Blog Konten Islam

Tuesday, 17 July 2018

TERTIPU 1 M, TERGANTIKAN

TERTIPU   1 M, TERGANTIKAN

Dasbor " Rahasia Illahi 2"




TERTIPU 1 M, TERGANTIKAN

“ Kedermawanan Haji Sobirin bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang yang terbantu oleh sikap dermawannya, terlebih anak yatim, para duafa dan janda-janda “.

Siang terasa menyengat, apalagi saat matahari dalam posisi tegak diatas ubun-ubun. Dan Haji Sobirin, begitu lelaki yang menjelang senja itu biasa disapa, tetap melangkahkan kakinya. Ia tetap focus pada tujuan, yaitu mengurus administrasi kelengkapan berkas orang-orang yang hendak menunaikan ibadah umrah. Tujuan utam Haji Sobirin hari ini adalah ke kantor kelurahan.


Begitulah Haji Sobirin, berkat kedekatannya dengan pimpinan sebuah biro perjalanan haji, ia dipercaya untuk mencari dan mengurus orang-orang yang hendak menunaikan ibadah haji atau umrah. Baginya, kepercayaan itu adalah amanah yang harus dipertaruhkan dengan kehormatan dan harga diri. Karenanya ia tak pernah menyelewengkan amanah itu.

Baca Juga "Ketika Jenazah Siti Maryam Di Mandikan"
Baca Juga "Nabi Isa Menghidupkan Anak Nabi Nuh as"

Siang, di Kamis yang panas itu Haji Sobirin terus melangkah dalam rangka mengemban amanah. Saat dirinya sampai dipertigaan jalan dimana beberapa meter lagi ia akan tiba dihalaman kelurahan, ia berpapasan dengan seorang ustadz yang juga tengah melangkah, gontai. Si Ustadz seperti kelelahan, berkeringat. Mungkin karena kepanasan panas matahari siang itu yang tak bisa dihalangi.


:Assalamualikum, ustadz “, sapa Haji Sobirin ramh.
Si Ustadz yang boleh kita panggil dengan ustadz Marzuki tersenyum sebelum menjawab salam Haji Sobirin. “Antum mau ke kelurahan ya Ji..?”, tanyanya setelah menjawab salam Haji Sobirin.


Yang ditanya langsung mengangguk “Antum juga ada urusan di kelurahan juga juga..?, Tanya Haji Sobirin.


Ustadz Marzuki menggeleng. Anu mau ke Apotik, Ji ada obat yang harus ditebus segera”, ujar ustadz Marzuki.
“Memangnya siapa yang sakit ustadz..? “, Tanya Haji Sobirin lagi.
“Ana Ji”, jawab ustadz Marzuki.


Haji Sobirin memandang ustadz Marzuki sesaat. Sepertinya ia ingin bertanya lebih jauh tentang penyakit ustad Marzuki, namun Haji Sobirin mengurungkan niatnya. Ia menggerakkan tangan kanannya hingga menelusup jauh ke saku celana.
“Ini sedikit untuk tambahan menebus obat, ustadz Marzuki sedikit tercengang. “Ini  sih bukan uang tambahan Ji Tapi berlebih”, ujar ustadz Marzuki.


Haji Sobirin tersenyum. “Kalau memang ada lebihnya, ya ambil saja ustadz. Barang kali bisa untuk membeli ketoprak “, kisah Haji Sobirin sambil tertawa. Ustad Marzuki ikut tertawa.


Begitulah sikap haji Sobirin. Ustadz Marzuki cukup tahu kedermawanan dari seorang Haji Sobirin, bersedekah sudah menjadi rahasia umum. Banyak orang yang terbantu dari kedermawanan Haji Sobirin terlebih anak Yatim, para duafa dan janda-janda. Dengan segala keikhlasannya bersedekah, Haji Sobirin jadi buah bibir warga sekitar. Mereka menghormati sosok sang Haji yang hidup dengan kesederhanaannya.


UJIAN ALLAH
Selain Haji Sobirin terkenal sebagai lelaki yang rajin bersedekah, sifat terpuji yang lain yang dimiliki adalah ia tak pernah berburuk sangka pada orang lain, baik yang belum dikenalnya, apalagi yang sudah dikenalnya. Si Haji selalu berbaiksangka.


Namun, dari sikapnya yang selalu percaya pada orang lain , sebuah ujian yang dirasakan cukup berta harus dia terima. Berawal dari ketika Haji Sobirin disodorkan tawaran baik oleh seseorang. Tak ada pikiran buruk dibenaknya, terlebih orang yang menawarkan bantuan padanya itu adalah orang yang sudah berpengalaman didunia biro perjalanan haji dan umrah. Katanya orang itu terbiasa mengurus segalanya dengan cepat dan tanpa masalah. Tentu saja orang itu juga mengatakan kalau dirinya dapat menjamin jamaah yang dibawa Haji sobirin akan mendapatkan pelayanan dan fasilitas terbaik, orang tersebut menjamin kepuasan bagi jamaah Haji Sobirin.


Dengan penawaran yang sangat menarik itu. Haji Sobirin yang tanpa prasangka negative itu menyetujui kerjasama. Penggalangan dana haji yang sudah terkumpul, seluruhnya diserahkan Haji Sobirin pada rekan kerja yang baru dikenalnya itu. Jumlahnya tidak sedikit 1 M rupiah.


Dengan jumlah yang diserahkan tanpa ada rasa curiga, Haji Sobirin berharap semua urusan berjalan dan para jamaah bawaannya dapat menjalankan ibadah haji dengan tenang dan khusyuk, tanpa harus memikirkan apalagi direpotkan dengan urusan ini dan itu.


“Jangan khawatir, Ji, saya menjamin kepuasan Jamaah haji bapak Haji”, begitu janji rekan kerja Haji Sobirin.
Selanjutnya dengan perasaan tenang Haji Sobirin terus menghitung hari dengan mempersiapkan segala sesuatunya. Dia juga berharap jamaah bawaannya yang berjumlah tidak sedikit itu melakukan hal yang sama, mempersiapkan kesehatan dan ilmu dengan baik.


