Blog Konten Islam

Friday, 6 July 2018

AKHIR KISAH SANG DURHAKA

AKHIR KISAH   SANG DURHAKA

Dasbor"Rasia Illahi1"

AKHIR KISAH
SANG DURHAKA

“Ia suka menghardik orang tua, berjudi, maut kahirnya menjemputya dengan sangat tragis”


Sore itu Daus sangat terlihat gelisah sekali. Sebatang rokok ditangan kanannya dihisap dalam-dalam, pikirannya menerwang jauh. Suara adzan Magrib yang terdengar dari speker masjid dikampungnya tidak membuatnya bergeming dari tempat duduknya.


Beberapa orang tampak berlalu-lalang didepan rumahnya menuju masjid. Lelaki dengan dua orang anak ini tetap saja asyik dengan asap rokok yang terus mengepul dimulutnya. Baginya suara adzan adalah tanda bahwa magrib sudah datang dan malam hari mulaigerganti malam.


Daus memang menunggu malam tiba. Ia berharap mala mini keberuntungan akan berpihak keapadanya. Tadi siang, ia sudah membeli kupon judi yang bisa disebut Togel (Toto Gelap). Ia memasang beberapanomor yang diharapkannya bisa keluar sebagai nomor keberuntungan.


Malam terus merayap , Daus segera meninggalkan serambi rumahnya. Ia masuk kerumah sebentar mengambil kupon Togel yang disimpannya didalam dompet yang tertinggal di kamarnya. Selesai mengambil dompet, ia langsung keluar bermaksud menemui teman-temannya disebuah pangkalan ojek, tempat berkumpul banyak orang-orang yang seusianya.


Begitu sampai dipangkalan, sudah banyak teman-temannya yang menunggunya. Mereka tampak sumringah menyambut kedatangan Daus. Sepertinya adasesuatu yang membuat mereka gembira melihat kedatangan Daus.


“Daus, kamu dapat togel”, kata salah seorang diantara mereka begitu Daus tiba ditempat mangkalorang-orang tersebut.
“Apa ..? Saya dapat Togel..?”, tanya Daus.
Daus terperanjat kaget ketika diberitahu temannya bahwa nomor pilihannya menang malam itu. Tetapi ia tidakpercaya begitu saja. Dilihatnya selembar kertas kecil yang biasa ditempelkan di sudut tempat itu setelah keluar nomor. Biasanya, dikertas itu tercatat nomor-nomor Togel yang keluar setiap minggunya.


Betapa gembiranya hati Daus melihat dua angka yang dipasangnya benar-benar keluar sebagai nomor keberuntungan Malam itu. Ia merasamalam itu benar-benar menjadi miliknya.


Raut kegembiraan sangat tampak diwajah Daus.Bahkan, tingkahnya sangat over malam itu. Ia berteriak-teriak dan berjinggrak, seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru.


“Saya dapat Togel, saya dapat Togel”, teriak Dauspenuh kegirangan. Tanpa menunggu lama, Daus pun beranjak mengambil hadiah dari nomor yang berhasil dimenangkannya. Di ditempat Bandar Togel yang tidak jauh dari tempat pangkalan ojek itu. Ia menerima uang haram jumlahnya ratusan ribu rupiah.


Uang itu diperlihatkan kepada teman-temannya yang malam itu nongkrong bersamanya. Ia pamerkan keberuntungannya malam itu didepan teman-temannya. Baginya, kemenangan mala mini adalah kemenangan besar. Bayangkan, sudah beberapa lama ia ikut memasang nomor-nomor Togel, sudah berapa banyak uang yang ia keluarkan dengan percuma,tetapi tidak pernah nomor yang dipasangnya berhasil keluar sebagai nomor keberuntungan. Baru kali ini ia berhasil memenangkan nomor Togel itu, bahkan dengan jumlah uang yang menurut ukurannya cukup lumayan.


Manto (45 thn) salah seorang saksi yang melihat Daus, menuturkan bahwa malam itu Daus benar-benar bahagia. Wajahnya benar benar-benar sumringah dan ia sepertinya ingin menunjukkan kepada semua orang kalau dirinya sedang beruntung.


“Dia sampai melompat-lompat dan menghentak-hentakan kakinya ke tanah. Bahkan ia berteriak , “saya saya menang…!”, cerita Manto.


Menurut Muhammad Jazuli (65 thn) ketua Rt setempat keesokkan harinya Daus memberikan sebagian uangnya kepada istrinya untuk keperluan sehari-hari sedangkan sebagian yang lainnya ia pegang sendiri. Seteah memberikan uang itu, Daus memberitahu istrinya kalau dirinya hendak pergi untuk membeli daging kikilan.


Istrinya tentu mewanti-wanti suaminya agar berhati-hati dalam perjalanan. Maka pergilah Daus pergi kepasar untuk membeli daging kikilan dengan mengaendarai sepeda motor yang sering dipergunakannya untuk mengojek.


