Blog Konten Islam: MEMAHAMI MAKNA LEBARAN

Wednesday 13 June 2018

MEMAHAMI MAKNA LEBARAN

MEMAHAMI  MAKNA LEBARAN

DASBOR "Educasi Islam"

MEMAHAMI
MAKNA  LEBARAN

“Lebaran adalah istilah jawa untuk menyebut hari raya. Kata yang bersifat lokalini seketika menjelma menjadi nasional tidak hanya orang jawa, orang diluar jawa pun terkadang menyebut hari raya dengan kata lebaran. Lalu, apa sih makan sebenarnya lebaran itu..?”
Berdasarkan linguistik (ilmu bahasa) ternyata tidak ada keterangan dan rujukan yang baku. Sehingga istilah “lebaran” diterima sebagai ungkapan khusus yang ada begitu saja serta hidup didalam keseharian masyarakat luas. Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mengartikan kata “lebaran”sebagai Hari Raya umat islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa dibulan sebelumnya (Ramadhan), Hari Raya ini disebut dengan Idul Fitri “, sedangkan “Lebaran Besar” adalah istilah untuk menandai hari raya Idul Adha atau disebut juga “Lebaran haji”.

Tidak, namun banyak yang bersepakat bahwa Lebaran merupakan istilah jawa dari ungkapan “wis bar (sudah selesai ) “, maksudnya sudah selesai menjalankan ibadah puasa. Kata “bar” sendiri adalah pendek kata dari “lebar” yang artinya “selesai”. Bahasa Jawa memangsuka memberikan akhiran “an” untuk suatu kata kerja. Misalnya kata “bubar” yang diberi akhiran an menjadi “bubaran” yang umumnya menjadi konotasi jamak. Kata “bubar” sendiri adalah bentuk populer / rendah dari kata “lebar”.

Seperti diketahui bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yang berbeda dan berlaki untuk kelompok masyarakat tertentu. Kata “bubar” dan “lebar” maknanya sama , tetapi kata “bubar” digunakan oleh masyarakat awam , sedangkan kata “lebar” digunakan oleh priyayi atau bangsawan sebagai istilah yang lebih halus atau lebih sopan.

Baca Juga "Mantan Pegawai Bank Jadi Pemulung"

Jadi ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes bubar” yang berlaku untuk masyarakat awam. Sdangkan ungkapan “sampun lebar” digunakan oleh golongan masyarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya. Selanjutnya kata “lebar” diserap kedalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an” sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “Lebaran “. Artinya kurang lebih,”Perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan ibadah puasa”.

Adajuga yang mengartikan lebaran dengan lebar, lebur, luber, labor. Lebar artinya kita akan bias Lebaran dari kemiskinan. Lebur artinya lebur dari dosa, Luber artinya luber dari pahala, Luber dari keberkahan, Luber dari rahmat Allah swt. Sedangkan Labur artinya bersih sebab bagi orang yang benar-benar melaksanakan ibadah puasa, makna hati kita akan dilabur menjadi putih bersih tanpa dosa.

Makanya wajar kalau mau lebaran rumah-rumah banyak yang dilabur  hal ini mengandung arti pembersihan zahir di samping pembersihan batin yang telah dilakukan.
Meski berasal dari bahasa jawa , namun orang jawa sendiri menggunakan istilah lebaran ini, umumnya digunakan istilah “sugeng riyadin” yang artinya “selamat hari raya” sebagai suatu ungkapan sopan atau halus dan “riyoyo” yang merupakan bentuk kasar atau rendah-nya. Kalau kata kerja jamaknya bisa diduga menggunakan akhiran “an” yaitu “riyoyoan” alias merayakan hari raya” Selain itu ada ungkapan lain yang menyebut hari raya yang maknanya sedikit berbeda yaitu “bada” yang berasal dari serapan bahasa Arab “ba’da” artinya setelah. Sehingga riyoyoan juga berarti Bada’an yang bermakna, “perayaan setelah berpuasa di bulan suci Ramadhan.”.

Ucapan “Sugeng Riyadin” biasanya kemudian diikuti dengan ungkapan permohonan maaf “nyuwun pangaksami” (halus) atau nyuwun pangapunten (kasar) “sedaya kelepatan” (segala kesalahan). Sdangkan akalau anak muda biasa to the point “sepurane yo” (maafkan ya).

Yang banyak menggunkan istilah “Lebaran” justru masyarakat Betawi, menurut mereka istilah “Lebaran” berasal dari kata “lebar” yang maknanya luas yaitu sebagai gambaran keluasan hati atau kelegaan setelah keberhasilan menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan suci Ramadhan dan kegembiraan dalam menyambut perayaan hari kemenangan dan karena bersilaturahim dengan sanak saudara dan handai taulan.