Saat harapan itu terus terpupuk, tiba-tiba Haji Sobirin mendapat info tentang batas waktu pembayaran dana haji dan dipertanyakan, kapan kira-kira Haji Sobirin akan menyetor.


Terkejut bukan kepalang Haji Sobirin saaat mendengar infromasi seperti itu , bukankah dia sudah melunasi seluruh dana haji. Lalu kenapa sekarang harus dipertanyakan..?.
Apakag rekan kerja yang dipercaya Haji Sobirin itu tidak….
“Oh..”, berputar rasanya kepala Haji Sobirin. Dirinya baru tersadar kalau sesungguhnya menjadi korban penipuan “Astagfirullah”


TETAP BERSEDEKAH

Meskipun ia tertipu dengan jumlah uang yang tidak sedikit itu. Haji Sobirin tetap membawa dirinya dengan tenang. Sesungguhnya ia yakin bahwa ini adalah ujian semata. Insya Allah ada jalan keluarnya.


Tentang jamaahnya yang hendak menunaikan ibadah haji, Haji Sobirin akan bertanggungjawab. Meskipun nantinya seluruh jamaah menuntutnya, ia sudah siap. Haji Sobirin juga sudah siap jika harus berurusan dengan hukum.


Namun, sesiap-siapnya Haji Sobirin, galau didalam dada tetap saja memantul lewat wajahnya yang berubah keruh. Haji Sobirin juga tidak tampil seriang sebelumnya. Mendung selalu mengulas diwajahnya, bola matanya juga terlihat agak kuyu.


Tetapi, Haji Sobirin tetaplah Haji Sobirin yang dulu, lelaki dermawan yang suka bersedekah. Walau ditengah keterhimpitannya, ia masih sempat juga memberi bantuan pada salah seorang tetangga yang harus menjalani pengobatan dan mendadak masuk UGD sebuah rumah sakit.


“Bawalah uang ini, cepat tangani anak ibu, jangan samapi terlambat”, ujar Haji Sobirin sambil menyerahkan sejumlah uang pada seorang tetangga.
“Aamiin…”, Haji Sobirin mengamini doa tersebut. Tiba-tiba ia juga teringat hikmah bersedekah, bahwa sedekah dapat menyembuhkan penyakit dan membebaskan dari segala kesulitan.


Dengan hikmah sedekah yang pernah diketahuinya itu, hati Haji Sobirin sedikit terasa laang, meski ia tak dapat memungkiri rasa takut tetap terdesir di dadanya. Sebab ia harus bertanggungjawab pada jamaah yang dibawanya.


Seiring galau yang arab menemani hari-harinya, beriring pula sedekah yang tak lepas dilakukannya. Haji Sobirin bertemu dengan seorang kawan lama. Di Haji Mi’ad yang juga berpengalaman dalam dunia biro perjalanan Haji. Haji Mi’ad adalah orang kaya yang dermawan.


Haji Sobirin berusaha menepis galau didadanya saat dirinya disapa dengan salam yang lembut oleh Haji Mi’ad. Ia menjawab salam itu dengan kelembutan yang sama. Namun Haji Mi’ad seperti orang yang piawai membaca kegalauaan seseorang.


“Apa kamu sedang ada masalah..?”, begitu pertanyaan yang tak disangka Haji Sobirinkeluar dari mulut sahabat lamanya. Haji Sobirin adalah s eorang yang jujur, ia tak mungkin menjawab yang lain untuk sebuah pertanyaan yang disodorkan kehadaonnya. Pertanyaan Haji Mi’ad dijawab dengan anggukan kepala.


“Apa masalahnya..?”, Tanya Haji Mi’ad lagi.
Haji Sobirin dengan gambling menceritakan permasalahannya. Setelah selesai Haji Mi’ad merangkul pundak Haji Sobirin.
“Insya Allah saya dapat membantu persoalan ini, Ji dan Jamaah Antum bisa tetap berangkat ke Tanah Suci”.
Tapi Ji, uang segitu tidak sedikit”, Kilah Haji Sobirin.
“Insya Allah ana bisa membantu “, ucapan Haji Mi’ad meyakinkan.


Haji Sobirin langsung bersyukur. Ia seolah tengah merasakan panas bertahun-tahun terhapus oleh hujan yang turun sedetik. Galau dan rasa takut yang membungkus dadanya, seketika lenyap tanpa bekas. Inilah wujud pertolongan Allah swt dan inikah wujud dari hikmah bersedekah itu..?”.


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 18 Juli 2018

Monday, 16 July 2018

DIPUKUL ORANG ASING SAAT HAJI

DIPUKUL ORANG ASING   SAAT HAJI

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"



DIPUKUL ORANG ASING
SAAT HAJI

“Saat hendak melontar jumrah, tiba-tiba saja, ibu Rini ada yang memukul tangan dan kakinya oleh orang tak dikenal. “Saya hampir terjatuh dibuatnya, Mas”, ujar Ibu Rini “.

Salah satu anjuran agama kepada calon jamaah haji adalah bertaubat sebelum berangkat haji ke Tanah Suci. Ia dianjurkan mengerjakan sholat Taubat dan berdoa kepada Allah swt agar diampuni segala dosa yang telah dilakukan, baik yang disengaja maupun tidak. Hal ini penting dilakukan, mengingat haji adalah ibadah “penuh balasan” atau dalam bahasa yang ekstrimnya ibadah penuh karma. Maksudnya segala keburukkan yang dilakukan seseorang dirumah (kampung halaman) kerap dibalas oleh Allah saat pergi haji – jika ia tidak segera bertaubat.


Seperti kisah berikut ini, sebut saja namanya Ibu Hj Rini. Atas permintaan narasumber, namanya sengaja disamarkan. Dia perempuan Sumater Barat. Profesi sehari-harinya seorang guru ( pengajar. Dalam menjalani profesinya ini, Ibu Hj. Rini sebenarnya termasuk orang yang bertanggungjawab. Dia berusaha mengajar anak didiknya dengan sebaik mungkin. Dia juga berusaha hadir dan tepat waktu serta jarang absen (tidak hadir). Di mata kepala sekolahnya. Sosok Ibu Hj. Rini pun disukainya karena pekerjaannya tersebut.


