat terpuji yang lain yang dimiliki adalah ia tak pernah berburuk sangka pada orang lain, baik yang belum dikenalnya, apalagi yang sudah dikenalnya. Si Haji selalu berbaiksangka.


Namun, dari sikapnya yang selalu percaya pada orang lain , sebuah ujian yang dirasakan cukup berta harus dia terima. Berawal dari ketika Haji Sobirin disodorkan tawaran baik oleh seseorang. Tak ada pikiran buruk dibenaknya, terlebih orang yang menawarkan bantuan padanya itu adalah orang yang sudah berpengalaman didunia biro perjalanan haji dan umrah. Katanya orang itu terbiasa mengurus segalanya dengan cepat dan tanpa masalah. Tentu saja orang itu juga mengatakan kalau dirinya dapat menjamin jamaah yang dibawa Haji sobirin akan mendapatkan pelayanan dan fasilitas terbaik, orang tersebut menjamin kepuasan bagi jamaah Haji Sobirin.


Dengan penawaran yang sangat menarik itu. Haji Sobirin yang tanpa prasangka negative itu menyetujui kerjasama. Penggalangan dana haji yang sudah terkumpul, seluruhnya diserahkan Haji Sobirin pada rekan kerja yang baru dikenalnya itu. Jumlahnya tidak sedikit 1 M rupiah.


Dengan jumlah yang diserahkan tanpa ada rasa curiga, Haji Sobirin berharap semua urusan berjalan dan para jamaah bawaannya dapat menjalankan ibadah haji dengan tenang dan khusyuk, tanpa harus memikirkan apalagi direpotkan dengan urusan ini dan itu.


“Jangan khawatir, Ji, saya menjamin kepuasan Jamaah haji bapak Haji”, begitu janji rekan kerja Haji Sobirin.
Selanjutnya dengan perasaan tenang Haji Sobirin terus menghitung hari dengan mempersiapkan segala sesuatunya. Dia juga berharap jamaah bawaannya yang berjumlah tidak sedikit itu melakukan hal yang sama, mempersiapkan kesehatan dan ilmu dengan baik.


Saat harapan itu terus terpupuk, tiba-tiba Haji Sobirin mendapat info tentang batas waktu pembayaran dana haji dan dipertanyakan, kapan kira-kira Haji Sobirin akan menyetor.


Terkejut bukan kepalang Haji Sobirin saaat mendengar infromasi seperti itu , bukankah dia sudah melunasi seluruh dana haji. Lalu kenapa sekarang harus dipertanyakan..?.
Apakag rekan kerja yang dipercaya Haji Sobirin itu tidak….
“Oh..”, berputar rasanya kepala Haji Sobirin. Dirinya baru tersadar kalau sesungguhnya menjadi korban penipuan “Astagfirullah”


TETAP BERSEDEKAH

Meskipun ia tertipu dengan jumlah uang yang tidak sedikit itu. Haji Sobirin tetap membawa dirinya dengan tenang. Sesungguhnya ia yakin bahwa ini adalah ujian semata. Insya Allah ada jalan keluarnya.


Tentang jamaahnya yang hendak menunaikan ibadah haji, Haji Sobirin akan bertanggungjawab. Meskipun nantinya seluruh jamaah menuntutnya, ia sudah siap. Haji Sobirin juga sudah siap jika harus berurusan dengan hukum.


Namun, sesiap-siapnya Haji Sobirin, galau didalam dada tetap saja memantul lewat wajahnya yang berubah keruh. Haji Sobirin juga tidak tampil seriang sebelumnya. Mendung selalu mengulas diwajahnya, bola matanya juga terlihat agak kuyu.


Tetapi, Haji Sobirin tetaplah Haji Sobirin yang dulu, lelaki dermawan yang suka bersedekah. Walau ditengah keterhimpitannya, ia masih sempat juga memberi bantuan pada salah seorang tetangga yang harus menjalani pengobatan dan mendadak masuk UGD sebuah rumah sakit.


