Blog Konten Islam

Tuesday 5 June 2018

SAAT SAKARATUL MAUT TANYA NOMOR BUNTUT

SAAT   SAKARATUL MAUT TANYA NOMOR BUNTUT

Dasbor " Rahasia Illahi 1"
Dasbor " Rahasia Illahi 2"
SAAT SAKARATUL  MAUT TANYA NOMOR BUNTUT

“Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang dzalim itu : “Rasakanlah olehmu siksaan yang kekal ; kamu tidak diberi balsan melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan “ (QS. Yunus : 52)

Suasana malam didusun Way Lalak masih seperti biasa, lenggang dan gelap.Padahal jarum jam masih menunjuk pukul 20.10 WIB. Waktu tak terlalu malam untuk seseorang yang masih mau beraktivitas. Namun angin malam yang menusuk tulang, agaknya membuat orang-orang lebih memilih berdiam diri diatas kasur dan menarik selimut, ketimbang berkeliaran diluar. Lagi pula, bukan hal lumrah jika ada orang yang keluyuran malam-malam kecuali, petugas ronda yang berjaga-jaga.

Akan tetapi pada malam dipenghujung Juni Tahun lalu itu, nampaknya rutinitas seperti diatas tidak berlaku. Pemandangan yang terlihat adalah kerumunan orang. Mereka berkumpul dirumah tetua adat bernama Lebai Amang (78 tahun). Sepertinya tengah terjadi sesuatu yang penting dirumah berbentuk panggung itu.

Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dan doa-doa terdengar dibacakan seiring dengan itu, terdengar pula suara isak tangis dan ratapan yang menyayat hati. Gerangan apa yang tengah terjadi disana..?.

Buah Zakar yang Hampir Lepas.
“Ashadu anlaa ilaa ha illa Allah..” ucap wanita separuh baya. Wanita itu sedang menuntun seseorang agar mengikuti apa yang sudah dilafalkannya. Namun yang dituntun tidak segera berucap mengikuti. Hanya kata-kata “Khggghk….khhhggghhhk..” yang keluar dari mulutnya.

Maklum saja, lelaki tua itu kini tengah terbujur lemas diatas kasur, keadaannya amat memperihatinkan. Tubunya ringkih kurus dan matanya nampak sangat cekung. Dari bagian zakar yang ditutupi kain terlihat cairan nanah mengalir. Tidak deras, namun cairan itu tidak henti-hentinya mengalir. Sesekali, bahkan terlihat belatung dari arah zakar tersebut merayap ke bagian betis dan kakinya.

Tidak disangka, pemandangan mengenaskan itu ternyata menimpa Lebai Amang. Orang yang disegani penduduk Dusun Way Lalak. Ia terlihat sedang berjuang melawan maut. Namun raut wajah yang sedang kesakitan itu tak tampak terlihat sedih ataupun muram. Justru, orang-orang yang mengelilingi Lebai Amanglah yang kebingungan. Terutama ibu Yusriah (63 tahun), istri Lebai Amang, wanita yang menuntun syahadat tadi. Mereka seperti tak rela bila lelaki tua renta itu wafat dalam keadaan mengenaskan.

Ketidak relaan ini terlihat manakala beberapa orang anak dan cucunya ada yang pingsan. “Anak dan cucu Lebai nggak tega melihat Lebai sekarat dan kesakitan”, jelas Taufik (44 tahun), yang juga masih saudara dekat Labai. Taufik menambahkan, disaat – saat kondisi seperti itu, Lebai Amang malah bersikap yang aneh-aneh. Mereka merasa bahwa kematian Lebai seperti tidak wajar.

Karena itu, wajar pula bila keluarga besar tersebut seperti terpukul. “Seperti penyakit ganjaran “, imbuh Taufik, Pasalnya, mengapa penyakit itu harus singgah dialat kelamin..?. Apalagi dengan keadaan yang sangat menjijikkan dipandang mata.

“Bahkan zakar Lebai Amang hampir copot !” kata Anti (24 tahun), saudara Lebai Amang yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Lebai Amang. Hal tersebut diakui sang istri yang biasa mengurus penyakit suaminya. Buah zakar Lebai Amang memang benar tak berbentuk. Namun, keadaan tersebut tidak terjadi secara sekonyong-konyong.

Mulanya, sejak tiga bulan terakhir ini alat kelamin Lebai Amang bengkak-bengkak. Berjalan susah, apalagi jika ia ingin buang air kecil. Lama-kelamaan, seminggu menjelang Lebai sekarat, buah zakarnya bertambah besar dan berwarna kemerah-merahan. Karena itu, istri dan keluarganya berinisiatif membawa Lebai Amang ke rumah sakit.

Meski begitu, keadaan Lebai Amang tak juga menunjukkan tanda-tanda sembuh. Kondisinya malah parah. Dengan melihat kondisi Lebai yang hampir tak bisa ditangani dokter, maka pihak keluarga akhirnya berinisiatif membawa Lebai Amang kembali pulang.

Hari ke hari kondisi Lebai makin memperihatinkan. Terlebih disuatu hari, buah zakar yang bengkak tiba-tiba pecah. Begitu diceritakan Bapak yadi (57 tahun) tetangga yang datang saat Lebai Amang sekarat. Darah dan nanah keluar mengalir. Semakin hari semakin bertambah banyak darah mengalir dari pangkal pahanya.

Sambil menahan isak, sang istri mengaku, “Kadang-kadang kalau saya nggak langsung bersihkan, malah belatungan”. Akibatnya, aroma tak sedap dari pangkal paha itu tersebar. Baunya menyengat dan menusuk hidung. Orang-orang yang datang kerumah Lebai amang terpaksa menutup hidung. Tepat pukul 22.18 wib, kondisi tubuh Lebai Amang mengenaskan. Matanya melotot dan badanya mengigil. Sesekali bahkan seperti kejang-kejang.

Melihat kondisi kritis menghampiri Lebai Amang, pihak keluarga tak henti-hentinya menuntun Lebai Amang untuk melafalkan kalimat “Thayyibah” : Astagfirullah ….” Demikian Anti berusaha mencoba mengajak Lebai Amang beristigfar. Tapi mulut Lebai Amang seakan susah untuk digerakkan.

Beberapa menit kemudian, baru baru mulut Lebai mulai bisa digerakkan.”..Y..u..ss..” panggil Lebai pada istrinya. Yang dipanggil hanya mampu mengeluarkan tangis. Dengan kekuatan yang tersisa, Lebai Amang hanya mampu memohon kata-kata maaf kepada sang istri dan sanak family yang berada disampingnya.

