Blog Konten Islam

Sunday, 8 July 2018

BANJIR, JALIL DAN KOTAK AMAL

BANJIR, JALIL   DAN KOTAK AMAL

DASBOR" RAHASIA ILLAHI 2"

BANJIR, JALIL DAN
KOTAK  AMAL

“ Yang aneh, dipinggir pusaran air itu terdapat sebuah kotak amal yang biasa ditenteng Jalil. Kotak amal itu terus berputar-putar, namun tidak tenggelam kedalam pusaran air itu…”

Langit sore menjelmakan lembayung yang indah. Senja merangkak tua. Malam akan tiba . Seorang lelaki berusia lebih dari separuh baya keluar dari dalam rumahnya, siapa lagi kalau bukan Jalil. Ciri khas yang selalu namapak pada diri Jalil adalah sebuah kopiah yang selalu menempel diatas kepalanya yang tidak pernah pas, kopiah itu biasa menceng kekiri, menceng kanan atau kadang seperti ingin jatuh kedepan. Ciri lain yang menonjol pada Jalil juga terlihat pada perlengkapan sholat yang dipakainya. Sarung yang melekat ditubuhnya seperti tak bisa meliliti dipinggangnya dengan baik. Mungkin kain sarung itu sering merosot , sehingga Jalil tidak pernah melilitkan kain dipinggangnya, tetapi selalu memegang dua ujung kain itu.

Baca Juga "Mati Dikeryok Sekawanan Tikus"

Ciri khas itu adalah penampilan Jalil yang dapat membuat orang tersenyum saat melihatnya. Namun rupanya orang yang tinggal satu kampung dengan Jalil cukup mengerti siapa itu Jalil. Orang yang mengenalnya tak pernah mau mengejek dengan berlebihan, apalagi merendahkan Jalil, namun sesekali orang suka bergurau dengan Jalil hanya sebatas gurauan.

“Lil, kamu mau kemana..?, itu gurauan ang terdengar saat bertemu dengan Jalil. Dan biasanya Jalil menjawab dengan suara yang lucu. Jalil bilang sudah waktunya sholat Magrib dan sering mengajak orang untuk bersegera ke masjid untuk sholat magrib.

Saat berada di masjid, Jalil dengan segala keluguannya menjalankan ibadah sholat. Ia kurang suka dengan anak-anak yang bercanda di masjid, maka ia akan memarahi anak-anak tersebut.

Yang menarik pada Jalil saat menjalani sholat, ia melafadzkan takbiratul ihram dengan suara yang keras dengan gerakkan tubuh yang lucu. Tapi mungkin jamaah yang lain sudah terbiasa dengan keadaan Jalil hal itu tidak menjadikan Jamaah merasa terganggu. Begitu juga seusai sholat dan dilanjutkan dengan sesi pengajian, Jalil pun mengambil tempat duduk paling depan. Atau kalau jalil datang terlambat, ia tetap mengambil duduk paling depan dengan melewati jamaah yang sedang kyusu’mendengarkan tausiah sang ustadz, namun Jalil dengan segala kepolosannya tetap melakukan apa yang ia inginkan , bahkan ia harus dapat mencium tangan sang ustadz sebelum ia mendapatkan tempat duduk yang paling depan.

Baca Juga "Ketika Makam Sang Pendosa Digali"

Jalil & KOTAK AMAL.
Selain rutinitas ibadah sholat dan duduk di majlis taklim. Jalil juga punya kegiatan untuk menjalankan kotak amal. Beberapa saat lamanya Jalil juga dipercaya menjalankan kotak amal untuk mengutip sedekah dari para jamaah sebelum sholat jum’at atau padamomen tertentu yang diselenggarkan panitia masjid.Dengan difungsikannya Jalil sebagai penjaga kotak amal , semakin akrablah keberadaan Jalil ditengah para jamaah, bahkan Jalil kemudian melebarkan sayap kebiasaannya untuk membantu masjid dalam hal mengumpulkan dana yang dapat dipergunkan untuk biaya operasional masjid atau biaya lainnya.

Ia pun mulai menjalankan kotak amal keliling kampung atau bahkan keluar kampung, bahkan samapi kepasar-pasar tradisional. Alhamdulillah, kotak amal jariyah yang ditenteng Jalil hampir setiap harinya selalu terisi dengan nilai yang cukup lumayan, sehingga dana masjid yang terkumpul lewat upaya Jalil cukup lumayan setiap bulannya.

Itulah Jalil, dengan kotak amal yang ditentengnya setiap hari saat keluar masuk kampung, hingga terkesan Jalil dengan kotak amal yang ditentengnya kesana kemari itu paket yang tidak boleh dipisahkan. Tiada hari tanpa kotak amal bagi Jalil.

Sebuah kisah tentang kotak amal yang selalu ditenteng Jalil juga menjadi serangkaian peristiwa yang membuat siapa saja mengakui kedekatan jalil dengan kotak amal.

Baca Juga"Seorang Ateis Hafizh Quran"

BANJIR.
Hari itu, mendung menggantung tebal dikampung Jalil, hujan sebentar lagi turun mungkin akan lebih lebat dari hujan yang kemarin, warga setempat sudah dapat menduga kalau kampung mereka tempati tak lama lagi akan mengalami kebanjiran. Apalagi di pos rukun warga sudah terpampang pengumuman akan kedatangan banir dengan ketinggian yang tertulis jelas.

Dengan adanya pengumuman tersebut warga setempat tak terlihat panic, sebab hal itu sudah terbiasa. Begitu juga dengan keluarga Jalil. Mereka menganggap banjir setinggi yang tertulis dipapan pengumuman pos RW tak mebuat mereka segera mengungsi.

Benar saja, ketika banjir datang dengan ketinggian yang sudah diperhitungkan warga tak bergeming dari rumah tinggal mereka. Warga masih tetap bertahan termasuk juga keluarga Jalil. Mereka yang hijrah ke posko pengungsian hanyalah mereka yang rumahnya berada diposisi terendah atau berada di bantaran.

Hujan yang terus mengguyur seharian membuat volume air semain meninggi. Luapan mengalir ketempat-tempat yang terendah. Termasuk juga ketempat kampung Jalil tinggal. Hitung-hitungan ketinggian air yang tercatat dipapan pengumuman pos RW sudah melampaui kenyataan yang terjadi. Ketinggian air sudah diluar batas toleransi.

Maka bergemalah pengumuman yang dipancarkan melalui corong –corong pengeras suara di masjid dam mushalla kampung tetangga hal itu dilakukan karena aliran listrik dikampung tempat Jalil tinggal sudah dipadamkan dari tempat pelayanan PLN. Kampung itu menjadi gelap gulita, hanya cahaya lilin atau petromak atau juga dari lampu-lampu bertenaga listrik yang sudah di charge.

Jika pengumuman sudah bergema dari corong-corong pengeras suara di masjid atau mushalla tetangga, penduduk kampungpun mulai mengungsi ketempat yang lebih aman. Termasuk juga keluarga jalil.