“Bawalah uang ini, cepat tangani anak ibu, jangan samapi terlambat”, ujar Haji Sobirin sambil menyerahkan sejumlah uang pada seorang tetangga.
“Aamiin…”, Haji Sobirin mengamini doa tersebut. Tiba-tiba ia juga teringat hikmah bersedekah, bahwa sedekah dapat menyembuhkan penyakit dan membebaskan dari segala kesulitan.


Dengan hikmah sedekah yang pernah diketahuinya itu, hati Haji Sobirin sedikit terasa laang, meski ia tak dapat memungkiri rasa takut tetap terdesir di dadanya. Sebab ia harus bertanggungjawab pada jamaah yang dibawanya.


Seiring galau yang arab menemani hari-harinya, beriring pula sedekah yang tak lepas dilakukannya. Haji Sobirin bertemu dengan seorang kawan lama. Di Haji Mi’ad yang juga berpengalaman dalam dunia biro perjalanan Haji. Haji Mi’ad adalah orang kaya yang dermawan.


Haji Sobirin berusaha menepis galau didadanya saat dirinya disapa dengan salam yang lembut oleh Haji Mi’ad. Ia menjawab salam itu dengan kelembutan yang sama. Namun Haji Mi’ad seperti orang yang piawai membaca kegalauaan seseorang.


“Apa kamu sedang ada masalah..?”, begitu pertanyaan yang tak disangka Haji Sobirinkeluar dari mulut sahabat lamanya. Haji Sobirin adalah s eorang yang jujur, ia tak mungkin menjawab yang lain untuk sebuah pertanyaan yang disodorkan kehadaonnya. Pertanyaan Haji Mi’ad dijawab dengan anggukan kepala.


“Apa masalahnya..?”, Tanya Haji Mi’ad lagi.
Haji Sobirin dengan gambling menceritakan permasalahannya. Setelah selesai Haji Mi’ad merangkul pundak Haji Sobirin.
“Insya Allah saya dapat membantu persoalan ini, Ji dan Jamaah Antum bisa tetap berangkat ke Tanah Suci”.
Tapi Ji, uang segitu tidak sedikit”, Kilah Haji Sobirin.
“Insya Allah ana bisa membantu “, ucapan Haji Mi’ad meyakinkan.


Haji Sobirin langsung bersyukur. Ia seolah tengah merasakan panas bertahun-tahun terhapus oleh hujan yang turun sedetik. Galau dan rasa takut yang membungkus dadanya, seketika lenyap tanpa bekas. Inilah wujud pertolongan Allah swt dan inikah wujud dari hikmah bersedekah itu..?”.


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 18 Juli 2018

Monday, 16 July 2018

DIPUKUL ORANG ASING SAAT HAJI

DIPUKUL ORANG ASING   SAAT HAJI

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"



DIPUKUL ORANG ASING
SAAT HAJI

“Saat hendak melontar jumrah, tiba-tiba saja, ibu Rini ada yang memukul tangan dan kakinya oleh orang tak dikenal. “Saya hampir terjatuh dibuatnya, Mas”, ujar Ibu Rini “.

Salah satu anjuran agama kepada calon jamaah haji adalah bertaubat sebelum berangkat haji ke Tanah Suci. Ia dianjurkan mengerjakan sholat Taubat dan berdoa kepada Allah swt agar diampuni segala dosa yang telah dilakukan, baik yang disengaja maupun tidak. Hal ini penting dilakukan, mengingat haji adalah ibadah “penuh balasan” atau dalam bahasa yang ekstrimnya ibadah penuh karma. Maksudnya segala keburukkan yang dilakukan seseorang dirumah (kampung halaman) kerap dibalas oleh Allah saat pergi haji – jika ia tidak segera bertaubat.


Seperti kisah berikut ini, sebut saja namanya Ibu Hj Rini. Atas permintaan narasumber, namanya sengaja disamarkan. Dia perempuan Sumater Barat. Profesi sehari-harinya seorang guru ( pengajar. Dalam menjalani profesinya ini, Ibu Hj. Rini sebenarnya termasuk orang yang bertanggungjawab. Dia berusaha mengajar anak didiknya dengan sebaik mungkin. Dia juga berusaha hadir dan tepat waktu serta jarang absen (tidak hadir). Di mata kepala sekolahnya. Sosok Ibu Hj. Rini pun disukainya karena pekerjaannya tersebut.