Ditengah-tengah Lebai menyampaikan permohonan maafnya, tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri Lebai Amang. Nampaknya ia teman dekat Lebai Amang yang ingin mengungkapkan duka cita atas musibah penyakit yang diderita Lebai Amang. Terlihat dari sorot mata yang hangat saaat menatap Lebai Amang.

Begitu lelaki tersebut berdiri persis di samping Lebai Aman, wajah tetua Way Lalak itu nampak sumringah. Terbata-bata ia berkata, “No…m…er …bera..pppaa..yannng kelu….aarr..?. begitu mulut Lebai Amang berhenti berkata-kata, tiba-tiba badannya kaku. Innalillahi wa inna lillahi raaji’un”. Ternyata Lebai telah pergi menghadap Yang Maha Kuasa, denga kata-kata yang seharusnya tak diucapkan seseorang saat Malaikat maut menjemputnya.

Baca Juga "Nama-Nama Neraka & Penghuninya"

Gemar Lotre dan Perempuan Sejak Muda.
Geger itulah gambaran yang nampak mewakili kondisi way Lalak usai peristiwa kematian Lebai Amang. Keriuhan itu telah merebak ke pelosok – pelosok dusun malam itu juga. Padahal, didusun itu, berita kematian lazimnya diumumkan pada pagi hari. “Mungin karena peristiwa kematian itu mengenaskan dan nggak wajar.” Terang pak Yadi mengomentari kematian Lebai Amang.

Desas-desus pun mulai merebak. Para tetangga yang menyaksikan kematian Lebai Amang sibuk menggunjing. Ya, setelah menyaksikan peristiwa itu mereka hanya bisa membicarakan di belakang. Tak satupun yang berani buka mulut, terlebih bertanya kepada pihak keluarga besar Lebai Amang.

Pada orang-orang luar Dusun Way Lalak yang datang menanyakan perihal kematian itu, mereka juga enggan buka mulut. Diam seribu bahasa adalah pilihan aman, mengingat keluarga besar Lebai Amang sangat berpengaruh dan ditakuti. Beberapa nara sumber yang mau bercerita pun akhirnya mau bercerita dengan komitmen bahwa foto-foto wajah dan nama mereka disamarkan.

Dari penuturan semua narasumber, mereka yakin kalaupenyakit Lebai Amang itu ada kaitannya dengan perbuatan buruk dan nista semasa hidupnya dulu. Tingkah polah Lebai Amang sungguh tidak mencerminkan tetua adat yang seharusnyadisegani warga. Kelakuannya sehari-hari Cuma bersenang-senang. Sepertinya seluruh warag hafal betul rutinitas Lebai Amang. Ia lebih sering terlihat menghabiskan waktu untuk kegiatan tak bermanfaat, bahkan memalukan. “Biasanya Lebai Amang keluar sore hari sampai larut malam “, kata Anti.

Lebai sangat dikenal gemar menyabung ayam, berjudi dan minum-minuman keras. Itu dilakukan sejak ia masih remaja. Seperti orang yang kecanduan, kelakuannya tak pernah berubah sedikitpun. “Rutinitas” aneh tersebut tak pernah seharipun terlewatkan.

Pernah sesekali ia menang lotre dari nomor buntut yang dipasangnya. Lebai Amang bangga bukan kepalang. Sebagai ungkapan suka citanya , ia mengajak teman-temannya berpesta. Bujuk rayu beberapa teman-teman Lebai Amang berhasil. Ia pun setuju, mengundang wanita penghibur.

“Acara pesta biasanya diadakan di luar kampung. Biasanya mereka menyewa gedung “. Cerita Yadi dan Taufik. Sesekali, acara bertempat dirumah tetangga kampung yang bergabung dengan mereka.

Sikap dan perilaku Lebai Amang sungguh memalukan.Namun tak satupun yang berani mengusik ulahnya. Tetua adat lainnya maupun pihak keluarga sudah coba mengingatkan, tapi tegiran itu seperti angin lalu. Akhirnya, mereka hanya tinggal pasrah dan berharap, semoga Lebai Amang mau berubah.

Sayang, hingga maut menjemput nyawa Lebai Amang, perilaku tersebut tak juga berubah. Di tengah-tengah derita yang ditanggung Lebai Amang menjelang akhir hayatnya, Lebay masih sempat bertingkah seperti ia masih sehat.

Dulu, sewaktu penyakit Lebai Amang belum begitu parah, ia masih sering keluyuran keluar rumah. Kegemarannya akan menyabung ayam, masang nomor buntut dan berjudi, masih sering dilakoni. Padahal untuk berjalan saja ia sering minta dituntun.

“Saya pernah lihat Lebai Amang hampir jatuh kepayahan, waktu mau nyabung ayam kenang Yadi. Selain gemar masang buntut, Ia pun juga sering main perempuan. Kegemaran itu menurut Taufik, berawal dari bujuk rayu teman-temannya juga. Istri LebaiAmang bahan mengakui, kalau Lebai Amang juga dikenal punya banyak wanita simpanan.entah mereka dinikahi atau tidak.

Yang pasti, menurut sang istri, keluarga dan warga, bahwa Lebai Amang cepat kesengsem jika melihat perempuan cantik. Matanya akan “hijau” bila melihat daun muda. “Makanya, orang itu jangan hanya pakai peci Haji, tapi perbuatannya malah nggak sesuai dengan predikat yang dipegangnya akat Anti, menyesali sikap Lebai Amang yang kebetulan juga sudah pernah pergi haji.

Kelakuan Lebai Amang memang sangat memalukan , kontras dengan jabatan yang disandangnya.Sudah semestinya ia menjaga citra baik, adat leluhur dan kesilamannya.

Tapi, itu semua tinggal kenangan.Toh sekarang Lebai Amang telah mengakhiri segalanya. Kini ia membijur dilubang kubur ditemani kegelapan dan amal perbuatan yang dibawanya. Orang-orang yang ditinggalkannya Cuma bisa berharap, semoga Allah memaafkan segala kesalahannya. Amiiin
(Wallahu A’lam bi-al-Shawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - Juni 2018

Monday 4 June 2018

HUKUM HIJAB..?

HUKUM   HIJAB..?


HUKUM HIJAB..?