Terlepasa dari tidak adanya asal-usul kata yag jelas tentang lebaran, yang penting bagi kita, adalah mengisi hari Lebaran atau hari raya dengan sholat Id , hala bi halal saling memaafkan , silaturahim ke tetangga dan sanak keluarga dan sebagainya. Dengan begitu , hari lebaran pun kita lakukan dengan penuh makna.

REMAJA  BERTAKBIR
Saat aanak-anak dan remaja dulu, Asep seringkali mengikuti takbir keliling yang dilaksanakan oleh masjid Al-Ikhlas desa Dukuh Jeruk , Karangampel, Indramayu. Seringkali pula dia terbuka, Asep ditemani beberapa teman. Sese orang  teman memegang bedug, satunya lagi memainkan alat music yang lain dan dia yang memimpin takbiran. Mereka berkeliling kampung , yang dimulai dari halaman masjid dan kembali lagi kesana.

Apa yang mereka rasakan saat ini..? Adalah sebuah kegembiraan. Rasanya , rasa lapar dan dahaga karena sebulan penuh berpuasa berbalas dengan hanya waktu semalam. Dan takbiran itu tidal berhenti ketika mobil yang mengantar mereka sampai halaman masjid, tapi diteruskan didalam masjid sampai larut malam.

Bagi mereka, para remaja, takbiran (apalagi takbir keliling) sangat menyenangkan. Ini bukan saja momentum seorang remaja dalam menyiarkan keagungan Allah ke khalayak ramai, tapi juga momentum terbaik bagi mereka dalam berekspresi. Dibandingkan mereka mengisi malam Hari raya dengan berbagai kegiatan yang tidak berguna, seperti menyalakan petasan, mercon, berpacaran, dan sebagainya. Maka, adanya tradisi takbir keliling yang diisi oleh remaja merupakan sesuatu kegiatan yang sangat berguna bagi mereka sebagai pembentukkan mental dan spiritual mereka ketika dewasa kelak.

Sayang, takbir keliling kadang diwarnai sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya, sebagian kelompok yang ikut takbir keliling kadang ada yang membawa petasan atau mercon. Sepanjang jalan, mereka menyalakan dan meledakannya sehingga membuat bising telinga orang lewat. Bahan peserta takbir keliling sendiri kadang merasa terganggu. Tapi,memang watak remaja, terkadang sudah diingatkan dan dikasih tahu. Mereka ikut takbir keliling kadang hanya untuk mencari “sensasi” semata tidak benar-benar berniat mengagungkan asma-asma Allah.

Itulah catatan penting yang harus diperhatikan ketika mengadakan takbir keliling. Tidak itu saja, perlunya ketertiban dan kerapihan saat  konvoi juga harus diperhatikan.Pengendara motor yang ikut juga takbir keliling tidak jarang saling kebut-kebutan dan saling susul menyusul dengan temannya sendiri. Akibatnya ada beberap kejadian mereka senggolan dan akhirnya terjadi kejelakaan.

Kondisi itulah yang membuat Gubernur Jakarta Non – aktif Jokowi pernah melarang takbir keliling di Kota Jakarta. Dia mengkhawatirkan akan terjadinya kecelakaan jika dilakukan takbir keliling. Karena itu ia menyatakan untuk takbiran di masjid atau mushalla-mushalla saja. Kecuali jika takbir keliling itu disertakan petugas keamanan kepolisian , maka lelaki yang dulu masih mencabat Gubernur DKI itu memperbolehkan.

Selain memperhatikan soal keamanan, takbir keliling juga harus memperhatikan soal kemacetan. Jangan sampai takbir keliling memadati jalanan sehingga menyulitkan pengguna jalan lain ketika lewat. Jadi harus benar-benar dilakukan secara rapih , teratur dan damai.

TIDAK PERLU DILARANG
Terlepas niat baik serta lalsan pak Jokowi saat itu yang melarang takbir keliling , saya pikir tradisi ini harus tetap dijalankan, apapun kondisinya. Tidak boleh dengan alasan dengan menghindari kecelakaan , takbir keliling kemudian dilarang.Pasalnya jika alasannya demikian maka kitapun bisa melarang seorang yang berjalan dipinggir jalan raya karena takut kesruduk motor atau mobil. Jadi, efek yang tidak terlalu besar jangan kemudian menjadikan sebahalasan untuk melarang yang asal.

Atas dasar itulah, Wakil Sekjen MUI Tengku Zilkarnaen merespon keras kebijkan Jokowi diatas. “Alasan pelarangan takbir keliling ini sama saja pembangkangan terhadap ajaran islam. Kalu dilarang ini pengerdilan agama Islam”. Ujarnya.