Hanya saja, Pak Kepala Sekolah dan mungkin guru-guru yang lainnya luput atas apa saja yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rini saat mengajar di dalam kelas. Dengan jiwanya yang agak tempramental Ibu Hj. Rini dinilai “Ringan Tangan” ketika ingin meluruskan anak-anak didiknyayang nakal atau susah diajar. Ia tidak sadar bahwa potensi dan karakter anak didiknya itu berbeda-beda.


Ada yang pintar dan ada pula yang bodoh. Ada yang mudah menyerap pelajaran dan ada pula yang kesulitan. Bahkan ada anak didik yang menurut dan ada pula yang membangkang. Nah terhadap anak-anak didiknya yang nakal dan bodoh inilah, beliau kerap ringan tangan. Ketika bermaksud menghukum mereka, beliau seringkali menggunakan tangan untuk memukul.


“Saya kalau lagi lepas kendali suka sekali memukul mereka. Say juga bingung emosi itu tiba-tiba saja muncul dan spontan saya melakukan tindakan itu”, ceritanya menyesal. Apa yang dilakukan oleh Ibu Hj. Rini sebenarnya bertujuan baik. Tapi caranya yang kurang tepat. Menghukum anak didik dengan menggunakan kekerasan tetap saja bukanlah cara yang baik, sebab bisa menimbulkan trauma kelak. Dikhawatirkan, si murid akan melakukan hal yang serupa ketika dewasa kepada anak yang lain (anak didiknya). Kenapa anak-anak didik Ibu Hj Rini tidak protes?.


Anak-anak didiknya memang jarang yang mengadu kepada kepala sekolah karena takut sosok Ibu Hj. Rini yang tempramen. Demikian pula, kalaupun mereka mengadukan kepad orang tua mereka masing-masing , para wali murid itupun tidak bisa bertindak apa-apa. Merkeka hanaya diam. Bahkan, mereka kemudian menyalahkan anak-anak mereka sendiri karena kebandelannya dan kenakalannya. “Ibu guru tidak akan menghukum kalau kamu tidak nakal”, ujar salah seorang wali murid kepada anak kandungnya.


Apalagi, selama ini mereka sudah tahu dengan tabiat dan karakter Ibu Hj. Rini yang agak kasar bahkan terhadap anak kandungnya sekalipun. Konon terhadapa anak kandungnya sendiri, iapun sering memukul jika anaknya itu bandel dan tidak nurut dengan perintahnya. Jadi, tampaknya, para orang tua murid sudah memaklumi dengan segala tindakan Ibu Hj. Rini ini.


DIPUKU ORANG ASING
Suatu ketika, iapun naik haji bersama suaminya. Pekerjaan sang suami yang seorang wiraswasta nampaknya cukup berhasil. Karena itu, tahun 2010 Ibu Rini pun diajaknya pergi ke Tanah Suci. Bagi perempuan yang tempramental dan kasar ini, naik haji memang sudah direncanaan sejak lama. Karena itu, ia dan suami bekerja keras untuk menabung. Setelah uangnya terkumpul merekapun nak Haji.

Seperti biasa, ada walimatus-safar dirumahnya. Banyak juga yang datang dalam acara itu, terutama para tetangganya. Tak sedikit pula yang kagum, bahkan iri, kepada Ibu Rini karena bisa pergi haji. Yang membuat sebagian iri adalah kenapa perempuan yang kasar dan tempramental seperti dirinya bisa pergi haji. Tampaknya Tuhan bertindak adil dalam hal ini.

Sebenarnya mereka, tak perlu iri pada Ibu Rini. Sebab kalau soal dunia, siapa yang bekerja keras iapun berhasil dalam usahanya. Merekapun bisa pergi haji, bekerja keraslah untuk mengumpulkan uang.

Kembali kesoal keberangatan Ibu Rini ke Tanha Suci. Seperti diakui oleh Ibu Rini sendiri, selama dalam perjalanan ke Tanah Suci sebenarnya tidak ada masalah yang berarti. Bahkan, pesawat terbang yang mengantarkan ketanah suci tampak lancar-lancar saja dan cuaca pun cukup cerah.

Demikian pula saat mereka sudah ada di Tanah Suci. Mereka tidak mengalami kejadian yang aneh. Namun, entahlah hari keberapa di Tanah suci, tiba-tiba saja kejadian aneh menimpa Ibu Rini. Yang jelas, saat hendak melontar jumrah tiba-tiba saja Ibu Rini ada yang memukul tangan dan kakinya oleh orang tak dikenal. “Saya hampir terjatuh dibuatnya, mas. “, ujar Ibu Rini.

Ibu Rini sendiri tidak mengerti dengan yang dilakukan orang asing tersebut terhadap dirinya. Padahal, ia tidak punya masalah dengan orang itu. Yang bisa dilakukannya, hanyalahmenangis. Sakitnya luar biasa, apalagi saat itu ia hendak melontar Jumrah. Teman-teman yang melihatnya pun kebingungan. Sementara suaminya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, sebab orang asing itu seketika lenyap dari pandangan seolah ditelan bumi.

Namun kejadian itu, tak lantas menyurutkan langkahnya melakukan jumrah. Sepulang dari jumrah ,kejadian itu baru dipikirkannya.Di Makktab (pemondokkan) ia merenung tentang kejadian itu. Akhirnya kesimpulanpun didapatkannya, “Mungkin ini terkait dengan perbuatn saya sebelumnya. Dulu saya suka memukul anak-anak didik, bahkan anak kandung saya sendiri kalau mereka salah. Mungkin ini balasan Tuhan kepada saya”, ceritanya dengan suara parau.