Tidak lama berselang, tepat diperempatan desa Mojo, Daus tidak mampu mengendalaikan laju sepeda motornya yang dikendarainya, Begitu membelokkan motornya kearah kiri, tiba-tiba didepanya ada sebuah mobil yang berjalan dengan pelan.


Daus tidak mampu mengendalikan motornya yang dikendarainya terlalu kencang itu untuk direm dengan mendadak. Akan lebih berbahaya baginya kalau motor itu direm habis dalam keadaan seperti itu. Daus segera mengambil inisiatif. Ia berusaha menghindari tabrakkan. Segera saja di belokkan sedikit motornya ke sebelah kanan tetapi malang, stang seblah kiri motor itu masih sempat menghantam body mobil dan…, “Braak..!”


Tabrakkan tak bisa dihindari. Benturan yang sangat keras membuat Daus terpental dan berguling-guling di aspal. Motornya mengalami kerusakkan cukupparah Sementara mobil yang ditabraknya juga tergurat akibat gesekkan kedua benda logam tersebut.


Beberapa saksi mata melihat kejadian itu, mengungkapkan. Bahwa Daus sepat bangun dan melihat orang-orang yang ada disekitarnya. Tetapi ia kemudian jatuh pingsan ditempat kejadian.


Orang-orang yang melihat kejadian itu segera membawa kerumah sakit. Solo yang jaraknya cukup jauh dari tempat kejadian. Setelah sampai disana, Daus langsung dibawa keruang Gawat Darurat untuk mendapat pertolongan. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, Nyawa Daus pun tak dapat diselamatkan. Ia meninggal dunia dirumah sakit.


Menurut visum dokter, Daus meninggal akibat benturan keras dikepalanya. Kepalanya memang sempat membentur aspal ketika motornya jatuh. Kebetulan pada waktu itu dia sendiri tidak menggunakan helm sebagai pelindung kepalanya.


“Dia mengalami gegar otak karena kepalanya sempat membentur aspal dengan keras”, cerita Manti.
“Walaupun dia tidak mengeluarkan darah saat terjadi tabrakkan itu tetapi rupanya ia mengalami pendarahan didalam otaknya. Sehingga mengakibatkan kematiannya”, tambah Pak Jazuli mencoba menguatkan keterangan Manto.


Begitu juga dengan orang tuanya. Walupun Daus suka berbuat kasar terhadap mereka, kematian Daus tetap membuat mereka sedih.

Suka Mengardik Orang Tua dan Mabuk-Mabukkan.

Semasa hidupnya Daus memang terkenal suka membuat onar. Lelaki ini memiliki rambut yang panjang alias gondrong, tergerai hampir menutupi lehernya. Pekerjaan Daus adalah kuli batu dan sesekali menjadi tukang ojek. Pekerjaan itulah yang selama ini menjadi sandaran hidupnya bersama keluarga. Sementara istrinya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.


Sebagai lelaki yang masih muda (30 thn) Daus masih mendambakan hidup yang bebas, layaknya orang yang belum keluarga. Karena itu, ia kerapkali keluar rumah untuk mencari kesenangan. Istrinya sendiri mengizinkan Daus melakukan apa yang diinginkannya itu, sebab bila tidak diizinkan suaminya itu sering marah-marah.


Namun Duas malah mneyalahgunkan kebebasan yang telah diberikan oleh istrinya itu.Diluar rumah ia sering kali mabuk-mabukkan dan bersenang-senang. Apalagi kalau ada tontonan dikampungnya, makakebiasaan mabuk-mabukkan itu acapkali dilakukannya.


“Kalau ada tontonan dikampung Daus juga sering berkelahi. Dikampungnya dia adalah jagoan kampung yang tidak takut terhadap siapa saja. Kalau dia sudah berkelahi, maka orang-orang yang melerainya akan diancam juga olehnya.


“Dia orang yang tergolong nekad. Karena nekadnya itu dia berani kepada siapa saja tambah Manto. Namun yang membuat masyarakat makin benci kepada Daus adalah karena dia juga suka menghardik (memarahi) orang tuanya bisa dikatakan tergolong anak yang durhaka pada orang tua, bila keinginannya tidak dipenuhinya.


Pernah suatu kali Daus mengumpat-umpat ibunya karena permintaannya tidak dipenuhinya oleh mereka. Akibatnya Daus marahkeluar rumah kemudian melempari rumahnya dengan batu.Kejadian seperti ini tidak satu dua kali dilakukan oleh Daus.


Kejadian lain adalah ketika Daus meminta kepada neneknya agar dibelikkan motor ditolak. Daus marah-marah sambil mengeluarkan kata-kata kotor yang membuat neneknya itu sakit hati. Kan tetapi Daus akhirnya berhasil juga mendapatkan motor yang diinginkannya setelah neneknya terpaksa menjual tanahnya.