Malam pun terus merangkak ditengah musibah banjir yang melanda kampung Jalil. Warga yang mengalami kelelahan sehabis berjabaku dengan air banjir, pun mulai terlelap ditempat pengungsian masing-masing. Termasuk juga Jalil. Namun ketika malam semakin tua dan waktu subuh sudah hampir datang, Jalil terbangun dan langsung beraktivitas. Jalil keluar dari rumah pengungsian dan bergerak kegenangan air yang masih meluap. Mungkin Jalil hanya sekedar ingin buang air kecil atau mengambil air wudhu.

Seorang warga yang sempat menyaksikan dari kejauhan apa yang dilakukan oleh Jalil sempat berteriak agar Jalil berhati-hati. Namun teriakkan itu seperti tak didengar Jalil. Jalil terus saja bergerak dan peristiwa itu terjadi. Jalil terseret derasnya air hanyut terbawa banjir.

Heboh terjebur dan hanyutnya Jalil di air banjir membuat keluarga dan juga warga panic. Semua berusaha mencari Jalil dengan cara sebisa mereka , namun sejauh itu, usaha mereka tak kunjung berhasil. Salah seorang warga kemudian melaporkan musibah hanyutnya Jalil kepada TIM SAR yang sedang bertugas. Serentak, tim SAR pun menindak lanjuti laporan warga. Mereka langsung membentuk tim pencarian. Dibantu oleh warga tim SAR terus berupaya mencari Jalil. Naun sudah berbilang jam, semua usaha tak menuai hasil. Jasad Jalil belum bisa ditemukan.

Di dalam semua upaya pencarian yang ditempuh, sesuatu yang tiada disangka terjadi. Sesuatu yang cukup aneh dan mungkin diluar logika. Di tengah arus banjir yang cukup deras itu, terlihat sebuah pusaran air. Yang aneh, dipinggir pusaran air itu terdapat sebuah kotak amal yang biasa dibawa Jalil.

Kotak amal it uterus berputar – putar namun tidak ikut tenggelam kedalam pusaran air tersebut. Wallahu a’lam Bhisawab. Lebih dari itu, tidak jauh dari terlihatnya kotak amal yang berbputar mengikuti pusaran air disitulah jasad Jalil ditemukan. Seolah kotak amal yang selalu menemani keseharian Jalil dalam mengutip amal jariah telah menjadi satu petunjuk akan keberadaanjasad Jalil, sosok yang mencintai ibadah di masjid.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 9 Juli 2018

Saturday, 7 July 2018

MENGAMALKAN DOA IBRAHIM JASAD TIDAK TERSENTUH API

MENGAMALKAN DOA IBRAHIM   JASAD TIDAK TERSENTUH API

Dasbor "Rahasia Illahi 2"


MENGAMALKAN DOA IBRAHIM
JASAD TIDAK TERSENTUH API                               
“ Hai api, jadilah engkau dingin dan selamatkan Ibrahim (QS. Al-Anbiya :69) “.

Satu malam, kebakaran hebat terjadi disebuah pemukiman padat penduduk. Kebakaran itu menghanguskan empat rumah sekaligus. Dalam kebakaran tersebut harta benda ludes dimakan sijago merah. Hanya tinggal puing-puing saja. Kebakaran itu juga merenggut empat nyawa. Kesemuanya tidak bisa diselamatkan. Api melahab keempat jasad manusia tersebut.

Baca Juga "Akhir Kisah Pejabat rakus"

Peristiwa itu terjadi dipertengahan malam, sehingga penghuninya tidak bisa dan tidak sempat melarikan diri dan akhirnya terjebak didalam rumah yang sudah terkepung oleh ganasnya kobaran api. Sekitar 30 menit api menjalar begitu cepatnya, karena kala itu angin begitu kencang.

Di samping itu pemukiman warga yang padat mengakibatkan api mudah menjalar dengan cepat. Ditambah lagi bangunan rumah yang 70 persennya terbuat dari bahan kayu. Hingga mempermudah api menjalar.

Petugas pemadam kebakaran mengalami kesulitan untuk menembus lokasi karena sempitnya gang-gang yang mengitari lokasi. Hingga kemudian pemadam kebakaran dapat menakhlukkan api sekitar 40 menit lamanya. Itu pun sebelumnya dibantu oleh warga sekitar yang terbangun dari tidur mereka karena suara gaduh yang ditimbulkan dari teriakkan warga akibat adanya kobaran api dan asap yang ditimbulkannya.

Setelah api dapat ditakhlukkan, petugas kebakaran kemudian menyisiri rumah yang sudah hangus terbakar. Salah seorang anggota keluarga penghuni rumah menjerit histeris karena rumahnya sudah hangus terbakar. Lebih dari itu, sebeb jeritannya lantaran suaminya bisa dipastikan terjebak didalam rumah ketika api itu menyerang rumah mereka. Pasalnya, suaminya berada didalam kamar, sementara dirinya tidur di ruang tamu, sehingga tidak bisa membangunkan suaminya.

Baca Juga "Saat Sakaratul Maut Seperti Ayam di Sembelih"

Suaminya sudah tiga hari ini sedang sakit , sehingga fisiknya begitu lemah. Maka, bisa dipastikan pula, karena sakitnya itu suaminya tidak bisa menyelamatkan diri. Tak hanya dirinya yang menangisi kejadian itu. Tetanggapun menangis begitu kencangnya, karena kedua anak kecilnya terjebak didalam rumah.

Begitu juga dengan tetangga dekatnya. Ada satu orang yang terjebak didalam rumah , dan bisa dopastikan iapun tidak lolos dari kobaran api. Maka, ada empat orang yang terjebak didalam rumah yang berderet itu.

Benar saja, keempat orang yang dikhawatirkan itu memang sudah tidak tertolong lagi. Keempatnya sudah terbakar, bahkan badanya hangus. Namun dari keempat jasad itu, anehnya ada satu jasad masih utuh dari kobaran api, meski ia termasuk yang terjebak didalam rumah. Jasadnya mulus disbanding korban lainnya dan tubuhnya sama sekali seperti tidak tersentuh api. Wargapun merasa kaget, karena tidak mungkin jasad itu tidak hangus, padahal tempat tidurnya pun sudah hangus.

Jasad pria itu masih bersih kulitnya. Hanya baju dan celananya yang terbakar tapi anehnya tubuhnya masih mulus tak melepuh sama sekali. Warga merasa keheranan. Antara percaya dan tidak percaya. Tidak mungkin, secara nalar manusiawi kulit jasad pria itu bisa tidak hangus dari kobaran api yang sangat dahsyat itu. Karena kulit manusia sangat tipis, dan besar kemungkinan kulit manusia akan meleleh bila terkena kobaran api yang sangat besar.

Pria yang menjadi obyek ketakjuban itu memang sudah tidak bernyawa lagi. Ia tergelatak dengan baju yang sudah hangus. Nyawanya tidak tertolong, Bersama tiga orang tetangga itu. Keesokkan harinya setelah jasadnya dibawa kerumah sakit , dan dipulangkan kembali di kampung tersebut jelaslah bahwa jasad pria itu memang masih utuh dan sama sekali tidak terlihat luka bakar. Mulus dan putih seolah kematiannya bukan karena kebakaran. 