Akhirnya Ibu Rini pun bertaubat. Sejak itu tak ada lagi kejadian aneh dan ganjil yang menimpanya hingga pulang kampung halaman.
Demikian sebuah kisah sederhana tapi bisa menjadi bahan perenungan dan musahabah kita bersama bahwa hendaklah kita bertaubat atas segala yang kita lakukan, khususnya saat hendak pergi haji. Dikhawatirkan , Allah swt akan menurunkan balasan-Nya atas apa yang pernah kita lakukan sebelumnyadi Tanah Suci. Semoga Aamiin…

(Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 17 Juli 2018

Sunday, 15 July 2018

MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

MENINGGAL   SETELAH SUJUD DUA KALI

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENINGGAL SETELAH SUJUD DUA KALI

“ Rasulullah saw bersabda : “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia melakukan silaturahim “. (HR. Bukhari)

Setelah merasakan perawatan dua hari dirumah sakit, KH Haji Abdullah (74 thn) , meminta kepada keluarganya agar membawanya pulang kerumah, karena selalu teringat masjid. Penyakit darah tinggi dan penyakit lain yang menghigapi tubuhnya belum hilang. Namun secara fisik, KH. Abdullah terlihat sehat. Keluarga memenuhi permintaan ayah dari delapan orang anak ini. Praktis beliau mendapatkan perawatan dirumahnya sendiri yang letaknya sangat dekat dengan masjid.

Kini KH. Abdullah terbaring diatas ranjang Beliau tidak lagi menjadi imam di masjid. Lelaki berperawakan subur ini hanya bisa mengintip jamaah masjid dibalik tirai jendela. Beliau masih bisa berkomunikasi. Anak-anaknya terus memantau perkembangan kesehatan ayahnya. Beberapa kerabat dan santri KH. Abdullah mengaji disampingnya tanpa henti mereka berdoa agar mama (panggilan khas orang sunda untuk orang yang dihormati khusunya Kyai,-red) agar diberikan kesehatan.


Meskipun sedang diterpa cobaan, KH. Abdullah tidak lupa menmenjalankan tugasnya sebagai hamba Allah swt untuk melaksankan sholat lima waktu, Beliau hanya mampu melakukan dengan berbaring. Meskipun demikian, beliau tidak pernah membuang hadats kecil maupun hadats besar diranjang yang ditempatinya. Otomatis, tempatnya bersih dari najis atau kotoran lain.

Hari-hari terus dilaluinya tanpa mengeluh sedikitpun. Tanpa disadari, beliau ingin bertemu kawan-kawan lamanya yang sudah sukses yang letak jauh dari kota Majalaya , Bandung, salah satu anak beliau dan menantunya dengan tanggap mewujudkan keinginan ayah tercintanya. Mereka menjemput orang-orang yang dikehendaki ayahnya. Betap gembiranya KH. Abdullah saat berjumpa dengan sahabat karibnya.


Setelah Sujud Dua Kali
Kondis Kh. Abdullah tidak ada perbahan ,ia masih terbaring lunglai. Sama seperti hari-hari kemarin. Selepas sholat Ashar, tepatnya hari sabtu, keluarganya masih tetap berada disekelilingnya beliau. Beliau menanyakan anak dan menantunya yang tidak ada, sebabmasih dalam perjalanan setelah itu beliau meminta maaf kepada istri, anak, menantu, sahabat dan semua orang yang pernah mengenal dirinya.

Tiba-tiba ia bangun dari tempatnya. Keluarga yang masih setia disamping beliau mengira beliau sembuh atau mau kekamar kecil atau kamar mandi. Mereka tidak tahu apa yang mau dilakukan lelaki bertubuh tinggi tersebut. Mereka bertanya dengan penuh hati-hati, tapi Kh. Abdullah tidak menjawabnya dengan sepatah katapun.

Kemudian beliau berdiri diatas sajadah yang sudah menghadap kiblat dan langsung melakukan sujud dua kali disertai salam kekanan dan kekiri.Persis seperti orang yang sedang mengakhiri sholat. Setelah itu beliau berbaring diatas sajadah itu. Matanya terpejam. Tenang. Tidak ada tanda-tanda yang mengisyaratkan sesuatu. Keluarga menganggap beliau sedang tidur.

Salah seorang anak tertuanya memastikan kondisi ayahnya dari dekat. Tangannya memegang dada kemudian meletakkannya dibawah kekedua buah hidung ayahnya. Tidak ada detak jantung. Tidak ada udara atau hembusan nafas dari sang ayah. Seluruh anggota badannya berhenti bergerak. Tubuh KH. Abdullah lemah. Ternyata beliau teah meninggal dunia dalam keadaan Hunul Khatimah. subhanallah.

“Abah (bapak) wafat kira-kira pukul 04.00 sore. Meninggalnya hari sabtu sama seperti ketika beliau dilahirkan di dunia ini”, tutur Enen Rohainah salah seorang anak perempuannya kepada Hidayah, yang menemuinya di Bandung Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Keluarga bersedih karena merasa kehilangan dengan sosok bapak yang selama ini telah menjadi panutan. Demikian pula dengan sahabat , kerabat, masyarakat dan para santri yang sering mangaji kepada almarhum KH. Abdullah memang menjadi salah satu tokoh masyarakat yang dihormati dan dihargai oleh lingkungan sekitar karena keshalehannya sekaligus sebagai sesepuh masyarakat setempat.

Anggota masyarakat yang mendengar kematian KH. Abdullah menyiapkan berbagai keperluan yang berhubungan dengan almarhum . Almarhum langsung dimandikan dan sholatkan di masjid yang selama ini adimaminya. Mengingat sudah sore dan letak pemakaman yang lumayan jauh dari tempat tinggal almarhum, maka keluarga memutuskan untuk melaksanakan penguburan pada esok hari.

Selain itu, banyak sahabat lama dan masyarakat yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada almarhum, menjadi penyebab ditundanya proses pemakaman almarhum. Jenazah KH. Abdullah disemayamkan didalam masjid menunggu hingga mentari  bersinar di pagi hari. Banyak kerabat dan para santri yang menunggunya. Tidak ada kejadian aneh. Keadaan aman.

JENAZAH RINGAN
Ketika burung-burung berkicau diatas dahan dan udara dingin menyelimuti kota Majalaya , kerabat, para santri dan masyarakat siap melepaskan almarhum ditempat peristirahatan menghadap Ilahi Rabbi. Rencananya almarhum akan dikebumikan dipemakaman keluarga bersama kerabat yang telah mendahului diatas bukit. Jalan yang harus dilalui para pelayat mendaki naik keatas.