Dasbaor "SIRAMAN RUHANI"

“ Hijab satar sering diartikan sebagai penghalang,penutup atau selubung. Dilihat dari makna dasar ini,maka apa pun yang berfungsi sebagai penutup atau penghalang sesuatu bisa disebut hijab,misalnya kain yang menutup meja makan atau casing computer dan hanphone ”.

Tetapi hijab yang dimaksud disini adalah kaitannya dengan pakaian yang menutup aurat kita,khususnya aurat perempuan.Pada beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara barat kata hijab lebih sering merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim. Namun, dalam keilmuan islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tatat cara berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.

Baca Juga "Tragedi Berdarah Malam Pengantin"

John L. Espositi dalam Ensiklopedi Oxford ; Dunia Islam Modern, menulis bahwa sulitnya mendapatkan padanan tunggal dalam bahasa Arab dari Hijab, maka hijab sering didentikkan dengan :burqu, ‘abayah, tharhah,, burnus, jilbab, dan milayah. Pakaian seperti ‘abayahArab dan burnus Maghribi (Maroko) cenderung sangat mirip bagi laki-laki maupun perempuan.

SEJARAH
Hijab bukanlah tradisi asli orang Arab. Praktek menutup wajah (sebagian atau seluruh) ini merupakan warisan dari kerajaan Bizantium – Yunani, Sassaniyah – Persia dan Mesopotamia kuno. Pada masa pra-Islam, Di Arab barat daya sendiri, hijab hanya ditemukan si suku Banu Ismail dan Banu Qathan sementara di Mesir kuno, tradisi ini mulai berkembang pada masa kerajaan Ramses II (dinasti ke-20).

Di Mesopotamia kuno, hijab merupakan symbol tentang kebaikkan. Perempuan yang baik diharuskan memakai hijab saat menikah untuk membedakan dirinya dengan perempuan budak dan kotor. Jadi perempuan yang mengenakan hijab merupakan suatu kebanggaan luar biasa, karena dikategorikan sebagai perempuan yang shalehah.

Menurut hokum Asyria, pelacur dan budak dilarang memakai hijab, dan mereka yang didapati secara mengenakannya dapat dihukum dengan berat. Jadi hijab tidak saja untuk menandakan kebangsawanan melainkan juga membedakan perempuan “terhormat” dengan perempuan “tercela”.

Dari Bizantium Yunani, Persia dan Mesopotamia, tradisi hijab kemudian merasuk keagama Kristen dan Yahudi hingga mengalami perkembangan yang signifikan. Dari sini lalu menyebar ke orang Arab kelas perkotaan dan akhirnya ke orang-orang kota umumnya.

Di Mesir abad pertengahan, tradisi hijab terjadi di kalangan kaum Yahudi Mesir . Saat itu ditandai dengan pemisahan masuk kuil melalui pintu yang berbeda anatara laki-laki dan perempuan.

Di kalangan perkotaan Arab Islam sendiri, hijab mulai dipraktekkan secara luas dinegara Turki. Saat itu hijab merupakan pertanda derajat dan gaya hidup ekslusif. Pada abad kesembilan belas, perempuan muslim dan Kristen kelas atas perkotaandi Mesir mengenakan habarah yang terdiri atas rok panjang , tutup kepala dan burqu’ kain tipis empat persegi transparan berwaran putih yang dipakai dibawah mata,yang menutup mulut, hidung bagian bawah, dan menjuntai hingga dada. Pada kesempatan berduka, dikenakan hijab tipis hitam disebut bisha.

bACA jUGA "Rahasia Anggaran Muslim"

HIJAB YANG BENAR
Pada dasarnya Al-Quran tidak pernah menerangkan secara khusus arti hijab dalam kaitannya sebagai pakaian wanita Muslimah. Kata hijab yang disebut Al-Quran, merujuk pada pengertian lain diluar konteks berpakaian. Misalnya QS. Ahzab [33} : 53 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi kecuali bila kamu diizinkan. Dan jika kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang hijab. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka”.

Ayat diatas mengartikan hijab dalam konteks etika sosial, khususnya etika bertamu antara para sahabat. Nabi dengan istri-istri Nabi. Para sahabat yang hendak menemui istri-istri Nabi di rumahnya, dianjurkan untuk memakai hijab (pemisah). Jadi hijab disini tidak ada kaitannya sama sekali dengan konteks berpakaian.

Ayat lain yaitu QS. Al-Syura [42]:51 juga menjelaskan kata hijab dalam konteks lain. Meski kata hijab di dalam ayat ini dijelaskan dalam konteks yang nyarissam dengan QS. Ahzab [33]:53 yaitu pemisah atau dari balik tabir, tetapi kata hijabpada QS. Al-syura ayat 51 ini diartikan dengan konteks etika pewahyuan. Maksudnya, bahwa Allah sekali-kali tidak tidak akan berbicara dengan manusia sekalipun seorang Nabi meski dalam rangka pewahyuan kecuali melalui pemisahan (hijab).

Begitu juga kata hijab dalam QS. Al-A’raaf [7] :46, QS. Fushilat [41] :5, QS. Al-Isra’ [17] : 45 dan QS. Shad [38] :32, diartikan dalam kerangka yang lain, bukan dalam konteks berpakaian.

Tafsir tentang hijab didalam Al-Quran dalam kaitannya berpakaian muslimah justru ditemukan dalam ayat yang menceritakan tentang khimar (tutup kepala) atau jilbab. Ayat – ayat ituadalah sebagai berikut :

Pertama QS. Nur [24] :30-31 yang artinya :
“Katakanalah kepada laki-laki agarmenahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Dan katakanlah kepada perempuan beriman agar menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, serta tidak menampakkan perhiasan kecuali yang (biasa) tampak darinya, dan menutup khimar kedalam dadanya, dan untuk tidak menampakkannya kecuali kepada suaminya”.

Kedua QS. Al-Ahzb [33] :59 yang artinya :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin. “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, agar mereka tidak diganggu “.

