Blog Konten Islam

Saturday 7 July 2018

TAUBATNYA SANG WARIA MENITI JALAN ILLAHI

TAUBATNYA   SANG WARIA MENITI JALAN ILLAHI

DASBOR" RAHASIA ILLAHI 2"


TAUBATNYA SANG WARIA
MENITI JALAN ILLAHI
“ Jangan kau lihat rupaku. LIhatlah karya dan sujudku. Apapun adanya diriku, izinkanlah bersimpuh untuk dzat Yang Maha memiliki Hidup…”

Sebuah bait lagu berirama nasyid itu mengalun syahdu dari mulut beberapa jamaah berbaju taqwa warna putih suaranya menyatu dengan tabuhan rebana. Sesekali, terdengar bait doa terpanjat dari bibir yang khusyu’ memohon ampunan Allah.

Siapapun yang mendengar pasti akan larut dengan bait-bait doa yang merindukan keridhaan sang khalik itu.Para jamaah tetap khusyu’ melakukan bait-bait doa penuh khidmat. Dan sejatinya tidak ada yang aneh dari kelompok ini.

Baca Juga "Jenazah tak di Makamkan dan Kayai Misterius"

Namun, bila mengenal lebih dekat, ada yang membuat kelompok ini sedikit unik. Walaupun mengenakan custum serba putih, khas baju muslim laki-laki, wajah sebagian anggotanya, bila diamati memang terkesan feminism. Halus dan lembut. Tetapi, bila dibandingkan dengan uslimah, secara fisik mereka memang lebih nampak sebagai laki-laki.

Toh keunikan-keunikkan inilah membuat jamaah Al-Ikhlas sebuah komunitas pengajian yang seluruh anggotanya adalah laki-laki kemayu, itu tetap hadir ditengah komunitas pengajian yang telah ada.

“Justru dengan komunitas ini, kami ingin menyatukan para waria untuk tetap ingat kepada Gusti Allah swt. Jangan sampai keberadaan mereka yang waria malah menambah dosa para pelakunya yang genit. Lewat pengajian ini, justru bisa membentengi tindakan mereka untuk berbuat dosa. Siapa tahu mereka bisa bertaubat dan insyaf kejalan Allah swt”, ujar ANI Marini (48 thn), ketua komunitas Al-Ikhlas saat contributor Hidayah mengunjungi markasnya dibilangan rungkut, Surabaya beberapa waktu lalu.

Mengajak komunitas waria untuk menyatukan niat dan hati menjemput Hidayah bukan perkara yang mudah. Awalnya tidak banyak waria yang mau bergabung dengan komunitas ini. Maklum, kontroversi tentang keberadaan komunitas jenis ‘kelamin ketiga’ dari sudut norma masyarakat sampai agama itu ibarat air dan minyak yang sulit disatukan.

Baca Juga "Tumbuh Bulu & Ekor Saat Sakaratul Maut"

Kegalauan selalu menghinggapi hati Ani Marini dan beberapa rekan waria yang lain. Rasa-rasanya hati mereka tak memiliki sandaran untuk berlabuh sekedar mengadu dan menggantung harap pada baris-baris doa.

Hatinya terus bergelora setiap bersentuhan dengan hal-hal spiritual. Ia pun akhirnya menanam tekad bulat untuk mendirikan sebuah wadah religius sebagai tempat menempa spiritual teman-temannya sesame waria. Ani terlebuh dulu melepaskan ‘Atributnya’ sebagai seorang waria. Ia menunaikan ibadah Haji Pada tahun 2005 dan mendapatkan nama pria menjadi Haji Thamrin Muraudah.

Tekadnya makin tidak bisa dibendung ketika suatu kali ia melayat seorang rekan warianya yang meninggal. Betapa sedih dan teriris hatinya ketika orang-orang dikampung saling melempar tugas untuk memandikan jasad tersebut. Rasa-rasanya kok seperti najis saja. Tapi saya mungkin bisa memaklumi, mereka mungkin bingung mau diperlakukan sebagai pria atau wanita mayat tersebut”, ujarnya.

Pengalaman lain yang tak kalah menusuk niatnya adalah saat ia hendak mengubur jasad rekan warianya yang meninggal. Betapa ia gugup setengah mati, lantaran jasad tersebut tak bisa masuk keliang lahat. Sepertinya liang lahat itu tidak bisa menampung jasad waria yang terus memanjang.

“Saya seperti disadarkan Allah swt. Apa yang tejadi bila hal itu sampai terjadi pada jenazahku kelak,,?. Masihkah aku diberikesempatan untuk sekedar bersujud dan memohon ampunan atas kekeliruan yang pernah kuperbuat selama ini ..?. tutur H. Thamrin mengenang.

Keinginan Ani pun terwujud . Sebuah lembaga religius yang menampung para waria telah didirikanya. Tujuannya satu mengerem perbuatan maksiat yang dilakukan rekan-rekannya , para waria. Beragam kegiatan ruhani dilakukan di lembaga ini.

“Alhamdulillah, dari pengajian yang rutin kami gelar , ada beberapa teman waria yang sekarang sudah insyaf . Jadi laki-laki seutuhnya , lalu menikah dan punya anak. Rumah tangganya bahagia. Kedepan , bukan nggak mungkin jumlah ini akan semakin banyak. Nggak Cuma-Cuma teman waria, saya juga punya niat untuk menyempurnakan kelelakian, tapi secara perlahan-lahan . Namun, memang itu butuh proses , dan hanay Allah swt saja yang tahu” akunya.