“Dia itu termasuk pandai merayu. Dia berhasil merayu neneknya agar membelikan motor untuknya. Karena bujukkan yang manis itu, neneknya terpaksa menjual tanah dan sapinya untuk membelikan motor Duas”. Ujar Manto yang rumahnya sering dilewati Daus kalau pergi kesawah.


Semoga cerita diatas dapat menjadi I’tibar bagai kita semua agar jangan sampai kita durhaka pada orang tua, yang akibatknya kata orang jawa bisa kuwalat yang menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan pada diri kita. Dan sudah banyak contoh-contoh bagaimana naka yang berani dan durhaka pada orang tua semoga kita tidak seperti cerita diatas. Aamiiin.


(Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 7 Juli 2018

KISAH JAMAAH HAJI TERKUNCI DI KAMAR MANDI

KISAH JAMAAH HAJI   TERKUNCI DI KAMAR MANDI

Dasbor"Rahasia Illahi 1"

KISAH JAMAAH HAJI
TERKUNCI DI KAMAR MANDI


wewenang
Haji itu ibadah yang penuh keramat. Kenapa? Karena apa yang kita ucapkan dan lakukan selama ibadah haji harus benar-benar dijaga. Jangan sampai kita salah ucap atau salah melangkah. Jika tidak,merugilah kita.


Selain itu, kita harus menjaga betul perilaku kita sebelum berangkat haji, jangan sampai banyak kesalhan dan dosa yang belum sempat kita mintakan ampunan kepada Allah. Sebab, bisa jadi, hal itu akan membuat kita sendiri merugi ketika berada di Tanah Suci.


Seperti kisah berikut ini. Dikarenakan ulahnya sebelum berangkat haji ia belum sempat meminta maaf atau ampun kepada Allah swt jadilah kesialan menimpanya ketika berada di tanah suci.


Sebut saja namanya Ibu Hj. Isa. Sebagai muslimah, ia dan suaminya begitu mendambakan bisa pergi ke Tanah Suci. Cerita para jamaah haji sepulang dari Tanah Suci tentang kegaungan Ka’bah, keindahan Masjidl Haram dan Masjid Nabawi begitu menggelitik keinginannya untuk bisa pergi Ketanah Suci. Karena itu, ia dan suaminya pun telah merencanakan untuk pergi haji jauh-jauh hari.


Singkat cerita merekapun pergi haji. Tidak halangan berrarti selama perjalanan dari Indonesia ke Tanah Suci. Begitu pula selama beberapa hari disana tidak ada kejadian yang aneh dan ganjil yang menimpa mereka bedua hingga peristiwa dikamar mandi. Peristiwa apakah iti…?

Suatu kali, Ibu Hj. Isah ingin pergi kemar mandi. Untuk apa, kalau bukan untuk mandi atau membersihkan badan. Tidak ada firasar apapun sewaktu ingin masuk ke kamar mandi. Yang ada dalam pikirannya bahwa ia harus segera mebersihkan badan untuk bisa beribadah sebaik mungkin. Kapan lagi bisa berada di Tanah Suci..?. Jika tidak dugunakan dengan memperbanyak ibadah, sia-sia saja ibadah hajinya.


Usai membersihkan badan ia pun segera membuka pintu. Tapi, ternyata pintu itu tidak bisa dibuka. Kunci yang digunakan untuk membuka pintu tersebut tiba-tiba tidak bisa alias macet. Diputar-putar dan dibolak-balik kunci itu, tetap pintu itu tidak bisa terbuka.


Menyadari bahwa dirinya terkunci didlam kamar mandi, ia pun memanggil-manggil orang dengan harapan ada orang yang mendengar dan bisa dimintai tolong. Anehnya tidak ada satu orang pun yang menyahut. Berarti sedang tidak ada orang disekitar kamar mandi tersebut.


Ibu Hj. Isah kembali berusaha menarik pintu kamar mandinya, tetai tidak kunjung bisa terbuka.  Hal it uterus berlangsung hampir dua jam. Keadaan ini membuatnya stress dan ketakutan. Ia terlihat begitu panic dan membuat keringat dingin keluar dari pelipis dan dahinya. Tolong….! Tolong…!.


Sekali-kali Ibu Hj Isah memanggil-manggil dengan harapan ada orang lewat yang mendengarnya. Tetapi harapan yang ditunggunya tidak ada sama sekali. Namun ajaib, setelah dua jam atas izin Allah swt akhirnya pintu itu bisa terbuka dengan sendirinya. Hal ini pun mengejutkan Ibu Hj Isah.


Bagaimana bisa sebiah pintu yang dari tadi diptak-atik , dipaksa dan didorong tidak bisa terbuka , kini bisa terbuka dengan senidirnya. Aroma mistispun seketika menyelimuti pikirannya. Tapi, kemudian ditepisnya. Tidak mungkin ada setan di Tanah Suci…?. “Ini pasti ada campur Tangan Tuhan”.