Hanya saja, Pak Kepala Sekolah dan mungkin guru-guru yang lainnya luput atas apa saja yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rini saat mengajar di dalam kelas. Dengan jiwanya yang agak tempramental Ibu Hj. Rini dinilai “Ringan Tangan” ketika ingin meluruskan anak-anak didiknyayang nakal atau susah diajar. Ia tidak sadar bahwa potensi dan karakter anak didiknya itu berbeda-beda.


Ada yang pintar dan ada pula yang bodoh. Ada yang mudah menyerap pelajaran dan ada pula yang kesulitan. Bahkan ada anak didik yang menurut dan ada pula yang membangkang. Nah terhadap anak-anak didiknya yang nakal dan bodoh inilah, beliau kerap ringan tangan. Ketika bermaksud menghukum mereka, beliau seringkali menggunakan tangan untuk memukul.


“Saya kalau lagi lepas kendali suka sekali memukul mereka. Say juga bingung emosi itu tiba-tiba saja muncul dan spontan saya melakukan tindakan itu”, ceritanya menyesal. Apa yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rini sebenarnya bertujuan baik. Tapi caranya yang kurang tepat. Menghukum anak didik dengan menggunakan kekerasan tetap saja bukanlah cara yang baik, sebab bisa menimbulkan trauma kelak. Dikhawatirkan, si murid akan melakukan hal yang serupa ketika dewasa kepada anak yang lain (anak didiknya). Kenapa anak-anak didik Ibu Hj Rini tidak protes?.


Anak-anak didiknya memang jarang yang mengadu kepada kepala sekolah karena takut sosok Ibu Hj. Rini yang tempramen. Demikian pula, kalaupun mereka mengadukan kepad orang tua mereka masing-masing , para wali murid itupun tidak bisa bertindak apa-apa. Merkeka hanaya diam. Bahkan, mereka kemudian menyalahkan anak-anak mereka sendiri karena kebandelannya dan kenakalannya. “Ibu guru tidak akan menghukum kalau kamu tidak nakal”, ujar salah seorang wali murid kepada anak kandungnya.


Apalagi, selama ini mereka sudah tahu dengan tabiat dan karakter Ibu Hj. Rini yang agak kasar bahkan terhadap anak kandungnya sekalipun. Konon terhadapa anak kandungnya sendiri, iapun sering memukul jika anaknya itu bandel dan tidak nurut dengan perintahnya. Jadi, tampaknya, para orang tua murid sudah memaklumi dengan segala tindakan Ibu Hj. Rini ini.


DIPUKU ORANG ASING
Suatu ketika, iapun naik haji bersama suaminya. Pekerjaan sang suami yang seorang wiraswasta nampaknya cukup berhasil. Karena itu, tahun 2010 Ibu Rini pun diajaknya pergi ke Tanah Suci. Bagi perempuan yang tempramental dan kasar ini, naik haji memang sudah direncanaan sejak lama. Karena itu, ia dan suami bekerja keras untuk menabung. Setelah uangnya terkumpul merekapun nak Haji.

Seperti biasa, ada walimatus-safar dirumahnya. Banyak juga yang datang dalam acara itu, terutama para tetangganya. Tak sedikit pula yang kagum, bahkan iri, kepada Ibu Rini karena bisa pergi haji. Yang membuat sebagian iri adalah kenapa perempuan yang kasar dan tempramental seperti dirinya bisa pergi haji. Tampaknya Tuhan bertindak adil dalam hal ini.

Sebenarnya mereka, tak perlu iri pada Ibu Rini. Sebab kalau soal dunia, siapa yang bekerja keras iapun berhasil dalam usahanya. Merekapun bisa pergi haji, bekerja keraslah untuk mengumpulkan uang.

Kembali kesoal keberangatan Ibu Rini ke Tanha Suci. Seperti diakui oleh Ibu Rini sendiri, selama dalam perjalanan ke Tanah Suci sebenarnya tidak ada masalah yang berarti. Bahkan, pesawat terbang yang mengantarkan ketanah suci tampak lancar-lancar saja dan cuaca pun cukup cerah.