Tak sekedar membaca Al-Quran bersama-sama, H. Thamrin bersama-sama temannya juga mengadakan pengajian agama dengan memanggil ustadz untuk memberikan siraman ruhani. Beberapa tahun terakhir, pengajian Al-Ikhlas juga berkembang menjadi kelompok kesenian islam. AL-Banjari HThamrin lalu memperlihatkan beberapa foto yang menunjukkan prestasi group ini dalam sebuah perlombaan music-musik islami.

“Mereka (para waria) sejatinya punya bakat menghibur orang , karena dari gaya nya saja sudah unik. Caranya, tentunya saja harus sabar. Didekati, didengarkan baru diajak. Anda tahu, hidup hidup mereka sudah carut-marut mengatasinya jangan terus disalahkan. Harus pakaikelembutan”, cerita H. Thamrin.

Kini, setelah hampir tiga tahun berdiri , tak kurang dari 70 waria telah tergabung dengan komunitas ini. Salah satu agenda rutin yang digelar wadah ini adalah mengadakan pengajian maupun tausiah dengan mengundang kyai untuk memberikan siraman ruhani bagi mereka. Atau sesekali tampil dalam berbagai acara keruhanian melalui kelompok kesenian Al-Banjari.

Mengganti polesan gincu plus busana nan feminism, dua ‘baju kebesaran’ komunitas waria, dengan peci maupun sarung sesuai kodrat mereke sebagai laki-laki memang bukan hal yang mudah. Tapi itulah salah satu dakwah dikelompok pengajian Al-Ikhlas maupun group kesenian islam Al-Banjari.

Maka, aturan ini, harus dipatuhi. Kala melantunkan ayat-ayat Al-Quran , mendengarkan ceramah agama sampai menyanyikan lagi islami , seluruh anggota wajib tampil layaknya laki-laki, busana muslim pria warna putih, lengkap dengan pecinya. Sapuan make up nan menor penuh sensualitas sampai rok  mini nan seksi harus rela dikubur dalam-dalam.

“Setelah bergabung dengan komunitas pengajian ini, biarlah Allah swt sendiri yang menentukan kapan mereka (waria) akan taubat. Namun lewat cara itu ,pelan-pelan kami mulai mengajarkan kepada mereka untuk menjadi pria sejati, mengurangi kecentilan mereka “, tegas H. Thamrin.

Untunglah, tidak ada protes dari anggota-anggotanya. Mereka sama sekali tidak merasa risih bila harus tampil dalam kodratnya sebagai laki-laki sejati. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang berharap selamanya bisa membuang baju-baju perempuan dan menggantinya dengan sarung khas pria muslim.

Walaupun dalam proses menapaki hidayah, H Thamrin mengakui, kadang masih terlihat bahasa tubuh ala perempuan yang muncul secara spontan diantara anggota-anggotanya. Untuk hal yang satu ini dia dengan sabar mencoba memaklumi keunikkan ini.

“Latah atau genit kadang bisa saja muncul walaupun mereka sudah mencoba jadi laki-laki sejati. Ya itulah suka dukanya. Mengajak kaum waria insyaf kan tidak mudah semudah membalikkan telapak tangan memang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Bukan seperti halnya mengobati sakit flu yang minum obat langsung sembuh. Mereka harus didekati pelan-pelan penuh kesabaran”, jawabnya sambil berharap komunitas Al-Ikhlas maupun group kesenian Al-Banjari bisa merangkul komunitas waria muslim  untuk menjadi dan merajut kembali hidayah dan ridha Allah swt.

Sebuah pengalaman manis juga sempat diutarakannya kepada contributor Hidayah. “Ketika lembaran iman mulai melapisi jiwa, saya merasa cinta Allah swt yang semakin nyata. Alhamdulillah saya telah diberi keudahan untuk berkunjung kerumah-Nya pada tahun 2005 silam”, tuturnya haru.

“Aku yakin, hal tersebut menggenapi proses pertaubatan yang selama ini saya tempuh untuk menjadi laki-laki sejati hingga maut menjemput. Tekad saya sekarang Cuma satu mengajak kaum waria sebanyak mungkin untuk bertaubat mendekat kepada Allh swt. Aku yakin suatu hari nanti mereka akan bertaubat dan bukan tidak mungkin kembali menjadi seorang laki-laki sejati”, Harao Ani Marini alias H. Thamrin Maurudah menutup pembicaraanya dengan Hidayah. Semoga , Aamiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 8 jULI 2018

Friday 6 July 2018

KE INSYAFAN EKS PEMBUNUH DIBAYAR NYAWA

KE INSYAFAN   EKS PEMBUNUH DIBAYAR NYAWA


DASBOR "RAHASIA ILLAHI 2"


KE INSYAFAN EKS PEMBUNUH
DIBAYAR NYAWA
“ Orang tua berjubah putih menatapnya dengan tajam. Matanya nanar menggambarkan kemarahan. Ditangannya terselip sebuah cambuk yang terbuat dari buntut ikan pari “.

Sekitar 40 tahun yang lalu, didaerah pinggiran Tasikmalaya lahir seorang laki-laki mungil, hasil perkawinan suami istri yang berprofesi sebagai petani. Kehadirannya disambut dengan suka cita oleh keluarga. Apalagi posisinya sebagai anak terakhir.