SEDEKAH DAN DOA.
Pria yang jasadnya tidak terbakar itu bernama Ahmadi. Sebut saja begitu namanya Ahmad setiap harinya berprofesi sebagai tenaga keamanan disalah satu kantor swasta. Ia sudah lama menjadi satpam kurang lebih 15 tahun sudah ia jalanai profesi itu. Ia memiliki satu istri dan  dua orang anak. Kedua anaknya beserta istrinya selamat. Ketika malam kejadian itu anaknya sedang tinggal bersama mertuanya dilain kampung. Sementara istrinya tertidur diruang tamu usai menonton televise.

Setelah ditelusuri kebakaran itu berasal dari konsleting listrik dari rumah tetangganya. Karena rumah mereka berdekatan dan sebagian besar bangunan rumah terbuat dari bahan kayu maka api sangat mudah membakarnya.

Baca Juga "Ke Insyafan Eks Pembunuh Dibayar Nyawa"

Siang hari sebelum kejadian kebakaran itu, Ahmadi tidak terlihat keluar rumah. Ia sedang mengalami sakit demam. Sudah tiga hari ia tidak masuk kerja. Pulasnya tidur malam itu bisa jadi karena efek samping dari obat yang ia konsumsi sebelum tidur. Ketika api mulai menjalar kekamarnya, istrinya hanya mampu berteriak dan tidak bisa membangunkan apalagi menyelamatkan suaminya. Istrinya langsung keluar dan meminta bantuan warga sekitar untuk menyelamatkan suaminya.

Namun, ajal berkata lain. Allah swt sudah menentukan ajalnya. Ia meninggal dunia bersamaan dengan peristiwa itu. Meski demikian, jasad Ahmadi ternyata tidak “tersayat Api” oleh tajamnya kobaran api. Warga sangat terkejut dan sangat keheranan. Karena, peristiwa itu sungguh sangat luar biasa dan baru kali itu orang mati terbakar tubuhnya tidak tersentuh oleh api sama sekali dan ini tidak bisa di nalar oleh akal manusia.

Yang pasti, warga mulai menerka-nerka dengan apa yang terjadi dengan Ahmadi. Pria yang dikenal sangat ramah dan baik hati itu akhirnya meninggal dunia . ahmadi dikenal sebagai sosok pria yang rajin beribadah. Manakala berada dirumah, ia tidak ketinggalan untuk sholat berjamaah di mushalla. Ahmadi juga termasuk warga yang senang bergaul dan tidak pernah membuat masalah dengan tetangganya.

Salah seorang yang merasa kehilangan dengan sosok Ahmadi adalah Ustadz Armani. Sebut saja begitu namanya . Ustadz Armani mengenal dekat almarhum Ahmadi lantaran ia adalah ketua mushalla di lingkungan tersebut. Hampir setiap hari ia bertemu Ahmadi di mushalla setiap waktu sholat tiba, terutama untuk sholat magrib, isya’ dan subuh. Sementara dzuhur dan Ashar , Ahmadi memang jarang terlihat di mushalla karena ia berada ditempat kerja.

“Ahmadi orangnya rajin beribadah. Ia sangat menyesal manakala tidak bisa sholat berjamaah. Ia sedapat mungkin bisa sholat dengan berjamaah. Selain itu, salah satu karakter yang disukai Ahmadi ia adalah sosok yang rajin bersedekah. Meski ia tergolong orang yang sederhana secara ekonomi , naun saat masuk mushalla , ia tak lupa menyisihkan uang dikotak amal “, tutur Ustd Armani mengenang.

“Hai ini”, tugas Ustd Armani, “membuat saya kagum. Bagaimana tidak ..?. dia orangnya baik , suka menolong dan rajin sholat berjamaah”.
Baca Juga “ Keutamaan Sholat berjamaah “.
Ustad Armani pun menceritakan bahwa almarhum Ahmadi sering menjalankan atau menagamalkan doa-doa Nabi Ibrahim. Hal ini ia ketahui kala dia sedang berbincang sanatai dengan Ahmadi, “Dia tidak pernah lupa untuk membaca doa Nabi Ibrahim seperti dikutip dalam Al-Quran yang diamalkan oleh Ahmadi . Kedua doa itu terdapat dalam QS. Ibrahim dan QS. Ash-Shaaffat.

“Ya Tuhanku. Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat , ya Tuhan kami perekanankanlah doaku. Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisap (hari kiamat) “, (QS. Ibrahim :40-41)

Kemudian doa yang lainya adalah “Ya Tuhanku, anugrahkanalah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. Ash Shaaffat “100) Kedua doa itu diamalkan setiap usai menjalankan sholat lima waktu.

Meski pernah bergaul dengan Ahmadi, Ustd Armani tidak tahu persis  berapa kali doa itu diwiridkan oleh Ahmadi. Ia juga tidak tahu apalagi yang diamalkan oleh AHMADI.

Namun demikian Ustd Armani menyimpan suatu hikmah dari peristiwa yang menimpa Ahmadi. Menurutnya bisa, jadi apa yang menimpa Ahmadi ada hubungannya dengan doa-doa yang diamalkan, terutama doa-doa Nabi Ibrahim. Tapi, bisa jadi pula hal ini tidak ada hubungannya . Hanya Allah swt yang tahu.

Ia menegaskan bahwa Nabi Ibrahim adalah Rasul yang sangat taat kepada Allah swt dan tidak pantang mundur dalam berdakwah. Salah satu peristiwa yang mudah diketahui oleh masyarakt umum adalah peristiwa dibakarnya Nabi Ibrahim oleh Raja Namrud. Karena murkanya yang luar biasa pada Nabi Ibrahim , maka Raja zalim itu memerintahkan prajuritnya untuk menangkap Nabi Ibrahim dan membakarnya secara hidup-hidup.

Peristiwa ini kemudian dikenal oleh masyarakat modern sebagai peristiwa pembunuhan manusia yang keji dan kejam. Dengan begitu mudahnya Nabi Ibrahim dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup. Namun , karena Nabi Ibrahim adalah seorang Rasul, Allah swt menjaga dan menolongnya.

Nabi Ibrahim meminta kepada Allah swt untuk mendinginkan sifat dasar api. Api yang biasanya panas menjadi dingin. Karena dingin dan tidak panas itlah , maka Nabi Ibrahim selamat dan tubuhnya tidak tersentuh panasnya api yang semestina.
“Hai Api jadilah engkau dingin serta selamatkanlah Ibrahim..! (QS. Al-Anbiya :69).

Dalam hal ini, tegas Ustad Armani, memang sangat berlebihan apabila peristiwa yang menimpa Ahmadi disamakan dengan apa yang menimpa Nabi Ibrahim. Kedua orang ini tentu saja sangat berbeda. Kadar keimanan dan ketaqwaannya pun sangat berbeda jauh. Namun, tandas Ustad Armani apa yang dilakukan ahamadi semasa hidupnya dengan mengamalkan doa-doa Nabi Ibrahim bisa jadi menjadi penghubung dirinya dengan Allah swt, dan semua itu tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah swt sudah berkehendak Ku fayakun.