Demikian pula saat mereka sudah ada di Tanah Suci. Mereka tidak mengalami kejadian yang aneh. Namun, entahlah hari keberapa di Tanah suci, tiba-tiba saja kejadian aneh menimpa Ibu Rini. Yang jelas, saat hendak melontar jumrah tiba-tiba saja Ibu Rini ada yang memukul tangan dan kakinya oleh orang tak dikenal. “Saya hampir terjatuh dibuatnya, mas. “, ujar Ibu Rini.

Ibu Rini sendiri tidak mengerti dengan yang dilakukan orang asing tersebut terhadap dirinya. Padahal, ia tidak punya masalah dengan orang itu. Yang bisa dilakukannya, hanyalahmenangis. Sakitnya luar biasa, apalagi saat itu ia hendak melontar Jumrah. Teman-teman yang melihatnya pun kebingungan. Sementara suaminya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, sebab orang asing itu seketika lenyap dari pandangan seolah ditelan bumi.

Namun kejadian itu, tak lantas menyurutkan langkahnya melakukan jumrah. Sepulang dari jumrah ,kejadian itu baru dipikirkannya.Di Makktab (pemondokkan) ia merenung tentang kejadian itu. Akhirnya kesimpulanpun didapatkannya, “Mungkin ini terkait dengan perbuatn saya sebelumnya. Dulu saya suka memukul anak-anak didik, bahkan anak kandung saya sendiri kalau mereka salah. Mungkin ini balasan Tuhan kepada saya”, ceritanya dengan suara parau.

Akhirnya Ibu Rini pun bertaubat. Sejak itu tak ada lagi kejadian aneh dan ganjil yang menimpanya hingga pulang kampung halaman.
Demikian sebuah kisah sederhana tapi bisa menjadi bahan perenungan dan musahabah kita bersama bahwa hendaklah kita bertaubat atas segala yang kita lakukan, khususnya saat hendak pergi haji. Dikhawatirkan , Allah swt akan menurunkan balasan-Nya atas apa yang pernah kita lakukan sebelumnyadi Tanah Suci. Semoga Aamiin…

(Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 17 Juli 2018

Sunday, 15 July 2018

MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

MENINGGAL   SETELAH SUJUD DUA KALI

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

“ Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahim “. (HR. Bukhari)

Setelah merasakan perawatan dua hari dirumah sakit, KH Haji Abdullah (74 thn) , meminta kepada keluarganya agar membawanya pulang kerumah, karena selalu teringat masjid. Penyakit darah tinggi dan penyakit lain yang menghigapi tubuhnya belum hilang. Namun secara fisik, KH. Abdullah terlihat sehat. Keluarga memenuhi permintaan ayah dari delapan orang anak ini. Praktis beliau mendapatkan perawatan dirumahnya sendiri yang letaknya sangat dekat dengan masjid.

Kini KH. Abdullah terbaring diatas ranjang Beliau tidak lagi menjadi imam di masjid. Lelaki berperawakan subur ini hanya bisa mengintip jamaah masjid dibalik tirai jendela. Beliau masih bisa berkomunikasi. Anak-anaknya terus memantau perkembangan kesehatan ayahnya. Beberapa kerabat dan santri KH. Abdullah mengaji disampingnya tanpa henti mereka berdoa agar mama (panggilan khas orang sunda untuk orang yang dihormati khusunya Kyai,-red) agar diberikan kesehatan.


Meskipun sedang diterpa cobaan, KH. Abdullah tidak lupa menmenjalankan tugasnya sebagai hamba Allah swt untuk melaksankan sholat lima waktu, Beliau hanya mampu melakukan dengan berbaring. Meskipun demikian, beliau tidak pernah membuang hadats kecil maupun hadats besar diranjang yang ditempatinya. Otomatis, tempatnya bersih dari najis atau kotoran lain.