“Menurut pengakuan para santri dan masyarakat yang mengangkat keranda jenazah Abah, rasanya tubuh almarhum sangat enteng(ringan). Padahal kalau kita jalan sendiri aja sudah berat atuh…Lumayan susah”, ungkap ibu Enen dengan logat sunda yang sangat kental.

Setelah sampai ditempat tujuan, tubuh almarhum diangkat dari keranda dan memasuki liang lahat. Tiba-tiba, kawan karib almarhum yang baru datang dari daerah lain meminta waktu sebentar untuk mensholatinya.

“Waktu waktu itu yang mengantarkan Abah memang tidak sedikit. Masih ada sahabat Abah yang belum sempat menyolati almarhum. Alhamdulillah…proses penguburan berjalan lancar”, ucap ibu dua anak inimenlanjutkan ceritanya.

Belum lama ini, tepatnya saat Majalah Hidayah mengunjungi kota kembangitu, keluarga KH. Abdullah baru saja melangsungkan acara pengajian (haul) untuk mengenang delapan tahun wafatnya almarhum. Apa yang membuat almarhum meninggal dalam keadaan mulia dan diberi kemudahan oleh Allah swt..?.

Suka Silaturahmi
Almarhum KH. Abdullah lahir dari keluarga yang memegang teguh agama. Beliau pernah mengenyam pendidikan pesantren. Ayahnya seorang ulama dikampungnya. Kehidupannya sangat sederhana. Dalam mendidik anak-anaknya, almarhum selalu mengingatkannya agar  jangan samapai meningalkan sholat lima waktu serta berpesan dalam mencari rezeki dengan cara yang halal.

Dalam kesehariannya, beliau menjadi imam sholat lima waktu di masjid yang letaknya sangat dekat dengan tempat tinggal keluarganya. Pagi hari beliau pergi kesawah untuk mengurus tanamannya. Selepas sholat ashar. Beliau mengajar ngaji para santri hingga Magrib menjelang dan menerima kehadiran masyarakat yang membutuhkannya. Kerapkali pada malam hari almarhum mengajak istrinya ke masjid untuk melaksanakan sholat tahajud bersama. Selain itu, beliau sering diundang dalam pengajian atau menghadiri acara-acara yang diselenggarakan masyarakat.

Sebagai sesepuh masyarakat, beliau sangat akarab dengan siapa saja dan mampu merangkul orang yang bersebrangan dengannya, termasuk orang non muslim. Beliau memang senang bersilaturahim atau bergaul. Hidupnya membaur dengan masyarakat. Tak salah apabila beliau sering diminta wejangan atau nasehat. Perilakunya yang baik seperti nuansa masjid,membuat orang lain simpatik.

“Almarhum selalu menekankan kepada keluarga agar bersosialisasi dimanapun berada. Bagi Abah, berkenalan dan berteman dengan siapapun lebih berharga dari segalanya”, ujar anak ketujuhnya mengingat pesan ayahnya.

Hampir setiap tamu yang sholat dan singgah dimasjid selalu diajak beiau untuk makan dirumahnya. Kebiasaan. Kebiasaan lain yang kadang dilakukannya adalah mengajak jamaah masjid untuk menikmati hidangan dirumahnya setelah sholat jum’at.

Pada hari-hari besar islam, seperti muludan (memperingati Maulud Nabi Muhammad saw) dan Rajaban (Bulan Rajab) KH. Abdullah meminta kepada keluarganya untuk menyiapkan makanan bagi masyarakat yang memenuhi dan menghadiri acara di masjid. Semua itu dilakukannya dengan ikhlas.

Sebagai orang yang mempunyai kelebihan ilmu dibidang agama, almarhum menjadi tempat bertanya bagi masyarakat yang memilikiproblem. Beliau menerimanya dengan lapang dada. Tulus. Orang – orang yang kaya mengunjungi rumahnya selalu diingatkan agar tidak lupa dengan orang-orang yang tidak mampu. Sebab harta yang dimiliki oleh mereka orang berada, terdapat hak anak yatim,orang miskin, janda-janda tua dan pihak lain yang telah digariskan oleh agama.

Kehidupan kita didunia ini tidak lah abadi. Semuanya pasti akan berakhir. Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu juga dengan almarhum KH. Abdullah. Namun, semua ini bukan berarti kita hendak mengungkit kebaikan dan menutupi kekurangan almarhum. “Tidak ada gading yang tak retak”. Demikian pribahasa yang akrab ditelinga masyarakat. Satu hal yang mungkin perlu kita sadadri inilah pelajaran berharga yang patut kita teladani dari almarhum.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 16 Juli 2018

DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH

DHUHA TERAKHIR  LELAKI SHALEH


Dasbor "Rahasia Illahi 2"


DHUHA TERAKHIR LELAKI SHALEH
“ Ia merasa kehilangan begitu dalam. Tapi, ia merasa bangga. Begitu indah detik-detik terakhir yang dialami suaminya. Lelaki sederhana yang shaleh itu masih merasakan shalat Dhuha terakhirnya “.

Menjelang subuh, lelaki biasa disapa Pak Solihin itu sudah bersiap diri ke Masjid. Ia memang selalu datang awal dari jamaah lainnya. Biasanya suaranya yang agak serak itu melantunkan shalawat dengan sempurna dan irama yang naik turun di speaker masjid , sebuah bukti bahwa kecintaannya kepada manusia yang paling mulia dan sempurna di banding yang lainnya di jagad ini yaitu, Nabi Muhammad saw.

Sehari-hari Pak Solihin bersifat sederhana dan suka tolong menolong pertanda bahwa ia juga sangat mencintai hubungan antar manusia, selain hablum minallah (hubungan kepada Allah) yang menjadi pokok utama.

Baca Juga "Meretas Peradaban Muslim Di China"
Baca Juga "Islam Brunai Darussalam"

Apa yang di lakukan Pak Solihin itu menjadi satu kebanggaan bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga para tetangga dan jamaah masjid. Tentu saja, sikap dermawan Pak Solihin menjadi kegembiraan bagi orang-orang yang erap mendapatkan bantuan, meski tidak seberapa. Namun, mereka merasa sedikit diberikan Pak Solihin itu begitu berarti dan berkah.