Karena bagaimanapun juga, yang mematikan dan menghidupkan manusia adalah Allah swt. Yang membuat api menjadi panas maupun dingin adalah Allah swt. Pun yang membuat ahmadi dan Nabi Ibrahim tidak cedera oleh ganasnya api semata-mata karena kehendak Allah swt, bukan kehendak siapa-siapa.

Namun begitu terlepas dari korelasi antara Ahmadi dan Nabi Ibrahim itu Ustad Armani menilai bahwa kita yang masih hidup tentunya dapat membaca ayat-ayat Allah swt yang tersirat dalam setiap peristiwa. Selain itu sebagai manusia, tentu saja apa yang menimpa Ahmadi dapat ditarik hikmahnya.

Salah satu hikmah hidup yang bisa diambil dari perilaku Ahmadi yang baik adalah kegemarannya dalam bersedekah, rajin sholat berjamaah, dan senang mengamalkan perbuatan dan doa-doa yang dicontohkan oleh Nabi yang terdapat dalam Al-Quran” ini yang harus kita tiru dan kita teladani untuk kehidupan kita di yaumul akhir. Setiap yang baik perlu kita teladani dan yang buruk kita tinggalkan”, tandas Ustad Armani.

“Sebaik-baiknya doa adalah membaca Al-Quran. Doa-doayang diajarkan nabi Ibrahim , termaktub dalam Al-Quran, oleh karena itu, mari kita amalkan dengan ikhlas dan sabar Insya Allah itu akan memberikan kebaikkan dalam hidup kita, baik untuk saat ini semasa hidup, maupun nanti diakhirat”, tegas Ustad Armani mengakhiri percakapan.
Wallahu ‘alam Bhisawab


Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 8 Juli 2018

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM YANG MENYELAMATKAN

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM  YANG MENYELAMATKAN

DASBOR "RAHASIA ILLAHI 2"

KAMERA, TALI & AIR ZAM-ZAM
YANG MENYELAMATKAN

“ Kamera, tali & air zam-zam adalah barang-barang yang telah mengingatkan perjalanan haji lelaki itu agar tak melenceng “.

Aku merasa ibadah haji itu merupakan serangkaian ibadah panjang yang harus dilakukan secara total dan ikhlas , jujur dan penuh keyakinan. Rangkaian ibadah seperti thawaf, sa’I, melontar jumrah dan lain sebagainya harus dijalani dengan kemantapan hati. Sehingga proses ibadah yang sacral itu menemui kekhusyu’an dan menuai haji mabrur yang menjadi dambaan utama setiap orang yang menunaikan haji.

Baca Juga "Akhir Kisah Sang Durhaka"

Aku sendiri, sejak jauh-jauh hari, sudah mempersiapkan kemantapan dan keyakinan hati. Aku berkeyakinan dapat melaksanakan dan menjalankan ibadah ini secara totallitas , tanpa dicekoki urusan – urusan duniawi, sebab menurutku, haji adalah ibadah ukhrawi, hingga segala urusan keduniaan harus dikesampingkan beberapa saat.

Tapi, nyatanya, inilah keterbatasan hamba Allah swt yang dhaif, hamba yang tak terlepas dari khilaf dam alpa. Segala urusan duniawi yang seharusnya tersingkir namun, tetap terbawa dalam hajiku. Beberapa kejadian yang kualami di Tanah Suci adalah bukti kedhaifanku. Inilah kisah hajiku. 

THAWAF SELAMAT DATANG.
Saat thawaf , pemimpin rombongan sudah mengingatkanku jika langkah kaki sudah tergerak menuju rangkaian ibadah ini, maka mantapkan hati, jangan pernah menoleh kekiri, kekanan, apalagi ke belakang. Dan aku melanggar itu.

Hatiku tidak mantap. Ditengah jamaah yang siap menjalankan thawaf kudum (thawaf selamat tinggal) , aku teringat sebuah kamera yang kupersiapkan untuk mengabadikan perjalanan ini. Pada saat itulah muncul kebimbangan hati ; Dan akhirnya , aku kembali kepenginapan untuk menyimpan kamera yang terbawa.

Tanpa pertimbangan matang, karena merasa sayang jika kameraku harus disita askar, langkahkupun berbalik mundur. Aku berpikir akan dengan cepat menyimpan kamera ditempatnya, kemudian kembali lagi ketengah rombongan sebelum thawaf selamat datang itu dijalani. Namun apa yang aku alami kemudian adalah sesuatu yang tidak pernah aku pahami. Kupikir aku akan mudah kembali ke penginapan, tapi nyatanya penginapan itu begitu sulit aku temukan. Aku sangat yakin, aku cukup hafal letak penginapan itu, tapi setelah berputar –putar mencarinya, penginapan itu tak juga au temukan.

Baca Juga "Kisah Jamaah Haji Terkunci di Kamar Mandi"

“Lebih baik aku kembali ketengah rombongan”, itu rencanaku yang terselip ditengah keputus asaan mencari penginapan. Namun, apa yang terjadi saat merealisasikan rencanaku itu..?. Rombongan sudah tak lagi ada di tempat , aku tertinggal jamaah yang lain. Hanya karena kamera, aku tidak bisa melakukan thawaf kudum bersama rombongan.

MISTERI SeUTAS TALI.
Di Tanah Air , seutas tali barang kali menjadi sebuah barang yang tidak begitu bernilai. Kita dapat menemukannya di sembarang tempat dan dapat menggunakannya semaunya, tanpa ada resiko yang menyertai.

Namun, di Tanah Suci sesuatu yang bukan milik kita adalah sesuatu yang terlarang untuk digunakan, meskipun sesuatu baran itu barang yang sudah tak terpakai.Pada saat itu aku tengah membutuhkan seutas tali untuk mengikat sebuah kardus yang hendak kubawa kesuatu tempat dan aku tak memiliki tali. Aku mencoba meminta kepada jamaah yang lain, namun mereka juga tak memiliki.

AKhirnya aku berusaha mendapatkan tali keruang seblah, namun ruangan itu telah kosong ditinggalkan penghuninya. Tak ada siapapun disit, juga barang-barang mereka yang tertinggal hanya seutas tali.

Ya, ya seutas tali yang sangat aku butuhkan. Tanpa perpikir panjang segera kuambil seutas tali yang sudah tidak terpakai itu untuk mengikat kardus. Namun apa yang terjadi setelah itu.

Kemana saja seutas tali yang mengikat kardus itu kubawa, tercium olehku bau busuk yang cukup menusuk hidung. Aku merasa sangat tergganngu oleh bau busuk itu, begitu juga dengan jamaah lain Akhirnya aku berusaha mencari sumber bau busuk tersebut agar bisa aku singkirkan. Namun, meski terus berusaha, sumber bau itu tak juga kunjung aku temukan.