Setelah pintu itu terbuka tidak pakek lama Ibu Hj Isah pun segera keluar.Ia tampak sedikit terburu-buru karena sudah tidak sabar ingin segera pergi dan melakukan beberapa ritual ibadah haji. Bisa jadi, ia sudah tidak sabar ingin menceritakan kisah pilunya tersebut kepada orang lain, terutama kepada sang suami sendiri yang sedari tadi memang sedang tidak ada didekatnya karena ada urusan diluar.


Namu, sebelum keluar dari maktah (pemondokkan) ia sempat merenung di kamar tentang kejadian aneh tadi. Bagaimana bisa pintu itu terkunci sendiri, padahal ia tidak satu kali dua kali keluar masuk kamar mandi itu…?. Ia terus merenungkannya hingga jawabannya itu muncul dalam benaknya. Tiba-tiba ia membayangkan kejadian beberapa bulan sebelun dirinya pergi ke Tanah Suci.


Saat itu ia pernah mengurung seekor kucing disebuah ruangan yang kecil tanpa dikasih makan dan minum. Hal it uterus dibiarkannya berjam-jam hingga membuat kucing tersebut mati karena kelaparan dan kehausan. Dia sempat menyesali perbuatannya tersebut.


Karena itu, kejadian pintu yang sulit terbuka tersebut benar-benar menyadarkannya. Seketika itu ia pun bertobat kepada Allah dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan bodohnya tersebut. Bahkan, ia berjanji tidak akan menyakiti binatang lainnya, tidak hanya kucing saja.


Setelah merenung cukup panjang atas kejadian tersebut, Ibu Hj. Isah pun keluar dari maktab. Ia pun mulai melakukan dan melaksanakan ritual rukun hajinya tersebut.

KISAH PILU SANG SUAMI.

Rupanya kejadian memilukan tidak menimpa sang istri saja tetapi juga sang suami juga mengalaminya. Bapak Didi pun mengalamai hal yang sama. Hanya saja kejadiannya yang berbeda. Saat itu ia berada di luar maktab. Ceritanya bapak Didi sedang membeli makanan diluar untuk dibawa pulang.Makanan itu akan dimakan oleh dirinya dan istrinya.


Singkat cerita, makanan pun sudah didapatkan oleh bapak Didi dari sebuah rumah makan yang tak jauh dari maktab. Tampak ia begitu senang karena makanan yang diinginkannya berhasil didapatkannya. Maka iapun bergegas kembali menuju maktab.


Namun, kejadian ganjil kemudian menimpanya ditengah jalan, Tiba-tiba saja ada orang asing yang mengambil paksa makanan yang ada ditangannya dan langsung dibawanya pergi. Melihat kejadian itu bapak Didi tampak kebingunan. Ia tidak sempat mengejar orang asing tersebut karena orang itu berjalan begitu cepatnya. Tubuhnya tiggi besar melebihi dirinya. Ia merasa terhipnotis tak bisa berbuat apa-apa ketika makanan itu diambilnya. Ia seperti orang yang kebingungan.


Terpaksa, bapak Didi pun kembali cari makanan.Meski bagaimanapun ia harus mendapatkan makanan untuk dibawa pulang. Sebab sang istri menunggunya di maktab. Jenis makanan yang sama dari sebuah rumah makan yang sama pula pun didapatkannya. Setelah itu pun segera kembali lagi menuju maktab.


Tak ada lagi kejadian aneh setelahnya. Hanya saja, sampai di maktab iapun merenungi kejadian tadi. Apa yang dilakukannya sehingga kejadian aneh itu menimpanya. Sebelumnya sang istri yang mengalaminya, kini dirinya sendiri. Setelah direnunginya mendalam dan mengingat-ingat apa yang pernah dilakukan sebelum berangkat haji. Jawabannya itupun didapatkannya. Ternyata sesaat sebelum berangkat haji ia sempat memakan harta anak-anak yatim.Ia belum sempat menyadarinya dan bertobat kepada Allah swt. Karena itulah makanan yang ia beli dan diperuntukkan untuk istri diambil orang ditengah jalan.


Kejadian itu telah benar-benar menyadarkannya. Diapun segera bertobat dan menyadari kesalahannya. Selain itu, tidak ada lagi kejadian aneh yang menimpa pasangan suami istri tersebut hingga kepulangannya ke kampung halamannya.


Demikian sebuah kisah yang patut kita ambil pelajaran. Dari kisah ini kita mengerti satu hal bahwa janganlah sekali-kali kita melakukan kesalahan atau dosa. Ketika anda ingin pergi haji dan pernah berbuat salah, segeralah bertobat. Jika tidak, dikhawatirkan akan ditunjukkan kesalahan kita oleh Allah di Tanah SuciSemoga kisah diatas benar-benar membuat calon jamaah haji mengerti akan hal ini..! Aamiin.

(Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 6 Juli 2018

Thursday, 5 July 2018

DARAH MENETES SAMPAI AJAL

DARAH   MENETES SAMPAI AJAL

Dasbor" Rasasia Illahi 1"

DARAH MENETES
SAMPAI AJAL

“Ini tentang Mario, lelaki yang dirundung sesal karena ketamakan dan kesalah-kesalahannya dimasa silam, lelaki yang selalu menganggap sepele hal-hal kecil dan selalu tidak peduli nasehat siapapun“.

wewenang
Sebagai pejabat desa yang memiliki kedudukan lumayan, tentu saja Mario memiliki wewenang diwilayah kekuasaannya; wewenang yang semestinya dijalani sesuai aturan tanpa harus mengintimidasi, menakut-nakuti apalagi memeras orang-orang yang seyogyanya dibantu, diringankan atau diperlakukan dengan sebaik-baiknya.


Sayang, ia mampu menerapkan hal tersebut diawal-awal jabatannya saja. Selebihnya Mario seperti menemukan ladang untuk menimbun ketamakan. Ia mulai berani menekan hingga memeras.


Banyak orang yang datang untuk meminta bantuannya sebagai pejabat desa, seperti penyelesaian konflik antar tetangga, urusan administrasi kemasyarakatan, urusan tanah, bangunan ataupun yang lainnya. Sayang Mario malah bukan membantu mereka, tetapi memandang merekasebagai ‘santapan empuk’. Terlebih jika yang datang dari golongan berduit. Mario selalu menakut-nakuti mereka.


“waduhh.., Pak ini bukan masalah sepele..!” begitu yang diucapkan jika seseorang melapor dan meminta bantuan. “Saya tahu, karena ini saya datang ke bapak “, ucap orang yang butuh bantuan.


Biasanya Mario tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala, seolah sangat peduli sekali dengan kesusahan orang itu. Selanjutnya, kalimat-kalimat maut yang menjeratpun akan dilontarkan. “Bapak dapat kepada orang yang tepat”, ucap Mario sambil memandang wajah pelapor. “Persoalannya tidak sepele ini akan mendatangkan kerugian yang besar bagi bapak. Bahkan bapak bisa dipenjara.


Si pelapor terkejut. Wajahnya terlihat pias”. Jangan hal tersebut terjadi Pak, “ucapnya ketakutan”, Bantulah saya”. Mario tertawa “Pasti aku bantu, asal …”, sengaja dijeda kalimat itu. Mario menunggu reaksi lelaki berpenampilan lumayan, yang jika dicermati bukanlah seperti lelaki dari kalangan bawah. Setidaknya lelaki itu masih lumayan, jika tak ingin dibilang tajir.


“Saya sungguh takut, tolonglah Pak”, ucap lelaki itu sambil menyodorkan sebuah amplop sogokkan. Mario tersenyum saja dan mengambil amplop yang pastinya berisi uang. Gaya Mario dibuat seperti meremehkan apa yang disodorkan lelaki yang membutuhkan pertolongan itu.


“Kalau persoalan ini tuntas dan tidak berbuntut lagi, saya akan kembali memberi imbalan yang lebih besar “, si pelapor semakin jauh masuk perangkap.


Mario tersenyum saja dan bilang , “Ini bukan persoalan ringan, pemalsuan surat-surat tanah ini cukup kuat untuk membawapelakunya masuk sel. Untuk menangani kasus seperti ini cukup rumit. Banyak meja yang harus dilalui dan itu memerlukan dana yang juga tidak sedikit. Aku tidak mungkin menuntaskan persoalan ini dengan baik jika dana yang bapak berikan tidak seimbang”, kata Mario terdengar sangat menakutkan bagi pelapor, ia semakin gugup.

Baca Juga”Jalan pertobatan Sang Germo”.

“Baik pak, baik. Saya akan menambahnya lagi. Ini nomor telepon saya. Jika bapak butuh dana, bapak tinggal telepon saya saja dan saya akan segera mengantarkannya”, begitulah ketakutan si pelapor dan Mario hanya menanggapinya dengan sesungging senyum sambil memandang nomor ponsel handphone ditangannya. Oke lah ucap Mario sambil berdiri, sebagai tanda pengusiran halus kepada si pelapor.


Begitulah kehidupan Mario menekan dan memeras mereka dengan dengan begitu mudah. Kemudahan itu didapat karena wewenang yang bertengger dibalik pakaian pejabat yang disandangnya.


NASIHAT YANG DIACUHKAN.
Suaru hari, kakak ipar Mario berkunjung kerumah. Dia juga seorang pejabat, tapi dengan lingkup dan wewenang yang berbeda. Kata orang, lingkup wewenang kakak ipar Mario itu adalah wilayah yang ‘Tandus’, tidak seperti wilayah Mario yang basah yang setiap orang datang ada kesempatan pastilah mengucurkan kocek yang cuku lumayan.


Kedatangan kakap ipar itu,ternyata beriringan dengan aduan sang istri yang ‘notabene kurang berkenan’ dengan cara Mario menggunakan wewenang. Semalam memang Mario habis bertengkar dengan istrinya.


