DASBOR" RAHASIA ILLAHI 2"
BANJIR,
JALIL DAN
KOTAK AMAL
“
Yang aneh, dipinggir pusaran air itu terdapat sebuah kotak amal yang biasa
ditenteng Jalil. Kotak amal itu terus berputar-putar, namun tidak tenggelam
kedalam pusaran air itu…”
Langit sore
menjelmakan lembayung yang indah. Senja merangkak tua. Malam akan tiba .
Seorang lelaki berusia lebih dari separuh baya keluar dari dalam rumahnya,
siapa lagi kalau bukan Jalil. Ciri khas yang selalu namapak pada diri Jalil
adalah sebuah kopiah yang selalu menempel diatas kepalanya yang tidak pernah
pas, kopiah itu biasa menceng kekiri, menceng kanan atau kadang seperti ingin
jatuh kedepan. Ciri lain yang menonjol pada Jalil juga terlihat pada
perlengkapan sholat yang dipakainya. Sarung yang melekat ditubuhnya seperti tak
bisa meliliti dipinggangnya dengan baik. Mungkin kain sarung itu sering merosot
, sehingga Jalil tidak pernah melilitkan kain dipinggangnya, tetapi selalu
memegang dua ujung kain itu.
Baca Juga "Mati Dikeryok Sekawanan Tikus"
Baca Juga "Mati Dikeryok Sekawanan Tikus"
Ciri khas itu adalah penampilan Jalil yang dapat membuat orang
tersenyum saat melihatnya. Namun rupanya orang yang tinggal satu kampung dengan
Jalil cukup mengerti siapa itu Jalil. Orang yang mengenalnya tak pernah mau
mengejek dengan berlebihan, apalagi merendahkan Jalil, namun sesekali orang
suka bergurau dengan Jalil hanya sebatas gurauan.
“Lil, kamu mau kemana..?, itu gurauan ang terdengar saat bertemu dengan
Jalil. Dan biasanya Jalil menjawab dengan suara yang lucu. Jalil bilang sudah
waktunya sholat Magrib dan sering mengajak orang untuk bersegera ke masjid
untuk sholat magrib.
Saat berada di masjid, Jalil dengan segala keluguannya menjalankan
ibadah sholat. Ia kurang suka dengan anak-anak yang bercanda di masjid, maka ia
akan memarahi anak-anak tersebut.
Yang menarik pada Jalil saat menjalani sholat, ia melafadzkan takbiratul
ihram dengan suara yang keras dengan gerakkan tubuh yang lucu. Tapi mungkin
jamaah yang lain sudah terbiasa dengan keadaan Jalil hal itu tidak menjadikan
Jamaah merasa terganggu. Begitu juga seusai sholat dan dilanjutkan dengan sesi
pengajian, Jalil pun mengambil tempat duduk paling depan. Atau kalau jalil
datang terlambat, ia tetap mengambil duduk paling depan dengan melewati jamaah
yang sedang kyusu’mendengarkan tausiah sang ustadz, namun Jalil dengan segala
kepolosannya tetap melakukan apa yang ia inginkan , bahkan ia harus dapat
mencium tangan sang ustadz sebelum ia mendapatkan tempat duduk yang paling
depan.
Baca Juga "Ketika Makam Sang Pendosa Digali"
Baca Juga "Ketika Makam Sang Pendosa Digali"
Jalil
& KOTAK AMAL.
Selain rutinitas ibadah sholat dan duduk di majlis taklim. Jalil juga
punya kegiatan untuk menjalankan kotak amal. Beberapa saat lamanya Jalil juga
dipercaya menjalankan kotak amal untuk mengutip sedekah dari para jamaah
sebelum sholat jum’at atau padamomen tertentu yang diselenggarkan panitia
masjid.Dengan difungsikannya Jalil sebagai penjaga kotak amal , semakin
akrablah keberadaan Jalil ditengah para jamaah, bahkan Jalil kemudian
melebarkan sayap kebiasaannya untuk membantu masjid dalam hal mengumpulkan dana
yang dapat dipergunkan untuk biaya operasional masjid atau biaya lainnya.
Ia pun mulai menjalankan kotak amal keliling kampung atau bahkan keluar
kampung, bahkan samapi kepasar-pasar tradisional. Alhamdulillah, kotak amal
jariyah yang ditenteng Jalil hampir setiap harinya selalu terisi dengan nilai
yang cukup lumayan, sehingga dana masjid yang terkumpul lewat upaya Jalil cukup
lumayan setiap bulannya.
Itulah Jalil, dengan kotak amal yang ditentengnya setiap hari saat
keluar masuk kampung, hingga terkesan Jalil dengan kotak amal yang ditentengnya
kesana kemari itu paket yang tidak boleh dipisahkan. Tiada hari tanpa kotak
amal bagi Jalil.
Sebuah kisah tentang kotak amal yang selalu ditenteng Jalil juga
menjadi serangkaian peristiwa yang membuat siapa saja mengakui kedekatan jalil
dengan kotak amal.