Kehidupan sehari-harinya dijalami dengan riang bersama teman-temannya sebaya lainnya. Ia paling senang bermain kelereng, sepak bola dan bermain lodong (meriam dari bambu). Bila hari beranjak sor, ia berbgegas pulang untuk membersihkan badan dan bersiap-siap pergi ke mushalla. Setiap hari ia melakukan sholat magrib berjamaah dan mengaji kepada seorang ustadz bersama teman – temannya. Rutinitas ini ia lakukan sampai menginjak usia 12 tahun atau selepas Sekolah Dasar (SD). Orang tuanya berkeinginan agar ia melanjutkan sekolahnya ke pesantren untuk menambah bekal keilmuan dalam bidang keagamaan. Akhirnya ia dimasukkan ke sebuah pondok pesantren daerah Garut, Jawa Barat.


Selama 3 tahun ia digembleng dalam pondok pesantren. Disini ia juga menempuh pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah selain mengaji kitab-kitab kuning di ponpes. Selesai menempuh pendidikan, ia lantas dipindahkan orang tuanya ke sebuah pesantren di kota Tasikmalaya untuk melanjutkan jenajnag Madrasah Aliyah. Sayang , pendidikannya tidak bisa ditamatkan, hanya sampai kelas 2 disebabkan karena kendala ekonomi yang melilit keluarganya. Padahal selama nyantri ia termasuk santri yang mahir dalam berceramah disetiap acara yang diselenggarakan pondok pesantren.


Di rumah, ia bertekad membantu kedua orang tuanya untuk menggarap sawah. Ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan remaja di desanya. Namun, dari sinilah ia mulai mengenal pergaulan yang lain, tidak seperti dipondok pesantren dahulu yang hanya mengaji. Ia merasa mendapatkan pengalaman yang lain. Ia mulai sering begadang hingga larut malam dengan bermain gitar atau sekedar bermain kartu remi. Lama kelamaan, karena pengaruh teman-temannya ia mulai berani mencicipi minuman-minuman keras dan narkotika.

Pertama-tama ia selalu menolak karena hal itu dilarang oleg agama . Namun akhirnya ia terbujuk juga dengan alasan kesetiakawanan. APa yang diajarkan dipondok pesantren selama beberap tahun untuk saling membantu dalam hal kebaikkan sudah terlupakan. Malah ia terperosok semakin dalam ilmu-ilmu agama yang pernah diperolehnya ternyata tidak membawa manfaat dan pengaruh bagi kehidupannya. Ia lepas control tidak bisa lagi membedakan mana yang boleh dan mana yang dilarang.

Kini setiap hari mulutnya selalu berbau alcohol mata merah dan kemana-mana selalu membawa senjata tajam. Saat malam tiba, ia bersama teman-temannya menghabiskan waktu dengan bermain judi dan minum-minuman keras. Kerapkali diselingi dengan bermain gitar dan tertawa terbahak-bahak yang membuat tidur penduduk selalu terganggu setiap malam.

Tidak cukup hanya bermain judi, dan minum-minuman keras. Ujang bersama kawan-kawannya mulai berani mengambil harta milik masyarakat. Mulanya hanya sekedar mencuri ayamuntuk dipanggang. Tapi lama kelamaan sudah berani mencuri TV, Motor, dan barang berharga lainnya.

Tindakan-tindakannya tentu saja membuat masyarakat resah. Masyarakat hampir tidak percaya, Ujang yang pernah belajar dipondok pesantren dan dahulu dikenal anak yang pendiam dan rajin sembahyang, bisa berbuat demikian. Orang tuanya sendiri sudah berulang kali menasehati, tapi tidak dianggap dan dianggap angin lalu.


Hari demi hari berlalu, kelakuan Ujang bersama kelompoknya semakin sadis saja. Bahkan pernah membunuh orang yang berani melawan dan ingin mencegah perbuatan jahatnya. Tidak ada satupun warga yang berani melawan. Masyarakat sudah mencoba untuk meminta bantuan Kepala Desa. Badan Perwakilan Desa dan kepolisian setempat untuk mencari jalan keluar. Sayang usaha tersebut sia-sia. Ujang bersama kelompoknya sekan tidak tersentuh oleh hukumdan makin berani saja melakukan aksi-aksinya meskipun disiang hari. 

Kesadaran Melalui Mimpi.
Suatu ketika, Ujang pergi ke daerah lain untuk meluaskan pengaruhnya. Daerah tersebut masih dalam wilayah Tasikmalaya yang terletak disebelah timur dan berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah. Kepergiannya tentu membuat masyarakat sangat bersyukur. Masyarakat merasa aman, tentrm dan tidak dibayangi rasa takut dengan ulah-ulahnya si Ujang.

Di daerah yang bari, Ujang mengontrak sebuah rumah sederhana. Di daerah inilah ia akhirnya menikah dengan wanita yang berasal dari Tasikmalaya dan memberikan satu anak laki-laki.

Pada suatu malam, saat istri dan anaknya terlelap tidur, ia masih tetap terjaga. Matanya sulit dipejamkan. Entah mengapa, perasaan selalu gelisah dan terbayang kejahatan-kejahatan yang ia pernah lakukan. Ia coba menonton televise untuk sekedar mencari hiburan dan menenangkan perasaannya. Tapi itu tidak banyak membantu. Sekitar pukul 02 malam , akhirnya ia baru dapat tertidur nyenyak.

Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi seorang yang berjubah putih dengan jenggot menjuntai. Orang tua itu memaksanya untuk ikut kesuatu tempat. Setelah sampai ketempat yang dituju, ia disuruh mandi dan berwudhu.

“Duduklah kamu dibatu besar itu dan lafadzkan dzikir-dzikir seperti yang dahulukamu lakukan”, jelas orang tua itu. Anehnya anehnya ia sama sekali tidak bisa mengucapkan lafadz-;afadz dzikir yang biasa dilakukan saat dipesantren. Seakan seluruh ingatannya tentang ilmu agama hilang sama sekali.

Orang tua berjubah putih it uterus menatapnya dengan tajam.Matanya nanar menggambarkan kemarahan. Ditangannya telah terselip sebuah cambuk yang terbuat dari ekor ikan pari. Melihat ia tidak mengucapkan dzikir langsung saja cambuk itu diarahkan kebadannya. Ujang berteriak kesakitan dan menangis menahan perih dan pedih lukanya. Namun orang tua it uterus saja mencambuk tanpa rasa kasihan. Sekujur tubuh Ujang terluka menganga. Ia merasakan tidak sanggup lagi untuk menahan penderitaan itu.

Setelah melihat Ujang kepayahan dan hampir sekarat, orang berjubah menghentikan cambukkannya. Lalu berkata, “Kamu telah banyak berbuat dosa, padahal kamu lebih tahu hokum-hukum Allah dibandingkan dengan orang lain. Apakah kamu tidak takut dengan siksa api neraka kelak..?.

Setelah berkata demikian orang tua berjubah putih langsung hilang. Sat itu pula Ujang terbangun dari tidurnya. Wajahnya kelihatan tegang dan seluruh tubunya berkeringat. Anak dan istrinya terbangu karena teriakkannya merasa kebingungan tidak tahu harus berbuat apa.

“Alhamdulilah, semua ini hanya mimpi”, Ujar Ujang menyadari kalau dirinya baru saja bermimpi. Anak dan istrinya tidak tahu apa maksud yang dikata yang diucapkannya Ujang. Setelah merasa tenang, ia kemudian menceritakan semua kejadian yang baru dialami dalam mimpi.

Mendengar cerita itu, istrinya tentu gembira, Kesempatan itu dimanfaatkan olehnya untuk menasehati suaminya. “Sudahlah kang, mulai sekarang akang harus taubat. Kenapa lulusan pesantren menjadi garong, harusnya kan jadi kyai.

Semenjak kejadian itu, Ujang merasa menyesal dan sedikit demi sedikit mulai mengubah tingkah lakunya. Ia mulai rajin sholat dan melakukan dzikir sebagai bentuk pertobatannya (Taubatan Nasuha). Namun, ia merasa ragu apakah masyarkat mau menerimanya. Padahal selam ini ia sudah dicap sebagai penjahat kelas kakap.

Ia kemudian mendatangi R. Endang Sutarman SK (63 thn). Kebetulan lelaki ini memimpin sebuah lembaga masyarakat yang salah satunya kegiatannya adalah membimbing mantan-mantan preman dan penjahat untuk diarahkan untuk kegiatan yang positif.

Setelah mengetahui asal-usul Ujang, Pak Endang melihat bahwa Ujang sesungguhnya memiliki potensi yang besar dalam bidang dakwah. Alasannya Ujang pernah tinggal di pondok pesantren dan mengerti banyak tenatng ilmu-ilmu agama. Sayang kalau potesi ini tidak dikembangkan, walupun tentunya untuk permulaan sangatlah sulit karena masyarakat sudah terlanjur antipasti.

Ternyata, niatnya untuk taubat tidak membuatnya langsung diterima oleh masyarakat. Kebanyakkan mereka tetap tidak percaya terhadap niat sucinya itu. Atas bantuan lembaga yang dipimpin oleh Pak Endang sedikit demi sedikit masyarakat mulai menerima Ujang yang beralih profesi sebagai juru Dakwah.

Meskipun begitu, komentar-komentar miring masih tetap saja datang kepada dirinya.”Ah dia kan begitu karena takut ditangkep polisi saja…”, demikian komentar sebagian masyarakat. Bahkan ada yang tega menyebar fitnah bahwa ia berdakwah hanya sebagai kedok untuk memperlancar aktivitas kejahatannya.

Hinaan dan cacian yang berat itu diterima dengan ikhlas oleh Ujang ia sudah bertekad bertaubat dan berjihad di jalan Allah swt. Lama kelamaan masyarakat mulai bisa menerimanya dan tidak lagi menganggapnya sebagai penjahat.Ia berkeliling untuk memberikan ceramah dari satu tempat pengajian ke pengajian yang lain. Dalam ceramahnya ia terkadang menyisipkan cerita tentang segala yang pernah ia lakukan dahulu. Ia berharap masyarakat dapat mengambil hikmah dari perjalanannya agar terhindar dari siksa Allah st di akhirat kelak.Kini, Masyarakat didaerah itu mengenalnya sebagai Ajeungan (kyai).

Berani Menghadapi Kematian.
Riwayat kehidupanyang berlumur dosa, ternyata membuat sebagian orang pernah dirugikannya tetap merasa dendam, khususnya didaerah tempat kelahirannya. Mereka kebanyakkan tidak tahu bahwa si Ujang penjahat kelas kakap itu sudah bertobat dan sekarang telah menjadi Kyai didaerah lain.