“Baang janganlah abang menakut-nakuti mereka dengan persoalan yang semestinya dapat abang bantu tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Apa abang tidak takut jika suatu saat nanti segala wewenang yang abang selewengkan itu tercium dan akan menjadi sebuah persoalan yang menakutkan, bahkan dapat menghancurkan karier dan diri abang sendiri. Lagi pulahasil, yang abang dapatkan itu bukan hasil yang halal dan barokah”, itu yang diucapkan istri Mario tadi malam.


Dan Mario membantah semua ucapan itu, bahkan balik menghardiknya, sampai mengatakan bahwa istrinya itu adalah wanita yang tidak tahu diuntung. Seharusnya dia bangga punya suami yang begitu mudah mendapatkan uang, begitu lihai mencari uang. Uang yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Yang bisa memberikannya kemewahan. Tetapi istri Mario tetap tidak bergeming, meski Mario menghardiknya, ia terus memintanya untuk menghentikan apa yang telah dilakukan selama ini. Namun Mario tetap saja mengacuhkannya.


Rupanya, kedatangan kakak ipar Mario ingin menasehati Mario atas persoalan tadi malam. Nasehat-nasehat kakak ipar meluncur bagai mitraliur,begitu banyak dan terasa sejuk kalimat-kalimat begitu bijak. Seharusnya Mario terbuai dengan kesejukkan dan kebijakan itu, tetapi, …Mario tetaplah Mario yang berjalan dengan pikiran, dengan otaknya. Pikiran tak termakan oleh kesejukkan tausiah-tausiah kakap iparnya. Mario tidak membantah, tetapi tidak juga menerima kebijakkan tausiah sang kakak ipar Mario.


MENJELANG AJAL.
Suatu hari Mario kedatangan seorang warga. Ia masuk kerumah kerja Mario dan menuding-nuding dengan mengatakanMario sebagai pejabat yang korup dan menyelewengkan uang negar. Waduh ! bernyali juga itu warga,lelaki itu juga menuduh Mario menyelewengkan pajak yang telah ditagih secara kolektif.


Mario, dengan segala kesombongannya dan wewenangnya tentu saja tidak takut malah balas menghardik, bahkan mengancam. Dan ia berada jauh dibawahnya tentu saja berbalik takut. Cuma, ketika hendak keluar ruang kerja Mario lelaki itu bergumam, “Orang yang suka memeras pasti matinya kurus kering”, Gumaman itu lucu terdengar ditelinga Mario.


Gumaman itu memang ditanggapinya sebagai kelucuan, tetapi kenapa kalimat tersebut terasa membekas. Mario tak bisa melepaskannya kata-kata itu terus terngiang ditelingannya, meski Mario tetap melaju diatas Moge. Terusik juga pikirannya, terngiang kata-kata itu. Untuk mengusirnya Mario menambah kecepatan motor gedenya itu yang dikendarainya akan tetapi….


Rem motor gede yang ditekan mendadak menimbulkan bunyi yang membikin bising. Masih untung, karena motornya tak membentur keras motor lain yang muncul tiba-tiba ditikungan jalan Hanya saja, kaki kanan Mario sedikit tercucuk ujung injakan kaki motor yang hampir saja tertabarak Moge nya.


Dengan kejadian itu , membuat Mario tidak tinggal diam ia menghardik pengendara motor yang muncul secara tiba-tiba dari tikungan. Tapi dia tidak menerima hardikan Mario, lelaki itu melawan dan menyalahi Mario karena mengendarai motor terlalu kencang. Sempat terjadi keributan disitu, namun orang-orang yang ada ditempat kejadian melerai.


Mario kembali kerumah dengan perasaan kesal. Mario segera duduk di sofa memeriksa kaki yang sedikit berdenyut karena tercucuk bagian Moge Mario menyingkap celana kerjanya. Ia melihat ada luka yang meneteskan darah. Kemudian Mario membersihkannya dengan kapas yang direndam dengan air hangat dan meneteskan di lukanya dan luka itu pasti akan sembuh tak lama lagi, batin dalam hati Mario.


Namun, keyakinan Mario berangsur hilang, bila mendapatkan luka kecil itu semakin melebar dan banyak meneteskan darah. Mario juga tambah merasakan kesulitanuntuk melangkah. Kenyataan ini membuat Mario tidak bisa bertugas. Berhari-hari ia tinggal dirumah, bahkan utnuk berobatpun ia mendatangkan dokter kerumah. Hal itu dilakukan terus menerus, namun luka dikakinya tetap tidak sembuh dan terus meneteskan darah.


Mario kehilangan gairah. Ia merasa tak bias berbuat apa-apa lagi untuk untuk menyembuhkan penyakitnya. Makin hari keadaan tubuhnya makain kurus, staminanya pun kian merosot. Diatas tempat tidur , Mario hanya bisa merenungkan nasib seiring badannya yang semakin kurus kering dan terus menyusut sehingga yang nampak kulit membungkus tulang.