Terlepas dari tidak adanya ayat Al-Quran yang menjelaskan secara khusus tentang hijab dalam konteks berpakaian muslimah yang menutup aurat, yang jelas, bagi orang wanita muslimah yang hendak mengenakan hijab, hendaklah memperhatikan beberapa catatan dari Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

Menurutnya, seorang wanita yang mengenakan hijab harus memenuhi syarat seperti : hijab itu harus menutup seluruh anggota tubuhnya kecuali muka dan tangan, bukan berfungsi sebagai perhiasan (tidak boleh berlebihan), tidak boleh tipis atau transparan, dan tidak boleh ketat dan terlepas dari itu semua yang paling penting niatnya bukan sekedar untuk bergaya-gaya saja melainkan menunaikan perintah pada ayat

Jika syarat-syarat ini dipenuhi, maka hijab itu sudah dianggap benar. Semoga para wanita muslimah memperhatikan hal ini dan dalam mengenakannya tida salah niat karena sesuatu apapun yang kita lakukan bahkan beramal sholeh pun kalau salah niatnya pasti tidak akan menuai keridhaan Allah swt. Maka dari itu yang paling penting disini diniatkan yang benar semoga kaum hawa bisa meniatkan semua ini dengan benar bukan sekedar memakai jilbab sebagai pemanis belaka tanpa memahami makna dan arti yang terkandung didalamnya, Amiiiiin.
   
Wallahu ‘alam Bhisawab Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - Juni 2018

Sunday 3 June 2018

AL-AZIZ MENELADANI SANG MAHA PERKASA

AL-AZIZ   MENELADANI SANG MAHA PERKASA


Dasbor :Siraman Ruhani"


AL-AZIZ
MENELADANI SANG MAHA  PERKASA
“ Bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu dilecehkan..? ”.

Maha Perkasa Allah yang telah memberikan kekuatan untuk mengalahkan dominasi setan dalam diri pribadi Muslim. Sungguh ini merupkan nikmat yang besar yang wajib kita syukuri.

Padahal jangankan untuk melakukan perang tanding melawan bala tentara setan, menundukkan diri sendiri agar selalu patuh dan tunduk kepada Allah, manusia banyak yang tidak mampu.

Tapi Allah sebagai Al-Aziz mengalahan siapapun yang melawan – Nya. Termasuk berkuasa memberikan kekuatan kepada kita agar kita bisa berdiri sholat, bekerja  dan melakukan kebaikan dan  perbaikanditengah-tengah masyarakat.

Tentu, Allah sebagai Al-Aziz tidak dapat dihalang-halangi kekuatan-Nya, manakala Ia berkendak untuk melakukan sesuatu. Lantaran itu segala bentuk kehinaan menjauh dari-Nya. Ia begitu tinggi dan tak tersentuh oleh mereka yang rendah. Allah memang Al-Aziz Dia Maha Perkasa dan maha Mulia.

Selama menjalani kehidupan ini, kita terlalu lemah untuk menolak semua perbuatan munkarat, maksiat dan dosa. Mata yang secara fitri memang dilengkapi Allah untuk melihat, masih belum bisa merefleksi yang dipandang. Mata dan pandangan ini masih tertarik pada yang dilarang. Padahal semua diperbuat dengan kesadaran yang nyata.

Baca Juga "Benarkah Sayap Malaikat Bertuliskan Surat Al-Ikhlas"

Begitu juga kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya. Semua tidak berdaya menghadapi pengaruh setan. Jadilah tangan dan kaki kita sebagai sumber malapetaka dan bencana bagi manusia itu sendiri dan bahkan bisa mendatangkan murka Allah.

Dalam konteks praktis, hutan-hutan menjadi gundul dan terbakar. Asap mengepul tebal. Disana-sini menjadi banjir dan tanah longsor. Bahaya kelaparan dan ketakutan mengancam manusia itu sendiri.

Karena itu, kepada Allah sebagai Al-Aziz kita bersama memohon agar diberikan kekuatan agar menolak semua perbuatan dosa. Pun, diberikan kekuatan untuk menjalankan amal sholeh, menebar cinta dan menabur sayang.

Sebagai sebuah Negara bangsa kita juga harus mengangkat harkat dan martabat bangsa yang terpuruk akibat lemahnya iman dan rapuhnya fundamental moral. Rencana pemerintah untuk menghidupkan kembali semangat bela Negara dan patriotism harus disambut dengan suka cita.

Hemat penulis, dalam konteks sosial, ekonomi dan politik saat ini, mendzikirkan dan memahami makna mendalam Allah sebagai Al-Aziz menjadi begitu mendesak. Dalam masyarakat, kita mnyaksikan bahwa persoalan sosial di negeri ini sudah memasuki stadium yang mengerikan dan dan bahkan bisa dibilang kritis.

Keramahan dan kelembutan yang selama ini dikenal sebagai cirri yang paling menonjol dalam masyarakat kita, saat ini hanya menjadi bahan olok-olok oleh masyarakat dunia.

Indonesia menakutkan, penuh konflik, keras dan telah menjadi negeri para maling..!. Mengatakan bahwa masyarakat kita sedang sakit, tidak akan menyembuhhkan persoalan sosial yang luka parah, ekonomi yang ian memburuk, dan politik yang kian membuat masyarkat apatis dan bosan karena dari masa kemasa dari pergantian presiden ke presiden sama sekali tidak ada perubahan yang berarti terutama pada kondisi moral atau budaya korupsi di Indonesia yang semakin menjamur.

Baca Juga "Perdebatan Ihwal Arsy Allah"

Karena itu wahai Al-Aziz, kami mohon anugerahi kekuatan persatuan dan kesatuan dalam masyarkat kami. Berikan kekuatan kepada kami untuk mengelola potensi ekonomi secara jujur dan procedural sehingga terdistribusikan kepada rakyat, merata dan mencukup sesuai apa yang diharapkan bangsa Indonesia.

Kita harus bangkit, karena itu tidak ada kata lain selain meneladani sifat Allah sebagai Yang maha Perkasa ini. Selam ini kita belum bersungguh-sungguh untuk berdekatan dengan-Nya.

Kita masih terlena dengan keterpurukan , kebodohan dan penuh harap mendapat bantuan dari pinjaman dana dana dari lembaga keuangan Internasional. Bahan ketika utang kita dijadwalkan ulang atau kita beroleh pinjaman dianggap sebagai keberhasilan. Sedangkan sumber tambang terbesar malah dikelola asing dan akan terus diperpanjang.

Jadilah kita akhirnya menjadi bangsa peminta-minta dan mengharapkan bantuan kemanusiaan.Padahal kita mengaku beriman dan punya Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.

Dimana letak keperkasaan kita kalau ternyata saat ini lebih dari 80 juta rakyat di pedesaan sedang merintih perih, mengais-ngais mencari nafkah. Mereka hidup berbalutkan kemiskinan yang tak tau pasti akan kapan berakhirnya. Jadi, bisakah kita menjadi bangsa yang mulia, terhormat dan tidak melulu dilecehkan. Kita memang belum bersungguh-sungguh meneladani Allah sebagai Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.