Suatu ketika, didaerah kelahirannya terjadipencurian motor. Padahal sudah lama sekali tidak terjadi kasus-kasus pencurian serupa. Penduduk resah dan bertanya-tanya siapa kira-kira pencurinya..?. Aparat kepolisan harus berusaha dan mengidentifikasi pelakunya. Disisi lain masyarakat yang sudah mendendam, terbakar emosinya dan langsung mengalamatkan tuduhannya kepada Uajng. Padahal setelah ditelusuri pihak kepolisian pelukunya bukanlah Ujang, melainkan dua orang yang masih belum tertangkap (buron).

Sebagian masyarakat yang dendam mengadakan rapat disalah satu rumah untuk menyiapkan scenario pembunhan. Kebetulan, sebulan berselang setelah diadakan rapat, Ujang pergi kedesa kelahirannya untuk keperluan menagih hutang kepada salah satu temannya. Sebelumnya, ia telah diberitahu oleh keluarganya tentang hasil rapat tersebut dan diminta agar mengurungkan niatnya. Namun karena merasa tidak bersalah ia tetap bersikeras datang ketanah kelahirannya.

“Rejeki, jodoh dan maut ada ditangan Allah swt”, ujar Ujang kepada keluarganya itu. “Saya tidak pernah takut kepada siapapun selain kepada Allah swt. Apabila saya harus mati, saya ikhlas karena itu merupakan kehendak-Nya. Apalagi saya bermaksud baik menagih hutang yang termauk hak saya”.

Ternyata, hari itu memang hari-hari terakhir dalam hidupnya. Begitu samapai didesanya, ia dibunuh secara sadis oleh orang-orang yang dendam dan dengki terhadapnya. Menurut saksi mata sebelum dibunuh ia sempat berkata , “Kalau kalian masih membenci saya karena perbuatan yang pernah saya lakukan, saya rela dan mohon maaf. Tapi demi Allah saya tidak melakukan pencurian motor yang baru terjadi itu, saya rela menebus keinsyafan ini dengan nyawa sekalipun”.

Masyarakat banayak yang merasa kehilangan atas kepergiannya. Mereka menilai zaman sekarang sangatlah sedikit penjahat yang mau bertobat. Apalagi orang-orang yang mau mendarmabaktikan hidupnya untuk kemajuan umat.

Allah swt berfirman,”Maka barang siapa yang bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. Al-Maidah: 39)

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 7 Juli 2018

AKHIR KISAH SANG DURHAKA

AKHIR KISAH   SANG DURHAKA

Dasbor"Rasia Illahi1"

AKHIR KISAH
SANG DURHAKA

“Ia suka menghardik orang tua, berjudi, maut kahirnya menjemputya dengan sangat tragis”


Sore itu Daus sangat terlihat gelisah sekali. Sebatang rokok ditangan kanannya dihisap dalam-dalam, pikirannya menerwang jauh. Suara adzan Magrib yang terdengar dari speker masjid dikampungnya tidak membuatnya bergeming dari tempat duduknya.


Beberapa orang tampak berlalu-lalang didepan rumahnya menuju masjid. Lelaki dengan dua orang anak ini tetap saja asyik dengan asap rokok yang terus mengepul dimulutnya. Baginya suara adzan adalah tanda bahwa magrib sudah datang dan malam hari mulaigerganti malam.


Daus memang menunggu malam tiba. Ia berharap mala mini keberuntungan akan berpihak keapadanya. Tadi siang, ia sudah membeli kupon judi yang bisa disebut Togel (Toto Gelap). Ia memasang beberapanomor yang diharapkannya bisa keluar sebagai nomor keberuntungan.


Malam terus merayap , Daus segera meninggalkan serambi rumahnya. Ia masuk kerumah sebentar mengambil kupon Togel yang disimpannya didalam dompet yang tertinggal di kamarnya. Selesai mengambil dompet, ia langsung keluar bermaksud menemui teman-temannya disebuah pangkalan ojek, tempat berkumpul banyak orang-orang yang seusianya.


Begitu sampai dipangkalan, sudah banyak teman-temannya yang menunggunya. Mereka tampak sumringah menyambut kedatangan Daus. Sepertinya adasesuatu yang membuat mereka gembira melihat kedatangan Daus.


“Daus, kamu dapat togel”, kata salah seorang diantara mereka begitu Daus tiba ditempat mangkalorang-orang tersebut.
“Apa ..? Saya dapat Togel..?”, tanya Daus.
Daus terperanjat kaget ketika diberitahu temannya bahwa nomor pilihannya menang malam itu. Tetapi ia tidakpercaya begitu saja. Dilihatnya selembar kertas kecil yang biasa ditempelkan di sudut tempat itu setelah keluar nomor. Biasanya, dikertas itu tercatat nomor-nomor Togel yang keluar setiap minggunya.


Betapa gembiranya hati Daus melihat dua angka yang dipasangnya benar-benar keluar sebagai nomor keberuntungan Malam itu. Ia merasamalam itu benar-benar menjadi miliknya.


Raut kegembiraan sangat tampak diwajah Daus.Bahkan, tingkahnya sangat over malam itu. Ia berteriak-teriak dan berjinggrak, seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.


“Saya dapat Togel, saya dapat Togel”, teriak Dauspenuh kegirangan. Tanpa menunggu lama, Daus pun beranjak mengambil hadiah dari nomor yang berhasil dimenangkannya. Di ditempat Bandar Togel yang tidak jauh dari tempat pangkalan ojek itu. Ia menerima uang haram jumlahnya ratusan ribu rupiah.