Seiring waktu yang terus berjalan. Mario semakin tak berdaya, sampai datang ajal menjemputnya darah terus menetes dikakinya. Seolah sesuatu yang terperas dan meneteskan darah tak henti. Apakah kejadian yang dilakukan Mario itu sebagai balasan atas perbuatannya yang selalu memeras..?


 (Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 6 Juli 2018

Wednesday, 4 July 2018

NASIB JURAGAN BERTANGAN BESI

NASIB JURAGAN   BERTANGAN BESI

Dasbor"Rahasia Illahi 1"

NASIB JURAGAN
BERTANGAN BESI

“Lelaki setengah baya itu harus mengerahkan tenaga ekstra, dan kali ini sudah lubang galian kedua kalinya. Sama seperti yang pertama, semula lancar-lancar saja. Namun setelah penggalian dapat setengah, mendadak ada batu kali besar berwarna hitam di dalam lubang“.

Peluh bercucuran di muka kang Bejo. Dua jam sudah berlalu ia mencangkul tanah kuburan, dibantu Toha dan Sayuti secara bergantian. Namun, apa yang mereka kerjakan sia-sia, sangat berat. Entahlah, mereka juga tidak tahu mengapa bisa demikian. Kali ini mereka merasa seperti menggali liang lahad yang bukan biasanya.

Lelaki setengah baya itu kembali menyeka pelu yang dimukanya rasanya baru kali ini pekerjaan sebagai tukang gali kubur begitu menyulitkan. “Praak..! Praak..!”, Suara godam beradu batu-batu besar. Pecahan-pecahan batu-batu kecilnya dipungut kemudian dikumpulkan disekitar galian. Berulang kali mereka menggodam batu besar itu. Namun hasilnya belum tampak. Ketiganya heran seraya beradu pandang.


“Aduh.. bagaimana ini kang..?. Sepertinya berat banget” keluh Toha.
“Aku juga heran kok bisa seperti ini, padahal ini yang sudah kedua kalinya setelah galian pertama kali tadi, kita juga gagal menuntaskannya karena kasus serupa”, tambah sayuti.


“Bisa-bisa stress kita semua”, tambah Toha. Kang Bejo diam, tak menyahut ia hanya menyeka peluhnya lagi. Lalu melanjutkan pekerjaannya. Lirih terdengar dari mulutnya kata, “Basmallah”.


“Praak..! Praak..! Praak…!”, kembali suara godam beradu dengan batu. Lelaki setengah baya itu harus mengerahkan tenaga ekstra keras. Ini sudah lubang galian yang kedua kalinya mengalami hal serupa. Sama seperti yang pertama kali tadi. Semula, sewaktu menggali lancar-lancar saja tak ada kendala berarti. Namun setelah penggalian dapat setengah, mendadak ditemukan batu kali besar berwarna hitam didalam lubangnya. Batu ini tidak bisa dipindahkan begitu saja, melainkan harus dikepras agar galian dapat dilanjutnkan.

Kedua temannya memperhatikan. Melihat-lihat barang kali batu besar itu bisa segera disingkirkan agar penggalian liang lahat cepat selesai. Namun setelah berupaya berpuluh-puluh menit, mereka mulai putus asa.


“Astagfirullah….! Baru besar ini sulit dipecahkan”,  Kang Bejo bicara sambil geleng-geleng kepala, “Sekarang giliranmu Yut”. Sayuti turun ke liang lahad menggantikan kang Bejo Godam kembali dipukulkan pada batu besar yang ada di liang lahad. Dengan susah payah, Godam itu coba m memecah batu. Namun sia-sia pemuda itu menyerah.


“Sudahlah Kang ..! Ayo kita gali ditempat lain. Kalau diteruskan tenaga kita bakal habis terkuras. Kita sudah berjam-jam disini, jangan sampai jenazah datang liang lahad yang kita persiapkan belum jadi. Mudah-mudahan galian yang ketiga kita nangti berhasil”, usul Sayuti.


Dua teman Sayuti mengangguk pertanda setuju. Akhirnya mereka memulai lagi membuat galian ditempat lain. Kali ini, galian yang ketiga berjalan lancar sesuai dengan harapan.


“Alhamdulillah, mudah-mudahan apa yang baru kita alami cukup sekali saja. Besok-besok jangan lagi ada yang seperti ini lagi”. Ucap syukur kang Bejo karena pekerjaan karena pekerjaan berat yang menyita tenaga super ekstra itu selesai juga.


Keras Seperti Batu.
Hari minggu itu memang ada seorang warga kampung Setinggi meninggal. Namanya darmo. Sebagian besar didaerah yang berekatan dengan tempat tinggal darmo sudah tahu betul perilaku orang yang meninggal tersebut.

Makanya saat terdengar kabar meninggalnya, banyak orang bersikap biasa bahkan tidak sedikit yang kurang respek. Hanya ada sebagian warga yang tetap datang untuk bertaksiah sebagai penghormatan terakhir kepada keluarganya.