Menurut dia, takbir keliling termasuk salah satu sunnah dalam ajaran islam. Karena perayaan malam lebaran tidak hanya sekedar dilakukan di mushalla dan masjid bisa juga dilakukan di jalan demi syiar. Karena itu, ia sangat keberatan kalau sampai dilarang.

Ia mengatakan, jika takbir hanya diizinkan dilakukan di mushalla, sama saja polisi mengurung umat islam . Itu lantaran Islam sebagai mayoritas agama masyarakat Indonesia tapi tidak lagi bebas disyiarkan. Tentu hal ini menggelitiknya lantaran tidak adil jika gerak-geriknya kaum muslimin malah dibatasi ketika menyambut perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Tengku mengingatkan, kepolisian hendaknya mencabut larangan dengan takbir keliling. Kalau tidak, bisa muncul opini negative kalau Polri melakukan pandang bulu dalam mengeluarkan kebijakan. Karena pada malam tahun baru, seluruh masyarakat tumpah ruah kejalan malah tidak dilarang. Bahkan Jokowi sampai ikut larut dalam perayaan tahun baru. Karena itu ia menilai aneh ketika umat islam merayakan tahun baru Islam cenderung dibatasi, “Polri seperti mengkrangkeng umat islam, tapi membiarkan umat lain bebas merayakan malam tahun baru”, kritik Tengku.

Ia mengaku bisa memahami ada masyarakat yang berbuat kurang baik ketika melakukan takbir keliling di jalan raya. Namun hal ini lebih baik dikoordinasikan dengan ulama. Pengurus masjid maupun ketua RT/RW setempat. Sehingga masyarkat yang ingin mengekspresikan perayaan pemyambutan Lebaran bisa menjalankan dengan baik.

Dengan koordinasi yang baik dan langkah antisipatif , kata dia, segala hal yang negates yang muncu bisa ditangani dengan baik. Hal itu sudah dicontohkan semasa Kepala Polda Metro Jaya Untung S Rajab yang mau bekerjasama dengan seluruh komponen umat Islam. Sehingga pada masa itu tidak ada larangan bagi kaum Muslimin yang ingin menggelar takbir keliling “Ibaratnya kami ingin supaya tertib agar hal negative bisa diminimalisir, bukan dibeangus seperti sekarang”, ujar Tengku.

BERSEMANGATLAH..!
Terlepas dari semua itu, takbiran (tidak harus keliling) harus terus menggema di masjid atau mushalla. Ramaikan malamlebaran dengan gema dan suara pengagungan Asma Allah, Allahu Akhbar, Allahu akhbar, Allahu Akhbar walilahilhamd Jangan sampai asma-asma Allah itu keselip atau terkubur dengan suara petasan atau mercon.

Bagi remaja, tergeraklah hati kalian untuk melangkah ke masjid atau mushalla. Raih speaker dan dendangkanlah asma-asma Allah itu dengan suara yang sedang (tidak harus berteriak). Kalau bisa remaja yang bersuara merdu (qari) yang melakukannya. Meski bagaimanapun, seorang qari, akan lebih enak didengar suaranya dibandingkan orang biasa.

Takbiran adalah sunnah Rasulullah saw. Jauh hari Rasul pun menyuruh kita untuk bertakbir saat tiba hari Lebaran. Ibnu Abi Syaibah meriwaytakan bahwa Nabi SAW keluar rumah menuju lapangan kemudian beliau bertakbir hingga tiba di lapangan. Beliau tetap bertakbir sampai sholat selesai. Setelah menyelesaikan sholat, beliau menghentikan takbir (HR. Ibnu Abu Syaibah dalam Mushannaf 5621).

Bahkan dalam Ayat suci Al-Quran Allah berfirman, “…Hendaklah kamu mencukupkan bilangan puasa dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu” (QS.Al-Baqarah :185).

Ayat diatas menganjurkan kita bertakbir ketika memasuki Hari Raya, setelah puasa selesai . Karena itu gemakanlah masjid, mushalla dan tempat-tempat lainnya untuk bertakbir. Untuk para remaja khususny, jadikanlah malam Hari Raya ini sebagai momentum latihan sekaligus pembekalan mental religious kalian.

Jangan ragu melangkah ke tempat-tempat ibadah untuk melantunkan asma-asma Allah dalam bentuk takbiran. Jaga kebiasaan ini dan hidupkan tradisi ini , meski tak harus dilakukan secara berkeliling. Jika tidak dimulai dari masa remaja, kapan lagi..?. Semoga Hari Raya ini menjadi berkah buat kita semua Amiiiiiin
 ( Berbagai Sumber )
Tri Yudiono Publishing https://blogkontenislam.blogspot.com - 14 Juni 2018

Share on :

No comments:

BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL

BUKIT SINAI,   SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL Dasbor Kisah Nabi" BUKIT SINAI, SAKSI KEKUFURAN BANI ISRAEL “Selaman...