Pak Surit misalnya, merasakan kedermawanan Pak Solihin tidak hanya sekali. Terakhir ketika dirinya mendapatkan peringatan terakhir dari petugas Perusahaan Listrik Negara (PLN) agar segera melunasi tagihan listriknya, Pak Solihin juga yang membantu.

“JikaPak Surit tidak dapat melunasinya sampai siang ini maka besok pagi aliran listrik kerumah bapak akan diputus”, begitu petugas PLN memperingatkan pada Pak Surit dengan tegas sebab sebelumnya petugas itu sudah memperingati melalui surat yang diberikan secara langsung pada Pak surit.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Pak Surit. Dia hanya memperlihatkan wajah kebingungan sampai petugas PLN meninggalkannya dan berganti dengan kehadiran Pak Solihin yang bertanya dengan suara ramah.

Jangan terlalu bingung Pak Surit. Insya Allah saya dapat membantu kesulitan bapak..”.
Ucap Pak Solihin begitu menyejukkan. Kata-kata itu tak ubahnya sperti segelas air yang diberikan kepada orang yang tengah kehausan. Saat air itu terteguk bukan hanya tenggorokkan saja terasa sejuk, tapi juga terasa damai dan lapang dadanya.

“Benarkah Pak Solihin..?. Pak Surit menyesal telah melontarkan pertanyaan itu. Ia tersadar , sebenarnya ia cukup tahu kalau Pak Solihin itu orang yang amanah dengan perkataannya. Jadi tak ada alasan untuk meragukan ucapan lelaki sederhana itu.

Pak Solihin menanggapi pertanyaan Pak Surit dengan sesungging senyum.”Maaf kalau boleh tahu, berap besar tagihan yang harus bapak lunasi..?.”
Pak Surit menyebutkan angka tagihan rekening listriknya.
“Alhamdulillah, sepertinya uang yang ada dirumah cukup untuk menutup tagihan itu”, Pak Surit mau ikut kerumah atau saya antar kesini uangnya..?.
Pak Surit merasa tak enak mendengar pertanyaan itu. Dia yang membutuhkan, kenapa Pak Solihin yang harus mengantar..?”. Tidak Pak biar saya saja yang ikut kerumah Bapak “, ucap Pak Surit akhirnya..  

KABAR WAFATNYA PAK SOLIHIN
Kabar wafatnya Pak Solihin seperti bunyi petir ditengah hari. Semua terkejut. Semua nyaris tidak percaya dan semua merasa kehilangan jika kabar itu benar adanya.

“Ayo kita kerumah Pak Solihin sekarang juga”, ajak salah satu jamaah masjid yang sangat mengenal Pak Solihin. “Ayo sambut jamaah yang lain.”Semoga kabar itu hanya isapan jempol saja”, tambahnya.

“Iya, subuh tadi Pak Solihin masih menggemakan adzan dengan baik. Dia juga terlihat sehat-sehat saja”, timpal yang lain. Setelah itu. Beberapa jamaah tanpa bercakap lagi langsung bergerak menuju rumah Pak Solihin. Sungguh mereka hampir tidakpercaya karena selembar bendera kuning yang berkibar ditiang jemuran rumah Pak Solihin menjawah kabar duka itu.

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…”, ucapan itu berbunyi secara serempak tampak wajah sedih dari orang-orang yang menyayangi Pak solihin. Mereka sangat merasa kehilangan dan tak akan pernah lagi mendengar suara serak Pak Solihin saat melantunkan Adzan.

SUJUD TERAKHI
Alkisah selepas subuh itu sepulang sholat berjamaah di masjid, tiba-tiba Pak Solihin minta dibuatkan pisang goring, dan secangkir pahit kepada istrinya.
“Sudah lama juga saya tidak mencicipi pisang goring dan kopi pahit”, ujarnya. Padahal sebelum-belumnya dia selalu membuat sendiri minuman untuknya. Ia tidak ingin merepotkan istrinya. Jika masih bisa melakukan pekerjaan sendiri, dia tidak akan meminta bantuan istrinya, apalagi orang lain.

“Tidak biasanya minta dibuatkan kopi dan pisang goreng”, ujar istri berseloroh.
“Iya. Setelah ini say berencan pergi jauh”, jawab Pak Solihin
“Kemana..?”  tanya istrinya sedikit keheranan
Pak Solihin tertawa.Kemudian bangkit dari duduknya. Saya akan sholat Dhuha dulu yah. Kopi dan pisang gorengnya taruh saja diatas meja”.

Meski keheranan. Istri Pak Solihin tidak mengorek lebih jauh ucapan suaminya yang dianggap aneh. Ia yang sangat mengerti suaminya itu langsung saja masuk dapur, membuat kopi dan pisang goreng. Sementara Pak Solihin langsung masuk kedalam kamar melaksanakan sholat dhuha. Pak Solihin tak perlu lagi masuk kekamar kecil untuk mengambil wudhu, sebab ia selalu menjaga wudhunya dari satu waktu kewaktu lainnya.

Pagi perlahan beranjak siang. Matahari terus bergerak menuju titik di atas kepala. Kegiatan dihari itu berjalan tanpa ada kabar yang membingungkan. Istri Pak Solihin juga melakukan aktivitas tanpa ada firasat buruk. Namun perasaan tidak enak tiba-tiba mengusik hatinya. Hal itu dirasakan ketika suaminya tak kunjung keluar kamar. Padahal seperti kebiasaannya, setelah sholat Dhuha, Pak Solihin keluar kamar dan duduk-duduk diberanda sebentar sambil berdzikir, seharusnya pergi kesawah.

Tapi hari itu, istrinya merasa hatinya agak gundah saat suami tak kunjung keluar kamar. Ada keinginan untuk masuk namun khawatir mengganggu ibadah suaminya. Namun setelah menunggu sekian lama, akhirnya ia memberanikan diri masuk kekamar. Ketika masuk sang istri melihat Pak Solihin terbaring masih mengenakan pakaian sholat. Wajah Pak Solihin kelihatan sumringah tampak membiasakan senyum.