Mari kita sambut kemuliaan bangsa kita dengan bekerja keras, selalu beribadah dan berdoa agar Allah memberikan kekuatan untuk membangun kekuatan ekonomi , poliyik, sosial, dan budaya. Kita hapus kemiskinan dengan selalu bersedekah, infaq dan sidaqah.
Jika kita adalah pemimpin, mari koreksi diri ; apakah dibawah kepemimpinan kita masyarakat dan rakyat menjadi kian makmur, sejahtera dan dipenuhi dengan pesona cahaya Illahi.

Bila tidak, apa yang salah dengan diri kita, model kepemimpinan kita ..?. Koruksikah..?. Atau selalu mementingkan urusan pribadi, keluarga, kelompok, dan golongan,,?. Kita tidak mau menjadi bangsa pecundang dan terhina.

Bukankah Allah sebagai Al-Aziz telah memberikan petunjuk dalam makna ayat, “Barang siapa yang menghendaki kemuliaan seluruhnya hanya milik Allah “. (QS. Al-Faathiir  35:10). Nah saatnya kita jadi bangsa perkasa dan mulia semoga. Amiiin.   
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 3 Juni 2018

Friday 1 June 2018

SEDEKAH PADI MENUAI KEHORMATAN

SEDEKAH PADI   MENUAI KEHORMATAN

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


SEDEKAH

 PADI  MENUAI KEHORMATAN

“ Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas bersedekah, orang-orang yang berada disekitar begitu menaruh hormat ”..


Kita tahu, ada banyak cara mengungapkan rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih. Salah satunya dengan bersedekah , yaitu memberikan keluasan rezeki yang kita terima kepada orang yang kekurangan. Alangkah indahnya hidup ini jika manusia mengutamakan berbagi, mengedepankan sedekah. Apalagi, tak pernah terdengar orang yang rajin bersedekah ia jatuh miskin. Justru sebaliknya, tidak sedikit orang yang gemar bersedekah dan ikhlas bersedekah , kehidupannya menjadi semakin nyaman, tentram, barokah dan mendapatkankemuliaan diantara sesame manusia. 

Barng kali pendapat seperti ini yang dipegangn teguh oleh Abah Una. Sebagai petani yang dianugerahi berpetak-petak sawah. Abah Una menjalankan amanah harta itu dengan baik. Membajaknya dengan ikhlas sehingga hasil panennya selalu berlimpah. Kebelimpahan itu pula yang digunakan Abah sebagai ladang sedekah kepada para tetangga yang membutuhkan. Inilah sekelumit kisah Abah Una yang sangat dihormati oleh penduduk setempat.

LELAKI SHALEH
Seuanya tahu seperti apa Abah Una itu. Ia merupakan orang tua yang ramah , murah senyum , jujur, dan senang berbagi. Abah juga dikenal dengan kesalehannya. Ajaran islam begitu dijunjung tinggi. Mungkin tak ada waktu baginya untuk menanam di saat waktu sholat tiba. Segala kesibukkan pasti ditinggalkan sebelum masuk waktu sholat. Bahkan tak jarang Abah mengingatkan petani-petani lain jika waktu sholat telah tiba.

“Haya atuh, kita menghadap Gusti Allah, sudah waktunya, “begitu ucap Abah Una sambilmencolek bahu petani yang masih sibuk dengan pekerjaannya. Petani petani yang dicolek pun langsung menghentikan kerjanya dan langsung berjalan mengekor si Abah Una . Alhamdulillah, petani-petani lain menaruh hormat pada Abah Una melakukan hal yang sama. Mereka pulang untuk memenuhi panggilan sang Penguasa Hidup dan Kehidupan Allah Rabbul Izzati.

Begitulah keseharian hidup Abah Una. Sebagai lelaki berumur yang bersahaja , tidak pernah silau dengan gemerlapnya dunia, padahal anak-anaknya di kota terbilang memiliki hidup yang sukses, tetapi Abah Una lebih memilih bertani daripada ikut anak anaknya.

Suatu kelebihan yang juga menjadi pujian untuknya adalah kebiasaan Abah Una, dimana setiap kali panen, dia selalu menyedekahkan berikat-ikat hasil panennya pada tetangga yang membutuhkan, bahkan, yang tidak membutuhkanpun jika Abah memilikikelebihan yang berlebih maka orang itu pun mendapat bagian.

”Baik sekali yah Abah Una itu, jarang ada orang yang sebaik dia”, puji salah satu tetangga. Tetangga yang lain mengomentari, “Benar, semoga ia panjang umur ‘, ucapnya berdoa. Yang lain mengamini.

Suatu ketika, ditempat tinggal Abah Una terjadi musibah hama, Musibah itu tidak tergolong besar, tetapi cukup menimbulkan keresahan pada beberapa petani. Sebut saja Bapak Junara, Bapak Endi dan Bapak Kosim. Di mana sawah-sawahnya mereka ditakdirkan menjadi sawah yang cukup parah dan rusak berat karena serangan hama.

“Barang kali kita kurang sedekah yah, hingga wereng-wereng itu lebih suka menyantap padi kita “, ujar Pak Junara.
“Mungkin juga “, timpal Pak Endi.
“Bisa jadi, “ sambung Pak Kosim. “Buktinya petak-petak sawah Abah Una tetap indah serta padi-padinya sama sekali tidak terjamah oleh wereng-wereng dan tetap menguning seperti yang diharapkan para petani”.

Ketiga lelaki it uterus memperbincangkan kedermawanan Abah Una yang dihubungkan dengan musibah yang terjadi. Namun terlepas dari perbincangan itu, ketiganya bingung. Kegagalan panen kali ini pasti membawa dampak negative bagi kebutuhan makan keluarga dan kebutuhan sehari-harinya.

Pada saat itulah Abah Una mengambil peranannya. Ia yang selalu bersedekah tidaklah menutup mata atas kejadian yang menimpa Pak Junara, Pak Endi dan Pak Kosim. Dengan segala keikhlasannya, Abah Una menyedekahkan hasil panennya kepada mereka.

Sungguh, mereka yang dalam kesusahan sangat senang mendapatkan bantuan yang sudah pasti akan lebih meringankan beban mereka.
“Terima kasih, Abah Una hanya Allah yang dapat membalas kebaikkan Abag Una”. Ucap Pak endi ditengah keharuannya mendapatkan bantuan dari Abah Una. Abah Una hanya menganggukkan kepala. Sesungguhnya, Abah Una mengerti akan tanggungjawabnya kepada sesame tetangga. Hablum minan nas,merupakan suatu keharusan yang harus dibina dan dijaga karena itu, setiap kali ia memberikan sedekah kepada siapa saja.