AKu sempat berpikir, pertanda apakah itu..?. Apakah aku telah melakukan kesalahan..?. AKupun terus berinteropeksi . Lelah memikirkan asal bau busuk itu, akupun duduk didekat kardus yang kuikat dengan seutas tali yang kudapat dari ruangan sebelah tadi. Pada saat itulah tercium bau busuk yang sangat kuat dan kuperkirakan bersumber dari kardus yang kubawa. “Apakah sumber bau berasal dari kardusku..?”, batinku terus berusik.

Rasa penasaran membuatku menarik kardus itu dan membuka ikatannya, saat akau menarik ikatan itu agak tinggi, bau yang semakin kuat tercium dan kurasakan bersumber dari seutas tali itu.

“Astagfirullahal adzim. Jadi seutas tali inikah yang menjadi sumber bau busuk itu..?. Batinku. Kemudian kusadari kealpaanku bahwa aku telah menggunkan barang yang bukan hakku untuk menggunakannya. Berkali-kali aku beristigfar dan memohon ampun. Aku juga memohon keikhlasan keikhlasan pemilik tali ini.

Sungguh Allah-lah sebenar-benarnya zat Yang Maha Sempurna , Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Setelah beristigfar berulang-ulang dan memohon ampunan –Nya bau busuk itu pergi entah kemana..?.

Air Zam-Zam.
Setelah rangkaian ibadah haji selesai , sudah menjadi kebiasaan jamaah untuk mendapatkan air zam-zam untuk oleh-oleh keluarga dan handai taulan di Tanah air. Aku juga melakukan hal yang sama. Yang membedakan ; Aku berkeputusan didalam hati untuk membawa air zam-zam lebih dari lima liter. Ya lima liter air zam-zam bagiku sudah cukup. Aku sudah membayangkan , jika membawanya dalam jumlah lebih, pasti cukup kesulitan.

Namun, pada praktiknya, saat aku ikut mengambil air zam-zam itu, jumlah yang aku dapatkan melebihi jumlah yang kuingini, mungkin mencapai 10 liter dan aku menerima saja apa yang aku dapat. Dan air zam-zam dalam jirigen (tempat air) itu kutitipkan bersama-sama jirigen jamaah lain untuk dibawa ke penginapan.

Dalam perjalanan menuju penginapan, tersiar kabar bahwa ada beberapa jirigen air zam-zam yang pecah dan isinya tumpah  tanpa sisa. Atas kejadian itu, aku tak menduga bahwa jirigen itu adalah miliku. Dugaanku meleset. Air zam-zam yang tumpah berceceran itu adalah milikku. Aku hanya pasrah dan menerima jika harus kembali ketanah air tanpa berbekal air zam-zam.

Lagi-lagi pembuktian bahwa manusia hanya bisa merencanakan, namun hanya Allah lah Yang Maha Kuasa. Ditengah kerelaan harus pulang tanpa membawa air zam-zam, saat itulah ketua rombongan datang dan memintanya untuk mampir keruangannya guna mengambil air zam-zam sebagai pengganti air zam-zam ku tadi yang tumpah dijalan.

Tentu saja aku bersyukur dan lagi-lagi memperkirakan kalau pengganti iar zam-zam itu juga berjumlah 10 liter sesuai dengan jumlah air zam-zam yang tumpah tadi. Namun, perkiraanku kembali salah. Kepala rombongan mengganti air zam-zam itu hanya 5 liter.

“Allahu Akhbar!”, Aku segera memuji kebesaran Zat Yang Maha Besar. Zat Yang Maha Mengetahui apapun yang tersirat dihati hamba-Nya. Sejak awal yang tersirat dihatiku hanya ingin membawa 5 liter air zam-zam. Dan yang tersirat itu menjadi nyata, setelah ketua rombongan mengganti air zam-zam yang tumpah dengan jumlah 5 liter. Subhanallah …!
(Kisah Haji ini sebagaimana dituturkan H. Abd Rachman Agus kepada Hidayah. Jazakumullah)

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 8 Juli 2018

TAUBATNYA SANG WARIA MENITI JALAN ILLAHI

TAUBATNYA   SANG WARIA MENITI JALAN ILLAHI

DASBOR" RAHASIA ILLAHI 2"


TAUBATNYA SANG WARIA
MENITI JALAN ILLAHI
“ Jangan kau lihat rupaku. LIhatlah karya dan sujudku. Apapun adanya diriku, izinkanlah bersimpuh untuk dzat Yang Maha memiliki Hidup…”

Sebuah bait lagu berirama nasyid itu mengalun syahdu dari mulut beberapa jamaah berbaju taqwa warna putih suaranya menyatu dengan tabuhan rebana. Sesekali, terdengar bait doa terpanjat dari bibir yang khusyu’ memohon ampunan Allah.

Siapapun yang mendengar pasti akan larut dengan bait-bait doa yang merindukan keridhaan sang khalik itu.Para jamaah tetap khusyu’ melakukan bait-bait doa penuh khidmat. Dan sejatinya tidak ada yang aneh dari kelompok ini.

Baca Juga "Jenazah tak di Makamkan dan Kayai Misterius"

Namun, bila mengenal lebih dekat, ada yang membuat kelompok ini sedikit unik. Walaupun mengenakan custum serba putih, khas baju muslim laki-laki, wajah sebagian anggotanya, bila diamati memang terkesan feminism. Halus dan lembut. Tetapi, bila dibandingkan dengan uslimah, secara fisik mereka memang lebih nampak sebagai laki-laki.

Toh keunikan-keunikkan inilah membuat jamaah Al-Ikhlas sebuah komunitas pengajian yang seluruh anggotanya adalah laki-laki kemayu, itu tetap hadir ditengah komunitas pengajian yang telah ada.

“Justru dengan komunitas ini, kami ingin menyatukan para waria untuk tetap ingat kepada Gusti Allah swt. Jangan sampai keberadaan mereka yang waria malah menambah dosa para pelakunya yang genit. Lewat pengajian ini, justru bisa membentengi tindakan mereka untuk berbuat dosa. Siapa tahu mereka bisa bertaubat dan insyaf kejalan Allah swt”, ujar ANI Marini (48 thn), ketua komunitas Al-Ikhlas saat contributor Hidayah mengunjungi markasnya dibilangan rungkut, Surabaya beberapa waktu lalu.

Mengajak komunitas waria untuk menyatukan niat dan hati menjemput Hidayah bukan perkara yang mudah. Awalnya tidak banyak waria yang mau bergabung dengan komunitas ini. Maklum, kontroversi tentang keberadaan komunitas jenis ‘kelamin ketiga’ dari sudut norma masyarakat sampai agama itu ibarat air dan minyak yang sulit disatukan.

Baca Juga "Tumbuh Bulu & Ekor Saat Sakaratul Maut"

Kegalauan selalu menghinggapi hati Ani Marini dan beberapa rekan waria yang lain. Rasa-rasanya hati mereka tak memiliki sandaran untuk berlabuh sekedar mengadu dan menggantung harap pada baris-baris doa.