Uang itu diperlihatkan kepada teman-temannya yang malam itu nongkrong bersamanya. Ia pamerkan keberuntungannya malam itu didepan teman-temannya. Baginya, kemenangan mala mini adalah kemenangan besar. Bayangkan, sudah beberapa lama ia ikut memasang nomor-nomor Togel, sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan dengan percuma,tetapi tidak pernah nomor yang dipasangnya berhasil keluar sebagai nomor keberuntungan. Baru kali ini ia berhasil memenangkan nomor Togel itu, bahkan dengan jumlah uang yang menurut ukurannya cukup lumayan.


Manto (45 thn) salah seorang saksi yang melihat Daus, menuturkan bahwa malam itu Daus benar-benar bahagia. Wajahnya benar benar-benar sumringah dan ia sepertinya ingin menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sedang beruntung.


“Dia sampai melompat-lompat dan menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Bahkan ia berteriak , “saya saya menang…!”, cerita Manto.


Menurut Muhammad Jazuli (65 thn) ketua Rt setempat keesokkan harinya Daus memberikan sebagian uangnya kepada istrinya untuk keperluan sehari-hari sedangkan sebagian yang lainnya ia pegang sendiri. Seteah memberikan uang itu, Daus memberitahu istrinya kalau dirinya hendak pergi untuk membeli daging kikilan.


Istrinya tentu mewanti-wanti suaminya agar berhati-hati dalam perjalanan. Maka pergilah Daus pergi kepasar untuk membeli daging kikilan dengan mengaendarai sepeda motor yang sering dipergunakannya untuk mengojek.


Tidak lama berselang, tepat diperempatan desa Mojo, Daus tidak mampu mengendalaikan laju sepeda motornya yang dikendarainya, Begitu membelokkan motornya kearah kiri, tiba-tiba didepanya ada sebuah mobil yang berjalan dengan pelan.


Daus tidak mampu mengendalikan motornya yang dikendarainya terlalu kencang itu untuk direm dengan mendadak. Akan lebih berbahaya baginya kalau motor itu direm habis dalam keadaan seperti itu. Daus segera mengambil inisiatif. Ia berusaha menghindari tabrakkan. Segera saja di belokkan sedikit motornya ke sebelah kanan tetapi malang, stang seblah kiri motor itu masih sempat menghantam body mobil dan…, “Braak..!”


Tabrakkan tak bisa dihindari. Benturan yang sangat keras membuat Daus terpental dan berguling-guling di aspal. Motornya mengalami kerusakkan cukupparah Sementara mobil yang ditabraknya juga tergurat akibat gesekkan kedua benda logam tersebut.


Beberapa saksi mata melihat kejadian itu, mengungkapkan. Bahwa Daus sepat bangun dan melihat orang-orang yang ada disekitarnya. Tetapi ia kemudian jatuh pingsan ditempat kejadian.


Orang-orang yang melihat kejadian itu segera membawa kerumah sakit. Solo yang jaraknya cukup jauh dari tempat kejadian. Setelah sampai disana, Daus langsung dibawa keruang Gawat Darurat untuk mendapat pertolongan. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Nyawa Daus pun tak dapat diselamatkan. Ia meninggal dunia dirumah sakit.


Menurut visum dokter, Daus meninggal akibat benturan keras dikepalanya. Kepalanya memang sempat membentur aspal ketika motornya jatuh. Kebetulan pada waktu itu dia sendiri tidak menggunakan helm sebagai pelindung kepalanya.


“Dia mengalami gegar otak karena kepalanya sempat membentur aspal dengan keras”, cerita Manti.
“Walaupun dia tidak mengeluarkan darah saat terjadi tabrakkan itu tetapi rupanya ia mengalami pendarahan didalam otaknya. Sehingga mengakibatkan kematiannya”, tambah Pak Jazuli mencoba menguatkan keterangan Manto.


Begitu juga dengan orang tuanya. Walupun Daus suka berbuat kasar terhadap mereka, kematian Daus tetap membuat mereka sedih.

Suka Mengardik Orang Tua dan Mabuk-Mabukkan.

Semasa hidupnya Daus memang terkenal suka membuat onar. Lelaki ini memiliki rambut yang panjang alias gondrong, tergerai hampir menutupi lehernya. Pekerjaan Daus adalah kuli batu dan sesekali menjadi tukang ojek. Pekerjaan itulah yang selama ini menjadi sandaran hidupnya bersama keluarga. Sementara istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.


Sebagai lelaki yang masih muda (30 thn) Daus masih mendambakan hidup yang bebas, layaknya orang yang belum keluarga. Karena itu, ia kerapkali keluar rumah untuk mencari kesenangan. Istrinya sendiri mengizinkan Daus melakukan apa yang diinginkannya itu, sebab bila tidak diizinkan suaminya itu sering marah-marah.


Namun Duas malah mneyalahgunkan kebebasan yang telah diberikan oleh istrinya itu.Diluar rumah ia sering kali mabuk-mabukkan dan bersenang-senang. Apalagi kalau ada tontonan dikampungnya, makakebiasaan mabuk-mabukkan itu acapkali dilakukannya.


“Kalau ada tontonan dikampung Daus juga sering berkelahi. Dikampungnya dia adalah jagoan kampung yang tidak takut terhadap siapa saja. Kalau dia sudah berkelahi, maka orang-orang yang melerainya akan diancam juga olehnya.