Abah Una yakin, bahan haqul yakin sekecil apapun sedekah sekecil apapun yanh kita lakukan maka Allah tidak akan lupa akan janjinya, yaitu akan memberikan balasan yang setimpal sesuai amal perbuatannya.

KETENANGAN DAN KEHORMATAN
Hidup haya dengan istri sementara anak-anak dan suadarnya berada jauh dibelahan kota metropolitan bukanlah alasan bagi Abah Una untuk merasa kesepian, sehingga muncul ketidak tenangan.

Dengan membiasakan bersedekah, ketenangan itu ia dapatkan. Dengan ikhlas sedekah, orang-orang yang berada di sekelilingnya begitu menaruh hormat. Kesimpulannya, jika seseorang bersedkah padi, tidak semestinya menerima menerima balasan berupa padi atau uang berbalas uang, bisa saja bentuk lain menjadi balasan atas keikhlasan seseorang dalam bersedekah.

Seperti Abah Una. Dia yag selalu bersedekah dengan padi-padinya setiap kali panen, namun ia tak menerima balasan dari orang lain, juga berupa padi. Hanya saja, Abah selalu merasa mendapat ketenangan dalam hidupnya, juga merasa senang karena dirinya begitu dihormati. Abah Una juga yakin, penghormatan yang diterimanya dari orang-orang di sekelilingnya, merupakan wujud atas balasan sedekah yag dilakukannya.

KEKUATAN SEDEKAH
Sama halnya dengan keyakinan Abah Una. Seorang lelaki bernama Abdul Rahman, begitu yakin akan kekuatan sedekah. Menurut Abdul Rahman, seseorang yang bersedekah degan segala keikhlasan pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan berkali-kali lipat besarnya. Hanya saja, apakah balasan atas sedekah itu langsung diterimanya atau emnunggu waktu, entah berapa lama.”Itu Rahasia Allah” papar Abdul Rahman.

Sebagi butkti keyakinan itu, sebuah pengalaman yang dirasakannya, ketika ia sedekah uang sebesar lima ribu rupiah.sedekah itudilakukan pada pagi hari.
“Subhanallah wal hamdulillah”, puji Abdul Rahman pada sore harinya, sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Sedekah lima ribu rupiah pada pagi hari , sore hari sudah terganti dengan uang sebesar 50 $.

“Waktu itu nilai per $ masih seribu rupiah “, jelas Abdul Rahman.”Bisa dihiting, berapa jika dinilai dengan kurs $ sekarang “, lanjutnya. Dan berapa kali lipat balasan Allah..?.

Tetapi, bukanlah besarnya balasan dari sedekah itu yang menjadi acuan. Bagi Abdullah Rahman, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Besar dan Maha Pengasih lagi Penyayang.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 4 Juni 2018

SHOLAT & KESALEHAN SOSIAL

SHOLAT   & KESALEHAN SOSIAL


Dasbor"SIRAMAN RUHANI"

SHOLAT
 DAN  KESALEHAN SOSIAL
“ Ketaatan Ritual harus melahirkan kesalehan sosial ”..

Sebagai salah satu pilar islam dan tiang pancang bagi tegaknya agama, sholat disebut pada banyak ayat Al-Quran. Diantaranya, QS. Al-Baqarah : 3 menyatakan bahwa mendirikan sholat, iman kepada yang ghaib dan menafkahkan sebagian rezeki, merupakan cirri orang bertaqwa.  .

QS. Al-Baqarah  45 dan 153 memerintahkan untuk memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan mendirikan sholat. Dalam ayat ini juga ditegaskan bahwa mendirikan sholat sebagai sarana memohon pertolongan kepada Allahn itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

Dalam QS. AlBaqarah :83, perintah mendirikan sholat disertakan dengan perintah menyembah hanya kepada Allah, berbuat baik pada kedua orang tua , kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesame manusia dan menunaikan zakat.

QS. Al-Baqarah :177 menyertakan sholat dengan kewajiban beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, para nabi, memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta ; memerdekakan hamba sahaya, menunaikan zakat, menepati janji, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Ayat ini memberi pelajaranbahwa kebajikan sejati terdiri dari dua unsure : tashawwur dan suluk.

Baca Juga "Apakah Lailatul Qadar Bisa di Buktikan"

Tashawwur adalah pemahaman yang benar dan penghayatan. Dalam hal ini, beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat kitab, dan Nabi merupakan cermin dari tashawwur. Sedangkan Sulu adalah tindakanlanjut dan perilaku berupa kesalehan sosial. Dalam hal ini, memberi harta yang dicintai kepada kerabat, anak – anak yatim, orang-orang miskin, ibn al sabil dan seterusnya merupakan perwujudan dari suluk tersebut ayat ini mengguratkan bahwa kebajikan sejati (birr) adalah terpenuhinya kedua unsure itu.

QS. Al-Baqarah :238 menyuruh memelihara sholat dengan khusyuk. Dalam hal QS. An-Nisa :142 dijelaskan bahwa orang yang munafik jarang melaukan sholat dan seandainya pun sholat maka sholatnya bercirikan malas dan riya’. Dalam QS. Hud : 87 diceritakan bahwa kaum nabi Syu’aib yang membangkang berkata kepada beliau, “Apakah sholatmu yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak – bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami,,?. Mereka, seperti kata At-Thabari, hendak mengatakan, “Ini adalah harta kami.

Kami berhak melakukan apa saja yang yang kami inginkan terhadap harta ini. Kami bisa mengambil sebagiaannya atau mengolahnya atau bahkan membuangnya”. Syu’aib menolak pola pikir egois mereka. Benar-bahwa harta itu milik mereka.

Tetapi dari sudut pandang sosial mereka tidak memiliki hak dan untuk mempermainkan timbangan dan takarannya, sebab itu merugikan orang lain. Dengan kata lain pengakuan atas kepemilikkan pribadi tidak berarti setiap orang mempunyai kebebasan mutlak. Yang ada adalah kebebasan yang dibatasi oleh kemaslahatan umu.

Baca Juga "Alasan Berjamaah di Masjid"

Dalam QS. Al-A’raf :85 dikisahkan bahwa Nabi Syu’aib menyuruh kaumnya untuk menyembpurnakan takaran dan timbangan setelah menyuruh mereka menyembah Allah. Hal ini menunjukkan bahwa makna ibadah menyakup kejujuran dalam bermuamalah (interaksi sosial), tidak terkecuali kejujuran dalam hal takaran dan timbangan (dunia bisnis).

