Dasbor " Rahasia Illahi 2"
TERTIPU
1
M, TERGANTIKAN
“
Kedermawanan Haji Sobirin bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang
yang terbantu oleh sikap dermawannya, terlebih anak yatim, para duafa dan
janda-janda “.
Siang terasa menyengat,
apalagi saat matahari dalam posisi tegak diatas ubun-ubun. Dan Haji Sobirin,
begitu lelaki yang menjelang senja itu biasa disapa, tetap melangkahkan
kakinya. Ia tetap focus pada tujuan, yaitu mengurus administrasi kelengkapan
berkas orang-orang yang hendak menunaikan ibadah umrah. Tujuan utam Haji
Sobirin hari ini adalah ke kantor kelurahan.
Begitulah Haji Sobirin, berkat kedekatannya dengan pimpinan sebuah biro
perjalanan haji, ia dipercaya untuk mencari dan mengurus orang-orang yang
hendak menunaikan ibadah haji atau umrah. Baginya, kepercayaan itu adalah
amanah yang harus dipertaruhkan dengan kehormatan dan harga diri. Karenanya ia
tak pernah menyelewengkan amanah itu.
Baca Juga "Ketika Jenazah Siti Maryam Di Mandikan"
Baca Juga "Nabi Isa Menghidupkan Anak Nabi Nuh as"
Baca Juga "Ketika Jenazah Siti Maryam Di Mandikan"
Baca Juga "Nabi Isa Menghidupkan Anak Nabi Nuh as"
Siang, di Kamis yang panas itu Haji Sobirin terus melangkah dalam rangka
mengemban amanah. Saat dirinya sampai dipertigaan jalan dimana beberapa meter
lagi ia akan tiba dihalaman kelurahan, ia berpapasan dengan seorang ustadz yang
juga tengah melangkah, gontai. Si Ustadz seperti kelelahan, berkeringat.
Mungkin karena kepanasan panas matahari siang itu yang tak bisa dihalangi.
:Assalamualikum, ustadz “, sapa Haji Sobirin ramh.
Si Ustadz yang boleh kita panggil dengan ustadz Marzuki tersenyum sebelum
menjawab salam Haji Sobirin. “Antum mau ke kelurahan ya Ji..?”, tanyanya
setelah menjawab salam Haji Sobirin.
Yang ditanya langsung mengangguk “Antum juga ada urusan di kelurahan juga
juga..?, Tanya Haji Sobirin.
Ustadz Marzuki menggeleng. Anu mau ke Apotik, Ji ada obat yang harus
ditebus segera”, ujar ustadz Marzuki.
“Memangnya siapa yang sakit ustadz..? “, Tanya Haji Sobirin lagi.
“Ana Ji”, jawab ustadz Marzuki.
Haji Sobirin memandang ustadz Marzuki sesaat. Sepertinya ia ingin
bertanya lebih jauh tentang penyakit ustad Marzuki, namun Haji Sobirin
mengurungkan niatnya. Ia menggerakkan tangan kanannya hingga menelusup jauh ke
saku celana.
“Ini sedikit untuk tambahan menebus obat, ustadz Marzuki sedikit
tercengang. “Ini sih bukan uang tambahan
Ji Tapi berlebih”, ujar ustadz Marzuki.
Haji Sobirin tersenyum. “Kalau memang ada lebihnya, ya ambil saja ustadz.
Barang kali bisa untuk membeli ketoprak “, kisah Haji Sobirin sambil tertawa.
Ustad Marzuki ikut tertawa.
Begitulah sikap haji Sobirin. Ustadz Marzuki cukup tahu kedermawanan dari
seorang Haji Sobirin, bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang yang
terbantu dari kedermawanan Haji Sobirin terlebih anak Yatim, para duafa dan
janda-janda. Dengan segala keikhlasannya bersedekah, Haji Sobirin jadi buah
bibir warga sekitar. Mereka menghormati sosok sang Haji yang hidup dengan
kesederhanaannya.
UJIAN
ALLAH
Selain Haji Sobirin terkenal sebagai lelaki yang rajin bersedekah, sifat
terpuji yang lain yang dimiliki adalah ia tak pernah berburuk sangka pada orang
lain, baik yang belum dikenalnya, apalagi yang sudah dikenalnya. Si Haji selalu
berbaiksangka.
Namun, dari sikapnya yang selalu percaya pada orang lain , sebuah ujian
yang dirasakan cukup berta harus dia terima. Berawal dari ketika Haji Sobirin
disodorkan tawaran baik oleh seseorang. Tak ada pikiran buruk dibenaknya,
terlebih orang yang menawarkan bantuan padanya itu adalah orang yang sudah
berpengalaman didunia biro perjalanan haji dan umrah. Katanya orang itu
terbiasa mengurus segalanya dengan cepat dan tanpa masalah. Tentu saja orang
itu juga mengatakan kalau dirinya dapat menjamin jamaah yang dibawa Haji
sobirin akan mendapatkan pelayanan dan fasilitas terbaik, orang tersebut
menjamin kepuasan bagi jamaah Haji Sobirin.
Dengan penawaran yang sangat menarik itu. Haji Sobirin yang tanpa
prasangka negative itu menyetujui kerjasama. Penggalangan dana haji yang sudah
terkumpul, seluruhnya diserahkan Haji Sobirin pada rekan kerja yang baru
dikenalnya itu. Jumlahnya tidak sedikit 1 M rupiah.