Darmo sebelumnya menderita penyakit cukup lama. Berbulan-bulan berbagai cara, baik medis maupun alternative untuk mencari kesembuhan sudah dicoba.Namun rupanya tak seperti yang diharapkan. Sampai-sampai harta kekayaan satu per satu harus terjual untuk pengobatannya.

Untungnya keluarganya mau mengurusi segala keperluannya sampai Minggu dini hari itu dipastikan ia telah menghembuskan nafas terakhir.

Kabar meninggalnya Darmo berhembus dari satu mulut ke mulut lainnya. Kerabatnya berdatangan dan sebagian warga kampun. Nah saat jenazah hendak dibersihkan oleh kerabat yang hendak memandikan. Terpampang pemandangan yang janggal. Sebab badan jenzah begitu keras saat dipegang dibagian perut dan anggota tubuh lainnya. Dan saat diangkat terasa begitu berat.

Sampai orang-orang membopong jenazah tersebut meminta bantuan kepada yang lain untuk mengangkat bersama-sama. “Aku heran, tadi sewaktu aku mau membopongnya perutnya kuraba dan kutekan sedikit, eh keras sekali.Seperti batu.Aku juga tidak mengerti mengapa bisa demikian. Begitu juga aku juga merasakan hal yang aneh tatkala hendak memindahkan nya ketempat pemandian rasanya berat sekali Padahal sudah dibopong oleh beberapa orang. Makanya tadi aku meminta ada yang membantunya lagi agar jenazah tersebut tidak sampai terjatuh”, Hadi (35 thn) mengisahkan.

BERTANGAN BESI.
Di kampung setinggi, Darmo (60 thn) adalah seorang juragan tanah. Awalnya ia membeli tanah dengan harga murah, namun setelah menjadi miliknya tanah tersebut dijual dengan harga yang membumbung tinggi beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Tanahnya bertebaran dibeberapa tempat.

Biasanya, dari keuntungan bisnisnya ia segera cari lahan lagi yang murah. Caranya ia menghampiri orang-orang yang membutuhkan uang cepat, terlilit hutang, supaya mau merelakan tanahnya untuk dijual dan Darmo menyanggupi pembayaran secara kontan. Dengan kelincahannya merajuk, tidak sedikit orang yang mau melepaskan tanahnya.

Dari sini mungkin ada masalah berarti. Namun yang patut disayangkan dari sifat Darmo adalah darmo kerap mencaplokm tanah yang berbatasan dengan tanah yang dibelinya jika pemiliknya lengah. Ia pindahkan patok miliknya lebih melebar beberapa centimeter. Tahu-tahu setelah beberapa bulan, barulah si pemilik tanah sadar merasa bahwa tanahnya makin berkurang.

Darmo pandai bersilat lidah. Apabila ada orang yang protes soal batas patoknya ia malah balik bertanya , “Dengan buti apa bapak mengatakan bahwa saya melebarkan patok ketanah bapak, sementara patok punya saya sejak saya beli tetap posisinya seperti itu../.

Yang ditanya biasanya sulit menjawab. Pasalnya ia memang tidak mempunyai butkti otentik soal luas tanah tersebut, maklumlah umumnya penduduk kampung itu tak pernah memperhatikan soal status tanah bersertifikat atau tidak. Mereka hanya mewarisi peninggalan orang tua, tanpa disertai bukti kepemeilikkan tanah.

Kelemahan warga inilah yang sering dimanfaatkan Darmo yang merasa lebih tahu apa konskwensi yang bakal diterima oleh orang apabila tidak memiliki sertifikat. Namun satu dua orang tetap saja ada yang melawannya karena merasa di dzalimi. Mereka menolak tanah miliknya dicaplok oleh Darmo sekalipun hanya beberapa sentimeter saja karena Darmo tak berhak.

Tangan besi inilah yang digunakan dan yang ditakuti warga. Mereka tidak berani melawannya. Akhirnya mereka pun menyerah dan merelakan tanahnya yang diklaim sebagai tanah Darmo.

Disadari atau tidak, tindakan Darmo jelas bertolak belakang dengan kemuliaan agama. Banyak hadits Rasulullah saw. Menyinggung larangan berbuat zalim, “Takutlah kamu akan berbuat dzalim ! Karena perbuatan dzalim itu menyebabkan kegelapan di hari Kiamat” (HR. Bukhary dan Muslim).

Sabdanya yang lain dalam hadits Qudsi,Allah berfirman, “Wahai hambaku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kedzaliman itu) di antara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku Dzalim “.

Hadits-hadits diatas secara tegas menyebutkan larangan perbuatan dzalim untuk diri-Nya sendiri dan tentu mengharamkan perbuatan kedzaliman dilakukan oleh semua manusia pada umumnya.
(seperti yang dikisahkan oleh Bejo kepada Penulis, semua tempat dan nama dalam iktibar sengaja disamarkan).


 (Wallahu A’lam Bisshawab)
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 4 Juni 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...