Diantara kaum Nabi Syu’aib orang-orang yang mempermaikan harta milik pribadi seenaknya sehingga merugikan orang lain adalah para pembesar, orang-orang kaya, dan para penjabat yang tidak punya tujuan hidup selain mengumpulkan harta dengan cara apa saja. Mereka tidak pernah segam mengorbankan kepentingan umum demi kepentingan pribadi. Sementara itu, Syu’aib berjuang mewwujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Seperti biasa, yang menolak ajaran yang diserukan Nabi Syu’aib adalah mereka yang disebutkan Al-Quran sebagai al-mala’ ; kaum elite, para pembesar, kalangan terkemuka, mereka yang punya kuasa dan harta.Mereka menantang Nabi Syu’aib bukan hanya karena ia menyerukan menyembah Allah tetapi terutama karena ia memerintahkan meninggalkan perbuatan – perbuatan yang bertentangan dengan tuntunan iman kepada Allah seperti mengurangi takaran dan timbangan serta kegiatan ekonomi lainnya.

Ajaran islam yang dibawa Syu’aib mengancam kepentingan pribadi mereka.Maka berbagai cara mereka gunakan untuk melawan Syu’aib dan memberantas ajarannya. Di lain pihak, sebagaimana digambarkan QS> AlA’raaf :88, kelompok masyarakat yang oleh Al-Mala’ bisa dijuluki aradzil (orang-orang hina dan rendah) antusias menyambut dakwah Syu’aib. Dan seperti biasa, guna membendung pengaruh ajaran Syu’aib, al-mala’ mengancam, menindas, dan mengintimidasi para aradzil.

Sementara itu, QS. Al-Jumu’ah : 10 menyatakan bahwa tawazun (keseimbangan) merupakan salah satu cirri ajaran islam. Keseimbangan antara pemenuhan tuntutan hidup dunia, seperti bekerja, banting tulang, beraktivitas dan kasab, dengan keharusan mengasingkan ruh, menenangkan dan mensyunyikan hati barang sesaat untuk berdzikir.

Sholat merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan hati. Tanpanya ia tidak akan sanggup memikul beban amanah yang amat besar. Zikir juga mutlak harus ada dalam usaha mencari pemenuhan kebutuhan hidp. Merasakan kehadiran-Nya membuat kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup menjadi bernilai ibadah. Namun demikian, perlu adanya watu tersendiri untuk melaukan dzikir murni, pengasingan dan penyendirian yang total dari kehidupan dunia.

Sedangkan dari QS. Al-Ma’un :4-7 dapat ditari pengertian bahwa sholat yang dilaukan secara lalai (asal-asalan), karena riya’ dan tidak melahirkan kesalehan sosial, pelakunya mudah diancam kecelaaan. Surah Al-Kautsra : 2 menegaskan apa yang sudah berulang kali dikatakan bahwa ketaatan ritual harus melahirkan kesalehan sosial. Pada ayat ini perintah mendirikan sholat disertakan langsung dengan menyembelih hewan kurban, “Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah “. Yang pertama sebagai symbol ketaatan ritual, sedang yang kedua merupakan salah satu manifestasi kesalehan sosial.

Lagi-lagi ini menegaskan bahwa ketaatan ritual harus melahirkan kesalehan sosial. Surah, Al-Ma’un betapapun singkatnya, menolak ibadah yang formalistic. Surah ini memandang bahwa menolong orang yang membutuhkan merupakan syarat iman, sama seperti mendirikan aholat dan menjalankannya dengan khusyuk.


Ia juga mengancam orang-orang yang enggan menolong orang yang membutuhkan dengan wayl (kecelakaan). Melalui Surah Al-Ma’un Al-Quran menamai orang yang tidak memiliki kesalehan sosial sebagai orang yang mendustakan agama. QS.Al-Ankabu :45 sangat tegas menyatakan adanya hubungan tak terpisahkan antara sholat sebagai symbol ketaatan ritual dengan kesalehan sosial.

Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 2 Juni 2018

JENAZAH SANG KYAI, WANGI DAN BERSINAR

JENAZAH SANG KYAI,   WANGI DAN BERSINAR


JENAZAH
 SANG  KYAI  WANGI DAN  BERSINAR
“ Saya melihat, mereka saling berpelukan dan bermaaf-maafan. Saya sendiri heran melihat kakek [KH.Ilyas] didatngi oleh ulama’ sebesar KH. Abdullah Saydi’i. Satu minggu setelah itu ternyata KH. Abullah Syafi’I meninggal dunia. Rupanya kedatangan KH. Abdullah Syafi’i ke rumah kakek untuk berpamitan terakhir kali “, ujar ustadz Rifa’i..

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. Disebutkan, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya umatku akan datang di hari kiamat dalam wudhu. Barang siapa diantara kamu ingin memperpanjang batas cemerlang, maka kerjakanlah “.

Hadits tersebut mengingatkan kita bahwa air wudhu yang kita pakai untuk membasuh seluruh anggota tubuh tertentu kelak menjadi saksi ibadah dan ketaatan kita kepada Allah swt di hari iamat. Namun bagi sebagian manusia yang suci dan senantiasa terhindar dari perbuatan dosa dan maksiat, cahaya atau sinar bekas air wudhu itu bisa saja terpancar dari diri mereka , dengan izin Allah swt, ketika mereka masih berada di dunia atau ketika merek meninggal dunia.

Keistimewaan itulah yang terjadi pad jasad seorang ulama yang mencapai taraf waliullah, yaitu Allahu yarhamhu, KH. Mohammad Ilyas. Orang yang sempat menyaksikan keistimewaan luar biasa itu ialah cucu sendiri yaitu Ustadz H. Ahmd Rifa’i, seorang da’I yang kini tinggal di daerah tanggerang.


Diceritakan oleh ustadz Hj. Rifa’i   bahwa ketika kakeknya meninggal dunia ia termasuk salah seorang dari keluarga yang ditugaskan memandikan jenazah kakeknya. Menurutnya, ketika pakaian kakeknya dibuka untuk dimandikan, ia mencium bau wangi dari tubuh kakeknya. Bukan itu saja, ia juga melihat dari anggota tubuh kakeknya yang biasa dibasuh air wudhu terlihat bersinar. Ia juga mengaku sangat terharu dengan peristiwa itu. Pada saat itu, ia jadi teringat akan hadits Nabi Rasulullah saw yang penulis sebutkan diatas.