Dengan jumlah yang diserahkan tanpa ada rasa curiga, Haji Sobirin
berharap semua urusan berjalan dan para jamaah bawaannya dapat menjalankan
ibadah haji dengan tenang dan khusyuk, tanpa harus memikirkan apalagi
direpotkan dengan urusan ini dan itu.
“Jangan khawatir, Ji, saya menjamin kepuasan Jamaah haji bapak Haji”,
begitu janji rekan kerja Haji Sobirin.
Selanjutnya dengan perasaan tenang Haji Sobirin terus menghitung hari
dengan mempersiapkan segala sesuatunya. Dia juga berharap jamaah bawaannya yang
berjumlah tidak sedikit itu melakukan hal yang sama, mempersiapkan kesehatan
dan ilmu dengan baik.
Saat harapan itu terus terpupuk, tiba-tiba Haji Sobirin mendapat info
tentang batas waktu pembayaran dana haji dan dipertanyakan, kapan kira-kira
Haji Sobirin akan menyetor.
Terkejut bukan kepalang Haji Sobirin saaat mendengar infromasi seperti
itu , bukankah dia sudah melunasi seluruh dana haji. Lalu kenapa sekarang harus
dipertanyakan..?.
Apakag rekan kerja yang dipercaya Haji Sobirin itu tidak….
“Oh..”, berputar rasanya kepala Haji Sobirin. Dirinya baru tersadar kalau
sesungguhnya menjadi korban penipuan “Astagfirullah”
TETAP
BERSEDEKAH
Meskipun ia tertipu dengan jumlah uang yang tidak sedikit itu. Haji
Sobirin tetap membawa dirinya dengan tenang. Sesungguhnya ia yakin bahwa ini
adalah ujian semata. Insya Allah ada jalan keluarnya.
Tentang jamaahnya yang hendak menunaikan ibadah haji, Haji Sobirin akan
bertanggungjawab. Meskipun nantinya seluruh jamaah menuntutnya, ia sudah siap.
Haji Sobirin juga sudah siap jika harus berurusan dengan hukum.
Namun, sesiap-siapnya Haji Sobirin, galau didalam dada tetap saja
memantul lewat wajahnya yang berubah keruh. Haji Sobirin juga tidak tampil
seriang sebelumnya. Mendung selalu mengulas diwajahnya, bola matanya juga
terlihat agak kuyu.
Tetapi, Haji Sobirin tetaplah Haji Sobirin yang dulu, lelaki dermawan
yang suka bersedekah. Walau ditengah keterhimpitannya, ia masih sempat juga
memberi bantuan pada salah seorang tetangga yang harus menjalani pengobatan dan
mendadak masuk UGD sebuah rumah sakit.
“Bawalah uang ini, cepat tangani anak ibu, jangan samapi terlambat”, ujar
Haji Sobirin sambil menyerahkan sejumlah uang pada seorang tetangga.
“Aamiin…”, Haji Sobirin mengamini doa tersebut. Tiba-tiba ia juga
teringat hikmah bersedekah, bahwa sedekah dapat menyembuhkan penyakit dan
membebaskan dari segala kesulitan.
Dengan hikmah sedekah yang pernah diketahuinya itu, hati Haji Sobirin
sedikit terasa laang, meski ia tak dapat memungkiri rasa takut tetap terdesir
di dadanya. Sebab ia harus bertanggungjawab pada jamaah yang dibawanya.
Seiring galau yang arab menemani hari-harinya, beriring pula sedekah yang
tak lepas dilakukannya. Haji Sobirin bertemu dengan seorang kawan lama. Di Haji
Mi’ad yang juga berpengalaman dalam dunia biro perjalanan Haji. Haji Mi’ad
adalah orang kaya yang dermawan.
Haji Sobirin berusaha menepis galau didadanya saat dirinya disapa dengan
salam yang lembut oleh Haji Mi’ad. Ia menjawab salam itu dengan kelembutan yang
sama. Namun Haji Mi’ad seperti orang yang piawai membaca kegalauaan seseorang.
“Apa kamu sedang ada masalah..?”, begitu pertanyaan yang tak disangka
Haji Sobirinkeluar dari mulut sahabat lamanya. Haji Sobirin adalah s eorang
yang jujur, ia tak mungkin menjawab yang lain untuk sebuah pertanyaan yang
disodorkan kehadaonnya. Pertanyaan Haji Mi’ad dijawab dengan anggukan kepala.
“Apa masalahnya..?”, Tanya Haji Mi’ad lagi.
Haji Sobirin dengan gambling menceritakan permasalahannya. Setelah
selesai Haji Mi’ad merangkul pundak Haji Sobirin.
“Insya Allah saya dapat membantu persoalan ini, Ji dan Jamaah Antum bisa
tetap berangkat ke Tanah Suci”.
Tapi Ji, uang segitu tidak sedikit”, Kilah Haji Sobirin.
“Insya Allah ana bisa membantu “, ucapan Haji Mi’ad meyakinkan.
Haji Sobirin langsung bersyukur. Ia seolah tengah merasakan panas
bertahun-tahun terhapus oleh hujan yang turun sedetik. Galau dan rasa takut
yang membungkus dadanya, seketika lenyap tanpa bekas. Inilah wujud pertolongan
Allah swt dan inikah wujud dari hikmah bersedekah itu..?”.
Wallahu ‘alam Bhisawab