Blog Konten Islam: AKHIR MEMILUKAN SUAMI PREMAN

Saturday 9 June 2018

AKHIR MEMILUKAN SUAMI PREMAN

AKHIR   MEMILUKAN SUAMI PREMAN

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 1"

AKHIR MEMILUKAN   
SUAMI PREMAN

“Jong tak senang dinasehati seperti itu, Ujung-ujungnya, Jong marah dan memukul wajah sang ustadz. Astagfirullah !“.

Musridah, gadis kemayu itu sangat mencintai lelaki bernama Jojong. Meski banyak yang tidak merestui perasaannya, Mursidah tetap memupuk rasa yang dianggapnya sacral itu. Ia yakin dengan kekuatan perasaannya sebagaimana keyakinannya bahwa perangai seorang bisa diubah, bisa dibentuk ketika kekuatan dan kelembutan cinta membelai dan mengembuskan kearifan.

Baca Juga "Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"


Kawan dan saudara dekat Musridah sudah meyampaikan keberatan mereka atas hubungan Musridah dan Jojong. Namun Muesridah tetap pada pendiriannya, bahwa hati Jojong bukanlah hati yang tidak bisa dilunakkan. Hati Jojong adalah segumpal daging yang tetap memiliki serat-serat halus yang dapat disentuh oleh nasehat, oleh masukkan yang disampaikan dengan kesabaran.

Musriah terus membangun perasaannya, meskipun orang tua sudah menyampaikan keberatan mereka dengan memaparkan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang akan dialaminya.Bahkan orang tua Musridah juga berpesan, jika kemungkinan buruk itu terjadi jangan ada sesal dan menyesali orang lain, sebab dari awal sudah diberi masukkan dan nasehat. Tapia pa jawaban Musridah..?.


“Semua resiko baik dan buruk dalam rumah tangga, seorang istri yang baik harus berani dan tabah menghadapinya. Aya, ibu dan semuanya mohon bantu dengan doa, semoga rumah tangga Ridah dan Jong tidak terkendala dengan perilaku Jong yang seperti sekarang ini. Doakan juga agar Jong dapat mengubah kebiasaannya dan kembali sebagaimana fitrahnya sebagai seorang suami yang dapat melindungi dan membahagiakan keluarganya”.


Pada bulan –bulan oertama perkawinannya dengan Jong , Musridah merasakan kebahagiaan yang sempurna. Jong selalu berada didekanya. Jong jarang keluyuran bersama teman-temannya. Jong juga hampir tidak pernah keluar malam. Malam-malam Jong selalu di Kamar bersama Musridah. Dan yang menggembirakan, dari mulut Jong tidak lagi tercium aroma minuman keras Apakah itu karena masa-masa pengantin baru.

Ternyata tidak. Berbulan lamanya Jong menjadi suami yang baik bagi Musridah, menjadi suami yang penuh perhatian dan kasi sayang. Musridah sangat bahagia , terlebih ketika bidan menyatakan bahwa dirinya telah berbadan dua. Lengkap rasanya kebahagiaan Musriah. Jong juga merasakan hal yang sama.


Namun, setelah janin dalam kandungan Musridah ikut meramaikan dunia yang fana ini, setelahbayi laki-laki itu berusia tujuh bulan, Jong mulai menampakkan penrangai lamanya. Ia kembali dalam habitatnya, berkumpul dengan temen-temen lamanya Keluyuran malam. Miras dan berkelahi Astagfirullah !.


“Kenapa kamu kembali kepada kebiasaan lamamu,bang..?. Bukankah ditahun-tahun pertama kamu bisa mengekang, bahkan bisa melupakan kebiasaan tidak baik itu..?
Jong tidah menjawab pertanyaan Musridah.


“Saya adalah istri abang yang sejak dulu siap dinikahi dengan konskwensi apapun. Saya istri abang yang sabar dan akan selalu sabar menunggu perubahan abang yang sesungguhnya, sebab saya percaya abang pasti mampu untk berubah menjadi ayah dan suami yang baik, “Musridah terus berusaha memberi keyakinan.


Lagi-lagi Jong hanya berdiam saja tidak mengambil tindakan yang baik untuk anak istrinya. Bahkan, berbilang bulan kemudian tahun bertambah, perilaku Jong semakin parah. Ia menjelma menjadi sosok preman yang bukan saja meresahkan hati istri dan anaknya tapi juga meresahkan masyarakat.


Fisik Musridah yang pada awalnya pernikahan berisi dan sehat, kini berubah menjadi kurus kering seperti tertekan ditambah lagi Musridah harus mengurus tiga orang anak. Mendidik dan mencari makan untuk mereka. Sedangkan Jong ..? Ia seolah lupa dengan keluarganya. Ironisnya Jong memeras istrinya untuk mendapatkan kebutuhan membeli minuman keras.


KERESAHAN WARGA.
Tujuh tahun usia pernikahan Musridahdengan Jong yang didapat Musridah hanya kepiluan. Tapi Musridah masih mampu bertahan, bahakan harus bertahan demi keutuhan rumah tangga mereka. Sekalipun Musridah tidak pernah melontarkan kata cerai pada Jong. Karena harapan Musridah masih utuh, bahwa Jong akan sadar.

Namun, kesabaran Musridah harus kembali mengadapi batu ujian. Disamping kawan, saudara dan orang tuanya yang telah memberi ultimatum , Musridah juga harus menghadapi tatapan mata sinis masyarakat yang berada di lingkungannya.