Hari-hari terus dilaluinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tanpa disadari, beliau ingin bertemu kawan-kawan lamanya yang sudah sukses yang letak jauh dari kota Majalaya , Bandung, salah satu anak beliau dan menantunya dengan tanggap mewujudkan keinginan ayah tercintanya. Mereka menjemput orang-orang yang dikehendaki ayahnya. Betap gembiranya KH. Abdullah saat berjumpa dengan sahabat karibnya.


Setelah Sujud Dua Kali
Kondis Kh. Abdullah tidak ada perbahan ,ia masih terbaring lunglai. Sama seperti hari-hari kemarin. Selepas sholat Ashar, tepatnya hari sabtu, keluarganya masih tetap berada disekelilingnya beliau. Beliau menanyakan anak dan menantunya yang tidak ada, sebabmasih dalam perjalanan setelah itu beliau meminta maaf kepada istri, anak, menantu, sahabat dan semua orang yang pernah mengenal dirinya.

Tiba-tiba ia bangun dari tempatnya. Keluarga yang masih setia disamping beliau mengira beliau sembuh atau mau kekamar kecil atau kamar mandi. Mereka tidak tahu apa yang mau dilakukan lelaki bertubuh tinggi tersebut. Mereka bertanya dengan penuh hati-hati, tapi Kh. Abdullah tidak menjawabnya dengan sepatah katapun.

Kemudian beliau berdiri diatas sajadah yang sudah menghadap kiblat dan langsung melakukan sujud dua kali disertai salam kekanan dan kekiri.Persis seperti orang yang sedang mengakhiri sholat. Setelah itu beliau berbaring diatas sajadah itu. Matanya terpejam. Tenang. Tidak ada tanda-tanda yang mengisyaratkan sesuatu. Keluarga menganggap beliau sedang tidur.

Salah seorang anak tertuanya memastikan kondisi ayahnya dari dekat. Tangannya memegang dada kemudian meletakkannya dibawah kekedua buah hidung ayahnya. Tidak ada detak jantung. Tidak ada udara atau hembusan nafas dari sang ayah. Seluruh anggota badannya berhenti bergerak. Tubuh KH. Abdullah lemah. Ternyata beliau teah meninggal dunia dalam keadaan Hunul Khatimah. subhanallah.

“Abah (bapak) wafat kira-kira pukul 04.00 sore. Meninggalnya hari sabtu sama seperti ketika beliau dilahirkan di dunia ini”, tutur Enen Rohainah salah seorang anak perempuannya kepada Hidayah, yang menemuinya di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Keluarga bersedih karena merasa kehilangan dengan sosok bapak yang selama ini telah menjadi panutan. Demikian pula dengan sahabat , kerabat, masyarakat dan para santri yang sering mangaji kepada almarhum KH. Abdullah memang menjadi salah satu tokoh masyarakat yang dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitar karena keshalehannya sekaligus sebagai sesepuh masyarakat setempat.

Anggota masyarakat yang mendengar kematian KH. Abdullah menyiapkan berbagai keperluan yang berhubungan dengan almarhum . Almarhum langsung dimandikan dan sholatkan di masjid yang selama ini adimaminya. Mengingat sudah sore dan letak pemakaman yang lumayan jauh dari tempat tinggal almarhum, maka keluarga memutuskan untuk melaksanakan penguburan pada esok hari.

Selain itu, banyak sahabat lama dan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, menjadi penyebab ditundanya proses pemakaman almarhum. Jenazah KH. Abdullah disemayamkan didalam masjid menunggu hingga mentari  bersinar di pagi hari. Banyak kerabat dan para santri yang menunggunya. Tidak ada kejadian aneh. Keadaan aman.

JENAZAH RINGAN
Ketika burung-burung berkicau diatas dahan dan udara dingin menyelimuti kota Majalaya , kerabat, para santri dan masyarakat siap melepaskan almarhum ditempat peristirahatan menghadap Ilahi Rabbi. Rencananya almarhum akan dikebumikan dipemakaman keluarga bersama kerabat yang telah mendahului diatas bukit. Jalan yang harus dilalui para pelayat mendaki naik keatas.

“Menurut pengakuan para santri dan masyarakat yang mengangkat keranda jenazah Abah, rasanya tubuh almarhum sangat enteng(ringan). Padahal kalau kita jalan sendiri aja sudah berat atuh…Lumayan susah”, ungkap ibu Enen dengan logat sunda yang sangat kental.