“Rupanya kamu tertidur Pak”, begitu kata hati istrinya. Karena kebiasaan Pak Solihin pergi kesawah setelah sholat Dhuha , maka istrinyapun membangunkannya dengan panggilan lembut. Tiga kali panggilan tidak mendapatkan respon. Kemudian mencoba membangunkannya dengan menyentuh bahunya perlahan-lahan tapi juga tetap tidak ada reaksi.

Istri Pak Solihin pun mulai merasakan ketakutan yang menyeruak. Kemudian dia mendekatkan dua jari tangannya kelubang hidung Pak Solihin dan tak diraskan hembusan udara dari situ.

Istri Pak Solihin semakin khawatir. Ia kembali memeriksa denyut nadi dipergelangan tangan suaminya. Ia juga menemu tidak ada tanda kehidupan.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun…” ucapnya, pelan dan merintih. Ia merasa kehilangan begitu dalam tapi ia merasa bangga begitu indah detik-detik akhirnya yang dialami suaminya.

Yah, lelaki sederhana yang shaleh itu masih dapat merasakan sholat Dhuha terakhir sebelum ajal menjemput. Mungkin ini bisa kita jadikan ikhtibar bahwa sesuatu kebaikan atau kebiasaan baik yang selalu istiqamah kita lakukan Insya Allah akan membawa akhir yang baik pada diri pelakunya. Semoga kita dapat menemui ajal dalam keadaan Husnul Qatimah seperti Pak Solihin. Aamiin

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 15 Juli 2018

Saturday, 14 July 2018

KUCING-KUCING MENGANTAR JENAZAH SANG NENEK

KUCING-KUCING MENGANTAR   JENAZAH SANG NENEK

Dasbor " Rahasia Illahi 2"



KUCING-KUCING MENGANTAR
JENZAH SANG NENEK

 “ Anehnya, saat jenazah sang nenek di antar kekuburan, kucing-kucing itu terus mengikutinya. Orang-orang pun dibuatnya heran, bahkan hingga proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba “.

Perempuan dengan rambut putih itu duduk seorang diri di sebuah gubuk. Tidak ada seorangpun yang menemaninya. Tidak ada suami. Tak ada pula sanak saudara. Sehari semalam, ia hanya bertemankan kucing yang sangat disayangi.

Miris sekali nasibnya..!. Dusia yang sudah renta , seharusnya ia hidup bahagia bersama anak cucunya. Tapi, semua itu tak ada disisinya. Kemana anak-anaknya..?. Kemana pula cucu-cucunya..?. Dimana juga suaminya..?.

Baca Juga "Hakekat Pasangan Hidup Sejati"
Baca Juga "21 Alasan Jamaah Di Masjid"

Setiap hari, nenek itu menghabiskan waktunya digubuk itu. Tidak makan sehari sudah biasa baginya. Kini baginya, makanan apapun sangat nikmat baginya yang penting bisa untuk mengganjal perut yang kosong. Tidak perlu makan dengan telur dadar atau ayam goring apalagi seafood. Makan dengan oreg (tempe) dan ikan asin pun sudah cukup baginya dan sudah terasa lezat dan nikmat dimakannya.

Cukup satu kata menggambarkan nenek itu diusia senjanya sebatang kara. Tidak ada pekerjaan yang ia kais untuk mendapatkan rejeki, kecuali hanya mengumpulkan sampah-sampah yang ditemuinya yang tak jauh dari gubuknya.Tenaganya sudah tak kuat lagi untuk jalan jauh. Sampah-sampah itu dikumpulkan dan dijualnya hingga mendapatkan uang yang hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi.

Satu kilo sampah yang senilai tak lebih dari 10 ribu rupiah. Bayangkan nenek itu harus mengumpulkan plastic bekas minuman mineral ringan, kaleng kardus dan apa saja yang bisa dikumpulkan dan dijual kembali. Dengan tubuh nenek yang ringkih dan tak bertenaga lagi berapa hari ia harus mengumpulkan sampah sekilo. Tidak lagi hitungan hari, bahkan sebulanpun kadang tak bisa ia lakukan. Lalu bagaimana ia bisa makan dan minum untuk bertahan hidup.

Belas kasihan orang lain. Ya, nenek itu hanya bisa berharap belas kasihan tetangganya yang punya hati nurani. Kok bisa..?. Sebab banyak pula tetangganya yang berduit tapi tak punya hati nurani. HIdupnya hanya untuk keluarganya sendiri dan kepentingan sendiri. Ada seorang nenek yang sangat membutuhkan tak jauh darinya yang tak pernah dihiraukannya. Demikian kebanyakan orang hidup didaerah perkotaan yang cenderung individulis.

Jika tak ada tetangga yang memberinya makan dan minum., otomatis iapun tidak makan. Bayangkan saja sudah, ringkih, kurus, dan lemah, tak makan lagi. Apa yang akan terjadi..?. Pasti sakit. Ya tentu saja. Nenek itu sering sakit dan sembuh juga dengan sendirinya, tanpa diobati. Dalam sebulan, pasti pasti saja nenekitu pernah sakit.

Terkadang, yang jadi pertanyaan ; kenapa tidak ada seseorang pun yang berusaha k menariknya kedalam rumah dan menjadikan sebagai bagian dari keluarganya..?. Dengan begitu ia bisa makan dan minum sehari-hari dan tidak repot lagi mengais – ngais sampah untuk mendapat kepingan-kepingan receh.

Ah, zaman sekarang sulit sekali mencari orang yang benar-benar berempati terhadap orang lain , apalagi terhadap nenek-nenek. Yang dipikirkan mereka selalu uang dan uang. Mengurus nenek-nenek yang bukan keluarganya hanya akan merugikan diri mereka sendiri. Uang keluar dan waktu yang kesita banyak untuk memperhatikannya. Dengan kata lain ia akan berkata , “Seharusnya Negara dong yang mengurus nenek itu, bukan saya”.