Pasalnya Jong, telah banyak membuat keonaran. Siang itu, Jong mendatangi sebuah sanggar kreatif dilingkungan tempat tinggalnya. Kedatangan Jong bukan ingin mengbah diri menjadi lelaki yang kreatif , ia datang untuk menciptakan keonaran , membuat kekacoan didalam sanggar tempat berkumpulnya anak-anak muda berbakat yang kreatif.

Melihat kedatangan Jong seorang penghuni sanggar dengan lagak seperti jagoan mencoba menekati dan mengajak bicara Jong dengan baik-baik, tetapi Jong menyambutnya dengan peralakuan kasar. Jong mendorong tubuh lelaki itu dengan kasar. Lelaki itu terhuyung. Untungnya dinding sanggar lebih dekat kedudukannya hingga tubuhnya lelaki sanggar yang terhuyung itu tersangga dan tidak jatuh terjengkang kebelakang.

Lelaki penghuni sanggar itu tak mengira akan diperlakukan sekasar itu oleh Jong, tidak berani lagi mendekati Jong. Karena itu si lelaki penghuni sanggar hanya tetap bersandar di dinding. Ia berharap Jong tidak lagi melakukan kekerasan yang membuat jantungnya berdegup cukup kuat. Namun harapan lelaki it tidah terwujud sebab Jong dengan langkah dipercepat kembali mendekati lelaki sanggar dan mencekeram kerah baju dengan keras.

“Lu pengen mati heh “, begitu ancam Jong. Keringat dingin mebanjiri sekujur badan lelaki sanggar, terlebih ketika Jong mencabut sebilah pisau dari selipan pinggang dan mendekatkan pisau tajam itu kewajah.

Wajah lelaki sanggar itu pucat pasi dibuatnya, ia sudah pasrah dengan keadaan. Ia tidak mungkin melawan Jong yang berada dalam keadaan mabuk. Tapi untungnya, Jong tiba-tiba menjauhkan pisau tajam itu dan kembali menyelipkan kedalam selipan celananya.

“Kalau gue mau, lu pasti gue habisin!” begitu ucap Jong. Dan ia melepaskan cengkraman dileher lelaki penghuni sanggar ,kemudian berlalu keluar. Senyap seketika keadaan sanggar. Penghuninya berusaha terbalut ketegangan yang menyesakkan, seolah baru saja mendapatkan bantuan oksigen. Mereka dapat bernafas meski dengan keadaan lunglai karena terkejut.

SANG UTADZ.
Keresahan warga akan perilaku Jong makin lama semakin terasa. Ada keingin segelintir warga yang ingin menghakimi Jong, tapi sebagian lagi takut menanggung resiko. Bagaimana jika Jong mengamuk dan main hantam dan merusak.

Keresahan warga yang juga terbaca oleh ustadz ,membuat guru yang dihormati oleh warga itu mencoba mengambil langkah pendekatan kepada Jong.

Saat keduanya bertemu, sang ustadz mencoba berbicara degan baik-baik, kemudian memasukkan nasihat-nasihat dengan harapan Jong dapat tergugah hatinya. Syukur-syukur Jong Insyaf atau mendapat hidayah melalui nasihat ustadz. Apakah keinsyafan yang didapat Jong setelah berhadapan dengan sang ustadz..?.

Jong telah membutakan mata hatinya sendiri. Siraman air sejuk sang ustadz yang menerpa kalbu seolah tak terasa sebaliknya, Jong  tak senang dinasihati seperti itu. Ujung-ujungnya, Jong marah dan memukul wajah sang ustadz. Astagfirullah.

Sang ustadz tentu saja sudah siap dengan keadaan apa yang akan terjadi.Keinsyafan atau kemarahan dan nyatanya keinsyafan itu masih jauhn pada Jong, sehigga kemarahanlah yang mencuat. Sang ustadz tidak marah atas kemarahan Jong dan perlakuan yang didapatnya, namun murid-murid si ustadz tidak bisa menerima kalau guru yang dihormati nya diperlakukan seperti itu. Sang murid ingin membuat perhitungan , namun dengan kearifan dan kebijaksanaan sang guru (ustadz) kemarahan sang murid mampu diredam.

JENAZAH JONG DIGANG SEMPIT.
Beberapa hari setelah keonaran dan perlakuan Jong terhadap sang ustadz. Di pagi buta yang masih berembun dingin , seorang warga yang tengah berjalan disebuah gang sempit merasa sangat terkejut ketika langkahnya terantuk sesuatu. Keterkejutan semakin nyata saat warga tersebut melihat dengan jelas sesuatu yang membuat kakinya tersandung, adalah mayat..! Mayat siapa..? Warga itu tak mengenali sebab posisi mayat tersebut menelungkup.

Ketika pagi semakin jelas, cahaya dan langitsduah membias dan memasuki gang sempit melalui celah genting rumah warga. Barulah terlihat jelas sosok yang tertelungkup dengan ceceran darah disekitar tubuhnya itu adalah Jong..!

Kematian Jong menggembaprkan warga, sekaligus menenangkan warga. Warga lega karena beranggapan tak ada lagi orang yang selalu membuat cemas dan bikin onar. Jong sudah menemui hukuman atas perilakunya selama hidupnya. Begitu menurut warga apakah kematian Jong tragis itu adalah hukuman atas perilakunya yang telah mendzalimi anak istrinya, membuat resah masyarakat atau telah menganiaya sang ustadz..?


 (Wallahu A’lam Bisshawab)

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - Juni 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...