Hatinya terus bergelora setiap bersentuhan dengan hal-hal spiritual. Ia pun akhirnya menanam tekad bulat untuk mendirikan sebuah wadah religius sebagai tempat menempa spiritual teman-temannya sesame waria. Ani terlebuh dulu melepaskan ‘Atributnya’ sebagai seorang waria. Ia menunaikan ibadah Haji Pada tahun 2005 dan mendapatkan nama pria menjadi Haji Thamrin Muraudah.

Tekadnya makin tidak bisa dibendung ketika suatu kali ia melayat seorang rekan warianya yang meninggal. Betapa sedih dan teriris hatinya ketika orang-orang dikampung saling melempar tugas untuk memandikan jasad tersebut. Rasa-rasanya kok seperti najis saja. Tapi saya mungkin bisa memaklumi, mereka mungkin bingung mau diperlakukan sebagai pria atau wanita mayat tersebut”, ujarnya.

Pengalaman lain yang tak kalah menusuk niatnya adalah saat ia hendak mengubur jasad rekan warianya yang meninggal. Betapa ia gugup setengah mati, lantaran jasad tersebut tak bisa masuk keliang lahat. Sepertinya liang lahat itu tidak bisa menampung jasad waria yang terus memanjang.

“Saya seperti disadarkan Allah swt. Apa yang tejadi bila hal itu sampai terjadi pada jenazahku kelak,,?. Masihkah aku diberikesempatan untuk sekedar bersujud dan memohon ampunan atas kekeliruan yang pernah kuperbuat selama ini ..?. tutur H. Thamrin mengenang.

Keinginan Ani pun terwujud . Sebuah lembaga religius yang menampung para waria telah didirikanya. Tujuannya satu mengerem perbuatan maksiat yang dilakukan rekan-rekannya , para waria. Beragam kegiatan ruhani dilakukan di lembaga ini.

“Alhamdulillah, dari pengajian yang rutin kami gelar , ada beberapa teman waria yang sekarang sudah insyaf . Jadi laki-laki seutuhnya , lalu menikah dan punya anak. Rumah tangganya bahagia. Kedepan , bukan nggak mungkin jumlah ini akan semakin banyak. Nggak Cuma-Cuma teman waria, saya juga punya niat untuk menyempurnakan kelelakian, tapi secara perlahan-lahan . Namun, memang itu butuh proses , dan hanay Allah swt saja yang tahu” akunya.

Tak sekedar membaca Al-Quran bersama-sama, H. Thamrin bersama-sama temannya juga mengadakan pengajian agama dengan memanggil ustadz untuk memberikan siraman ruhani. Beberapa tahun terakhir, pengajian Al-Ikhlas juga berkembang menjadi kelompok kesenian islam. AL-Banjari HThamrin lalu memperlihatkan beberapa foto yang menunjukkan prestasi group ini dalam sebuah perlombaan music-musik islami.

“Mereka (para waria) sejatinya punya bakat menghibur orang , karena dari gaya nya saja sudah unik. Caranya, tentunya saja harus sabar. Didekati, didengarkan baru diajak. Anda tahu, hidup hidup mereka sudah carut-marut mengatasinya jangan terus disalahkan. Harus pakaikelembutan”, cerita H. Thamrin.

Kini, setelah hampir tiga tahun berdiri , tak kurang dari 70 waria telah tergabung dengan komunitas ini. Salah satu agenda rutin yang digelar wadah ini adalah mengadakan pengajian maupun tausiah dengan mengundang kyai untuk memberikan siraman ruhani bagi mereka. Atau sesekali tampil dalam berbagai acara keruhanian melalui kelompok kesenian Al-Banjari.

Mengganti polesan gincu plus busana nan feminism, dua ‘baju kebesaran’ komunitas waria, dengan peci maupun sarung sesuai kodrat mereke sebagai laki-laki memang bukan hal yang mudah. Tapi itulah salah satu dakwah dikelompok pengajian Al-Ikhlas maupun group kesenian islam Al-Banjari.

Maka, aturan ini, harus dipatuhi. Kala melantunkan ayat-ayat Al-Quran , mendengarkan ceramah agama sampai menyanyikan lagi islami , seluruh anggota wajib tampil layaknya laki-laki, busana muslim pria warna putih, lengkap dengan pecinya. Sapuan make up nan menor penuh sensualitas sampai rok  mini nan seksi harus rela dikubur dalam-dalam.

“Setelah bergabung dengan komunitas pengajian ini, biarlah Allah swt sendiri yang menentukan kapan mereka (waria) akan taubat. Namun lewat cara itu ,pelan-pelan kami mulai mengajarkan kepada mereka untuk menjadi pria sejati, mengurangi kecentilan mereka “, tegas H. Thamrin.

Untunglah, tidak ada protes dari anggota-anggotanya. Mereka sama sekali tidak merasa risih bila harus tampil dalam kodratnya sebagai laki-laki sejati. Bahkan tidak sedikit diantara mereka yang berharap selamanya bisa membuang baju-baju perempuan dan menggantinya dengan sarung khas pria muslim.

Walaupun dalam proses menapaki hidayah, H Thamrin mengakui, kadang masih terlihat bahasa tubuh ala perempuan yang muncul secara spontan diantara anggota-anggotanya. Untuk hal yang satu ini dia dengan sabar mencoba memaklumi keunikkan ini.

“Latah atau genit kadang bisa saja muncul walaupun mereka sudah mencoba jadi laki-laki sejati. Ya itulah suka dukanya. Mengajak kaum waria insyaf kan tidak mudah semudah membalikkan telapak tangan memang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Bukan seperti halnya mengobati sakit flu yang minum obat langsung sembuh. Mereka harus didekati pelan-pelan penuh kesabaran”, jawabnya sambil berharap komunitas Al-Ikhlas maupun group kesenian Al-Banjari bisa merangkul komunitas waria muslim  untuk menjadi dan merajut kembali hidayah dan ridha Allah swt.

Sebuah pengalaman manis juga sempat diutarakannya kepada contributor Hidayah. “Ketika lembaran iman mulai melapisi jiwa, saya merasa cinta Allah swt yang semakin nyata. Alhamdulillah saya telah diberi keudahan untuk berkunjung kerumah-Nya pada tahun 2005 silam”, tuturnya haru.

“Aku yakin, hal tersebut menggenapi proses pertaubatan yang selama ini saya tempuh untuk menjadi laki-laki sejati hingga maut menjemput. Tekad saya sekarang Cuma satu mengajak kaum waria sebanyak mungkin untuk bertaubat mendekat kepada Allh swt. Aku yakin suatu hari nanti mereka akan bertaubat dan bukan tidak mungkin kembali menjadi seorang laki-laki sejati”, Harao Ani Marini alias H. Thamrin Maurudah menutup pembicaraanya dengan Hidayah. Semoga , Aamiin.
Wallahu ‘alam Bhisawab

Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 8 jULI 2018

Friday, 6 July 2018

KE INSYAFAN EKS PEMBUNUH DIBAYAR NYAWA

KE INSYAFAN   EKS PEMBUNUH DIBAYAR NYAWA


DASBOR "RAHASIA ILLAHI 2"


KE INSYAFAN EKS PEMBUNUH
DIBAYAR NYAWA
“ Orang tua berjubah putih menatapnya dengan tajam. Matanya nanar menggambarkan kemarahan. Ditangannya terselip sebuah cambuk yang terbuat dari buntut ikan pari “.