Betul, jika Negara tidak mau mengambil alih, kenapa bukan kita. Bukankah membantu nenek yang hidupnya sebatang kara adalah sedekah. Dan sedekah, kata agama pahalanya sangat besar dan tidak akan pernah rugi bagi yang melakukannya. Uang yang kita sumbangkan atau salurkan untuk membantu orang lain tampaknya akan mengurangi tabungan kita, tapi kenyataan tidaklah seperti itu akan diganti oleh Allah swt dalam keadaan jauh lebih banyak.

Faktanya tidaklah seperti itu. Banyak orang yang mengabaikan kebenaran agama ini. Dan nenek yang diketahui bernama Kasyem itu menjadi salah satu korbannya. Sebuah korban dari arogansi seseorang yang berduit dan mampu, tapitak punya empati. Jika punya kekuatan untuk berteriak, sudah lama nenek itu ingin berteriak memperjuangkan keadilan dirinya. Tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Kalaupun ia bisa melakukannya, percuma juga. Pasti tak ada orang yang meperhatikannya.

Nenek itu memang terkadang masih bisa makan. Tapi sekali lagi itupun hanya berharap pada bantuan orang lain atau tetangganya. Dan kita tahu sendiri, kalau membantu sifatnya tidaklah permanen. Terkadang ia membantu dan terkadang tidak, jadi tidak setiap hari. Sedangkan untuk makan dan minum harus setiap hari, dan tak cukup sekali saja. Idealnya dalam sehari seseorang harus makan 3 kali ; pagi, siang, dan sore/malam.

Orang yang tidak makan dalam sehari pasti akan terkena penyakit dan itulah yang dialami oleh sang nenek. Hebatnya ditengah kelaparan yang melandanya nenek itu masih punya jiwa welas asih kepada kucing-kucing yang hidup bersamanya.

Saat iamendapatkan makanan dari orang lain, ia tak sungkan-sungkan berbagi kepada kepada kucing-kucing yang jumlahnya sekitar lima ekor itu. Bayangkan, nasi sebungkus dibagi antara dirinyadan lima ekor kucing. Beberapa sendok makan jatah untuk dirinya sendiri. Dalam sebungkus nasi tak lebih ia bisa menikmati 7-8 sendok makan. Sedikit sekali..! Itupun tak rutin ia lakukan. Ah sungguh sedih sekali mendengarnya.

MENINGGAL DIKELILINGI KUCING
Suatu ketika seorang tetangga menghampiri rumahnya, hendak memberi makan dan minum. Diketuk pintu gubuk rumahnya. Tidak ada jawaban. Berkali-kali diketuksambil dipanggil-panggil namanya, “Nek…nek…!!. Tapi nenek itu tidak menjawab. Merasa curiga, tetangga itupun memaksa masuk. Sampai didalam ia sangat terkejut melihat beberapa ekor kucing berdiri mengelilingi nenek yang terbujur kaku di tempat pembaringan yang sangat sederhana.

Ia pun mengahmpiri nenek itu dan mengoyang-goyangkan. Nek…! Nek,,,..!. Tetangga it uterus memanggilnya sambil menggoyang-goyangkan tubunya. Tetapi tidak ada respon sama sekali. Tubuhnya tidak bergerakApakah ia telah meninggal dunia..? batinya. Seketika tetangga itu berteriak , “Tolong…tolong…!!!”.

Ia secepat kilat keluar dari gubuk itu dan memanggil-manggil orang , “Nenek meninggal dunia…Nenek meninggal dunia…!!!.
Tak beberapa lama kemudian wargapun berdatangan. Mereka terkejut melihat nenek sduah terbujur kaku dipembaringannya. Merekapun banyak yang bertanya , “Penyakit apa yang menimpa nenek itu sehingga membuatnya meninggal dunia..?”.

Tak ada yang tahu persis tentang penyebab kematiannya. Namun , menurut tetangga yang sering memberi makan, beberapa hari sebelumnya sang nenek memang mengeluh agak demam.Oleh tetangga itu nenek itu hanya diberi obat demam biasa, tidak dibawa kedokter. Setlah itu ia pun lepas control dari tetangganya. Wargapun berkesimpulan, bisa jadi penyakit demam itulah yang menyebabkan nenek meninggal dunia.

Jenazah nenekpun diurusnya mulai memandikan , dikafani hingga dikuburkan. Yang jelas tidak ada sanak kelurga, sudara yang datang menjenguknya. Hidupnya sangat menyedihkan dan sebatang kara. Pengurusan jenasahnya pun merupakan kolekkan (patungan) dari tetangga dan warga dekat yang menjenguknya.

Namun, yang menjadi pemandangan ganjil adalah sejak meninggal kucing-kucing itu milik nenek tak mau jauh pergi dari pemiliknya, kucing-kucing it uterus mengelilinginya. Ketika diusir pergi mereka datang lagi dan seterusnya hingga jenazah nenek diantar kekuburan seolah ikut berduka atas kematian sang nenek.

Tampaknya kucing-kucing itu merasakan duka yang mendalam dengan kepergian sang nenek. Jika ia bisa bicara mungkin akan mengatakan, “Nek setelah kamu pergi. Siapa lagi yang akan memberi kami makan. Kamu berhati mulia, Nek..! Meski kamu sendiri mendapatkan makanan dari bantuan orang lain, tapi kamu tidak lupa membagikan kepada kami. Semoga arwahmu tenang dialam sana Nek..!”.

Jenazah nenekpun akhirnya diantar ke kuburan. Anehnya, saat jenazah itu diantar ke kuburan, kucing-kucing it uterus mengikutinya Orang-orang itupun keheranan. Bahkan proses penguburan selesai kucing-kucing itu tetap mengitari kuburan sang nenek hingga malam tiba.

Kucing-kucing itu baru bubar satu persatu. Entahlah setelah kepergian nenek bagaimana nasib kucing-kucing itu…?. Apakah ia tetap hidup di gubuk miliknya nenek dulu atau mencari majikan baru.

Tak ada yang tahu persis. Yang jelas kisah nenek dan kucing-kucing itu bisa menjadi pelajaran bagi kita bersama untuk selalu menyayangi binatang kapan saja. Kasih sayang kita yang tulus kepada binatang membuat merekapun akan merasa kehilangan ketika kita telah pergi. Jika manusia punya rasa, tampaknya binatang pun demikian.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 14 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...