Baca Juga"Seorang Ateis Hafizh Quran"
Baca Juga"Seorang Ateis Hafizh Quran"
BANJIR.
Hari itu, mendung
menggantung tebal dikampung Jalil, hujan sebentar lagi turun mungkin akan lebih
lebat dari hujan yang kemarin, warga setempat sudah dapat menduga kalau kampung
mereka tempati tak lama lagi akan mengalami kebanjiran. Apalagi di pos rukun
warga sudah terpampang pengumuman akan kedatangan banir dengan ketinggian yang
tertulis jelas.
Dengan adanya pengumuman
tersebut warga setempat tak terlihat panic, sebab hal itu sudah terbiasa.
Begitu juga dengan keluarga Jalil. Mereka menganggap banjir setinggi yang
tertulis dipapan pengumuman pos RW tak mebuat mereka segera mengungsi.
Benar saja, ketika banjir
datang dengan ketinggian yang sudah diperhitungkan warga tak bergeming dari
rumah tinggal mereka. Warga masih tetap bertahan termasuk juga keluarga Jalil.
Mereka yang hijrah ke posko pengungsian hanyalah mereka yang rumahnya berada
diposisi terendah atau berada di bantaran.
Hujan yang terus
mengguyur seharian membuat volume air semain meninggi. Luapan mengalir
ketempat-tempat yang terendah. Termasuk juga ketempat kampung Jalil tinggal.
Hitung-hitungan ketinggian air yang tercatat dipapan pengumuman pos RW sudah
melampaui kenyataan yang terjadi. Ketinggian air sudah diluar batas toleransi.
Maka bergemalah
pengumuman yang dipancarkan melalui corong –corong pengeras suara di masjid dam
mushalla kampung tetangga hal itu dilakukan karena aliran listrik dikampung
tempat Jalil tinggal sudah dipadamkan dari tempat pelayanan PLN. Kampung itu
menjadi gelap gulita, hanya cahaya lilin atau petromak atau juga dari
lampu-lampu bertenaga listrik yang sudah di charge.
Jika pengumuman sudah
bergema dari corong-corong pengeras suara di masjid atau mushalla tetangga,
penduduk kampungpun mulai mengungsi ketempat yang lebih aman. Termasuk juga
keluarga jalil.
Malam pun terus merangkak
ditengah musibah banjir yang melanda kampung Jalil. Warga yang mengalami
kelelahan sehabis berjabaku dengan air banjir, pun mulai terlelap ditempat
pengungsian masing-masing. Termasuk juga Jalil. Namun ketika malam semakin tua
dan waktu subuh sudah hampir datang, Jalil terbangun dan langsung beraktivitas.
Jalil keluar dari rumah pengungsian dan bergerak kegenangan air yang masih
meluap. Mungkin Jalil hanya sekedar ingin buang air kecil atau mengambil air
wudhu.
Seorang warga yang sempat
menyaksikan dari kejauhan apa yang dilakukan oleh Jalil sempat berteriak agar
Jalil berhati-hati. Namun teriakkan itu seperti tak didengar Jalil. Jalil terus
saja bergerak dan peristiwa itu terjadi. Jalil terseret derasnya air hanyut
terbawa banjir.
Heboh terjebur dan
hanyutnya Jalil di air banjir membuat keluarga dan juga warga panic. Semua
berusaha mencari Jalil dengan cara sebisa mereka , namun sejauh itu, usaha
mereka tak kunjung berhasil. Salah seorang warga kemudian melaporkan musibah
hanyutnya Jalil kepada TIM SAR yang sedang bertugas. Serentak, tim SAR pun
menindak lanjuti laporan warga. Mereka langsung membentuk tim pencarian.
Dibantu oleh warga tim SAR terus berupaya mencari Jalil. Naun sudah berbilang
jam, semua usaha tak menuai hasil. Jasad Jalil belum bisa ditemukan.
Di dalam semua upaya
pencarian yang ditempuh, sesuatu yang tiada disangka terjadi. Sesuatu yang
cukup aneh dan mungkin diluar logika. Di tengah arus banjir yang cukup deras itu,
terlihat sebuah pusaran air. Yang aneh, dipinggir pusaran air itu terdapat
sebuah kotak amal yang biasa dibawa Jalil.
Kotak amal it uterus berputar
– putar namun tidak ikut tenggelam kedalam pusaran air tersebut. Wallahu a’lam
Bhisawab. Lebih dari itu, tidak jauh dari terlihatnya kotak amal yang berbputar
mengikuti pusaran air disitulah jasad Jalil ditemukan. Seolah kotak amal yang
selalu menemani keseharian Jalil dalam mengutip amal jariah telah menjadi satu
petunjuk akan keberadaanjasad Jalil, sosok yang mencintai ibadah di masjid.
Wallahu ‘alam
Bhisawab