“Dia orang yang tergolong nekad. Karena nekadnya itu dia berani kepada siapa saja tambah Manto. Namun yang membuat masyarakat makin benci kepada Daus adalah karena dia juga suka menghardik (memarahi) orang tuanya bisa dikatakan tergolong anak yang durhaka pada orang tua, bila keinginannya tidak dipenuhinya.


Pernah suatu kali Daus mengumpat-umpat ibunya karena permintaannya tidak dipenuhinya oleh mereka. Akibatnya Daus marahkeluar rumah kemudian melempari rumahnya dengan batu.Kejadian seperti ini tidak satu dua kali dilakukan oleh Daus.


Kejadian lain adalah ketika Daus meminta kepada neneknya agar dibelikkan motor ditolak. Daus marah-marah sambil mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat neneknya itu sakit hati. Kan tetapi Daus akhirnya berhasil juga mendapatkan motor yang diinginkannya setelah neneknya terpaksa menjual tanahnya.


“Dia itu termasuk pandai merayu. Dia berhasil merayu neneknya agar membelikan motor untuknya. Karena bujukkan yang manis itu, neneknya terpaksa menjual tanah dan sapinya untuk membelikan motor Duas”. Ujar Manto yang rumahnya sering dilewati Daus kalau pergi kesawah.


Semoga cerita diatas dapat menjadi I’tibar bagai kita semua agar jangan sampai kita durhaka pada orang tua, yang akibatknya kata orang jawa bisa kuwalat yang menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan pada diri kita. Dan sudah banyak contoh-contoh bagaimana naka yang berani dan durhaka pada orang tua semoga kita tidak seperti cerita diatas. Aamiiin.


(Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 7 Juli 2018

KISAH JAMAAH HAJI TERKUNCI DI KAMAR MANDI

KISAH JAMAAH HAJI   TERKUNCI DI KAMAR MANDI

Dasbor"Rahasia Illahi 1"

KISAH JAMAAH HAJI
TERKUNCI DI KAMAR MANDI


wewenang
Haji itu ibadah yang penuh keramat. Kenapa? Karena apa yang kita ucapkan dan lakukan selama ibadah haji harus benar-benar dijaga. Jangan sampai kita salah ucap atau salah melangkah. Jika tidak,merugilah kita.


Selain itu, kita harus menjaga betul perilaku kita sebelum berangkat haji, jangan sampai banyak kesalhan dan dosa yang belum sempat kita mintakan ampunan kepada Allah. Sebab, bisa jadi, hal itu akan membuat kita sendiri merugi ketika berada di Tanah Suci.


Seperti kisah berikut ini. Dikarenakan ulahnya sebelum berangkat haji ia belum sempat meminta maaf atau ampun kepada Allah swt jadilah kesialan menimpanya ketika berada di tanah suci.


Sebut saja namanya Ibu Hj. Isa. Sebagai muslimah, ia dan suaminya begitu mendambakan bisa pergi ke Tanah Suci. Cerita para jamaah haji sepulang dari Tanah Suci tentang kegaungan Ka’bah, keindahan Masjidl Haram dan Masjid Nabawi begitu menggelitik keinginannya untuk bisa pergi Ketanah Suci. Karena itu, ia dan suaminya pun telah merencanakan untuk pergi haji jauh-jauh hari.


Singkat cerita merekapun pergi haji. Tidak halangan berrarti selama perjalanan dari Indonesia ke Tanah Suci. Begitu pula selama beberapa hari disana tidak ada kejadian yang aneh dan ganjil yang menimpa mereka bedua hingga peristiwa dikamar mandi. Peristiwa apakah iti…?

Suatu kali, Ibu Hj. Isah ingin pergi kemar mandi. Untuk apa, kalau bukan untuk mandi atau membersihkan badan. Tidak ada firasar apapun sewaktu ingin masuk ke kamar mandi. Yang ada dalam pikirannya bahwa ia harus segera mebersihkan badan untuk bisa beribadah sebaik mungkin. Kapan lagi bisa berada di Tanah Suci..?. Jika tidak dugunakan dengan memperbanyak ibadah, sia-sia saja ibadah hajinya.


Usai membersihkan badan ia pun segera membuka pintu. Tapi, ternyata pintu itu tidak bisa dibuka. Kunci yang digunakan untuk membuka pintu tersebut tiba-tiba tidak bisa alias macet. Diputar-putar dan dibolak-balik kunci itu, tetap pintu itu tidak bisa terbuka.


Menyadari bahwa dirinya terkunci didlam kamar mandi, ia pun memanggil-manggil orang dengan harapan ada orang yang mendengar dan bisa dimintai tolong. Anehnya tidak ada satu orang pun yang menyahut. Berarti sedang tidak ada orang disekitar kamar mandi tersebut.


Ibu Hj. Isah kembali berusaha menarik pintu kamar mandinya, tetai tidak kunjung bisa terbuka.  Hal it uterus berlangsung hampir dua jam. Keadaan ini membuatnya stress dan ketakutan. Ia terlihat begitu panic dan membuat keringat dingin keluar dari pelipis dan dahinya. Tolong….! Tolong…!.


Sekali-kali Ibu Hj Isah memanggil-manggil dengan harapan ada orang lewat yang mendengarnya. Tetapi harapan yang ditunggunya tidak ada sama sekali. Namun ajaib, setelah dua jam atas izin Allah swt akhirnya pintu itu bisa terbuka dengan sendirinya. Hal ini pun mengejutkan Ibu Hj Isah.