Sekitar 40 tahun yang lalu, didaerah pinggiran Tasikmalaya lahir seorang laki-laki mungil, hasil perkawinan suami istri yang berprofesi sebagai petani. Kehadirannya disambut dengan suka cita oleh keluarga. Apalagi posisinya sebagai anak terakhir.

Kehidupan sehari-harinya dijalami dengan riang bersama teman-temannya sebaya lainnya. Ia paling senang bermain kelereng, sepak bola dan bermain lodong (meriam dari bambu). Bila hari beranjak sor, ia berbgegas pulang untuk membersihkan badan dan bersiap-siap pergi ke mushalla. Setiap hari ia melakukan sholat magrib berjamaah dan mengaji kepada seorang ustadz bersama teman – temannya. Rutinitas ini ia lakukan sampai menginjak usia 12 tahun atau selepas Sekolah Dasar (SD). Orang tuanya berkeinginan agar ia melanjutkan sekolahnya ke pesantren untuk menambah bekal keilmuan dalam bidang keagamaan. Akhirnya ia dimasukkan ke sebuah pondok pesantren daerah Garut, Jawa Barat.


Selama 3 tahun ia digembleng dalam pondok pesantren. Disini ia juga menempuh pendidikan formal di Madrasah Tsanawiyah selain mengaji kitab-kitab kuning di ponpes. Selesai menempuh pendidikan, ia lantas dipindahkan orang tuanya ke sebuah pesantren di kota Tasikmalaya untuk melanjutkan jenajnag Madrasah Aliyah. Sayang , pendidikannya tidak bisa ditamatkan, hanya sampai kelas 2 disebabkan karena kendala ekonomi yang melilit keluarganya. Padahal selama nyantri ia termasuk santri yang mahir dalam berceramah disetiap acara yang diselenggarakan pondok pesantren.


Di rumah, ia bertekad membantu kedua orang tuanya untuk menggarap sawah. Ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan remaja di desanya. Namun, dari sinilah ia mulai mengenal pergaulan yang lain, tidak seperti dipondok pesantren dahulu yang hanya mengaji. Ia merasa mendapatkan pengalaman yang lain. Ia mulai sering begadang hingga larut malam dengan bermain gitar atau sekedar bermain kartu remi. Lama kelamaan, karena pengaruh teman-temannya ia mulai berani mencicipi minuman-minuman keras dan narkotika.

Pertama-tama ia selalu menolak karena hal itu dilarang oleg agama . Namun akhirnya ia terbujuk juga dengan alasan kesetiakawanan. APa yang diajarkan dipondok pesantren selama beberap tahun untuk saling membantu dalam hal kebaikkan sudah terlupakan. Malah ia terperosok semakin dalam ilmu-ilmu agama yang pernah diperolehnya ternyata tidak membawa manfaat dan pengaruh bagi kehidupannya. Ia lepas control tidak bisa lagi membedakan mana yang boleh dan mana yang dilarang.

Kini setiap hari mulutnya selalu berbau alcohol mata merah dan kemana-mana selalu membawa senjata tajam. Saat malam tiba, ia bersama teman-temannya menghabiskan waktu dengan bermain judi dan minum-minuman keras. Kerapkali diselingi dengan bermain gitar dan tertawa terbahak-bahak yang membuat tidur penduduk selalu terganggu setiap malam.

Tidak cukup hanya bermain judi, dan minum-minuman keras. Ujang bersama kawan-kawannya mulai berani mengambil harta milik masyarakat. Mulanya hanya sekedar mencuri ayamuntuk dipanggang. Tapi lama kelamaan sudah berani mencuri TV, Motor, dan barang berharga lainnya.

Tindakan-tindakannya tentu saja membuat masyarakat resah. Masyarakat hampir tidak percaya, Ujang yang pernah belajar dipondok pesantren dan dahulu dikenal anak yang pendiam dan rajin sembahyang, bisa berbuat demikian. Orang tuanya sendiri sudah berulang kali menasehati, tapi tidak dianggap dan dianggap angin lalu.


Hari demi hari berlalu, kelakuan Ujang bersama kelompoknya semakin sadis saja. Bahkan pernah membunuh orang yang berani melawan dan ingin mencegah perbuatan jahatnya. Tidak ada satupun warga yang berani melawan. Masyarakat sudah mencoba untuk meminta bantuan Kepala Desa. Badan Perwakilan Desa dan kepolisian setempat untuk mencari jalan keluar. Sayang usaha tersebut sia-sia. Ujang bersama kelompoknya sekan tidak tersentuh oleh hukumdan makin berani saja melakukan aksi-aksinya meskipun disiang hari. 

Kesadaran Melalui Mimpi.
Suatu ketika, Ujang pergi ke daerah lain untuk meluaskan pengaruhnya. Daerah tersebut masih dalam wilayah Tasikmalaya yang terletak disebelah timur dan berbatasan dengan wilayah Jawa Tengah. Kepergiannya tentu membuat masyarakat sangat bersyukur. Masyarakat merasa aman, tentrm dan tidak dibayangi rasa takut dengan ulah-ulahnya si Ujang.

Di daerah yang bari, Ujang mengontrak sebuah rumah sederhana. Di daerah inilah ia akhirnya menikah dengan wanita yang berasal dari Tasikmalaya dan memberikan satu anak laki-laki.

Pada suatu malam, saat istri dan anaknya terlelap tidur, ia masih tetap terjaga. Matanya sulit dipejamkan. Entah mengapa, perasaan selalu gelisah dan terbayang kejahatan-kejahatan yang ia pernah lakukan. Ia coba menonton televise untuk sekedar mencari hiburan dan menenangkan perasaannya. Tapi itu tidak banyak membantu. Sekitar pukul 02 malam , akhirnya ia baru dapat tertidur nyenyak.

Dalam tidurnya ia bermimpi didatangi seorang yang berjubah putih dengan jenggot menjuntai. Orang tua itu memaksanya untuk ikut kesuatu tempat. Setelah sampai ketempat yang dituju, ia disuruh mandi dan berwudhu.

“Duduklah kamu dibatu besar itu dan lafadzkan dzikir-dzikir seperti yang dahulukamu lakukan”, jelas orang tua itu. Anehnya anehnya ia sama sekali tidak bisa mengucapkan lafadz-;afadz dzikir yang biasa dilakukan saat dipesantren. Seakan seluruh ingatannya tentang ilmu agama hilang sama sekali.