Setelah sampai ditempat tujuan, tubuh almarhum diangkat dari keranda dan memasuki liang lahat. Tiba-tiba, kawan karib almarhum yang baru datang dari daerah lain meminta waktu sebentar untuk mensholatinya.

“Waktu waktu itu yang mengantarkan Abah memang tidak sedikit. Masih ada sahabat Abah yang belum sempat menyolati almarhum. Alhamdulillah…proses penguburan berjalan lancar”, ucap ibu dua anak inimenlanjutkan ceritanya.

Belum lama ini, tepatnya saat Majalah Hidayah mengunjungi kota kembangitu, keluarga KH. Abdullah baru saja melangsungkan acara pengajian (haul) untuk mengenang delapan tahun wafatnya almarhum. Apa yang membuat almarhum meninggal dalam keadaan mulia dan diberi kemudahan oleh Allah swt..?.

Suka Silaturahmi
Almarhum KH. Abdullah lahir dari keluarga yang memegang teguh agama. Beliau pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ayahnya seorang ulama dikampungnya. Kehidupannya sangat sederhana. Dalam mendidik anak-anaknya, almarhum selalu mengingatkannya agar  jangan samapai meningalkan sholat lima waktu serta berpesan dalam mencari rezeki dengan cara yang halal.

Dalam kesehariannya, beliau menjadi imam sholat lima waktu di masjid yang letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal keluarganya. Pagi hari beliau pergi kesawah untuk mengurus tanamannya. Selepas sholat ashar. Beliau mengajar ngaji para santri hingga Magrib menjelang dan menerima kehadiran masyarakat yang membutuhkannya. Kerapkali pada malam hari almarhum mengajak istrinya ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Selain itu, beliau sering diundang dalam pengajian atau menghadiri acara-acara yang diselenggarakan masyarakat.

Sebagai sesepuh masyarakat, beliau sangat akarab dengan siapa saja dan mampu merangkul orang yang bersebrangan dengannya, termasuk orang non muslim. Beliau memang senang bersilaturahim atau bergaul. Hidupnya membaur dengan masyarakat. Tak salah apabila beliau sering diminta wejangan atau nasehat. Perilakunya yang baik seperti nuansa masjid,membuat orang lain simpatik.

“Almarhum selalu menekankan kepada keluarga agar bersosialisasi dimanapun berada. Bagi Abah, berkenalan dan berteman dengan siapapun lebih berharga dari segalanya”, ujar anak ketujuhnya mengingat pesan ayahnya.

Hampir setiap tamu yang sholat dan singgah dimasjid selalu diajak beiau untuk makan dirumahnya. Kebiasaan. Kebiasaan lain yang kadang dilakukannya adalah mengajak jamaah masjid untuk menikmati hidangan dirumahnya setelah sholat jum’at.

Pada hari-hari besar islam, seperti muludan (memperingati Maulud Nabi Muhammad saw) dan Rajaban (Bulan Rajab) KH. Abdullah meminta kepada keluarganya untuk menyiapkan makanan bagi masyarakat yang memenuhi dan menghadiri acara di masjid. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.

Sebagai orang yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama, almarhum menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memilikiproblem. Beliau menerimanya dengan lapang dada. Tulus. Orang – orang yang kaya mengunjungi rumahnya selalu diingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang tidak mampu. Sebab harta yang dimiliki oleh mereka orang berada, terdapat hak anak yatim,orang miskin, janda-janda tua dan pihak lain yang telah digariskan oleh agama.

Kehidupan kita didunia ini tidak lah abadi. Semuanya pasti akan berakhir. Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu juga dengan almarhum KH. Abdullah. Namun, semua ini bukan berarti kita hendak mengungkit kebaikan dan menutupi kekurangan almarhum. “Tidak ada gading yang tak retak”. Demikian pribahasa yang akrab ditelinga masyarakat. Satu hal yang mungkin perlu kita sadadri inilah pelajaran berharga yang patut kita teladani dari almarhum.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 16 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...