Bagaimana bisa sebiah pintu yang dari tadi diptak-atik , dipaksa dan didorong tidak bisa terbuka , kini bisa terbuka dengan senidirnya. Aroma mistispun seketika menyelimuti pikirannya. Tapi, kemudian ditepisnya. Tidak mungkin ada setan di Tanah Suci…?. “Ini pasti ada campur Tangan Tuhan”.


Setelah pintu itu terbuka tidak pakek lama Ibu Hj Isah pun segera keluar.Ia tampak sedikit terburu-buru karena sudah tidak sabar ingin segera pergi dan melakukan beberapa ritual ibadah haji. Bisa jadi, ia sudah tidak sabar ingin menceritakan kisah pilunya tersebut kepada orang lain, terutama kepada sang suami sendiri yang sedari tadi memang sedang tidak ada didekatnya karena ada urusan diluar.


Namu, sebelum keluar dari maktah (pemondokkan) ia sempat merenung di kamar tentang kejadian aneh tadi. Bagaimana bisa pintu itu terkunci sendiri, padahal ia tidak satu kali dua kali keluar masuk kamar mandi itu…?. Ia terus merenungkannya hingga jawabannya itu muncul dalam benaknya. Tiba-tiba ia membayangkan kejadian beberapa bulan sebelun dirinya pergi ke Tanah Suci.


Saat itu ia pernah mengurung seekor kucing disebuah ruangan yang kecil tanpa dikasih makan dan minum. Hal it uterus dibiarkannya berjam-jam hingga membuat kucing tersebut mati karena kelaparan dan kehausan. Dia sempat menyesali perbuatannya tersebut.


Karena itu, kejadian pintu yang sulit terbuka tersebut benar-benar menyadarkannya. Seketika itu ia pun bertobat kepada Allah dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan bodohnya tersebut. Bahkan, ia berjanji tidak akan menyakiti binatang lainnya, tidak hanya kucing saja.


Setelah merenung cukup panjang atas kejadian tersebut, Ibu Hj. Isah pun keluar dari maktab. Ia pun mulai melakukan dan melaksanakan ritual rukun hajinya tersebut.

KISAH PILU SANG SUAMI.

Rupanya kejadian memilukan tidak menimpa sang istri saja tetapi juga sang suami juga mengalaminya. Bapak Didi pun mengalamai hal yang sama. Hanya saja kejadiannya yang berbeda. Saat itu ia berada di luar maktab. Ceritanya bapak Didi sedang membeli makanan diluar untuk dibawa pulang.Makanan itu akan dimakan oleh dirinya dan istrinya.


Singkat cerita, makanan pun sudah didapatkan oleh bapak Didi dari sebuah rumah makan yang tak jauh dari maktab. Tampak ia begitu senang karena makanan yang diinginkannya berhasil didapatkannya. Maka iapun bergegas kembali menuju maktab.


Namun, kejadian ganjil kemudian menimpanya ditengah jalan, Tiba-tiba saja ada orang asing yang mengambil paksa makanan yang ada ditangannya dan langsung dibawanya pergi. Melihat kejadian itu bapak Didi tampak kebingunan. Ia tidak sempat mengejar orang asing tersebut karena orang itu berjalan begitu cepatnya. Tubuhnya tiggi besar melebihi dirinya. Ia merasa terhipnotis tak bisa berbuat apa-apa ketika makanan itu diambilnya. Ia seperti orang yang kebingungan.


Terpaksa, bapak Didi pun kembali cari makanan.Meski bagaimanapun ia harus mendapatkan makanan untuk dibawa pulang. Sebab sang istri menunggunya di maktab. Jenis makanan yang sama dari sebuah rumah makan yang sama pula pun didapatkannya. Setelah itu pun segera kembali lagi menuju maktab.


Tak ada lagi kejadian aneh setelahnya. Hanya saja, sampai di maktab iapun merenungi kejadian tadi. Apa yang dilakukannya sehingga kejadian aneh itu menimpanya. Sebelumnya sang istri yang mengalaminya, kini dirinya sendiri. Setelah direnunginya mendalam dan mengingat-ingat apa yang pernah dilakukan sebelum berangkat haji. Jawabannya itupun didapatkannya. Ternyata sesaat sebelum berangkat haji ia sempat memakan harta anak-anak yatim.Ia belum sempat menyadarinya dan bertobat kepada Allah swt. Karena itulah makanan yang ia beli dan diperuntukkan untuk istri diambil orang ditengah jalan.


Kejadian itu telah benar-benar menyadarkannya. Diapun segera bertobat dan menyadari kesalahannya. Selain itu, tidak ada lagi kejadian aneh yang menimpa pasangan suami istri tersebut hingga kepulangannya ke kampung halamannya.


Demikian sebuah kisah yang patut kita ambil pelajaran. Dari kisah ini kita mengerti satu hal bahwa janganlah sekali-kali kita melakukan kesalahan atau dosa. Ketika anda ingin pergi haji dan pernah berbuat salah, segeralah bertobat. Jika tidak, dikhawatirkan akan ditunjukkan kesalahan kita oleh Allah di Tanah SuciSemoga kisah diatas benar-benar membuat calon jamaah haji mengerti akan hal ini..! Aamiin.

(Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 6 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...