“Waktu kakek saya meninggal, saya ikut memandikannya. Sebelum beliau dimandikan, sekujur tubuhnya sudah berbau wangi. Begitu pakainnya dibuka, semua anggota tubuhnya yang biasa terkena air wudhu terlihat bersinar ‘, ungkap ustadz Rifa’i.

Ustadz Rifa’I mengaku bahwa tidak tahu kalau kakeknya adalah seorang waliullah. Ia baru tahu bahwa kakeknya adalah waliullah setelah diberi tahu oleh seorang ulama besar KH. Damanhuru.

Ustadz Rifa’I sendiri yang sejak kecil sudah tinggal bersama kakeknya itu, mengaku kenal betul dengan kebiasaan dan sifat-sifat kakeknya. Menurut ustadz Rifa’I selama hidup kakeknya orang yang suka mengamalkan amalan tasawuf. Beliau adalah pengagum berat Imam Al-Ghazali mulai dari “Bidayatul Hidayah” hingga “ihya Ulumudin” dipelajari dan diamalkan oleh kakek. Hampir semua amalan yang dikerjakan oleh KH. Ilyas diperoleh dari Kitab Imam Ghazali.

“Beliau lebih banyak diam daripada bicara. Bahkan, ketika seorang anaknya meminta pendapatnya karena ada seorang da’I yang keras bicaranya, H. Ilyas hanya diam dan tidak mau berkomentar sedikitpun. Ia takut pendapatnya salah “ kenang Ustad Rifa’i.

Satu hal yang masih diingat oleh ustadz KH. Ilyas ialah sifat wara’ atau hati-hati dari Allahu yarham dalam memelihara perbuatannya. “Ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas lima, saya pernah ditegur oleh beiau karena memakai celana pendek didalam rumah’, cerita Ustadz Rifa’i.

KH. Ilyas juga adalah tipe orang yang tidak mau terkenal semasa hidupnya. Beliau selalu menyembunyikan keulamaannya dari pengetahuan orang lain. “Kalau beliau keluar rumah, beliau akan memakai pakaian biasa seperti pakaian yang orang lain pakai, tidak menunjukkan pakaian sseorang kyai. Tetapi kalau beliau sedang beribadah, semua perlengkapan yang merupakan sunnah Rasul dipakainya. Beliau benar-benar taksim kalau sedang dalam beribadah. Bahkan, untuk beribadah sholat Jum’at, beliau sudah menyiapkan segala perlengkapannya mulai dari pakaian sampai uang infaqnya, satu hari sebelumnya.

Selain itu beliau juga tidak pernh meninggalkan sholat berjamaah. Seolah sholat berjamaah itu sudah merupakan kewajiban baginya “, kata ustadz Riafa’i.

Sebagai seorang cucu yang sejak kecil sudah tinggal bersama KH. Ilyas, Ustadz Rifa’I beberapi kali menyaksikan keanehan-keanehan yang terjadi pada diri kakeknya itu. Salah satu keanehan itu adalaha ketika KH. Abdullah Syafi’I (seorang ulama besar dan terkenal di Jakarta pendiri perguruan Asy-Syafi’iyah) akan meninggal dunia. Satu minggu sebelum meninggal dunia KH. Abdullah Syafi’I datang kerumah KH. Ilyas membawa pelbagai makanan.

Baca Juga "Tragedi Malam Pengantin"

“Saya melihat, mereka saling berpelukkan dan bermaaf-maafan. Saya sendiri heran melihat kakek didatangi oleh ulama sebesar KH. Abdullah Syafi’I. Satu minggu setelah itu ternyata KH. Abdullah Syafi’I meninggal dunia. Rupanya kedatangan KH. Abdullah Syafi’I kerumah kakek berpamitan terkahir kali “, ujar ustadz Rifa’I.

Kehidupan sehari-hari KH. Ilyas sangat sederhana, tetapi beliau mampu memeberangkatkan anak-anaknya untuk beribadah haji ke Tanah Suci. Dari mana ongkos pergi haji itu didapatkannya..?. Menurut Ustadz Rifa’I kakeknya itu, setiap mengajarkan satu kitab kepada murid-muridnya, biasanya murid-muridnya memberikan uang sekedarnya kepada Kh. Ilyas.

“Uang itu tidak disimpan didompet atau diberikan kepada istrnya, melainkan disimpan saja dalam lembaran-lembaran kitab yang diajarkannya. Setelah ama kitab itu dibuka dan ternyata diluar dugaan dan mungkin diluar nalar manusia setelah dibuka kitab yang berisi uang itu mampu memberangkatan anak-ananya pergi haji. Maka uang itu digunakan untu memberangkatkan anak-anak pergi menunaikan ibadah haji”, cerita ustadz Rifa’i. Salah satu nasehat atau wejangan KH. Ilyas yang selalu diingat ustadz Rifa’iadalah,”Jangan menjadi orang yang suka meminta-minta “.

Menurut ustadz Rifa’i petuah itu sangat besar makna nya. Dengan petuah itu KH. Ilyas sebenarnya melarang kita untuk hubbudunnya (terlalu mencintai dunia).Kita dilarang mencintai ehidupan dunia terlalu berlebihan dengan cara menerima dan mensyukuri apa yang telah diberikan kepada Allah kepada kita.

Padahal zaman sekarang ini banyak orang yang sebenarnya sudah kaya dan berkecukupan, tetapi tidak bisa mensyukuri kekayaannya. Malah mereka terus menimbun harta kekayaannya tanpa mengenal rasa cukup dan puas terhadap karunia Allah.

KH. Mohammad Ilyas meninggal pada tahun 1991 dalam usia 90 tahun dirumahnya didaerah cikini ,Jakarta Pusat. Sebelumnya, beliau tidak sakit, tetapi hanya jatuh terpeleset di kamar mandi. Oleh anak-anaknya KH. Mohammad Ilyas dibawa ke tempat tidur.

Di tempat tidur, waliullah ini meminta tasbih yang banyak, satu di leher, satu ditangan kanannya, satu lagi di tangan kirinya. Beliau meninggal pada malam hari dengan indahnya. Yaitu setelah melaksanakan Sholat malam. Jenazah beliau dikuburkan di Pekuburan Kawi-Kawi di daerah keramat Sentiong Jakarta.


Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 1 Juni 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...