Orang tua berjubah putih it uterus menatapnya dengan tajam.Matanya nanar menggambarkan kemarahan. Ditangannya telah terselip sebuah cambuk yang terbuat dari ekor ikan pari. Melihat ia tidak mengucapkan dzikir langsung saja cambuk itu diarahkan kebadannya. Ujang berteriak kesakitan dan menangis menahan perih dan pedih lukanya. Namun orang tua it uterus saja mencambuk tanpa rasa kasihan. Sekujur tubuh Ujang terluka menganga. Ia merasakan tidak sanggup lagi untuk menahan penderitaan itu.

Setelah melihat Ujang kepayahan dan hampir sekarat, orang berjubah menghentikan cambukkannya. Lalu berkata, “Kamu telah banyak berbuat dosa, padahal kamu lebih tahu hokum-hukum Allah dibandingkan dengan orang lain. Apakah kamu tidak takut dengan siksa api neraka kelak..?.

Setelah berkata demikian orang tua berjubah putih langsung hilang. Sat itu pula Ujang terbangun dari tidurnya. Wajahnya kelihatan tegang dan seluruh tubunya berkeringat. Anak dan istrinya terbangu karena teriakkannya merasa kebingungan tidak tahu harus berbuat apa.

“Alhamdulilah, semua ini hanya mimpi”, Ujar Ujang menyadari kalau dirinya baru saja bermimpi. Anak dan istrinya tidak tahu apa maksud yang dikata yang diucapkannya Ujang. Setelah merasa tenang, ia kemudian menceritakan semua kejadian yang baru dialami dalam mimpi.

Mendengar cerita itu, istrinya tentu gembira, Kesempatan itu dimanfaatkan olehnya untuk menasehati suaminya. “Sudahlah kang, mulai sekarang akang harus taubat. Kenapa lulusan pesantren menjadi garong, harusnya kan jadi kyai.

Semenjak kejadian itu, Ujang merasa menyesal dan sedikit demi sedikit mulai mengubah tingkah lakunya. Ia mulai rajin sholat dan melakukan dzikir sebagai bentuk pertobatannya (Taubatan Nasuha). Namun, ia merasa ragu apakah masyarkat mau menerimanya. Padahal selam ini ia sudah dicap sebagai penjahat kelas kakap.

Ia kemudian mendatangi R. Endang Sutarman SK (63 thn). Kebetulan lelaki ini memimpin sebuah lembaga masyarakat yang salah satunya kegiatannya adalah membimbing mantan-mantan preman dan penjahat untuk diarahkan untuk kegiatan yang positif.

Setelah mengetahui asal-usul Ujang, Pak Endang melihat bahwa Ujang sesungguhnya memiliki potensi yang besar dalam bidang dakwah. Alasannya Ujang pernah tinggal di pondok pesantren dan mengerti banyak tenatng ilmu-ilmu agama. Sayang kalau potesi ini tidak dikembangkan, walupun tentunya untuk permulaan sangatlah sulit karena masyarakat sudah terlanjur antipasti.

Ternyata, niatnya untuk taubat tidak membuatnya langsung diterima oleh masyarakat. Kebanyakkan mereka tetap tidak percaya terhadap niat sucinya itu. Atas bantuan lembaga yang dipimpin oleh Pak Endang sedikit demi sedikit masyarakat mulai menerima Ujang yang beralih profesi sebagai juru Dakwah.

Meskipun begitu, komentar-komentar miring masih tetap saja datang kepada dirinya.”Ah dia kan begitu karena takut ditangkep polisi saja…”, demikian komentar sebagian masyarakat. Bahkan ada yang tega menyebar fitnah bahwa ia berdakwah hanya sebagai kedok untuk memperlancar aktivitas kejahatannya.

Hinaan dan cacian yang berat itu diterima dengan ikhlas oleh Ujang ia sudah bertekad bertaubat dan berjihad di jalan Allah swt. Lama kelamaan masyarakat mulai bisa menerimanya dan tidak lagi menganggapnya sebagai penjahat.Ia berkeliling untuk memberikan ceramah dari satu tempat pengajian ke pengajian yang lain. Dalam ceramahnya ia terkadang menyisipkan cerita tentang segala yang pernah ia lakukan dahulu. Ia berharap masyarakat dapat mengambil hikmah dari perjalanannya agar terhindar dari siksa Allah st di akhirat kelak.Kini, Masyarakat didaerah itu mengenalnya sebagai Ajeungan (kyai).

Berani Menghadapi Kematian.
Riwayat kehidupanyang berlumur dosa, ternyata membuat sebagian orang pernah dirugikannya tetap merasa dendam, khususnya didaerah tempat kelahirannya. Mereka kebanyakkan tidak tahu bahwa si Ujang penjahat kelas kakap itu sudah bertobat dan sekarang telah menjadi Kyai didaerah lain.

Suatu ketika, didaerah kelahirannya terjadipencurian motor. Padahal sudah lama sekali tidak terjadi kasus-kasus pencurian serupa. Penduduk resah dan bertanya-tanya siapa kira-kira pencurinya..?. Aparat kepolisan harus berusaha dan mengidentifikasi pelakunya. Disisi lain masyarakat yang sudah mendendam, terbakar emosinya dan langsung mengalamatkan tuduhannya kepada Uajng. Padahal setelah ditelusuri pihak kepolisian pelukunya bukanlah Ujang, melainkan dua orang yang masih belum tertangkap (buron).

Sebagian masyarakat yang dendam mengadakan rapat disalah satu rumah untuk menyiapkan scenario pembunhan. Kebetulan, sebulan berselang setelah diadakan rapat, Ujang pergi kedesa kelahirannya untuk keperluan menagih hutang kepada salah satu temannya. Sebelumnya, ia telah diberitahu oleh keluarganya tentang hasil rapat tersebut dan diminta agar mengurungkan niatnya. Namun karena merasa tidak bersalah ia tetap bersikeras datang ketanah kelahirannya.

“Rejeki, jodoh dan maut ada ditangan Allah swt”, ujar Ujang kepada keluarganya itu. “Saya tidak pernah takut kepada siapapun selain kepada Allah swt. Apabila saya harus mati, saya ikhlas karena itu merupakan kehendak-Nya. Apalagi saya bermaksud baik menagih hutang yang termauk hak saya”.

Ternyata, hari itu memang hari-hari terakhir dalam hidupnya. Begitu samapai didesanya, ia dibunuh secara sadis oleh orang-orang yang dendam dan dengki terhadapnya. Menurut saksi mata sebelum dibunuh ia sempat berkata , “Kalau kalian masih membenci saya karena perbuatan yang pernah saya lakukan, saya rela dan mohon maaf. Tapi demi Allah saya tidak melakukan pencurian motor yang baru terjadi itu, saya rela menebus keinsyafan ini dengan nyawa sekalipun”.

Masyarakat banayak yang merasa kehilangan atas kepergiannya. Mereka menilai zaman sekarang sangatlah sedikit penjahat yang mau bertobat. Apalagi orang-orang yang mau mendarmabaktikan hidupnya untuk kemajuan umat.

Allah swt berfirman,”Maka barang siapa yang bertaubat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS. Al-Maidah: 39)

Wallahu ‘alam Bhisawab
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 7 Juli 2018

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...